PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejarah adalah suatu rujukan saat kita akan membangun masa depan. Namun, kadang orang malas
untuk melihat sejarah. Sehingga orang cenderung berjalan tanpa tujuan dan mungkin mengulangi
kesalahan yang pernah ada dimasa lalu. Disnilah sejarah berfungsi sebagai cerminan bahwa dimasa silam
telah terjadi sebuah kisah yang patut kita pelajari untuk merancang masa depan.
Khulafa al-Rasyidun sebagai sahabat-sahabat yang meneruskan perjuangan Nabi Muhammad
kiranya pantas untuk dijadikan sebagai rujukan saat kita akan melaksanakan sesuatu dimasa depan.
Karena peristiwa yang terjadi sungguh beragam. Dari mulai cara pengaangkatan sebagai khalifah, sistem
pemerintahan, pengelolaan administrasi, hubungan sosial kemasyaratan dan lain sebagainya.
Dalam memahami sejarah kita dituntut untuk dapat berpikir kritis. Sebab, sejarah bukanlah sebuah
barang mati yang tidak dapat dirubah. Akan tetapi sejarah bisa saja dirubah kisahnya oleh sang penulis
sejarah. Nalar kritis kita dituntut untuk mampu membaca sejarah dan membandingkan dengan pendapat
lain. Saat kita sudah mampu untuk menyibak tabir sejarah dari berbagai sumber, barulah kita dapat
melakukan rekonstruksi sejarah.
Rekonstruksi sejarah perlu dilakukan agar kita dapat memisahkan antara peradaban Arab dan
peradaban islam. Sebab, kita sering memakan mentah-mentah peradaban yang datang dari Arab sebab
semuanya dianggap sebagai peradaban islam. Kita perlu memandang peradaban dari berbagai aspeknya.
Langkah ini agar kita tidak hanya sekedar bangga dan larut dalam historisisme yang seringkali
menjebak pemikiran progressif kita.1
B. Pokok Bahasan
1. Bagaimana Perkembangan Politik dan Pemerintahan
Pada masa Khulafa al-Rayidun?
2. Bagaimana Perkembangan Kebudayaan dan Peradaban
Pada masa Khulafa al-Rayidun?
BAB II
PEMBAHASAN
Politik dan Pemerintahan Pada masa Khulafa al-Rayidun
Abu Bakar As-Shiddiq 11-3 H/ 632-634 M
Abu Bakar memangku jabatan khalifah berdasarkan pilihan yang berlangsung sangat demokratis di
muktamar Tsaqifah Bani Saidah, memenuhi tata cara perundingan yang dikenal dunia modern saat ini.
Kaum Anshar menekankan pada persyaratan jasa (merit), mereka mengajukan calon Saad Ibn Ubadah.
Kaum muhajirin menekankan pada persyaratan kesetiaan, mereka mengajukan Abu Ubaidah Ibn Jarrah.2
Sementara itu Ahlul bait menginginkan agar Ali Ibn Abi Thalib menjadi khalifah atas dasar kedudukannya
dalam islam, juga sebagai menantu dan karib Nabi. Hampir saja perpecahan terjadi. Melalui perdebatan
dengan beradu argumentasi, akhirnya Abu Bakar disetujui oleh jamaah kaum muslimin untuk menduduki
jabatan khalifah.
Sebagai kahlifah pertama, Abu Bakar dihadapkan pada keadaan masyarakat sepeninggal
Muhammad SAW. Meski terjadi perbedaan pendapat tentang tindakan yang akan dilakukan dalam
menghadapi kesulitan yang memuncak tersebut, kelihatan kebesaran jiwa dan ketabahan batinnya. Seraya
bersumpah dengan tegas ia menyatakan akan memerangi semua golongan yang menyimpang dari
kebenaran (orang-orang yang murtad, tidak mau membayar zakat dan mengaku diri sebagai nabi).
Kekuasaan yang dijalankan pada massa khalifah Abu Bakar, sebagaimana pada masa Rasululllah,
bersifat sentral; kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif terpusat ditangan Khalifah. Selain
menjalankan roda pemerintahan, khalifah juga melaksanakan hukum,. Meskipun demikian, seperti juga
Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar selalu mengajak sahabat-sahabatnya bermusyawarah.
Setelah menyelesaikan urusan perang dalam negeri, barulah Abu Bakar mengririm kekuatan ke luar
Arabia. Khalid Ibn Walid dikirim ke Irak dan dapat menguasai Al-Hiyah di tahun 634 M. Ke Syria dikirim
ekspedisi dibawah pimpinan empat jendral yaitu Abu Ubaidah, Amr Ibn Ash, Yazid Ibn Abi Sufyan, dan
Syurahbil. Sebelumnya pasukan dipimpin oleh Usamah yang masih berusia 18 tahun.
