Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH TEKNOLOGI PERKAPALAN

Launching Process and Sea Trial Process

Disusun Oleh:

Trimas Manalu (140120201017)


Jeremya Lukmanto Saputra (140120201030)
Hendra Hutagalung (140120201014)
Irma Septiana.L (140120201034)
Suhardi (140120201028)
Konsentrasi Teknik Elektronika Perkapalan

TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2016/2017

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Hanya
dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah
ini dengan lancar.
Tersusunnya makalah Launching Ship and Sea Trial ini tak terlepas dari
dukungan semua pihak. Untuk itu, dalam kesempatan yang istimewa ini penulis
ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Dalam menulis makalah ini penulis menyadari masih ada kekurangan yang
terdapat didalamnya. Maka dari itu saya berharap mendapat kritik dan saran dari
para pembaca.
Semoga tugas makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan juga
penulis, sehinggga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

Tanjungpinang, 29 November 2016

Penulis

DAFTAR ISI
Sampul
Kata Pengantar ............................................................................................... i
Daftar Isi .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
1.3. Tujuan ........................................................................................................ 2
BAB II ISI ......................................................................................................... 3
2.1. Pengertian Peluncuran Kapal .................................................................... 3
2.2. Yang Perlu Diperhatikan dalam Peluncuran Kapal .................................. 6
2.3. Peluncuran dengan Metode Turun Naik Kapal Boat ................................ 7
2.4. Perbedaan Jenis Metode Peluncuran Kapal ............................................... 12
2.4.1. Gravititional Type Launching ...................................................... 13
2.4.2. Foating- Out Type Launcing ........................................................ 17
2.4.3. Mechanical Type Launching ........................................................ 17
2.4.4. Air bags Launcing ........................................................................ 18
2.5. Sea Trial Process ........................................................................................ 19
2.5.1. Function Test ................................................................................ 19
2.5.2. Inclining Test ................................................................................ 21
2.5.3. Sea Treal Process .......................................................................... 21
BAB III PENUTUP .......................................................................................... 25
3.1. Kesimpulan ................................................................................................ 25
3.2. Saran ........................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 27

ii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Secara umum, kapal berfungsi sebagai alat transportasi dalam melakukan
kegiatan perekonomian antar daerah. Pembuatan kapal dilakukan dalam sebuah
galangan. Mutu dan kualitas kapal yang dibangun dalam sebuah galangan
dipengaruhi beberapa faktor seperti keahlian para pekerja, peralatan yang dimiliki
galangan kapal, kemudahan untuk memperoleh bahan material, dan lain-lainnya.
Perkembangan Ilmu dan Teknologi yang semakin pesat dan seiring dengan
perubahan zaman memacu perusahan-perusahan di bidang perkapalan untuk bisa
bersaing menjadi yang terbaik. Untuk meningkatkan daya saing tersebut maka di
perlukan pengelolaan yang baik pula terhadap semua komponen yang terdapat
dalam perusahaan.
Salah satu proses dalam pembuatan kapal Bangunan Baru memerlukan fasilitas
yang baik adalah Peluncuran (Launching). Peluncuran kapal di lakukan setelah
pekerjaan konstruksi badan kapal, pemasangan instalasi permesinan kapal dan
pekerjaan di bawah garis air harus sudah selesai. Peluncuran adalah suatu tahapan
dari proses pembangunan kapal yang secara potensial berbahaya (penuh resiko)
sehingga harus di rencanakan dan dilaksanakan dengan baik. Maka dari itu perilaku
gerakan kapal selama peluncuran perlu di ketahui untuk menjamin bahwa
peluncuran tersebut dapat berlangsung dengan baik dan aman. Sistem peluncuran
yang di gunakan pun tergantung pada fasilitas yang tersedia pada galangan kapal
(Shipyard).
Sejalan dengan tuntutan pasar yang semakin berkembang untuk dapat
melakukan peluncuran kapal-kapal dengan ukuran sedang ataupun besar, maka di
perlukan adanya sarana tambahan untuk dapat mengakomodir aktivitas peluncuran
untuk kapal yang akan di luncurkan.
Salah satu hal yang penting dipertimbangkan pada proses peluncuran kapal
adalah bagaimana mempersiapkan kapasitas landasan peluncuran berikut
pengaturan dan penempatan sejumlah keel block (profil baja) dan balok-balok

ganjal. Sebab jika pengaturan peralatan peluncuran tersebut tidak sedemikian rupa
sehingga jarak antara balok-balok ganjal (jarak tumpuan) cukup besar atau bahkan
buritan atau haluan kapal yang tidak tersangga cukup panjang, maka pembebanan
yang bekerja menjadi semakin besar.
Hal ini tentu saja akan sangat beresiko baik bagi landasan peluncuran maupun
bagi kapal yang disangganya jika konstruksi yang digunakan secara keseluruhan
tidak mampu mengatasi tegangan yang terjadi. Namun demikian, dalam fungsinya
untuk menyangga konstruksi bangunan kapal dan menahan gaya berat kapal yang
bekerja, selain pemenuhan kapasitas landasan itu sendiri, ukuran dari landasan
peluncuran berikut kedudukan kapal di atas landasan tersebut sangat penting untuk
dipertimbangkan.

1.2. Rumusan Masalah


a.

Bagaimana proses dalam peluncuran kapal?

b.

Bagaimana proses pengujian kapal?

