Anda di halaman 1dari 8

TUGAS 1

HUKUM DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

Disusun oleh:

Nurida S. FerantiNRP. 3607100003


Anindita RamadhaniNRP. 3607100007

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota


Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
BAB I
Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Eksistensi dan peran fungsi hukum dalam kehidupan bernegara dan masyarakat kini
sedang digugat. Sampai sejauh ini, penegakan hukum di Indonesia tergolong masih sangat
lemah. Hukum seringkali dipermainkan dan dicari celah-celah kelemahannya serta dengan
mudahnya untuk merubah suatu tatanan yang sudah di atur oleh Pemerintah Pusat
sehingga Negara ini dianggap seperti main Ludruk/sandiwara.

Begitu juga di salah satu kota terbesarnya yaitu Surabaya, melihat pertumbuh-
kembangan pada pembangunan dan pembaruan hukum di negeri ini belum mengarah pada
terbentuknya satu sistem penegakan hukum yang terpadu. Sekedar menunjuk contoh
konkret, masalah penyerobotan tanah, perombakan bangunan cagar budaya, pengadaan
reklame yang tidak sesuai dengan regulasi, dan banyak lagi contoh lainnya yang dalam
pelaksanaannya terdapat kesalahan-kesalahan dan pelanggaran hukum yang tak jarang
dampaknya dirasakan langsung oleh masyarakat luas.

Dengan banyaknya masalah-masalah penegakan hukum seperti yang telah disebutkan di


atas, maka tak mustahil nanti akan terjadi tumpang-tindih dalam tahap penuntutan, atau
bahkan tumpang-tindih dalam proses peradilannya. Jadi belum terdapat pelaksanaan tugas
secara berkesinambungan dan terpadu dalam satu sistem besar penegakan hukum. Oleh
sebab itu, kajian ini akan berusaha untuk mengidentifikasi masalah-masalah regulasi yang
berkaitan dengan perencanaan wilayah dan pembangunan kota khususnya Surabaya.

1.2. Rumusan Masalah

Kajian ini berupaya untuk mengidentifikasi permasalahan regulasi yang terjadi di Kota
Surabaya, sehingga secara tidak langsung melahirkan masalah yang serius bagi
pembangunan Kota Surabaya tu sendiri. Berkaitan dengan masalah tersebut, terdapat
beberapa pertanyaan yang menjadi landasan pembahasan kajian ini antara lain:
a. Apa saja permasalahan regulasi yang berkaitan dengan perencanaan wilayah dan
pembangunan kota khususnya yang terjadi di Kota Surabaya?
b. Regulasi apa saja yang dilanggar dalam permasalahan regulasi yang berkaitan
dengan perencanaan wilayah dan pembangunan kota khususnya yang terjadi di Kota
Surabaya?

2
1.3. Tujuan dan Sasaran Penulisan
Kajian ini bertujuan mengidentifikasi masalah-masalah regulasi untuk mengungkap hal-
hal apa saja yang menjadi penyebab terjadinya permasalahan tersebut sebagai upaya agar
penegakan hukum di Indonesia khususnya Surabaya lebih kuat dan mampu melayani
masyarakat dengan sebaik-baiknya.
Adapun sasaran penulisan yang ingin dicapai, antara lain:
a. Mengidentifikasi masalah-masalah regulasi yang berkaitan dengan perencanaan
wilayah dan pembangunan kota khususnya yang terjadi di Kota Surabaya.
b. Mengidentifikasi pelanggaran regulasi yang berkaitan dengan perencanaan wilayah
dan pembangunan kota khususnya yang terjadi di Kota Surabaya.

1.4. Ruang Lingkup Pembahasan


1.4.1.Ruang Lingkup Wilayah
Kajian ini mengambil studi kasus Kota Surabaya sebagai salah satu kota besar di
Indonesia yang memiliki permasalahan regulasi dan penegakan hukum serupa dengan
kebanyakan kota-kota besar di negara maju dan negara berkembang di dunia.

1.4.2.Ruang Lingkup Pembahasan


Kajian ini menggambarkan masalah pelanggaran regulasi khususnya pada perencanaan
wilayah dan pembangunan Kota Surabaya, sehingga pada akhirnya timbul masalah semakin
lemahnya penegakan hukum di Surabaya akibat banyaknya pelanggaran-pelanggaran kecil
yang tidak doperhatikan namun memiliki dampak yang serius ketika terjadi permasalahan.
Selanjutnya dengan identifikasi permasalahan ini diharapkan mampu mengurangi
pelanggaran-pelanggaran hukum yang ada di Kota Surabaya.

1.5. Sistematika Penulisan


Bab I Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang penulisan, ruang lingkup pembahasan, tujuan penulisan dan
sistematika penulisan.
Bab II Pembahasan
Bab ini berisi tetang identifikasi masalah serta identifikasi pelanggaran hukum
disesuaikan dengan Perda Kota Surabaya.
Bab III Kesimpulan
Bab ini berisi simpulan yang dapat diambil dari keseluruhan penulisan serta beberapa
rekomendasi yang dapat ditawarkan dalam rencana tata ruang Kota Surabaya dalam
mengatasi masalah pelanggaran regulasi yang berkaitan dengan perencanaan dan
pembangunan kota.