Umar Ibn Al-Khaththab 13-23 H/634-644 M
Umar Ibn Al-Khaththab diangkat dan dipilih oleh para pemuka masyarakat dan disetujui oleh jamaah
kaum muslimin. Pada saat menderita sakit menjelang ajal tiba, Abu Bakar melihat situasi negara masih
labil dan pasukan yang sedang bertempur di medan perang tidak boleh terpecah belah akibat perbedaan
keinginan tentang siapa yang akan menjadi calon penggantinya, ia memilih Umar Ibn Al-Khaththab.
Pilihannya ini sudah dimintakan pendapat dan persetujuan para pemuka masyarakat pada saat mereka
menengok dirinya sewaktu sakit.
Pada masa kepemimpinan Umar Ibn Al-Khaththab, wilayah islam sudah meliputi jazirah Arabia,
Palestina, Syria, sebagian besar wilayah Persia, dan Mesir. Karena perluasan daerah terjadi dengan begitu
cepat, Umar Ibn Al-Khaththab segera mengatur administrasi negara dengan mencontoh administrasi
pemerintahan, dengan diatur menjadi delapan wialayah propinsi : Mekah, Madinah, Syria, Jazirah, Basrah,
Kufah, Palestina, dan Mesir. Beberapa departemen yang dipandang perlu didirikan pada masanya mulai
diatur dan ditertibkan sistem pembayaran gaji dan pajak tanah. Pengadilan didirikan dalam rangka
memisahkan lembaga Yudikatif dengan Eksekutif. Untuk menjaga keamanan dan ketertiban, Jawatan
kepolisian dibentuk. Demikian juga jawatan pekerjaan umum, Umar Ibn Al-Khaththab juga mendirikan Bait
al-Mall. Dalam menyelesaikan permasalahan yang berkembang dimayarakat Umar selalu berkomunikasi
dengan orang-orang yang memang dianggap mampu dibidangnya.3
Ustman Ibn Affan 23-35 H/644-656 M
Ustman Ibn Affan dipilih dan diangkat dari enam orang calon yang diangkat oleh khalifah Umar saat
menjelang wafatnya karena pembunuhan. Keenam orang tersebut adalah: Ali bin Abu Thalib, Utsman bin
Affan, Saad bin Abu Waqqash, Abd al-Rahman bin Auf, Zubair bin Awwam, Thalhah bin Ubaidillah, serta
Abdullah bin Umar, putranya, tetapi tanpa hak suara.4 Umar menempuh cara sendiri yang berbeda
dengan cara Abu Abakar. Ia menunjukkan enam orang calon pengganti yang menurutnya dan pengamatan
mayoritas kaum muslimin memang pantas menduduki jabatan Khalifah. Oleh sejarawan islam mereka
disebut Ahl al-Hall a alaqd pertama dalam islam., merekalah yang bermusyawarah untuk menentukan
siapa yang menjadi khalifah. Dalam pemilihan lewat perwakilan tersebut Ustman Ibn Affan mendapatkan
suaran lebih banyak, yaitu 3 suara untuk Ali dan 4 suara untuk Ustman Ibn Affan.
Pemerintah khalifah Ustman Ibn Affan mengalami masa kemakmuran dan berhasil dalam beberapa
tahun pertama pemerintahannya. Ia melanjutkan kebijakan-kebijakan Khalifah Umar. Pada separuh terakhir
masa pemerintahannya, muncul kekecewaaan dan ketidakpuasaan dikalangan masyarakat karena ia mulai
mengambil kebijakan yang berbeda dari sebelumnya. Ustman Ibn Affan mengangkat keluarganya (Bani
Ummayyah) pada kedudukan yang tinggi. Ia mengadakan penyempurnaan pembagian kekuasaan
pemerintahan, Ustman Ibn Affan menekankan sistem kekuasaan pusat yang mengusaai seluruh
pendapatan propinsi dan menetapkan seorang juru hitung dari keluarganya sendiri.
Ali Ibn Abi Thalib 35-40 H/656-661 M
Ali Ibn Abi Thalib tampil memegang pucuk kepemimpinan negara di tengah-tengah kericuhan dan
huru-hara perpecahan akibat terbunuhnya Usman oleh kaum pemberontak. Ali Ibn Abi Thalib dipilih dan
diangkat oleh jamaah kaum muslimin di madinah dalam suasana sangat kacau, dengan pertimbangan jika
khalifah tidak segera dipilih dan di angkat, maka ditakutkan keadaan semakin kacau. Ali Ibn Abi Thalib di
angkat dengan dibaiat oleh masyarakat.
