Anda di halaman 1dari 2

Indonesia merupakan Negara yang kaya akan berbagai macam tumbuhan yang diantaranya

mempunyai potensi yang cukup besar untuk dikembangkan menjadi obat. Sebanyak 40.000
jenis flora yang ada di dunia, 30.000 jenis dijumpai di Indonesia dan 940 jenis di antaranya
diketahui berkhasiat sebagai obat. Adanya kecenderungan pola hidup kembali ke alam (back
to nature) dengan keyakinan bahwa mengkomsumsi obat alami relatif lebih aman dibanding
dengan obat sintetik, maka berdampak pada peningkatan permintaan dunia akan obat alami
sehingga prospek pasar tumbuhan obat Indonesia di dalam maupun di luar negeri peluangnya
semakin besar.
Menurut Undang-Undang Kesehatan No.36 Tahun 2009 Obat Tradisional (OT) adalah bahan
atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan
sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah
digunakan untuk pengobatan dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di
masyarakat. Obat herbal terstandar (OHT) adalah sediaan obat bahan alam yang telah
dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan bakunya
telah di standarisasi.
Perubahan pola pikir masyarakat membuat perkembangan dan pemanfaatan tanaman obat di
Indonesia semakin meningkat, apalagi dengan adanya program saintifikasi jamu yang
merupakan suatu program dari Kementerian Kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan
penggunaan jamu di kalangan medis terutama dokter (Pramono, 2011). Hal ini memacu
banyaknya bahan tanaman yang digunakan dalam pengobatan untuk berbagai macam
penyakit diantaranya hiperlipidemia.
Hiperlipidemia adalah suatu keadaan yang disebabkan karena adanya kelainan metabolisme
lipid yang ditandai dengan peningkatan kadar trigliserida dan kolesterol di dalam darah
(Velayutham et al., 2008).
Beberapa tanaman yang biasanya terdapat dalam jamu dan diyakini sebagai obat
antihiperlipidemia adalah daun jati belanda, daun jambu biji dan rimpang temulawak. Data
empiris menyebutkan bahwa masyarakat pada umumnya menggunakan daun jati belanda
sebagai obat pelangsing dan obat darah tinggi. Sedangkan daun jambu biji biasa digunakan
sebagai obat diare dan obat luka bakar oleh masyarakat. Temulawak di masyarakat biasa
digunakan sebagai obat penyakit hati (Dalimartha 2005). Penelitian mengenai khasiat
masing-masing tanaman tersebut telah dilakukan sebelumnya. Hasil penelitian yang ada
menunjukkan bahwa ekstrak daun jati belanda, ekstrak rimpang temulawak dan daun jambu
biji ternyata dapat digunakan sebagai antihiperlipidemia (Lestarina et al 2005).

Data di Indonesia menunjukkan kolesterol total abnormal pada penduduk usia 15 tahun
sebesar 35,9 %, trigliserida borderline tinggi sebesar 13%, dan didapatkan sebesar 15,9%
penduduk usia 15 tahun dengan kadar LDL tinggi atau sangat tinggi.7 Penatalaksanaan
hiperlipidemia dilakukan terutama melalui modifikasi perilaku/gaya hidup antara lain dengan
menerapkan pola makan (diet) rendah lemak dan melakukan aktivitas fisik (olah raga) yang
cukup. Namun apabila penanganan non-medikamentosa dianggap tidak memadai, pada
beberapa kasus hiperlipidemia diperlukan pemberian obat antidislipidemia/antihiperlipidemia
yang dapat menurunkan kadar lipid darah menjadi normal.8,9 Dewasa ini obat
antihiperlipidemia yang popular digunakan terutama adalah penghambat enzim hiroksi metilglutaril ko-enzim A reduktase (HMG-CoA reductase inhibitor) yakni obat golongan statin;
selain itu sebagai anti hiperlipidemia juga digunakan obat-obat golongan fibrat dengan
mekanisme kerja yang berbeda.6,10 Selain penggunaan obat konvensional, di dalam
masyarakat juga berkembang penggunaan obat bahan alam dan obat tradisional (jamu) untuk
mengatasi hiperlipidemia. Penelitian sebelumnya (2010) mengungkapkan bahwa penyakit
dislipidemia merupakan salah satu dari 10 gejala/penyakit yang ditangani oleh dokter praktik
jamu dengan pemberian obat tradisional jamu/ramuan11 Pada tahun 2013 dan 2014 telah
dikembangkan rekam medik untuk pasien-pasein yang berobat jamu di berbagai tempat
fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes), antara lain mencakup rekam medik untuk gejala/
penyakit dislipidemia/hiperlipidemia, yang merupakan bagian dari registri jamu di fasilitas
pelayanan kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai