Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian riba?
2. Bagaimana sejarah riba?
3. Apa saja macam-macam riba?
4. Apa perbedaan antara bunga dengan bagi hasil?
5. Apa saja macam-macam model bagi hasil?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Riba
Secara etimologi riba berarti tambahan, yang dimaksud tambahan dalam
pengertian secara umum tidaklah dengan sendirinya berarti riba. Tetapi, yang
dimaksud adalah tambahan yang berasal dari usaha haram yang merugikan salah satu
pihak dalam suatu transaksi.
Dengan demikian, yang dinamakan riba adalah tambahan yang diberikan oleh
debitur kepada kreditur atas pinjaman pokoknya, sebagai imbalan atas tempo
pembayaran yang telah disyaratkan. Maka riba ini mengandung tiga unsur, yaitu:
a. Kelebihan dari pokok pinjaman,
b. Kelebihan pembayaran sebagai imbalan tempo pembayaran,
c. Jumlah tambahan yang disyaratkan didalam transaksi.
Maka setiap transaksi yang mengandung tiga unsur tersebut dinamakan riba.1
B. Sejarah Riba
Para ulama fiqih mulai membicarakan tentang riba, jika mereka memecahkan
berbagai macam persoalan muamalah. Banyak ayat-ayat al-Quran membicarakan
tentang riba sesuai dengan periode larangan, sampai akhirnya datang larangan secara
tegas penetapan hukum riba. Riba pada agama samawi dinyatakan haram. Namun,
orang Yahudi beranggapan bahwa riba itu hanyalah terlarang kalau dilakukan
dikalangan sesama Yahudi. Tetapi tidak terlarang dilakukan terhadap non-Yahudi. Hal
inilah yang mendorong umat Yahudi memakan riba dari pihak lain dan menurut alQuran, perbuatan semacam ini dikatakan sebagai hal memakan riba.
Kajian tentang larangan riba didalam pandangan islam, telah jelas dinyatakan
dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat 278. Larangan tersebut dilatarbelakangi suatu
peristiwa atau asbabul nuzulnya ayat yang dinyatakan: Dalam suatu riwayat
dikemukakan bahwa turunnya ayat 278-279 surat al-Baqarah berkenaan dengan
pengaduan Bani Mughirah kepada Gubernur Makkah setelah Fathul Makkah, yaitu
Attab bin As-yad tentang hutang-hutangnya yang berriba sebelum ada hukum
penghapusan riba, kepada Banu Amr bin Auf dari suku Tsaqif. Bani Mughirah
berkata kepada Attab bin As-yad: Kami adalah manusia yang paling menderita
akibat dihapuskannya riba. Kami ditagih membayar riba oleh orang lain, sedangkan
kami tidak mau menerima riba karena mentaati hukum penghapusan riba. Maka
berkata Banu Amr : Kami minta penyelesaian atas tagihan riba kami. Maka
1

M. Thalib, Bunga Bank dalam Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), 21-23.

Gubernur Attab menulis surat kepada Rasulullah SAW. Yang dijawab oleh Rasulullah
SAW sesuai dengan ayyat 278-279 surat al-Baqarah: Hai orang-orang yang beriman,
bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkanlah sisa riba (yang belum dipungut) jika
kamu orang-orang yang beriman; Maka jika kamu tidak mengerjakan
(meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan
memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu
pokok hartamu; kamutidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.
Dari peristiwa ini, jelas bahwa setelah datangnya hukum yang tidak
memperbolehkan praktek riba, baik dalam bentuk besar maupun kecil, maka praktek
tersebut segera harus berhenti dan dinyatakan telah berakhir.
Dengan demikian, ketetapan ayat tersebut tidak hanya terbatas haramnya riba
dalam kredit konsumtif, jika kita telah mengetahuia bahwa sebagian besar kredit yang
dikeluarkan pada waktu itu bersifat produktif. Oleh karena itu, kredit untuk hal-hal
yang produktif dengan mengenakan riba adalah haram. Karena itu adalah lebih tepat
dan sangat patut jika haramnya riba mencangkup kredit konsumtif.2
C. Macam-macam Riba
D. Perbedaan antara Bunga dengan Bagi Hasil
Islam mendorong praktek bagi hasil serta mengharamkan riba. Keduanya samasama memberi keuntungan bagi pemilik dana, namun keduanya mempunyai perbedaan
yang sangat nyata. Perbedaan itu dapat dijelaskan dalam tabel sebagai berikut:

No
1.

BUNGA

BAGI HASIL

Penentuan bunga dibuat pada waktu Penentuan besarnya rasio/nisbah bagi


akad dengan asumsi harus selalu hasil dibuat pada waktu akad dengan
untung.

berpedoman pada kemungkinan untung


rugi.

2.

Besarnya

persentasi

berdasarkan Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan

pada jumlah uang (modal) yang pada jumlah keuntungan yang diperoleh.
dipinjam.
3.

Pembayaran bunga tetap seperti Bagi hasil bergantung pada keuntungan


yang dijanjikan tanpa pertimbangan usaha yang dijalankan. Bila usaha
apakah usaha yang dijalankan oleh merugi,

kerugian

Muhamad, Dasar-Dasar Keuangan Islam (Yogyakarta: Ekonisia, 2004), 61-64.

akan

ditanggung

pihak nasabah untuk atau rugi.


4.

bersama oleh kedua belah pihak.

Jumlah pembayaran bunga tidak Jumlah


meningkat

sekalipun

jumlah sesuai

pembagian
dengan

laba

meningkat

peningkatan

jumlah

keuntungan berlipat atau keadaan pendapatan.


ekonomi sedang naik.
5.

Eksistensi bunga diragukan (kalau Tidak ada yang meragukan keabsahan


tidak dikecam) oleh semua agama, bagi hasil.
termasuk islam.
Dari tabel diatas dapat dilihat perbedaan mendasar antara bunga dan bagi hasil.

Sistem bunga biasanya dilakukan dalam bank konvensional, sedangkan sistem bagi
hasil biasanya dilakukan dalam bank syariah.3
E. Macam-macam Model Bagi Hasil
a. Mudharabah
b. Musyarakah

Nurul Hak, Ekonomi Islam, Hukum Bisnis Syariah (Yogyakarta: Teras, 2011), 111-112.

DAFTAR PUSTAKA
Hak, Nurul. Ekonomi Islam, Hukum Bisnis Syariah. Yogyakarta: Teras, 2011.
Muhamad. Dasar-Dasar Keuangan Islam. Yogyakarta: Ekonisia, 2004.
Thalib, M. Bunga Bank dalam Islam. Surabaya: Al-Ikhlas, 1993.

Anda mungkin juga menyukai