Dalam masa pemerintahannya, Ali Ibn Abi Thalib mengahadapi pemberontakan Thalhah, Zubair, dan
Aisyah. Alasan mereka, Ali Ibn Abi Thalib tidak mau menghukum para pembunuh Usman dan mereka
menuntut bela terhadap daerah Usman yang telah ditumpahkan secara dhalim. Perang ini dikenal dengan
nama perang jamal.5
Bersamaan dengan itu, kebijaksanaan-kebijaksanaan Ali Ibn Abi Thalib juga mengakibatkan
timbulnya perlawanan dari gubernur di Damaskus, Muawiyah. Yang didukung oleh sejumlah bekas pejabat
tinggi yang merasa kehilangan kedudukan dan kejayaannya. Pertempuran yang terjadi dikenal dengan
perang shiffin, perang ini diakhiri dengan tahkim (arbitrase), tapi tahkim ternyata tidak menyelsaikan
maslah, bahkan menyebabkan timbulnya golongan ketiga Al-Khawarij (orang-orang yang keluar dari
barisan Ali).6
Peradaban dan Kebudayaan Pada masa Khulafa al-Rayidun
Pada Masa Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq
Pada ini kondisi sosial mayarakat menjadi stabil dan dapat mengamankan tanah Arab dari
pembangkang dan penyelewengan seperti orang murtad, para nabi palsu dan orang-orang yang enggan
membayar zakat.
Selain itu keadaan kaum muslimin menjadi tenteram, tidak khawatir lagi beribadah kepada Allah.
Perkembangan dagang dan hubungan bersama kaum muslim yang berada di luar Madinah keadaannya
terkendali dan terjalin dengan baik. Selain itu juga kemajuan yang dicapai adalah : Pembukuan Al-Quran
Pada Masa Khalifah Umar Ibn Al-Khaththab
Diantara perkembangan yang ada pada masa Khalifah Umar adalah :
Pemberlakuan Ijtihad
Menghapuskan zakat bagi para muallaf
Mengahpuskan hukum mutah
Lahirnya ilmu Qiraat
Penyebaran Ilmu Hadits
Menempa mata uang dan
menciptakan tahun Hijriah
Pada Masa Khalifah Ustman Ibn Affan
Diantara perkembangan yang ada pada masa Khalifah Ustman adalah :
Penaskahan Al-Quran
Perluasan Masjid Nabawi dan Masjidil Haram
Didirikannya masjid Al-Atiq di utara benteng babylon
Membangun Pengadilan
Membnetuk Angkatan Laut
Membentuk Departemen:
i.
Dewan kemiliteran
ii.
Baitrul Mall
iii.
Jawatan Pajak
iv.
Jawatan Pengadilan
3.
4.
Khath al-Quran berkaitan erat dengan penulisan dan penyebaran al-Quran. Dalam Islam seni menulis alQuran sangat dihargai, dan tidak satu aksara pun di dunia ini menjadi seni artistik yang hebat seperti aksara
arab. Orang Arab belajar tulisan Nabti / Naskhi dari perdagangan keluar Syam, tulisan Kufi dari Irak.
Pertumbuhan Ilmu Fiqh tidak dapat dilepaskan dari al-Quran dan Hadis sebagai sumbernya, karena itu
tidak mengherankan jika ahli-ahli fiqih pada umumnya terdiri dari mereka yang ahli pula yang ahli al-Quran
dan sunnah atau al-Hadits. Beberapa sahabat yang mempunyai keahlian dalam bidang fiqih: Umar ibn
Khatthab, Ali ibn Abi Thalib, Zaid ibn Tsabit (tinggal di Makkah), Abdullah ibn Abas (Makkah), Abdullah ibn
Masud (Kuffah), Anas ibn Malik (Basrah) dll.
Al-Harits ibn Kaladah yang berasal dari Thaif (w. 13 H), tercatat sebagai seorang dokter pada masa
permulaan awal Islam.
Perkembangan Sastra
Sastra adalah inti seni, bagaikan tercermin dari segala yang hidup dikalangan bangsa Arab, baik yang
bersifat spiritual, politik, maupun selain keduanya. Islam terkait dan tak dapat dipidahkan dari bahasa Arab
melalui al-Quran. Kesusteraan Arab dimulai dengan lembaran yang tak mungkin dicipta oleh manusia. Tebukti
bahasa Arab merupakan bahasa yang sempurna dalam menangani topik yang sangat halus dari bentuk bahasa
yang ditampilkan.
