Anda di halaman 1dari 15

Metode Konstruksi

1. Persiapan
a. Perijinan
Sebelum

pelaksanaan

pekerjaan

dimulai,

terlebih

dahulu

meminta ijin memanfaatkan jalan access yang ada/jalan existing


ke lokasi.
b. Pembersihan lahan dari tanaman di sisi rumah sakit
Lahan area kerja terlebih dahulu dibersikan dari rumput-rumput
dan tanaman lainnya.
c. Pembuatan papan nama proyek dan pagar area kerja
Bahan dan alat yang dipakai untuk pekerjaan pengukuran ini
adalah :
a. Bahan

: kaso kayu Borneo 5/7, seng gelombang BJLS 32,

cat, dan pasak.


b. Alat

: Alat bantu

Metoda Pelaksanaan :
- Memotong kayu kaso sesuai dengan tinggi pagar rencana
sebagai dudukan pagar seng, dibentuk sedemikian rupa agar
pagar seng dapat berdiri dengan kokoh / tegak.
- Memasangkan seng gelombang pada tiang kaso yang telah
didirikan pada keliling area proyek
- Mengecat pagar dengan warna yang kontras/standar.
d. Mobilisasi dan demobilisasi
Kegiatan mobilisasi meliputi :
- Mobilisasi personil kontraktor yang cakap dan berpengalaman
baik staff kantor maupun pelaksana lapangan yang diusulkan.
- Mobilisasi peralatan kerja dan material ke lokasi proyek.
- Demobilisasi lapangan pada akhir kontrak juga merupakan
bagian dari mobilisasi yaitu meliputi kegiatan: pembongkaran
semua instalasi dan peralatan yang sudah tidak digunakan,
serta pemulihan lokasi pekerjaan seperti kondisi semula.
Pekerjaan ini dilaksanakan secara bertahap, untuk peralatan
yang sudah tidak dibutuhkan dalam pelaksanaan akan segera
dikembalikan ke pool dengan persetujuan Direksi/Pimpro.

Uraian
Mobilisasi sumberdaya manuasia dilakuakn secara berangsurangsur baik jumlah maupun kualifikasi/kompetensi disesuaikan
dengan jadwal proyek dan persyaratan.
Mobilisasi

peralatan

kerja

dilakukan

sesuai

kebutuhan

pelaksanaan.
Jadwal mobilisasi peralatan serta jumlah peralatan yang
dibutuhkan disesesuai dengan Time Schedule.
Mobilisai juga dilakukan pada malam hari untuk menghindari
kemacetan,

hal

ini

dilakukan

pada

waktu

pengecoran.
Mobilisasi material kami gambarkan sebagai berikut :

pekerjaan

e. Pekerjaan surveying
Untuk pengukuran elevasi ini mengacu pada bench mark
kawasan yang sudah ada, dengan memindahkan elevasi ke
patok beton yang tertanam dengan baik dan benar.
Bahan dan alat yang dipakai untuk pekerjaan pengukuran ini
adalah :
a. Bahan :Cat / penanda, Balok kayu 6/12, papan kayu.
b. Alat

:Theodolite

untuk

menentukan

titik

koordinat dan Autolevel untuk menentukan elevasi.


Pekerjaan pengukuran dilakukan oleh tem survey.
-

Pengecekan

titik-titik

referensi

(existing

BM)

dengan

pengukuran polygon dan waterpass sehingga dapat diketahui


koordinat

(x,y,z)

titik-titik

BM

yang

sesungguhnya

lalu

dibandingkan dengan data-data titik BM dalam gambar untuk


mengetahui apakah titik BM tersebut masih baik atau sudah
rusak.
-

Pembuatan / pemasangan titik duga pokok yang ditentukan


oleh direksi pekerjaan bersama dengan kontraktor/pemborong
yang berguna untuk mempermudah kegiatan staking out
selama pelaksanaan pekerjaan.

Titik ini dibuat permanent dari patok beton bertulang ukuran


30x30x100 cm dengan pondasi tapak ukuran 40x40 cm tebal
10 cm atau ditentukan lain sesuai spesifikasi teknis dan
petunjuk direksi.

Pembuatan Patok kayu setiap jarak 75 m s/d 100 m, dimana


ukuran patok kayu 0.40 x 0.80 x 0.30, atau ditentukan lain
sesuai sesuai spesifikasi teknis dan gambar kerja.

