Anda di halaman 1dari 11

64

V. MEDIA HIDROPONIK
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Media merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang ditanam dengan sistem
hidroponik. Media hidroponik dikelompokkan ke dalam dua kelompok,
yaitu kultur air yang tidak menggunakan media pendukung lain untuk
perakaran tanaman dan kultur substrat atau agregat yang menggunakan
media padat untuk mendukung perakaran tanaman. Media tanam yang
akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang ingin
ditanam. Menentukan media tanam yang tepat dan standar untuk jenis
tanaman yang berbeda habitat asalnya merupakan hal yang sulit. Hal ini
dikarenakan setiap daerah memiliki kelembaban dan kecepatan angin
yang berbeda. Secara umum, media tanam harus dapat menjaga
kelembaban daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat
menahan ketersediaan unsur hara.
Media hidroponik merupakan salah satu faktor untuk keberhasilan
budidaya tanaman secara hidroponik. Sifat dari media harus sesuai
kriteria supaya tanaman mampu tumbuh dengan optimal. Media tanam
yang tepat untuk budidaya hidroponik yaitu mampu menjaga kelembapan
daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan
ketersediaan unsur hara. Media hidroponik yang sesuai harus memiliki
sifat yang tidak akan mengubah sifat dari larutan nutrisi.
Budidaya tanaman secara hidroponik media tanam yang
digunakan bisa berupa organik dan anorganik. Media tanam harus sesuai
dengan beberapa kriteria untuk memaksimalkan hasil produksi.
Pemahaman mengenai larutan nutrisi hidroponik diharapkan mampu
memberikan pengetahuan serta mampu menentukan sistem yang sesuai
untuk budidaya tanaman sehingga mampu meningkatkan produksi
tanaman budidaya. Berdasarkan praktikum acara media hidroponik
diharapkan mahasiswa mampu mengetahui macam-macam media yang

65

digunakan serta menerapkannya dalam sistem hidroponik sehingga


meningkatkan keberhasilan budidaya tanaman.
2. Tujuan Praktikum
Praktikum Hidroponik acara Penanaman dilakukan bertujuan
sebagai berikut:
a. Memberi pengalaman kepada mahasiswa untuk membudidayakan
sayuran daun dengan sistem hidroponik.
b. Menghasilkan produk sayuran yang berkualitas.
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Hidroponik acara Penanaman dilakukan sebanyak dua
kali yakni masa tanam pertama dan masa tanam kedua yang dilaksanakan
64
di Rumah Kaca Fakultas Pertanian UNS. Masa tanam pertama dilakukan
pada tanggal 26 September 2016 pukul 07.30-09.30 WIB, sedangkan
masa tanam kedua dilakukan di pada tanggal 31 Oktober 2016 pukul
07.30-09.30 WIB.
B. Tinjauan Pustaka
Hidroponik merupakan teknik bertanam tanpa menggunakan media
tanah. Teknik hidroponik mampu meningkatkan hasil tanaman per satuan luas
sampai jika dibandingkan dengan teknik pertanian konvensional. Budidaya
sistem hidroponik fokus pada cara pemberian air dan hara yang optimal,
sesuai dengan kebutuhan tanaman, umur tanaman, dan kondisi lingkungan
sehingga tercapai hasil yang maksimum (Lingga 2006). Budidaya hidroponik,
faktor penting yang harus diperhatikan untuk memperoleh hasil pertumbuhan
tanaman yang optimal adalah kebutuhan nutrisi dan media untuk tanaman
harus terpenuhi (Susila 2004).
Hidroponik pada prinsipnya adalah menggantikan peran dan fungsi
tanah serta mensuplai kebutuhan tanaman untuk pertumbuhan optimalnya.
Pada hidroponik agregat, media tanam harus mampu menunjang tubuh
tanaman, bersifat inert, memiliki aerasi yang baik dan tidak mengandung zat
yang beracun bagi tanaman. Keunggulan budidaya dengan sistem hidroponik
dibandingkan dengan budidaya di lapang antara lain adalah lebih
terkontrolnya pemberian nutrisi sesuai dengan kebutuhan tanaman, sehingga
tanaman mampu tumbuh dan berpoduksi maksimal (Susanto 2005).