Pengamat sastra pada umumnya menyatakan ada dua pendapat tentang perkembangan sastra masa
Khulafa al-Rasyidun :
1.
sastra mengalami stagnasi karena perhatian yang lebih kepada bahasa al-Quran, sehingga sair dan
sastra kurang berkembang.
2.
al-Quran sebagai sumber inspirasi untuk kegiatan sastra, karena dalam berdakwah diperlukan bahasa
yang indah. Pengaruh Quran dan Hadis tidak bisa dilepaskan karena keduanya menjadi sumber pokok
ajaran Islam.
Secara khusus dijelaskan bahwa puisi pada masa tersebut tidak jauh dari puisi pada masa Rasul, yang
juga tidak jauh berbeda dengan masa sebelumnya (Jahiliyah). Maksudnya bahwa puisi kurang majudan
berkembang kerena lebih memperhatikan al-Quran, sehingga aroma struktural kata dalam puisi sangat
terpengaruh oleh al-Quran.Prosa tertuang dalam 2 bentuk yaitu Khithabah ( bahasa pidato) dan kitabah
(bahasa korespondensi). Khithabah menjadi alat yang paling efektif untuk berdakwah mengalami
kesempurnaannya karena pengaruh al-Quran. Ruhnya khitabah adalah Rasul dan para khalifah, kereka adalah
pemimpin yang sekaligus sastrawan, mereka sangat baligh dan fasih dalam berkhotbah. Ahli pidato yang
sangat terkenal adalah Ali ibn Abi Thalib, khutbahnya dikumpulkan dalam kitab Nahj alBalaghah Tentang Kitabah tidak mengalami kemajuan sepesat khithabah meskipun di dalamnya banyak
didapatkan nilai-nilai sastra.
Para penyair dua masa yaitu pra Islam dan masa Islam disebut Mukhadhram, seperti Hasan ibn Tsabit
dan Kaab ibn Zuhair. Hasan ibn Tsabir adalah penyair rumah tangga Rasul, ia selalu mengubah syairsyairuntuk membela Islam dan memuliakan Rasulnya.
Perkembangan Arsitektur
Arsiteksturdalam Islam dimulaitumbuhnyadari masjid. Masjid Quba didirikan oleh Rasulullah dalam
perjalananhijrah sebelum sampai di Madinah. Sesampainya beliau di kota Madinah, didirikannya pula sebuah
masjid yang belum mempunyai nilai seni. Sungguhpun demikian masjid tersebut telah memberikan tempat
bertolak bagi kesenian Islam. Beberapa masjid yang dibangun dan diperbaiki pada masa Khulafa al-Rasyidun
yaitu:
1.
Masjid al-Haram adalah satu dari tiga masjid yang paling mulia dalam Islam. Masjid ini dibangun
disekitar Kabah yang dibangun oleh niabi Ibrahim. Khalifah Umar mulai memperluas masjid yang pada
masa masa Rasulullah masih amat sangat sederhana, dengan memberi rumah-rumah disekitarnya. Masjid
dikelilingi dengna tembok batubata setinggi 1.5 meter. Pada khalifah Usman (26 H) masjid al-Haram
diperluas.
2.
Masjid Madinah (Nabawi) didirikan oleh Rasulullah pada saat pertama kali tiba di Madinah dari
perjalanan Hijrahnya. Masjid tersebut didirikan di tempat unta tersebut berhenti. Dengan bertambahnya
umat Islam khalifah Umar mulai memperluas masjid ini(17 H).
3.
Masjid al-Atiq, masjid ini yang pertama kali didirikan di Mesir (21 H) terletak di utara benteng Babilon.
Masjid ini tidak bermihrab mempunyai tiga pintu dilengkapi dengan tempat berteduh bagi musafir.
Umar bin Khattab (581 - November 644) (bahasa Arab: ) adalah salah seorang sahabat Nabi
Muhammad yang juga menjadi khalifah kedua (634-644) dari empat Khalifah Ar-Rasyidin.
Nama lengkap Umar bin Khattab bin Nafiel bin abdul Uzza, dilahir di Mekkah, dari Bani Adi, salah satu rumpun
suku Quraisy. Ayahnya bernama Khaththab bin Nufail Al Shimh Al Quraisyi dan ibunya Hantamah binti Hasyim. Umar
memiliki julukan yang diberikan oleh Muhammad yaitu Al-Faruq yang berarti orang yang bisa memisahkan antara
yang haq dan bathil.
Keluarga Umar tergolong dalam keluarga kelas menengah, ia bisa membaca dan menulis yang pada masa itu
merupakan sesuatu yang jarang. Umar juga dikenal, karena fisiknya yang kuat dimana ia menjadi juara gulat di
Mekkah.