1.3. Tujuan
a.

Mahasiswa dapat mengetahui proses dalam peluncuran kapal.

b.

Mahasiswa dapat mengetahui proses pengujian kapal.

BAB II
ISI
2.1. Pengertian Peluncuran Kapal
Peluncuran adalah menurunkan kapal dari landasan peluncuran dengan
menggunakan gaya berat kapal atau dengan memberikan gaya dorong tambahan
yang bekerja pada bidang miring kapal. Perhitungan-perhitungan ini dipergunakan
untuk menghindari kapal dari bahaya-bahaya yang tidak dikehendaki seperti kapal
tenggelam ketika diluncurkan, dropping, tipping, dan lifting. Peluncuran kapal pada
umumnya dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
1. Peluncuran memanjang adalah peluncuran dimana sumbu memanjang
kapal terletak tegak lurus garis pantai dan biasanya kapal diluncurkan
dengan buritan terlebih dahulu.
2. Peluncuran melintang adalah peluncuran dengan sumbu memanjang
kapal sejajar dengan garis pantai.
Di dalam peluncuran kapal, biasanya digunakan peluncuran memanjang.
Peluncuran melintang biasanya hanya digunakan apabila dalam keadaan terpaksa,
seperti bila permukaan air (water front) di depan landasan sempit. Seperti misalnya
di perairan sungai. Sehingga dalam Tugas Produksi Kapal ini, dipilih jenis
peluncuran memanjang atau End Launching. Pada peluncuran memanjang, buritan
kapal diarahkan ke air sehingga buritan akan terkena air terlebih dahulu. Hal ini
dilakukan dengan tujuan supaya agar linggi belakang tidak terbentur pada landasan,
pada waktu kapal masuk ke air maka dapat mengurangi laju kecepatan meluncurnya
kapal, menambah gaya angkat keatas pad waktu kapal diluncurkan.
Di dalam proses peluncuran kapal, maka untuk mengurangi terjadinya
gesekan antara peluncuran dengan landasan diberikan bahan pelumas yang terdiri
dari bahan campuran kapur, gemuk, dan parafon. Besarnya tahanan yang
disebabkan oleh gesekan ini tergantung dari:
1.
2.
3.
4.

Macam bahan pelumas


Tekanan rata-rata dari peluncur terhadap landasan
Suhu udara pada waktu peluncuran dilaksanakan
Kecepatan peluncuran

Proses peluncuran kapal secara memanjang terdiri dari tiga periode-periode


luncur, yaitu antara lain:
1. Periode dimana kapal mulai bergerak di atas landasan luncur hingga kapal
mulai menyentuh permukaan air.
2. Tahap peluncuran yang dimulai dari akhir periode pertama sampai kapal
mulai mengapung di air karena gaya apung kapal tersebut (mendapat gaya
tekan ke atas).
3. Tahap peluncuran dimulai dari akhir periode dua sampai kapal
meninggalkan landasan luncur dan terapung bebas (tidak menyentuh
landasan).
Peralatan luncur yang digunakan dalam proses peluncuran memanjang kapal
terdiri dari bagian bergerak yang diikatkan pada badan kapal dan bagian tak
bergerak tempat bagian bergerak bersama kapal meluncur masuk ke dalam air.
Bagian bergerak terdiri atas satu atau lebih sepatu luncur (launching cradle) yang
terbuat dari kayu dan diikat ke badan kapal dan bagian tak bergerak terdiri atas satu
atau lebih landasan luncur (ground ways, standing ways) yang juga terbuat dari
kayu dan dipasang pada landasan atau penyangga di tanah. Landasan luncur ini
miring ke bawah sampai beberapa meter di dalam air dan diberi pelumas di seluruh
panjangnya untuk mengurangi gesekan dengan sepatu luncur yang lewat di atasnya.
Ujung bawah landasan luncur, baik yang terletak di atas maupun di bawah air,
disebut threshold. Jika ujung landasan berada dalam air, maka ada kedalaman air di
ujung landasan (depth of water over the threshold) dan titik potong bidang landasan
luncur dengan muka air disebut waterfront.
Dalam proses peluncuran kapal dengan cara End Launching, terdapat beberapa
kegagalan yang mungkin dapat terjadi, yaitu antara lain:
1. Kapal tidak mau meluncur sejak awal, atau kapal mulai meluncur tetapi
kemudian berhenti sebelum kapal meninggalkan landasan luncur.
2. Karena sarat air di ujung landasan luncur kurang atau letak titik berat kapal
terlalu ke buritan, kapal mengalami jungkit (tipping) yang besar, sehingga
selain gaya apung, kapal hanya bertumpu pada ujung landasan luncur,
sehingga landasan dana atau badan kapal mungkin rusak.