Pelaksanaan pengukuran akan dilakukan team pengukuran


yang

dikoordinir

berpengalaman

oleh
pada

seorang

surveyor

bidangnya

dengan

yang

sudah

menggunakan

peralatan-peralatan antara lain :


Total Station atau EDM, untuk pengukuran polygon.
Automatic Level wild NAK 2 lengkap dengan statisnya dan
baak ukur aluminium panjang 4 meter untuk pengukuran
waterpass.
Hasil pengukuran akan dilaporkan kepada Konsultan Pengawas
dan Pimpro untuk mendapatkan comments atau approval. Untuk
selanjutnya data hasil pengukuran/survey lapangan tersebut
dapat dipakai

sebagai

bahan

untuk

menyiapkan

rekayasa

engineering, dan perhitungan volume MC0, serta sebagai acuan


dalam pelaksanakan pekerjaan fisik seperti : Pekerjaan Sheet
Pile, Pekerjaan Strktur Drinase, dsb, sesuai dengan pekerjaan
yang dilelangkan.
Untuk tujuan keamanan selama pelaksanaan pengukuran di
lapangan kontraktor akan berkoordinasi dengan Pihak Owner.
Pekerjaan pengukuran dilaksanakan sesuai spesifikasi teknis dan
sampai mendapat persetujuan dari engineer lapangan.

2. Pekerjaan pondasi dangkal (pondasi setapak)


a. Galian pondasi setapak
Penggalian menggunakan cangkul dan sekop dengan volume
galian 1,5m1,5m0,5m.
b. Penulangan
Fabrikasi tulangan

Untuk pondasi setempat ini perakitan tulangan dilakukan di


luar tempat pengecoran di lokasi proyek agar setelah dirakit
dapat langsung dipasang dan proses pembuatan pondasi
dapat berjalan lebih cepat. Cara perakitan tulangan :
-

Mengukur panjang untuk masing-masing tipe tulangan


yang dapat diketahui dari ukuran pondasi setempat.

Mendesign bentuk atau dimensi dari tulangan pondasi


setempat, dengan memperhitungkan bentuk-bentuk tipe
tulangan yang ada pada pondasi setempat tersebut.

Merakit satu per satu bentuk dari tipe tulangan pondasi


dengan kawat pengikat agar kokoh dan tulangan tidak
terlepas

Untuk penggambaran perakitan penulangan dapat dilihat

pada lampiran
Pemasangan tulangan
Setelah merakit tulangan pondasi setempat maka untuk
pemasangan tulangan dilakukan dengan cara manual karena
tulangan untuk pondasi setempat ini tidak terlalu berat dan
kedalaman pondasi ini juga tidak terlalu dalam. Hal-hal yang
harus diperhatikan dalam pemasangan tulangan:
-

Hasil rakitan tulangan dimasukan kedalam tanah galian


dan diletakkan tegak turus permukaan tanah dengan
bantuan waterpass.

Rakitan tulangan ditempatkan tidak langsung bersentuhan


dengan dasar tanah, jarak antara tulangan dengan dasar
tanah 40 mm, yaitu dengan menggunakan pengganjal
yang di buat dari batu kali disetiap ujung sisi/tepi tulangan
bawah agar ada jarak antara tulangan dan permukaan
dasar tanah untuk melindungi/melapisi tulangan dengan
beton (selimut beton) dan tulangan tidak menjadi karat.

Setelah dipastikan rakitan tulangan benar-benar stabil,


maka dapat langsung melakukan pengecoran.

c. Pemasangan bekisting

Tahap-tahap pekerjaan bekisting:

Diasumsikan yang akan dibuat bekisting adalah bagian


tiangnya untuk penyambungan kolom sedangkan untuk
pondasinya hanya diratakan dengan cetok (sendok spesi).

Supaya balok beton yang dihasilkan tidak melengkung


maka waktu membuat bekisting, jarak sumbu tumpuan
bekistingnya harus memenuhi persaratan tertentu.

Papan cetakan disusun secara rapih berdasarkan bentuk


beton yang akan di cor.

Papan cetakan dibentuk dengan baik dan ditunjang dengan


tiang agar tegak lurus tidak miring dengan bantuan alat
waterpass.