Sebelum memeluk Islam, sebagaimana tradisi kaum jahiliyah mekkah saat itu, Umar mengubur putrinya hidup-hidup.
Sebagaimana yang ia katakan sendiri, "Aku menangis ketika menggali kubur untuk putriku. Dia maju dan kemudian
menyisir janggutku".
Mabuk-mabukan juga merupakan hal yang umum dikalangan kaum Quraish. Beberapa catatan mengatakan bahwa
pada masa pra-Islam, Umar suka meminum anggur. Setelah menjadi muslim, ia tidak menyentuh alkohol sama sekali,
meskipun belum diturunkan larangan meminum khamar (yang memabukkan) secara tegas.
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Memeluk Islam
2 Kehidupan di Madinah
3 Kematian Muhammad SAW
4 Masa kekhalifahan Abu Bakar
5 Menjadi khalifah
6 Kematian
7 Lihat pula
8 Referensi
9 Pranala luar
[sunting]Memeluk
Islam
Ketika ajakan memeluk Islam dideklarasikan oleh Nabi Muhammad SAW, Umar mengambil posisi untuk membela
agama tradisional kaum Quraish (menyembah berhala). Pada saat itu Umar adalah salah seorang yang sangat keras
dalam melawan pesan Islam dan sering melakukan penyiksaan terhadap pemeluknya.
Dikatakan bahwa pada suatu saat, Umar berketetapan untuk membunuh Muhammad SAW. Saat mencarinya, ia
berpapasan dengan seorang muslim (Nu'aim bin Abdullah) yang kemudian memberi tahu bahwa saudara
perempuannya juga telah memeluk Islam. Umar terkejut atas pemberitahuan itu dan pulang ke rumahnya.
Di rumah Umar menjumpai bahwa saudaranya sedang membaca ayat-ayat Al Qur'an (surat Thoha), ia menjadi marah
akan hal tersebut dan memukul saudaranya. Ketika melihat saudaranya berdarah oleh pukulannya ia menjadi iba, dan
kemudian meminta agar bacaan tersebut dapat ia lihat. Ia kemudian menjadi sangat terguncang oleh isi Al Qur'an
tersebut dan kemudian langsung memeluk Islam pada hari itu juga.
[sunting]Kehidupan
di Madinah
Umar adalah salah seorang yang ikut pada peristiwa hijrah ke Yatsrib (Madinah) pada tahun 622 Masehi. Ia ikut
terlibat pada perang Badar, Uhud, Khaybar serta penyerangan ke Syria. Ia adalah salah seorang sahabat dekat Nabi
Muhammad SAW
Pada tahun 625, putrinya (Hafsah) menikah dengan Nabi Muhammad.
[sunting]Kematian
Muhammad SAW
Setelah sakit dalam beberapa minggu, Nabi Muhammad SAW wafat pada hari senin tanggal 8 Juni 632 (12 Rabiul
Awal, 10 Hijriah), di Madinah.
Persiapan pemakamannya dihambat oleh Umar yang melarang siapapun memandikan atau menyiapkan jasadnya
untuk pemakaman. Ia berkeras bahwa Nabi tidaklah wafat melainkan sedang tidak berada dalam tubuh kasarnya, dan
akan kembali sewaktu-waktu. (Hayatu Muhammad, M Husain Haikal)
Abu Bakar yang kebetulan sedang berada di luar Madinah, demi mendengar kabar itu lantas bergegas kembali. Ia
menjumpai Umar sedang menahan muslim yang lain dan lantas mengatakan.
"Saudara-saudara! Barangsiapa mau menyembah Muhammad, Muhammad sudah mati. Tetapi barangsiapa
mau menyembah Allah, Allah hidup selalu tak pernah mati."
Abu Bakar kemudian membacakan ayat dari Al Qur'an :
"Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul.
Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke
belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi
balasan kepada orang-orang yang bersyukur." (surat Ali 'Imran ayat 144)
Umar lantas menyerah dan membiarkan persiapan penguburan dilaksanakan.
[sunting]Masa
Pada masa Abu Bakar menjabat sebagai khalifah, Umar merupakan salah satu penasehat kepalanya.
Kemudian setelah meninggalnya Abu Bakar pada tahun 634, Umar ditunjuk menggantikannya.
[sunting]Menjadi
khalifah
Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat. Islam mengambil alih
Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa
kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari
kekaisaran Romawi (Byzantium). Saat itu ada dua negara adi daya yaitu Persia dan Romawi. Namun
keduanya telah ditaklukkan islam pada jaman Umar.