3. Kalau pada waktu kapal meninggalkan ujumg landasan luncur, sarat air di
ujung landasan luncur kurang dalam, maka bagian bawah haluan kapal
dapat membentur ujung landasan atau dasar laut dengan keras dan mungkin
rusak.
Karena itu perlu dilakukan perhitungan-perhitungan supaya gangguan atau
kegagalan di atas tidak terjadi. Biasanya kapal meluncur sendiri karena landasannya
miring ke bawah. Karena kapal bergerak selama proses ini, sebenarnya harus
dianalisa sebagai proses dinamis, tetapi penyelesaian secara dinamis sulit. Maka di
sini proses peluncuran dianalisa secara statis.
Salah satu hal yang penting dipertimbangkan pada proses peluncuran kapal
adalah bagaimana mempersiapkan kapasitas landasan peluncuran berikut
pengaturan dan penempatan sejumlah keel block (profil baja) dan balok-balok
ganjal. Sebab jika pengaturan peralatan peluncuran tersebut tidak sedemikian rupa
sehingga jarak antara balok-balok ganjal (jarak tumpuan) cukup besar atau bahkan
buritan atau haluan kapal yang tidak tersangga cukup panjang, maka pembebanan
yang bekerja menjadi semakin besar.
Hal ini tentu saja akan sangat beresiko baik bagi landasan peluncuran maupun
bagi kapal yang disangganya jika konstruksi yang digunakan secara keseluruhan
tidak mampu mengatasi tegangan yang terjadi.
Namun demikian, dalam fungsinya untuk menyangga konstruksi bangunan
kapal dan menahan gaya berat kapal yang bekerja, selain pemenuhan kapasitas
landasan itu sendiri, ukuran dari landasan peluncuran berikut kedudukan kapal di
atas landasan tersebut sangat penting untuk dipertimbangkan.
Selain itu perlu diketahui atau diprediksi kondisi-kondisi yang akan terjadi
selama proses peluncuran tersebut. Oleh karena itu, sebelum meluncurkan sebuah
kapal perlu dilakukan perhitungan peluncuran, karena hal ini akan memberikan
kepada kita gambaran mengenai kondisi-kondisi yang terjadi selama peluncuran,
dan apabila dalam perhitungan peluncuran ditemukan hal-hal yang tidak
diinginkan, dapat segera di antisipasi.

2.2. Yang Perlu Diperhatikan Dalam Peluncuran Kapal.


Dalam peluncuran kapal terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dan
diketahui sebelum diadakan peluncuran kapal di antaranya:
a. Perhitungan berat kapal yang diluncurkan
Perhitungan berat kapal yang diluncurkan di sini meliputi perhitungan berat
konstruksi lambung, perhitungan alat peluncuran, perhitungan berat mesin dan
instalasinya, perhitungan berat poros dan propeller, dan perhitungan berat
bangunan atas dan rumah geladak.
b. Perhitungan alat peluncuran
Di mana berat peralatan peluncuran meliputi semua peralatan peluncuran
yang disertakan pada saat peluncuran, terdiri dari sepatu peluncur, packing,
perentang dan balok peluncur.
c. Perhitungan titik berat peluncuran
Langkah pertama pada perhitungan peluncuran adalah perhitungan berat
dan titik berat kapal pada saat kapal diluncurkan. Selain itu, perhitungan titik
berat peluncuran berguna untuk mengetahui distribusi penyebaran beban tiaptiap komponen yang ada di kapal.
d. Perhitungan sepatu peluncur
Perhitungan sepatu peluncur dimaksudkan untuk mengetahui ukuran dari
sepatu peluncur dan jumlah sepatu peluncur yang digunakan dalam peluncuran
kapal.
e. Pemeriksaan kondisi kapal.
Hal ini dimaksudkan untuk memeriksa bagaimana kondisi kapal pada saat
lepas landas apakah kapal dapat meluncur dengan beratnya sendiri dan apakah
kapal mengalami jumping atau tipping dan bagaimana kondisi kapal setelah
meluncur.
f. Perhitungan tahap-tahap peluncuran.
Perhitungan tahap-tahap peluncuran yaitu menganalisa kecepatan. Analisa
kecepatan yang dimaksud di sini adalah menghitung kecepatan hambatan dan
jarak tempuh oleh kapal, mulai saat diluncurkan, kapal mengapung hingga
kapal berhenti bergerak. Sistem peluncuran kapal terbagi atas dua yaitu sistem

peluncuran melintang dan sistem peluncuran memanjang. Sistem peluncuran


melintang dipakai apabila perairan di lokasi peluncuran merupakan daerah
perairan terbatas (misalnya sungai dan kanal) dan ukuran kapal yang
diluncurkan relatif kecil. Sedangkan sistem peluncuran memanjang dipakai
apabila perairan di lokasi peluncuran cukup luas dan merupakan daerah
perairan terbuka (pantai) serta kapal yang akan diluncurkan relatif berukuran
besar.

2.3. Peluncuran Dengan Metode Turun-Naik Kapal Boat


Kapal boat beroperasi di perairan sedangkan kapal boat diproduksi (dibangun
dan dikonversi) di darat dan bagian lambung dan komponen kapal yang berada di
bawah garis air direparasi (pekerjaan perbaikan dan pemeliharaan) di darat (atau
lahan kering). Timbul persoalan dalam memindahkan kapal boat dari darat/lahan
kering ke air dan sebaliknya karena pemindahan ini harus mempertimbangkan
banyak hal agar prosesnya tidak membahayakan manusia dan lingkungan sekitar,
juga tidak merusak kapal boat itu sendiri. Perlu diingat bahwa segala pekerjaan baik
dalam produksi dan reparasi selain untuk semua pekerjaan untuk lambung dan
komponen kapal yang berada di bawah garis air bisa dilakukan dalam keadaan
terapung.
Dalam kaitan dengan pemindahan kapal boat antara darat dan air tersebut
terdapat dua istilah yaitu:

Peluncuran; ini adalah proses dimana kapal yang sedang atau sudah selesai
diproduksi (dibangun atau dikonversi) dipindahkan dari darat ke air. Di
galangan kapal boat, kapal boat yang belum selesai 100% bisa saja diluncurkan
kalau semua pekerjaan bagian bawah garis air telah rampung. Pekerjaan bagian
atas air bisa dikerjakan ketika kapal terapung. Dengan peluncuran awal ini,
lahan di darat di galangan tersebut bisa digunakan untuk proses produksi kapal
selanjutnya.