3
Bab II
Pembahasan

2.1. Permasalahan Regulasi di Surabaya


2.1.1. Masalah Penyelenggaraan Reklame
Media informasi adalah merupakan salah satu kelengkapan lingkungan atau ”Street dan
Environmental Furnitur” yang dimana perencanaannya termasuk dalam detail kota. Namun
aktual di lapangan khususnya kota Surabaya, kondisi dan penataan street furniture
(terutama reklame) masih dirasakan kurang memenuhi estetika dan keindahan lingkungan.
Dan terkadang keberadaannya yang melanggar regulasi tentang pemyelenggaraan reklame
bisa menjadi sebuah ancaman bagi keselamatan lingkungan sekitarnya.
Sebagai contoh, masalah robohnya papan reklame yang pernah roboh di Jalan Manyar
pada akhir November 2008. Dampak yang ditimbulkan selain kerugian materiil akibat
rusaknya sejumlah kendaraan, kejadian itu juga menyebabkan kemacetan panjang di Jalan
Manyar Kertoarjo. Kendaraan di jalan tersebut dan dari arah Jalan Pucang Anom Timur tak
bisa lewat karena papan reklame itu menutupi separo jalan.

 Identifikasi permasalahan disesuaikan dengan Perda Kota Surabaya

Gambar Kondisi Faktual Pelanggaran Penjelasan


Reklame
Luas bidang reklame Perda Penyelenggaraan Pelanggaran yang
ini melebihi Reklame. dilakukan adalah
ketentuan dan Pasal 19 ayat 2, peyelenggaraan
ketinggian papan Penyelenggaraan reklame dilakukan di
rekalme melebihi reklame di median jalan trotoar atau di bahu
atap persil atau jalur hijau atau jalan.
bangunan. pulau jalan, bidang
reklame dilarang
melebihi median atau
pulau jalan yang
bersangkutan

Hal tersebut menunjukkan bahwa :

 Pengawasan pelaksanaan perda reklame bersifat law inforcement,pengawasan yang


lemah dan kurang tegas terhadap pelanggaran mengakibatkan pelaku pendirian
reklame berlaku seenaknya dan berusaha mencari celah dari setiap kelemahan
perda.

4
 Untuk melakukan manajemen pengelolaan reklame, diperlukan regulasi yang tegas
dan pasti. Selain itu, juga diperlukan konsistensi antara pihak pemberi izin agar
reklame yang nantinya berdiri tidak menyalahi peraturan yang ada. Bila melihat
kondisi faktual saat ini, management pengelolaan reklame kota Surabaya dapat
dinilai sangat buruk. Hal ini terlihat dari adanya jenis-jenis reklame yang sangat jelas
menyalahi aturan namun masih dapat berdiri.

2.1.2. Masalah Persampahan/Kebersihan


Dalam pembangunan kota, pelaksanaan pemeliharaan kebersihan kota adalah hal
terpenting untuk tetap menjaga estetika kota itu sendiri agar terhindar dari pencemaran
lingkungan. Salah satu masalah pencemaran lingkungan yang sulit sikendalikan di Kota
Surabaya ini adalah masalah persampahan. Ada pandangan sangat menarik dari para
ekolog yang menyatakan bahwa semua organisme dalam tata kehidupan ekosistem pasti
akan menghasilkan sampah. Konsekwensi dari kegiatan yang dilakukan oleh mahkluk hidup
ketika beraktivitas adalah bahwa setiap aktivitas akan menghasilkan sampah dengan ragam
bentuk, warna, ataupun baunya.
Salah satu contohnya adalah pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh timbunan
sampah pada fasilitas pelayanan publik seperti pasar Keputran Surabaya.

 Identifikasi permasalahan disesuaikan dengan Perda Kota Surabaya

Gambar Kondisi Faktual Pelanggaran Penjelasan


Pencemaran Lingkungan
Tumpukan sampah berada Perda Retribusi Pelanggaran yang
di lokasi pasar dan berada Pelayanan dilakukan adalah
di tepi jalan raya. Persampahan/ pedagang
Kebersihan. Pasal (pemakai persil)
22,Setiap pemakai tidak menyediakan
persil bertanggung tempat
jawab atas penampungan
kebersihan sampah.
bangunan, halaman,
saluran pematusan,
ikut bertanggung
jawab atas
kebersihan jalan
setapak dan
lingkungan/tempat-
tempat di sekitarnya.

5
2.1.3. Masalah Penyerobotan Tanah

Penyerobotan tanah negara, tanah milik perusahaan atau pribadi setahun terakhir
semakin menggejala di Surabaya. Tanpa dasar hukum jelas, warga nekat mematok tanah
yang sudah menjadi kawasan perumahan, atau bahkan tanah negara seperti pada
pelanggaran yang dilakukan manajemen PT Bayu Bangun Lestari pada awal April 2009 lalu
yang diduga menyerobot tanah milik Dinas Pengairan Jatim. Berdasarkan Perda Nomor
7/2002 tentang IMB, dijelaskan bahwa bangunan yang didirikan di Surabaya harus
mengantongi izin mendirikan bangunan yang dikeluarkan pemkot. Kalau pembangunannya
sendiri tidak sesuai dengan IMB, maka pemkot berhak mencabut izin pendirian bangunan
tersebut.