Sejarah mencatat banyak pertempuran besar yang menjadi awal penaklukan ini. Pada pertempuran
Yarmuk, yang terjadi di dekat Damaskus pada tahun 636, 20 ribu pasukan Islam mengalahkan
pasukan Romawi yang mencapai 70 ribu dan mengakhiri kekuasaan Romawi di Asia Kecil bagian selatan.
Pasukan Islam lainnya dalam jumlah kecil mendapatkan kemenangan atas pasukan Persiadalam jumlah
yang lebih besar pada [[pertempur== Masa kekhalifahan Abu Bakar == Pada masa Abu Bakar menjabat
sebagai khalifah, Umar merupakan salah satu penasehat kepalanya. Kemudian setelah meninggalnya Abu
Bakar pada tahun 634, Umar ditunjuk menggantikannya.== Menjadi khalifah == Selama pemerintahan
Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat. Islam mengambil alih Mesopotamia dan sebagian
Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta
mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara danArmenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium).
Saat itu ada dua negara adi daya yaitu Persia dan Romawi. Namun keduanya telah ditaklukkan islam pada
jaman UmaSejarah mencatat banyak pertempuran besar yang menjadi awal penaklukan ini.
Pada pertempuran Yarmuk, yang terjadi di dekat Damaskus pada tahun 636, 20 ribu pasukan Islam
mengalahkan pasukan Romawi yang mencapai 70 ribu dan mengakhiri kekuasaan Romawi di Asia
Kecil bagian selatan. Pasukan Islam lainnya dalam jumlah kecil mendapatkan kemenangan atas
pasukan Persia dalam jumlah yang lebih besar pada pean Qadisiyyah (th 636), di dekat sungai Eufrat.
Pada pertempuran itu, jenderal pasukan Islam yakni Sa`ad bin Abi Waqqas mengalahkan pasukan
Sassanid dan berhasil membunuh jenderal Persia yang terkenal, Rustam Farrukhzad.
Pada tahun 637, setelah pengepungan yang lama terhadap Yerusalem, pasukan Islam akhirnya mengambil
alih kota tersebut. Umar diberikan kunci untuk memasuki kota oleh pendeta Sophronius dan diundang
untuk salat di dalam gereja (Church of the Holy Sepulchre). Umar memilih untuk salat ditempat lain agar
tidak membahayakan gereja tersebut. 55 tahun kemudian, Masjid Umar didirikan ditempat ia salat.
Umar melakukan banyak reformasi secara administratif dan mengontrol dari dekat kebijakan publik,
termasuk membangun sistem administratif untuk daerah yang baru ditaklukkan. Ia juga memerintahkan
diselenggarakannya sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638, ia memerintahkan untuk
memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi diMedinah. Ia juga memulai
proses kodifikasi hukum Islam.
Umar dikenal dari gaya hidupnya yang sederhana, alih-alih mengadopsi gaya hidup dan penampilan para
penguasa di zaman itu, ia tetap hidup sangat sederhana.
Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun ke-empat kekhalifahannya, Umar mengeluarkan keputusan bahwa
penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung saat peristiwa hijrah.
[sunting]Kematian
Umar bin Khattab dibunuh oleh Abu Lukluk (Fairuz), seorang budak pada saat ia akan
memimpin salat Subuh. Fairuz adalah salah seorang warga Persia yang
masuk Islam setelah Persia ditaklukkan Umar. Pembunuhan ini konon dilatarbelakangi dendam pribadi Abu
Lukluk (Fairuz) terhadap Umar. Fairuz merasa sakit hati atas kekalahan Persia, yang saat itu merupakan
negara digdaya, oleh Umar. Peristiwa ini terjadi pada hari Rabu, 25 Dzulhijjah 23 H/644 M. Setelah
kematiannya jabatan khalifah dipegang oleh Usman bin Affan.
Semasa Umar masih hidup Umar meninggalkan wasiat yaitu:
1. Jika engkau menemukan cela pada seseorang dan engkau hendak mencacinya, maka cacilah
dirimu. Karena celamu lebih banyak darinya.
2. Bila engkau hendak memusuhi seseorang, maka musuhilah perutmu dahulu. Karena tidak ada
musuh yang lebih berbahaya terhadapmu selain perut.
3. Bila engkau hendak memuji seseorang, pujilah ALLAH SWT. Karena tiada seorang manusia pun
lebih banyak dalam memberi kepadamu dan lebih santun lembut kepadamu selain ALLAH SWT.
4. Jika engkau ingin meninggalkan sesuatu, maka tinggalkanlah kesenangan dunia. Sebab apabila
engkau meninggalkannya, berarti engkau terpuji.