Docking; ini adalah proses dimana kapal yang akan direparasi dipindahkan dari
air ke lahan kering. Lahan kering ini tidak selalu harus di darat, melainkan bisa
di atas dok apung.

Kapal boat mempunyai ukuran yang relaitf kecil dari segi volume dan juga
beratnya. Untuk itu, dibanding dengan kapal-kapal besar, ada lebih banyak
alternatif untuk proses peluncuran maupun docking kapal boat seperti dijelaskan di
bawah:
a. Beaching (Turun Naik ke dan dari Pantai)
Cara ini adalah cara yang paling sederhana dengan memanfaatkan pasang
surut air laut dan lahan tepi perairan yang memungkinkan. Beaching ini
melibatkan proses penarikan oleh winch atau tackle dengan kapasitas
sesuai. Pada saat air pasang, kapal didekatkan ke pantai dan dikandaskan atau
ditarik ke pantai dengan menggunakan semacam rel untuk kemudian
dikerjakan di pantai yang kering.

Gambar Beaching (Turun Naik ke dan dari Pantai)

b. Peluncuran dan Docking Kapal Boat Tradisional


Untuk meluncurkan kapal, ketika air pasang, kapal diluncurkan ke air
dengan menggunakan semacam rel dan digerakan oleh winch atau tackle.
Untuk mengurangi sarat air kapal terkadang daya apung kapal ditambah
dengan pemasangan dengan drum di lambung kapal.

c. Peluncuran dengan Penggalian


Metode ini banyak digunakan dalam pembangunan kapal kayu tradisional
di pinggir sungai. Setelah kapal selesai dibangun, maka tanah di tempat
dimana kapal tersebut berada digalidengan kedalaman yang cukup untuk dibuat
kolam buatan sehingga air sungai masuk ke dalam kolam tersebut. Setelah
kedalaman air cukup, kapal mulai ditarik sedikit-sedikit ke sungai dengan
menggunakan kapal tunda (tug boat) atau kapal lain.

Gambar Peluncuran dengan Penggalian

d. Crane Lift
Ini adalah cara yang sangat sederhana dimana kapal boat dinaikan ke darat
atau diturunkan ke air dengan menggunakan crane darat. Crane ini bisa fixed
crane atau mobile crane. Di darat, kapal boat tersebut bisa diletakan di atas
dudukan (cradle) yang bisa dipindah-pindahkan atau dudukan tetap (foto
menyusul).

e. Travel Lift
Cara ini adalah dengan menggunakan alat pengangkat mekanis yang dibuat
bisa bergerak secara bebas (independen) dan mempunyai sumber tenaga sendiri
(power pack). Kapal boat digendong dengan menggunakan sabuk pengangkat
(lifting belt). Alat ini memerlukan dermaga dengan bentuk khusus agar untuk

bisa menyediakan jalur pergerakan alat travel lift tersebut. Travel lift ini bisa
bergerak bebas membawa kapal ke posisi parkir di dalam suatu lahan kering.

Gambar Travel Lift

f. Sloped Slipway (Slipway Miring)


Slipway ini menggunakan bidang miring dimana diatasnya terdapat
rel. Kapal boat yang akan dinaikan ke darat dijemput ke air oleh dudukan yang
telah disiapkan sesuai

dengan bentuk

lambung kapal

yang akan

dinaikkan. Dudukan tersebut berada di atas rel dimana ketika posisi kapal boat
sudah berada di dudukannya lalu dudukan tersebut ditarik dengan
menggunakan winch ke atas slipway sampai keseluruhan kapal boat berada di
atas air. Setelah kapal boat sudah di atas air dan dudukan sudah diposisi yang
sesuai maka dudukan tersebut dikunci rodanya sehingga tidak bisa meluncur
ke air kembali secara tidak sengaja. Dengan metode docking ini, posisi kapal
di atas slipway akan selalu dalam kondisi miring.

10

Gambar Sloped Slipway (Slipway Miring)

g. Curved Slipway (Slipway dengan Kurva)


Curved

slipway ini

mempunyai

prinsip

kerja

yang

sama

dengan slipway miring, hanya saja posisi kapal terakhir setelah sampai ke darat
adalah dalam posisi rata sejajar dengan permukaan air. Curved slipway ini
mempunyai panjang yang lebih menjorok ke laut dibanding slipway miring
karena lengkungan kurva harus mempunyai sudut yang landai agar landasan
rel dapat mengakomodasi pergerakan dudukan kapal yang dasarnya lurus.

h. Boat Lift Platform


Metode ini menggunakan landasan rata yang dinaik turunkan dari air ke atas
air dan sebaliknya dengan menggunakan tenaga hidrolis. Landasan tersebut
terdapat rel dimana diatas rel tersebut terdapat dudukan kapal boat yang
mempunyai roda dan bisa dipindahkan/digeser melalui rel tersebut. Setelah
landasan boat lift sejajar dengan lahan galangan kapal boat, dudukan tersebut
yang sudah ada kapal boat di atasnya digeser ke darat dimana di darat juga
sudah ada rel dengan ukuran dan jarak lebar yang sama.