Artinya, ada beberapa unit usaha besar yang terancam tercabut izin bangunannya. Di
antaranya Surabaya Plasa dan Surabaya Hotel serta beberapa unit usaha lainya yang
pengelolaannya di bawah kendali manajemen PT Bayu Bangun Lestari. Pemkot berhak
mencabut izin yang sudah dikeluarkan sebelumnya karena ditemukan pelanggaran perda di
lapangan. sanksi akibat pelanggaran IMB itu bisa jadi sangat serius, bisa berupa
penyegelan, pembongkaran dan pidana. Intinya, jika pelanggaran yang dilakukan
manajemen PT Bayu Bangun Lestari itu tidak segera diselesaikan, maka besar
kemungkinan nanti pemkot melakukan pembongkaran paksa bangunan yang dinilai
melanggar perda.

 Identifikasi permasalahan disesuaikan dengan Perda Kota Surabaya

Gambar Kondisi Faktual Pelanggaran Penjelasan


Pencemaran Lingkungan
Tembok yang jaraknya Izin mendirikan Pelanggaran yang
hanya 12 - 15 meter dari bangunan (IMB) dilakukan adalah
bibir sungai. yang dikeluarkan pendirian bangunan
pada 1986, yang melanggar
seharusnya garis sempadan
perusahaan tersebut sungai.
mendirikan
bangunan dengan
jarak 28 meter dari
bibir sungai.

2.1.4. Masalah PKL

6
Bagi Kota Surabaya, keberadaan PKL ada di mana-mana. Hampir di seluruh jalur
jalan dan tempat-tempat terbuka. Hampir tak ada lahan kosong di seantero kota ini yang
tidak ditempati PKL. Di kota ini, PKL dibagi adalah dua jenis: legal dan ilegal atau sah dan
liar. PKL yang dianggap sah, adalah PKL yang menempati lahan yang mendapat
persetujuan dari “yang berwenang”. Pengertian yang berwenang ini macam-macam, mulai
dari perorangan sebagai pemilik lahan, sampai tingkat pengurus RT, RW, aparat kelurahan,
kecamatan sampai tingkat Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. Para PKL yang dianggap
sah atau legal itu, disebut sebagai PKL “binaan”, sedangkan yang tidak termasuk katagori ini
adalah PKL ilegal atau liar.

Sebagai contoh keberadaan PKL liar dan kerap kali mengganggu aktifitas di
sekitarnya adalah Jalan Pahlawan Surabaya. Mereka ada hampir di seluruh jalur jalan dan
tempat-tempat terbuka. Dan secara tidak langsung para PKL ini melanggar regulasi
mengenai penggunaan jalan.

 Identifikasi permasalahan disesuaikan dengan Perda Kota Surabaya

Gambar Kondisi Faktual Pelanggaran Penjelasan


Pencemaran Lingkungan
PKL menempati badan Perda no 10 thun Pelanggaran yang
jalan dan melebar sehingga 2000, Menggunakan dilakukan adalah
sering menyebabkan para PKL
kemacetan dan merusak bahu jalan, median menggelar
estetika kota. jalan, jalur pemisah dagangan dan
jalan, trotoar dan stand-standnya di
bangunan jalan sehingga
merubah fungsi
perlengkapan lainnya
jalan.
yang tidak sesuai
dengan fungsinya.

BAB III

7
Kesimpulan

Dari serangkaian pembahasan mengenai pelanggaran-pelanggaran hukum di Kota


Surabaya tersebut dapat disimpulkan bahwa :

1. Kurangnya konsistensi pemerintah dalam penegakan peraturan daerah. Melihat


penyebab inkonsistensi penegakan hukum di Indonesia, khususnya Kota Surabaya,
maka prioritas perbaikan harus dilakukan pada aparat, baik polisi, jaksa, hakim,
maupun pemerintah (eksekutif) yang ada dalam wilayah peradilan yang
bersangkutan.
2. Pemanfaatan inkonsistensi penegakan hukum oleh sekelompok orang demi
kepentingannya sendiri, selalu berakibat merugikan pihak yang tidak mempunyai
kemampuan yang setara. Akibatnya rasa ketidakadilan dan ketidakpuasan tumbuh
subur di masyarakat Indonesia. Penegakan hukum yang konsisten harus terus
diupayakan untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap hukum di
Indonesia.
3. Pengawasan pelaksanaan perda bersifat law inforcement, sehingga pengawasan
yang lemah dan kurang tegas terhadap pelanggaran mengakibatkan pelaku
pelanggaran berlaku seenaknya dan berusaha mencari celah dari setiap kelemahan
perda.
4. Selain itu, peningkatan kesadaran hukum masyarakat juga menjadi faktor kunci
dalam penegakan hukum secara konsisten.

Anda mungkin juga menyukai