5. Bila engkau bersiap-siap untuk sesuatu, maka bersiplah untuk mati. Karena jika engkau tidak
bersiap untuk mati, engkau akan menderita, rugi ,dan penuh penyesalan.
6. Bila engkau ingin menuntut sesuatu, maka tuntutlah akhirat. Karena engkau tidak akan
memperolehnya kecuali dengan mencarinya.
UMAR
percaya
bahwa
tidak
seorangpun
diantara
orang
Quraisy
yang
berani
menentangnya.
Umar bin Khattab sangat teguh dan keras dalam membedakan yang benar dan yang
batil, maka ia digelari dengan al-Faruq yang berarti Sang Pembeda.
Zaman Umar bin Khattab diwarnai dengan peperangan pembebasan negeri-negeri,
perkembangan daulat Islam, serta penerapan peraturan-peraturan dalam suatu
pemerintahan.
NEGERI-NEGERI YANG DI
TAKLUKKAN DAN DIBEBASKAN
1. PEMBEBASAN SYAM DAN
PALESTINA
Peluang Islam di daerah yang teraniaya oleh
Romawi
Para pembesar Imperium Romawi pada akhir zaman kebesarannya berlaku sewenangwenang atas penduduk negeri jajahannya. Mereka senantiasa melakukan kekerasan
dan penindasan atas jajahannya. Maka oleh sebab itu penduduk negeri yang berada
dibawah kekuasaannya berusaha melepaskan diri dari cengkramannya. Semantara itu
Byzantium telah pecah-belah dikarenakan perselisihan agama, dan telah rapuh oleh
kemewahan. Rakyat tidak lagi terdiri dari satu bangsa, melainkan terdiri dari berbagai
bangsa yang selalu menderita karena pajak yang terlalu berat.
Peristiwa-peristiwa itu memberikan peluang besar bagi bangsa Arab yang perkasa itu
untuk menaklukkan Siria (Syam) dan Palestina, serta negeri-negeri yang tunduk
dibawah kekuasaan Byzantium. Apalagi ummat Islam ketika itu dikenal dengan
keberaniannya dikarenakan keteguhan imannya. Mereka pantang gemetar menentang
maut untuk menegakkan agama dan kebenaran.
Nabi
kepemimpinan
hendak
Usamah
wafat,
bin
beliau
Zaid
memerintahkan
memerangi
tentara
suku-suku
yang
Islam
dibawah
berdiam
dekat
Peristiwa ini sangat menyakitkan hati orang Romawi. Maka untuk membalas sakit
hatinya, Kaisar Heraklius mengumpulkan angkatan perangnya ke perbatasan Palestina
dan Siria untuk menghadapi tentara Islam. Khalifah Abu Bakar menyerukan jihad
keseluruh bangsa Arab, sehingga terkumpullah suatu barisan besar di Madinah.
Barisan ini dibagi Abu Bakar kepada empat pasukan dengan pempat panglima, yaitu:
1.
2.
3.
4.
Abu Bakar memerintahkan kepada panglima yang empat itu agar mereka saling
membantu dan sebagai panglima besarnya ditetapkan Abu Ubaidah. Sedangkan
Amru boleh menyendiri membebaskan Palestina, tapi dia harus membantu pasukan
yang lain bila diperlukan.
Ketika laskar Islam tengah berperang membebaskan negeri-negeri di Syam dan
Palestina itu, yaitu negeri-negeri yang dibawah kekuasaan Romawi Timur. Abu Bakar
mengerahkan pula pasukan tentara lagi dibawah pimpinan Khalid bin Walid dibantu
oleh Mutsanna bin Harisah untuk membebaskan negeri Irak. Sewaktu laskar Khalid
berturut-turut mendapat kemenangan di Irak itu, datanglah berita dari Syam kepada
Khalifah bahwa Abu Ubaidah tidak kuasa mematahkan pertahanan angkatan perang
Romawi. Maka Abu Bakar memerintahkan Khalid bin Walid memberikan bantuannya
dengan
secepat-cepatnya.
Dan
Khalidpun
berangkat dari
Irak
menuju
Syam
membawa 1500 pasukan laskar, memalui padang pasir Badiatus Samawah dengan
kecepatan yang luar biasa.
Kedatangan Khalid ke Syam itu saja sudah cukup menimbulkan semangat baru bagi
laskar Islam. Kemudian mereka bisa menduduki kota Bushra dengan pertolongan
Gubernurnya, Romanus namanya. Dia menyerahkan kota itu kepada orang Islam
setelah ia menunjukkan jalan memasuki dari lobang-lobang dibawah bentengbentengnya.