11

Gambar Boat Lift Platform

Masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Untuk


melihat cara apa yang paling tepat maka harus mempertimbangkan:

Kondisi perairan (karakteristik laut, sungai, atau danau).

Kondisi landasan (luas, kontur tanah, kekerasan, dll.) lahan tepi air (water
front).

Batasan biaya investasi.

Batasan biaya operasional (sewa, perawatan, operator, sertifikasi, dll.).

Dimensi volume dan berat kapal boat yang akan ditangani.


Perlu juga dipikirkan sisitem kawasan industri kapal boat kolektif (boat

industry cluster) dimana fasilitas proses peluncuran dan/atau docking bisa


dinikmati oleh beberapa galangan kapal boat yang ada dalam kompleks industri
yang sama. Ini akan mengefisienkan biaya dan meningkatakan efektifitas utilisasi
fasilitas tersebut.

2.4. Perbedaan Jenis Metode Peluncuran Kapal


Beberapa tahun terakhir telah melihat sejumlah perkembangan di bidang sistem
peluncuran kapal dalam rangka meningkatkan keamanan dan stabilitas kapal di
dalam air. Berbagai jenis metode meluncurkan Kapal.

12

Umumnya, peluncuran kapal ke laut menggunakan empat jenis metode ini.


Metodenya sebagai berikut:
1. Gravitational type launcing
2. Floating-out type launcing
3. Mechanical type launcing
4. Airbag launcing
2.4.1. Gravititional Type Launching
Gravitational Type Launching, merupakan proses peluncuran kapal yang
memanfaatkan gaya gravitasi bumi. Selanjutnya gravitational Type Launching
dibagi menjadi dua jenis utama, yaitu:
1. End Launching
Peluncuran kapal yang arahnya ke depan atau belakang. Proses peluncuran
kapal dengan metode End Launching yang menggunakan sepatu luncur masih
banyak di temukan kendala yang dapat mengurangi efektifitas waktu dan
sering terjadi deformasi akibat dari pengaruh kontak langsung antara lambung
kapal dengan material yang keras, yang terdapat pada sepatu luncur (sliding
ways). End Launching dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
a. Longitudinal Oiled Slideway Launcing

Gambar Oiled Slideway Launching

13

Longitudinal Oiled Slideway Launcing adalah salah satu teknik peluncuran


kapal paling lama. Dengan menggunakan teknik ini, kapal diluncurkan pada
slideway dan beban kapal masuk kedalam air secara perlahan. Serta
menggunakan oli atau wax untuk memperlancar proses peluncuran.
Keuntungan utama dari metode ini adalah bahwa ia menggunakan peralatan
sederhana dan dapat digunakan untuk kapal dengan tonase yang berbeda dan
jenis. Namun, lapisan minyak yang digunakan untuk geser kapal lancar dapat
mencemari air. Ada juga bahaya tekanan besar pada bagian depan kapal selama
peluncuran.

b. Longitudinal Steel - Roller Slideway Launching


Pada teknik peluncuran ini steels rollers digunakan sebagai pengganti ali
untuk mengurangi gesekan selama proses berlangsung. Metode ini
menggunakan high-intensity steel rollers, perlengkapan keamanan, dan
landasan baja untuk peluncuran. Plat baja pada kayu lintasan membantu proses
peluncuran dan slide rails melindungi kayu dari steel balls.

Jaring dipasang di ujung lintasan supaya steel balls tidak hilang dan bisa
digunakan kembali. Teknik ini adalah yang paling efektif dan paking mudah
untuk dimulai. Meskipun demikian, harga pemasanganya lumayan mahal.

14

2. Side Slideway Launching


Side Slideway Launching juga merupakan salah satu yang paling banyak
digunakan pada sistem peluncuran kapal. Jenis sistem ini digunakan untuk
meluncurkan kapal ke arah samping melalui bagian sisi lambung kapal. Side
Slideway Launching dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Long Side Slideway Launching

Gambar Long Side Slide Way Launching


Long side launching, peluncuran dengan penyangga panjang sampai
kedalaman beberapa meter di bawah permukaan air. Long Side Slide Way
Launcing juga salah satu yang paling seiring digunakan dalam peluncuran
kapal. Jenis ini terdiri dari dua tipe. Pertama, lintasan (slipway) diperpanjang
sampai ke dalam air dan kemudian kapal diluncurkan. Tipe kedua, lintasan
(slipway) tidak diperpanjang sampai ke air dan kapal diluncurkan begitu saja.
Selanjutnya kapal dalam posisi steady karena bouyancy dan faktor stabilitas
kapal. Teknik ini mengharuskan kapal mempunyai kekuatan dan stabilitas
bagus.

b. Short Side Slideway Launching


Short side launching, peluncuran kapal dengan menggunakan penyangga
pendek hanya sampai batas bibir dermaga. Biasanya pada short side launching

15

keadaan lebih tegang daripada long side launching ataupun end launching,
karena emang agak nyaris terbalik kapalnya.