66

Media tanam merupakan salah satu komponen ketika akan berbudidya


menggunakan sistem hidroponik. Media tanam yang akan digunakan harus
disesuaikan dengan jenis tanaman yang akan ditanam. Menentukan media
tanam yang tepat media tanam harus dapat menjaga kelembapan daerah
sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan
unsur hara (Djajadi et al. 2010).
Media untuk tanaman hidroponik bermacam-macam. yang dapat
digunakan, dapat dari arang sekam, pasir, zeolit, rockwoll, gambut (peat
moss), dan serbuk sabut kelapa. Persyaratan terpenting untuk media
hidroponik harus ringan dan porus. Tiap media mempunyai bobot dan
porositas yang berbeda. Oleh karena itu, dalam memilih media sebaiknya
dicari yang paling ringan dan yang mempunyai porositas baik, salah satunya
yang dibuat dari arang sekam Media arang sekam mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Kelebihannya antara lain harganya relatif murah, bahannya
mudah didapat, ringan, sudah steril, dan mempunyai porositas yang baik.
Kekurangannya yaitu jarang tersedia di pasaran, yang umum tersedia hanya
bahannya (sekam/kulit gabah) saja, dan hanya dapat digunakan dua kali
(Supriyanto dan Fidryaningsih 2010).
Arang sekam umum digunakan untuk media tanam hidroponik
dibandingkan dengan serbuk sabut kelapa. Beberapa penelitian telah
menyebutkan bahwa sabut kelapamempunyai daya simpan air yang sangat
baik (Muhit dan Qodriyah 2006). Menurut Wuryaningsih et al (2003) media
serbuk sabut kelapa dapat menghasilkan tunas dan bunga mawar nyata lebih
banyak dibandingkan dengan media serbuk gergaji, karena unsur hara yang
terserap terutama N pada media serbuk sabut kelapa lebih banyak
dibandingkan dengan serbuk gergaji. Pengolahan serbuk sabut kelapa menjadi
arang serbuk sabut kelapa lebih menguntungkan karena arang yang
ditaburkan di sekeliling tanaman teh mampu meningkatkan pertumbuhan dan
hasil tanaman teh hingga 40% dibandingkan dengan tanaman yang tidak
ditaburi arang. Selain dari segi media, larutan nutrisi yang diberikan pada
tanaman juga harus diperhatikan. Tanaman sayuran buah menghendaki

67

konsentrasi larutan nutrisi yang lebih pekat dibandingkan dengan tanaman


sayuran daun (Chadirin 2009).
Berdasarkan warnanya, batang pakis dibedakan menjadi 2, yaitu
batang pakis hitam dan batang pakis coklat. Dari kedua jenis tersebut, batang
pakis hitam lebih umum digunakan sebagai media tanam. Batang pakis hitam
berasal dari tanaman pakis yang sudah tua sehingga lebih kering. Selain itu,
batang pakis ini pun mudah dibentuk menjadi potongan kecil dan dikenal
sebagai cacahan pakis. Selain dalam bentuk cacahan, batang pakis juga
banyak dijual sebagai media tanam siap pakai dalam bentuk lempengan
persegi empat (Agus 2011).
Pasir sering digunakan sebagai media tanam selain tanah karena
sifatnya yang porous dan steril. Campuran media tanam yang menggunakan
pasir, maka pasir harus diayak terlebih dahulu sehingga tidak mengandung
batu

kerikil.

Kelebihannya

murah

dan

mudah

didapat,

sedangkan

kekuranganya kemampuan menahan air rendah dan berat (Slamet 2005).