Papan cetakan tidak boleh bocor

Papan-papan disambung dengan klem/penguat/penjepit

Paku diantara papan secara berselang-seling dan tidak


segaris agar tidak terjadi retak.

d. Pengecoran
Bahan-bahan pokok dalam pembuatan beton adalah: semen,
pasir, kerikil/split serta air. Tahap-tahap pekerjan pengecoran
pondasi setempat yaitu:

Membuat kotak takaran untuk perbandingan material yaitu


dari kayu dan juga dapat mempergunakan ember sebagai
ukuran perbandingan.

Membuat wadah/tempat (kotak spesi) hasil pengecoran yang


dibuat dari kayu atau seng/plat dengan ukuran tinggi x lebar x
panjang adalah 22 cm x 100 cm x 160 cm dapat juga dibuat
dari plat baja dengan ukuran tebal 3 mm x 60 cm x 100 cm.

Mempersiapkan

bahan-bahan

yang

digunakan

untuk

pengecoran seperti: semen, pasir, split, serta air dan juga


peralatan yang akan digunakan untuk pengecoran.

Membuat

adukan/pasta

dengan

bantuan

mollen

(mixer)

dengan perbandingan volume 1:2:3 yaitu 1 volume semen

berbanding 2 volume pasir berbanding 3 volune split serta air


secukupnya.

Bahan-bahan adukan dimasukan kedalam tabung dengan


urutan: pertama masukan pasir, kedua semen portand, ke tiga
split dan biarkan tercampur kering dahulu dan baru kemudian
ditambahkan air secukupnya

Setelah adukan benar-benar tercampur sempurna kurang


lebih selama 4-10 menit tabung mollen (mixer) dibalikan dan
tungkan kedalam kotak spesi.

Hasil

dari

pengecoran

dimasukkan/dituangkan

kedalam

lubang galian tanah yang sudah diletakan tulangan dengan


bantuan alat sendok spesi centong/ dan dilakukan/dikerjakan
bertahap sedikit demi sedikit agar tidak ada ruangan yang
kosong dan kerikil/split yang berukuran kecil sampai yang
besar dapat masuk kecelah-celah tulangan.

Setelah melakukan pengecoran, maka pondasi setempat


tersebut dibiarkan mengering dan setelah mengering pondasi
diurug dengan tanah urugan serta disisakan beberapa cm

untuk sambungan kolom.


3. Pekerjaan tiang pancang beton
a. Persiapan

Lahan kerja dibuat mendatar agar Crane dapat berdiri dengan


baik.

Pengadaan tiang pancang, tiang pancang yang digunakan


adalah prestressed spun pile dengan diameter 400mm kelas B
yang diproduksi oleh WIKA Beton.

Crane berdiri di atas plat form yang berupa steel plat


berukuran 1,5 x 6 meter.

Pekerjaan

Pemancangan

dilakukan

menggunaka

Crane

dengan Hydraulic Jack.


b. Pematokan titik pancang

Pematokan titik-titik pancang dilaksanakan oleh surveyor.

Patok titik pancang dimonitor dan dijaga agar tetap pada


posisinya .

c. Pemancangan

Setelah titk pancang dipreboring, kemudian tiang pancang


didirikan vertical dan dimonitor dengan alat ukur (Theodolite)
dan unting-unting dalam 2 arah yang saling tegak lurus.

Sebelum

dipancang,

tiang

pancang

harus

dalam posisi

sentries.

Sebagai alas hydraulic jack crane digunakan jenis kayu yang


cukup baik atau playwood yang diganti secara periodik.

Kepala tiang pancang dilindungi dari impact langsung hammer


dengan bantalan dari papan atau playwood dengan ketebalan
10 cm.

Tiang pancang diberi tanda dengan cat warna yang menyolok


tiap interval 50 cm dan dicatat dengan seksama jumlah
pukulan dari permulaan sampai akhir pada formulir Pile
Driving Log.

Pemancangan dilaksanakan secara kontinyu sampai mencapai


Pile Penetration yang telah ditentukan.

d. Pembobokan top pile

DETAIL CUT TOP PILE DRIVEN PILE

Pemecahan Kepala Driven Pile


Pekerjaan ini dilakukan setelah pekerjaan
Galian struktur sampai dengan elevasi
rencana telah selesai dilaksanakan.
Pemotongan

Tiang

Pancang

diawali

dengan melakukan pemotongan elevasi top


kepala tiang dengan menggunakan gerinda
potong

yang

menunjukkan

dimaksudkan

batas

potongan

untuk
agar

pembobokan rapi tidak melewati batas


potongan.
Diatas

batas

pembobokan

tiang

potongan
dilakukan

tersebut
secara

manual (betel dan godam / palu) atau


dengan menggunakan alat jack hammer
hingga batas besi tulangan yang harus
masuk ke pile cap. Besi
e. Pembuatan pile cap
Perakitan baja tulangan sesuai dengan gambar kerja.