Gambar Short Side Slideway Launching


Fase fase pada saat Side Slideway Launching
a. Fase pertama
Berawal saat kapal mulai bergerak dan berkahir saat titik berat kapal berada
tepat diatas ujung landasan. Gaya yang bekerja pada

kapal

adalah

gaya

berat dan reaksi landasan. Kapal bergerak dengan kecepatan sebanding dengan
kemiringan landasan.
b. Fase Kedua
Dimulai dengan berakhirnya fase pertama dan berakhir saat badan kapal
tepat menyentuh air. Gaya yang bekerja pada kapal adalah tetap gaya berat
kapal dan gaya reaksi landasan. Kapal melakukan gerak lurus sepanjang
landasan dan gerak putar dengan ujung landasan sebagai sumbu putar. Jika
ujung landasan berada dibawah permukaan air, mungkin fase kedua ini tidak
ada.
c. Fase Ketiga
Dimulai dengan berakhirnya fase kedua dan berakhir saat saptu luncur
meninggalkan landasan. Gaya yang bekerja pada kapal adalah gaya berat,
reaksi landasan dan gaya apung serta hambatan air. Kapal tetap melakukan

16

gerak lurus sepanjang landasan dan gerak putar dengan ujung landasan sebagai
sumbu putar.
d. Fase Keempat
Dimulai dengan berakhirnya fase ketiga dan berakhir saat kapal berhenti
bergerak. Gaya yang bekerja adalah gaya berat kapal, gaya apung dan
hambatan air. Kapal melakukan gerak lurus dan gerak ayun maupun putar
(rolling) dengan redaman.

2.4.2. Foating- Out Type Launcing

Gambar Foating- Out Type Launcing


Floating out launcing adalah teknik mengeluarkan kapal untuk dikerjakan
pada dry-docks dan diluncurkan dengan mengisi dok dengan air. (secara teknis
bukan merupakan proses peluncuran kapal). Metode peluncuran Floating
termasuk sederhana, efektif, dan aman. Meskipun proses pembangunanya
lumayan mahal, metode ini banyak digunakan shipbuilders.

2.4.3. Mechanical Type Launching


Peluncuran kapal secara mekanik dibagi menjadi seperti dibawah ini:
o Peluncuran mekanik secara longitudinal
o two points longitudinal mechanized chute launching
o slope change transverse area mechanized vertical chute launcing
o high-low track slide mechanization launcing

17

o mechanized comb slide


o lifting ship equipment

Gambar Mechanical Type Launching


Semua sistem yang disebutkan diatas mensyaratkan keutamaan mekanik
untuk meluncurkan kapal. Pembangunan dan perawatan tipe ini termasuk
mahal, yang mana mobilitas dan faktor pengendalian dari sistim tidak
menguntungkan. Semua metode diatas lebih cocok digunakan pembangunan
kapal ukuran kecil tidak besar, dan tonase yang rendah tidak berat.

2.4.4. Air bags Launcing

Gambar Air bags Launcing

18

Peluncuran kapal menggunakan metode ini adalah sebuah inovasi dan


teknik aman untuk meluncurkan kapal di air. airbags ini biasanya dalam bentuk
silinder dengan kedua ujunganya berbentuk setengah lingkaran. Terbuat dari
reinforced rubber layers dan kapasitas menahan beban tinggi. Keuntungan
lainya yaitu bisa digunakan segala ukuran jenis kapal.

2.5. Sea Trial Process (Proses Pengujian Kapal di Laut)


2.5.1. Function test
adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui apakah alat berfungsi.
Test ini dilakukan oleh pihak galangan dan pihak pembuat peralatan tersebut,
posedur test yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur yang dibuat oleh
pihak pembuat alat.
Pengujian ini meliputi:
1. Pengujian Pompa
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahi kapasitas pompa yang digunakan
apakah sesuai dengan spesifikasi dari pabrik pembuat. Sebelum dilakukan
pengujian pompa harus di flashing agar bersih dari kotoran-kotoran sehingga
tidak mengganggu aliran pompa saat digunakan. Flashing ini dilaukan dengan
menggunakan kasa dari ukuran paling besar hingga paling halus. Hal ini agar
kotoran yang melewati bisa diketahui.
2. Diesel generator
Dilakukan pengetesan dengan beban tertentu, dari beban yang paling kecil
hingga beban yang paling besar.
3. Blower Intake
Pada pengujian ini di periksa debit yang masuk dalam kamar mesin. Hal ini
bertujuan agar mesin yang digunakan mendapatkan aliran udara sebai
pendingin yamg sesuai dengan persyratn yang ada di spesifikasi mesin
4. Windlas
Pada pengujain ini dilakukan pengujian kapasita dari windlass yang di
gunakan apakah sesuai dengan spesifikas dari pabrik pembuat windlass
5. Merger test