Abu sekam mempunyai sifat sangat sulit melepas air sehingga daerah
perakaran lembab. Dengan keadaan tersebut, untuk waktu yang lama akan
menggangu penyerapan air dan unsur hara yang akan menyebabkan
pertumbuhan tanaman tidak optimal. Dengan demikian akan mengakibatkan
berat tajuk yang dihasilkan rendah (Resh 2010).
Moss yang dijadikan sebagai media tanam berasal dari akar pakupakuan, atau kadaka yang banyak dijumpai di hutan-hutan. Moss sering
digunakan sebagai media tanam untuk masa penyemaian sampai dengan masa
pembungaan. Media ini mempunyai banyak rongga sehingga memungkinkan
akar tanaman tumbuh dan berkembang dengan leluasa. Menurut sifatnya,
media moss mampu mengikat air dengan baik serta memiliki sistem drainase
dan aerasi yang lancar. Untuk hasil tanaman yang optimal, sebaiknya moss
dikombinasikan dengan media tanam organik lainnya, seperti kulit kayu,
tanah gambut, atau daun-daunan kering (Rafar 2011).
Pecahan batu bata juga dapat dijadikan alternatif sebagai media tanam.
Seperti halnya bahan anorganik lainnya, media jenis ini juga berfungsi untuk
melekatkan akar. Sebaiknya, ukuran batu-bata yang akan digunakan sebagai
media tanam dibuat kecil, seperti kerikil, dengan ukuran sekitar 2-3 cm.

68

Semakin kecil ukurannya, kemampuan daya serap batu bata terhadap air
maupun unsur hara akan semakin balk. Selain itu, ukuran yang semakin keeil
juga akan membuat sirkulasi udara dan kelembapan di sekitar akar tanaman
berlangsung lebih baik (Karsono 2005).
Macam-macam media anorganik yaitu Styrofoam, hidrogel, spons,
vermikulit. Vermikulit adalah media anorganik steril yang dihasilkan dari
pemananasan

kepingan-kepingan

mika

dan

mengandung

potasium.

Berdasarkan sifatnya, vermikulit adalah media tanam yang mempunyai


performa kapasitas tukar kation yang tinggi, khususnya dalam kondisi padat
dan pada saat basah. Styrofoam adalah bahan anorganik yang terbuat dari
kopolimer styren yang bisa dijadikan sebagai pilihan media tanam. Hidrogel
adalah kristal-kristal polimer yang tak jarang dipakai sebagai media tanam
bagi tanaman hidroponik (Dianawati et al. 2013).
C. METODELOGI PRAKTIKUM
1. Alat
a. Timbangan
b. Ember
c. Gelas takar
d. EC-meter
e. Alat tulis
f. Penggaris
2. Bahan
Bahan yang digunakan: kemikalia (Kalsium nitrat, Kalium nitrat,
Fe-EDTA, Kalium dihidro fosfat, Amonium sulfat, Magnesium sulfat,
Cupri sulfat, Zinc sulfat, Asam borat, Mangan sulfat, Amonium molibdat)
3. Cara Kerja
a. Menimbang kemikalia dengan jumlah sesuai komposisi
b. Komposisi A: Kalsium nitrat, Kalium nitrat, Fe-EDTA
c. Komposisi B: Kalium dihidro fosfat, Amonium sulfat, Magnesium
sulfat, Cupri sulfat, Zinc sulfat, Asam borat, Mangan sulfat, Amonium
molibdat

69

d. Membuat pekatan A dan B masing-masing sebanyak 30 L diperlukan


garam teknis sebagai berikut:
e. Mengukur nilai EC dari air yang digunakan sebagai pelarut
f. Melarutkan setiap kkomposisi garam A dan B ke dalam 30 L air
sehngga tersedia larutan pekatan A dan B
g. Membuat simulasi pengukuran nilai EC pada berbagai perimbangan
penggunaan larutan pekat A dan B dalam 1 L larutan nutrisi siap pakai
h. Membuat grafik hubungan antara volume larutan pekat A dan B yang
digunakan tiap 1000 ml larutan nutrisi (X) dengan nilai EC (Y)