Perakitan dilakukan diluar area pengecoran.


Pemasangan bekisting menggunakan plywood yang dirakit

menggunakan paku.
Pengecoran pile cap menggunakan bucket dan diratakan

tulangan

menggunakan cetok.
Pelepasan bekisting menggunakan palu.
Curing beton dengan menggunakan air.
4. Konstruksi Menara Kabel (Pylon)
a. Marking menara (pylon)
b. Pendirian menara
Fabrikasi menara menggunakan baja profil king cross
K600200. Baja dipotong sesuai ukuran tiap segment.
Pangkal menara dipasang gusset untuk menyambung dengan

pile cap menggunakan baut.


Menara ditegakkan menggunakan crane dan disambungkan

pada pile cap.


Penyambungan profil menara segmen 1 dengan segment
berikutnya

ini

c. Pemasangan bracing Menara menggunakan baja L 10010010.


d. Pemasangan dudukan balok menggunakan WF 400200.
e. Pengangkuran Menara
Pengangkuran Menara dengan metode pengangukaran hidup dan
menggunakan kabel jenis locked-coil dengan diameter 40mm.

Gambar Pengangukran hidup


5. Kemasangan Gelagar Jembatan (metode balancing) dan Plat Lantai
a. Fabrikasi gelagar jembatan menggunakan WF 600200 dan plat
lantai menggunakan plat hitam t=5mm.
b. Pengangkatan gelagar menggunakan crane dan meletakkannya
di atas dudukan gelagar pada menara.
c. Pemasangan gelagar melintang menggunakan WF 400200 yang
diangkat menggunakan crane.
d. Pemasangan bracing menggunakan baja L 10010010. Bracing
diangkat ke atas menggunakan crane.
e. Pengangkuran gelagar dengan kabel yang telah tersambung
dengan menara.
f. Pengangkatan gelagar segment kedua menggunakan crane.
g. Pemasangan gelagar dilakukan menggunakan crane dan
dipantau menggunakan theodolite untuk memastikan gealagar
tidak miring.
h. Pengangkuran gelagar segment kedua.
i. Stressing kabel.
j. Pemasangan plat lantai

Gambar Metode balancing untuk pemasangan gelagar

Gambar Pengangukan mati


6. Konstruksi Tangga
a. Marking.
b. Fabrikasi kolom menggunakan baja bentuk pipa dan dipotong
menggunakan pemotong baja serta memasang gusset pada
pangkal kolom.
c. Fabrikasi baja untuk gelagar utama tangga menggunakan WF
400200 dan gelagar melintang menggunakan L 5050 yang
dipotong sesuai ukuran.
d. Menegakkan kolom menggunakan crane.
e. Menyambung kolom dengan pondasi dangkal menggunakan
baut.
f. Pemasangan gelagar memanjang dengan menggunakan crane.
g. Pemasangan gelagar melintang.

h. Pemasangan plat lantai tangga.


7. Pemasangan Railing dan Atap
a. Marking
b. Fabrikasi railing menggunakan baja pipa galvanis 4 inch untuk
railing vertikal dan 2 inch untuk railing horisontal. Railing
disambung dengan las dan dirakit per segment.
c. Fabrikasi atap menggunakan polycarbonate t=13mm dan kolom
menggunakan baja silinder 2.5 inch per segment.
d. Pencoakan plat lantai pada bagian akan dilas pada railing dan
kolom atap supaya railing dan gelagar tersambung langsung
dengan gelagar.
e. Pemasangan railing dan kolom atap pada area tangga.
f. Pengangkatan railing ke atas gelagar secara manual melalui
tangga yang sudah jadi.
g. Pemasangan balok utama atap dan balok melintang
menggunakan WF 15075.
h. Pemasangan atap polycarbonate.
8. Instalasi penerangan
a. Panandaan titik-titik yang akan dipasang lampu.
b. Pengukuran untuk menentukan panjang kabel, panjang pipa
pelindung kabel, siku, dan percabangan yang dibutuhkan.
c. Pemasangan kabel, lampu, dan saklar. Memastikan semuanya
saling terhubung dan saklar terhubung dengan sumber listrik.

Anda mungkin juga menyukai