19

Merupakan pengetesan tahanan antar kabel untuk mengetahui apakah ada


hubung singkat antara phase dan ground pada panel-panel daya. Prosedur
pengetesan megger test yaitu:
a. Pasang kedua colok portable megger dengan benar
b. Sambungkan colok pertama ke ground panel
c. Lalu sambungkan colok kedua ke kabel phase R
d. Amati berapa besar tahanannya dalam satuan Mega Ohm
e. Lalu pindahkan colok kedua ke kabel phase S
f. Amati berapa besar tahanannya dalam satuan Mega Ohm
g. Lalu pindahkan colok kedua kekabel phase
h. Dan amati berapa besar tahanannya dalam satuan Mega Ohm
Pengetesan ini di lakukan untuk mengukur seberapa besar tahanan
antara phase dan ground, apabila tahanan pada panel semakin kecil maka
akan semakin baik, dan sebaliknya bila tahanan yang terdapat pada panel
daya semakin besar maka perlu dilakukan perbaikan pemasanga sistem
panel daya tersebut.
6. Fire Alarm Test
Yaitu pengetesan sistem alarm kebakaran pada kapal yang terdiri dari
detector asap (smoke detektor), detector suhu (heat detector), detector api
(flame detector), manual call point, dan zener explotion. Semua detektor
tadi diletakkan pada ruang-ruang tertentu sesuai kegunaan ruang lalu
disetting dan dikontrol pada fire alarm panel di ruang wheelhouse dan bisa
dipantau pada panel repeater diruang bawah.
7. Pengaman main Engine Test
Function test sensor main engine seperti L.O (lubrication oil), dan F.O
(fuel oil) inlet pressure yaitu mengukur tekanan suhu dan temperatur bahan
bakar. Prosedur pengetesan pengaman pada main engine:
a. Pertama pasangkan Repeater Panel Heat detektor General Alarm Bell
Smoke detektor Manual Call Point Fire Alarm Panel 10 heat pump untuk
mengetes tekanan suhu dan temperatur bahan bakar
b. Lalu nyalakan main engine

20

c. Beri tekanan pada saluran bahan bakar sampai batas tertentu


d. Amati pada kondisi berpa alarm menyala dengan range antara 0-6
Kg/Cm2
e. Kemudian catat hasilnya
f. Beri tekanan pada saluran oli sampai batas tertentu
g. Amati pada kondisi berpa alarm menyala dengan range antara 0-6
Kg/Cm2
h. Kemudian catat hasilnya.

2.5.2. Inclining test


Inclining test adalah percobaan kemiringan yang harus dilakukan untuk
mengetahui berat dan letak titik berat kapal kosong setelah selesai dibangun.
Test ini dilakukan pada kapal yang baru dibangun dengan panjang lebih dari
24 m. untuk melakukan test ini dilakukan pada perairan pantai yang cuaca dan
airnya tenang serta tidak ada hambatan.
Posisisi GM kapal dapat diketahui dengan cara memindahkan bobot
melintang kapal. Selanjutnya di hitung berapa berat bobot yang dipindahkan
tersebut dan berapa dari tengah kapal titik berat itu dipindahkan seta di hitung
sudut kemiringannya. Kemudian di variasi gerakan itu sehingga diperoleh
beberap hasil. Hasil- hasil tersebut kemudian dirata- rat untuk mengetahui
varian GM pada kapal.

2.5.3. Sea Trial Process


Sea trial adalah pengujian performa kapal yang dilakukan oleh owner kapal,
pihak galangan dan juga pihak galangan. Sea trial di selenggarakan untuk
mengukur perfoma kapal dan kelayakan kapal untuk berlayar.
Sebelum sea trial di bentuk struktur pelaksana sea trial meliputi:
1. Kordinator sea trial
Bertugas untuk mengkooordinasi semua kegiatan sea trial dan semua yang
terlibat yang meliputi owner, galangan dan kelas.

21

2. Komandan kapal
Bertugas untuk mengatur semua olah gerak kpal pada saat test, mengatur
tata tertib personel di dalam kapal, member informasi kalau terjadi keadaan
darurat.
3. Leader of Test and Trial
Bertugas mengatur item-item pengetesan dan memgkonfirmasikan dengan
pihak terkait.
4. Operatof of Equipment
Bertugas mengoperasikan dan menjaga peralan selam pelayaran.
5. Test Executor
Bertugas untuk melaksankan test dan percobaan sesuai dengan petunjuk
pelasanaan.
Selain itu terdapat peralatan yg harus dipenuhi sebelum sea trial dilakukan
yaitu:
1.

Main engine and propulsion system

2.

Diesel generator and accesories

3.

Windlass

4.

Mooring winch and accessories

5.

Peralatan navigasi

6.

Safety equipment and accessories

7.

Fire protective system

8.

Galley and accessories

9.

Sanitation and accessories

Setelah itu dipenuhi maka dilakukan beberapa test meliputi:

Speed trial
Pada test ini kapal dimuati beban tertentu untuk sebuah sarat yang
di tentukan dan tenaga mesin yang di atur sampai maksimal kecepatan
kapal. Biasanya diambil presentasi kecepatan maksimun continue rating
misalny 95 % MCR. Selama test ini kapal akan diuji beberapa kecepatan
yang selalu ditambah dan didata dengan menggunakan GPS. Setelah itu
kapal akan dirubah arahya hingga 180o dan kembali menggunakan

22

procedure seperti yang dilakukan sebelumnya. Hasil dari pengujian Ini di


hitung dari rata-rata dari semua kecepatan yang di hitung selama uji pada
masing- masing kecepatan. Proses ini dapat dilakukan di beberapa kondisi
laut

Crash Stop astern and ahead stop


Pengujian ini dimulai apabila ada perintah Execute Crash Stop
diberikan. Pada proses ini mesin penggerak di atur pada full astern dan
kemudi diarahkan ke arah portside ataupun starboard. Kecepatan, posisi dan
heading dicatat menggunakan GPS. Pada pengujian ini di hitung waktu
untuk kapal berhenti, drift (penyimpangan arah kapal yang tegak lurus
dengan lintasan yg dilalui) dan Advance (berap jauh lintsan yang ditempuh
kapal setelah kapal di hentikan).