D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan


1. Hasil Pengamatan
Tabel 5.1 Data Rekapan Kapasitas Menahan Air pada Berbagai Jenis
Substrat
Kel

Komposisi substrat

Volume
air yang
menetes

Berat
substrat
basah (gr)

V1-V2
(ml)

B2-B1
(gr)

70

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
25
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28

Pasir Malang
Pasir Malang
Serat Aren
Bagase
Bagase
Pasir Malang
Pasir Malang
Pasir Merapi
Pakis
Serat Aren
Pasir Malang
Paris Malang
Bagase
Serat Aren
Serat Aren
Serat Aren
Bagase + Pasir
Pakis
Pakis
Pakis
Sekam
Sekam
Sekam
Bagase + Pasir
Bagase + Pasir
Bagase + Pasir
Bagase + Pakis
Bagase + Pakis
Bagase + Pakis

(ml)
740
775
650
550
550
750
750
650
820
380
615
615
500
860
800
680
550
825
800,5
750
500
300
480
550
510
550
800
470
630

925
975
400
1100
1100
945
945
1800
400
630
110
1100
1000
210
201
290
850
350
210
330
700
1100
700
1200
1300
850
600
750
600

260
225
350
440
440
240
240
350
180
620
385
385
500
140
200
620
450
175
199,5
250
500
700
520
450
490
450
200
530
370

2. Pembahasan
Media tanam hidroponik harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut, yaitu dapat menyerap dari penghantar air, tidak mempengaruhi
pH air, tidak mengubah warna, tidak mudah lapuk dan membusuk.
Menurut Fitter dan Hay (2007), media tanam kultur hidroponik dapat
dibagi menjadi dua, yaitu media tanam anorganik, contohnya batu apung
yang berasal dari bebatuan larva gunung berapi. Sifatnya ringan, sukar
lapuk, tidak mempengaruhi pH, porous mudah menyerap dan menyimpan
air, serta mengalirkan air dalam jumlah yang banyak. Batu apung terbaik

125
200
700
550
390
165
165
200
280
550
300
300
460
145
61
245
450
185
95
190
200
500
400
400
400
450
330
500
300

71

untuk media tanam hidroponik perlu direkayasa menjadi sebesar kerikil.


Media organik salah satunya yaitu kompos daun sifatnya sebagai media
tanam jauh lebih unggul dibanding dengan bahan anorganik karena bahan
organik mampu menyediakan unsur-unsur hara bagi tanaman. Sistem
hidroponik tidak menggunakan media tumbuh lain yang bukan tanah
sebagai penopang pertumbuhan tanaman. Menurut Susanto (2006), media
tanam yang baik adalah yang subur, dapat menyimpan air dan unsur hara
serta memiliki aerase dan drainase yang cukup baik. Media yang baik dan
sesuai untuk pertumbuhan, maka pertumbuhan tanaman akan berlangsung
dengan baik.
Media organik mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan
media organik yaitu mampu menyimpan air dan nutrisi tinggi, baik bagi
perkembangan mikroorganisme bermanfaat, aerasi optimal (porus),
kemampuan menyangga pH tinggi sehingga sangat cocok bagi
perkembangan perakaran. Media organik memiliki kekurangan yaitu
kelembaban media cukup tinggi, rentan serangan jamur, bakteri, maupun
virus penyebab penyakit tanaman, sterilitas media sulit dijamin dan tidak
permanen, hanya dapat digunakan beberapa kali saja, secara rutin harus
diganti. Berdasarkan hasil pengamatan arang sekam (kulit gabah)
mempunyai porositas yang sangat baik dan tidak perlu diseterilkan tapi
hanya dapat dipergunakan untuk 2 kali penanaman karena media tersebut
merupakan organik. Pasir digunakan sebagai media tanam selain tanah
karena sifatnya yang porous dan steril. Campuran media tanam yang
menggunakan pasir harus diayak terlebih dahulu sehingga tidak
mengandung batu kerikil kelebihannya murah dan mudah didapat
sedangkan kekuranganya kemampuan menahan air rendah dan berat.
Media tanam yang digunakan dalam praktikum media hidroponik
antara lain pasir malang, serat aren, bagase, pasir merapi, pakis, bagase +
pasir dan sekam. Perlakuan penggunaan dari beberapa media adalah
mengetahui kapasitas menahan air pada berbagai jenis substrat.
Berdasarkan hasil dari beberapa uji coba pada tiap kelompok praktikum

72

dapat diketahui bahwa volume air yang menetes paling sedikit terdapat
pada perlakuan serat aren dan volume air yang menetes paling tinggi yaitu
arang sekam dan perlakuan bagase+pakis. Berdasarkan hasil pengamatan
yang diperoleh dari kelompok 1 mendapat perlakuan Pasir malang.
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh bahwa berat media setelah diberi
air sebesar 925 gram. Sedangkan volume tampung air total yang menetes
sebesar 740 ml. Hal ini menunjukkan bahwa media sebanyak 125 gram
dapat menyimpan air untuk kebutuhan tanaman secara maksimal sebesar
740 ml. Keunggulan dari media pasir malang ini adalah steril karena
berasal dari lahar atau magma gunung berapi, mudah dalam pemaikan,
ukurannya lembut, dapat menambah sistem aerasi dan drainase media
tanam dan membuat media terlihat lebih bersih dan tidak mudah
ditumbuhi lumut atau jamur. Pasir malang jarang digunakan sebagi media
tanam karena memiliki kapasitas pori-pori yang cukup besar (pori-pori
makro) sehingga pasir mudah menjadi mudah basah dan mudah kering.
Pemakaian pasir sebagai media tanam biasanya dikombinasikan dengan
campuran krikil, dan batu-batuan.
Media anorganik memiliki kelebihan berupa permanen, dapat
dipakai dalam jangka waktu yang lama, porus, aerasi optimal, cepat
mengatuskan air, media tidak terlalu lembab, sterilitasnya lebih terjamin,
dan jarang digunakan sebagai inang bagi jamur, bakteri, dan virus.
Kekurangan dari media anorganik antara lain bukan media yang baik bagi
perkembangan organisme bermanfaat seperti mikoriza, media lebih berat,
karena umumnya berupa batuan, terlalu cepat mengatuskan air, nutrisi
yang diberikan sering terlindi dan kurang baik bagi perkembangan sistem
perakaran. Menurut Zulfitri (2009), karakteristik substrat harus bersifat
inert dimana tidakmengandung unsur hara mineral. Media tanam
hidroponik harus bebas daribakteri, racun, jamur, virus, spora yang dapat
menyebabkan patogen bagi tanaman. Fungsi utama substrat adalah untuk
menjaga kelembaban,dapat menyimpan air dan bersifat kapiler terhadap

73

air. Media yang baik bersifat ringan dan dapat sebagai penyangga
tanaman.
E. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil pengamatan dan
pembahasan acara Media Hidroponik ini adalah:
a. Sistem hidroponik substrat merupakan metode budidaya tanaman di
mana akar tanaman tumbuh pada media porus selain tanah
b. Media tanam hidroponik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut
yaitu dapat menyerap dari penghantar air, tidak mempengaruhi pH air,
tidak mengubah warna, tidak mudah lapuk dan membusuk
c. Kelebihan media organik yaitu mampu menyimpan air dan nutrisi
tinggi, baik bagi perkembangan mikroorganisme bermanfaat, aerasi
optimal (porus), kemampuan menyangga pH tinggi sehingga sangat
cocok bagi perkembangan perakaran.
d. Kelebihan media anorganik yaitu permanen, dapat dipakai dalam
jangka waktu yang lama, porus, aerasi optimal, cepat mengatuskan air,
media tidak terlalu lembab, sterilitasnya lebih terjamin, dan jarang
digunakan sebagai inang bagi jamur, bakteri, dan virus.
2. Saran
Sebaiknya penggunaan media organik harus melalui proses
sterilisasi sehingga tidak mempengaruhi hasil budidaya tanaman.