Vibration test
Pengujian ini mengukur berapa getaran yang di hasilkan saat kapal
berlayar,

Noise test
Pengujian ini mengukur kebisingan yang dihasilkan kapal, tingkat
kebisingan ini di ukur pada semua tempat yang ada di kapal meliputi,
engine room, kamr tidur dan lain-lain. Standard untuk tigkat kebisingan di
masing- masing ruangan berbeda

Endurance test
Pada test ini yang direkam adalh aliran bahan bakar, pembuangan mesin,
suhu air pendingin dan kecepatan kapal. Test ini bertujuan untuk menguji
ketahanan main engine

Steering gear test


Pada test ini yang dicatat berupa data berapa lama waktu yang dibutuhkan
kapal untuk berubah arah sesuai dengan derajat yang ditentukan. Selain itu
juga dilihat kesesuaian antara arah stering gear yang ada di atas dengan
arah daun kemudi yang ada di bawah

23

Manuvering test
Pada test ini dilakukan pengujian untuk meentukan maneuver kapal dan
stabilitas arah kapal. Hal ini termasuk maneuver langsug, reverse spiral,
zigzag dan penggunaan Lateral Truster.
Setelah semua test itu di lakukan maka akan mendapatkan sertifikat dari

kelas dan bisa dilakukan serah terima kepada owner kapal.

24

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Peluncuran kapal adalah suatu proses menurunkan badan kapal dari landasan
peluncuran di galangan kapal ke air yang disebabkan oleh gaya berat kapal pada
bidang miring. Peluncuran kapal merupakan salah satu metode yang paling penting
dari seluruh proses konstruksi kapal.
Peluncuran kapal di lakukan setelah pekerjaan konstruksi badan kapal,
pemasangan instalasi permesinan kapal dan pekerjaan di bawah garis air harus
sudah selesai. Peluncuran adalah suatu tahapan dari proses pembangunan kapal
yang secara potensial berbahaya (penuh resiko) sehingga harus di rencanakan dan
dilaksanakan dengan baik. Maka dari itu perilaku gerakan kapal selama peluncuran
perlu di ketahui untuk menjamin bahwa peluncuran tersebut dapat berlangsung
dengan baik dan aman. Sistem peluncuran yang di gunakan pun tergantung pada
fasilitas yang tersedia pada galangan kapal (Shipyard).
Metode-metode dalam peluncurkan terdiri dari :
1. Gravitational Type Launching
Gravitational Type Launching selanjutnya dibagi menjadi dua jenis utama,
yaitu:
1.1. End Launching , terbagi menjadi:
a. Longitudinal Oiled Slideway Launching
b. Longitudinal Steel Roller Slideway Launching
1.2. Side Slideway Launching
a. Long Side Slideway Launching
b. Short Side Slideway Launching
2. Floating- Out Type Launching
3. Mechanical Type launching
4. Air Bags Launching

25

Dapat disimpulkan bahwa dalam melaunching kapal harus memperhatikan


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam peluncuran kapal di antaranya:
1. Perhitungan berat kapal yang diluncurkan
2. Perhitungan alat peluncuran
3. Perhitungan titik berat peluncuran
4. Perhitungan sepatu peluncur
5. Pemeriksaan kondisi kapal.
6. Perhitungan tahap-tahap peluncuran.
Sea trial adalah pengujian performa kapal yang dilakukan oleh owner kapal,
pihak galangan dan juga pihak galangan. Sea trial di selenggarakan untuk mengukur
perfoma kapal dan kelayakan kapal untuk berlayar.

3.2. Saran
Pada saat ingin melaunching kapal atau peluncuran kapal maka kita harus lebih
memperhatikan persyaratan atau hal-hal yang penting dalam peluncuran kapal,
sehingga kecelakaan ketika peluncuran kapal tidak terjadi.

26

DAFTAR PUSTAKA
Wikipedia. (2015, Oktober). Inclining Test. Diperoleh 28 Oktober 2016, dari
http://en.wikipedia.org/wiki/Inclining_test
Navallovers. (2013, Agustus 11). Peluncuran Kapal. Diperoleh 28 Oktober 2016,
dari https://cyberships.wordpress.com/2013/08/11/peluncuran-kapal/
Nino Krisnan. (2012, April 20). Peluncuran dan Docking: Metode Turun-Naik
Kapal Boat dari Darat ke Air dan Sebaliknya. Diperoleh 28 Oktober 2016,
dari

http://boatindonesia.com/2012/04/peluncuran-dan-docking-metode-

naik-turun-kapal-boat-darat-ke-air-dan-sebaliknya/
Rudianto Natalegawa. (2016, September). Jenis Metode Peluncuran Kapal.
Diperoleh

dari

http://elemenmesinkapal.blogspot.co.id/2016/09/peluncuran-kapal-adalahsalah-satu.html, Pada tanggal 28 November 2016.


Derret, D.R. 1990. Ship stability for master and mates. 4th ed. Part of Reed
International Book. Oxford.
Djatmiko, S, A.M. Soedijono, Soedarsono. 1983. Teknik galangan dan dok.
Depdikbud. Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah.
Rob, A and Mc Cance. 1952. Theory of naval architecture. Charles Griffin and
Company Limited. London

27

Anda mungkin juga menyukai