DAFTAR PUSTAKA
Chadirin Y 2009. Teknologi Hidroponik II, Modul Kuliah Pelatihan Aplikasi
Teknolgi Hidroponik untuk Perkembangan Agribisnis Perkotaan. Lembaga
Penelitian ITB, Bogor.
Dianawati M, Ilyas S, Wattimena G A, Susila A D. 2013. Produksi umbi mini
kentang secara aeroponik melalui penentuan dosis optimum pupuk daun
nitrogen. J Hort 23(1):47-55.

74

Djajadi H. B, N Hidayah. 2010. Pengaruh media tanam dan frekuensi


pemberian air terhadap sifat fisik, kimia dan biologi tanah serta
pertumbuhan jarak pagar. Jurnal Littri. 16(3):64-69.
Fitter dan Hay, 2007. Hidroponik Tanaman Buah untuk Bisnis dan Hobi. Jakarta :
Penebar Swadaya.
Irawan, Agus. Hidroponik 2011. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Media
Tanah. Bandung : M2S
Karsono,dkk. 2005. Pengaruh Sistem Hidroponik Rakit Apung Terhadap
Penyerapan Na, Ca, Mg pada Media Tanam Kolam Ikan. Jurnal
Hidroponik 2(1): 25-31
Lingga Pinus. 2006. Hidroponik bercocok tanam tanpa tanah. Depok. Penebar
Swadaya.
Muhit A dan L Qodriyah 2006. Respon beberapa kultivar mawar (Rosa hybrida
L.) pada media hidroponik terhadap pertumbuhan dan produksi bunga.
Buletin Teknik Pertanian 11: 29-32.
Rafar. 2011. Studi Kandungan pb dalam Batang dan Daun Kangkung (Ipomoea
reptans) Yang Direbus dengan Penambahan NaCl dan Asam
Asetat. Makara Sains 8 (3) : 85-88
Resh H. 2010. Hydroponic Food Production. Newconcept Press. New Jersey.
Soeseno, Slamet. 2005. Bercocok Tanam secara Hidroponik. Jakarta. Gramedia.
Supriyanto dan Firdryaningsih F. 2010. Pemanfaatan Arang Sekam untuk
Memperbaiki Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.)
Miq) pada Media Subsoil. Jurnal Silvikultur Tropika 1 (1) : 24-28.
Susanto, Slamet, Suwardi, Nani M. 2006. Pemanfaatan serasah daun bambu
sebagai media budidaya tomat (Lycopersicon esculentum Mill) dengan
sistem hidroponik. Buletin Agrononomi 3 (1) : 33 37.
Susila A D, Y Koerniawati. 2004. Pengaruh nutrisi dan jenis media tanam pada
pertumbuhan dan hasil tanaman selada (Lactuca Sativa) pada teknologi
hidroponik sistem terapung. J Bul Agron. 32 (3) : 16-21.
Wanitaningsih S K. 2012. Pemanfaatan serabut kelapa dan sekam padi sebagai
media tanam pada pembibitan tanaman nyamplung menggunakan potrays.
Wuryaningsih S, A Muharam, dan I Rusyadi 2003. Tanggapan tiga kultivar mawar
terhadap media tumbuh tanpa tanah. J. Hort. 13:28-40.
Zulfitri 2009. Analisis Varietas Dan Polybag Terhadap Pertumbuhan Serta
Hasil Cabai (Capsicum annum L.) Sistem Hidroponik. Buletin Penelitian
Pertanian Vol (8):1-12.

Anda mungkin juga menyukai