Kaisar
Heraklius
mengetahui
akan
kemenangan
laskar
Islam,
maka
dikerahkanlah empat pasukan besar untuk menghadapi laskar Arab yang tak takut
mati itu. Kebetulan ketika itu suasana perang berubah, maskas laskar Islam
menghadapi
kesulitan
yang
sangat
berat,
sehingga
panglima-panglimanya
tentaranya
terbunuh.
Kekalahan
ini
mematahkan
hati
Heraklius
dan
menimbulkan rasa putus asa di kalangan tentaranya. Dan peristiwa ini membuahkan
jatuhnya Siria ke tangan bangsa Arab.
bagaimana perasaannya ketika menerima penggantian dirinya itu, dia berkata: Saya
berperang bukan karena Umar.
Kemudian laskar Islam meneruskan perjalanannya ke Damaskus, lalau mengepung
kota itu tujuh puluh hari lamanya. Kepada penduduknya disuruh pilih satu diantara
tiga, yaitu: masuk Islam, membayar upeti atau berperang.
Ketangguhan dan kekokohan pagar benteng tidak dapat menahan kepungan bangsa
Arab atas kota itu. Tentara Islam menghadang segala bala bantuan kepada penjaga
benteng itu sehingga mereka hampir mati kelaparan, akhirnya terpaksa penduduk
kota Damaskus membuka pintunya kepada ummat Islam.
(18 H. =
639 M.)
Laskar Islam kemudian membulatkan niatnya untuk menaklukkan Baitul Maqdis, ibu
kota Palestina dan kota suci orang Kristen. Kota ini dikelilingi oleh benteng-benteng
yang kuat, dipertahankan oleh pasukan besar tentara pengawal kota dibawah
pimpinan Arection sendiri. Empat bulan lamanya orang Arab mengepung kota itu
sehingga penduduknya hampir mati kelaparan. Akhirnya keluarlah Patrik kota itu
menyatakan kemauannya menyerahkan kota itu dengan syarat kepada Khalifah Umar
sendiri. Maka berangkatlah Umar bin Khattab ke Baitul Maqdis menerima penyerahan
Bangsa Persia tertawa sinis melihat peralatan perang laskar Islam yang hanya terdiri
dari umban batu yang mereka katakan sebagai alat penenun benang. Tetapi dalam
pertempuran sengit antara kedua belah pihak tiga hari lamanya, berakhir dengan
kemenangan pada tentara Islam. Dalam pertempuran itu Panglima Rustam serta
sejumlah bala tentaranya mati terbunuh, sedang yang hidup terpaksa melarikan diri.
Meraka dikejar oleh laskar Saad, lalu terjadi pula pertempuran di Jalula tahun 17 H.
(638 M.)
Waktu itu seorang puteri Kisra dapat ditawan dan sejumlah besar laskar Persia mati
terbunuh. Kemudian Saad memasuki Irak dan menaklukkan kota Madain, sebagai Ibu
kota Kerajaan Persia, sesudah dikepung selam dua bulan.
Tentara Islam banyak memperoleh harta rampasan perang yang amat banyak,
diantaranya adalah singgasana keemasan Kisra sendiri. Kisra Yazdayird melarikan diri
ke Halwan. Perang Kadisia ini termasuk peperangan yang paling hebat di zaman Umar
bin Khattab.
2-
Dari perselisihan aliran ini, Mesir sering mendapatkan penganiayaan dari orang
Romawi, sehingga kepada agama Kristen Kopti (Suku asli Mesir) yaitu Patrik Benyamin
terpaksa melarikan diri keluar negeri, untuk menghindari penganiayaan yang
ditimpakan oleh orang-orang Romawi. Sedang saudara Patrik ini yang bernama Mina
dapat ditangkap oleh orang Romawi lalu dibakar hidup-hidup dan abunya dilempar ke
dalam sungi Nil, karena tidak mau mengikuti aliran yang diajarkan oleh orang
Romawi.
Selain karena perbedaan aliran agama itu, orang Romawi juga membebani penduduk
Mesir dengan pajak yang sangat berat. Mereka diwajibkan membayar pajak badan,
pajak perusahaan dengan segala macamnya, pajak ternak, hasil bumi, perniagaan,
perahu, perhiasan rumah tangga dan lain-lainnya. Bahkan pajak lalu lintas,
berkendaraan,
jalan
kaki,
saudagar
maupun
orang
miskin,
bahkan
upacara
betapa penting letaknya menurut ilmu penerangan. (Amru bin al-Ash pernah
menziarahi Mesir di zaman Jahiliah).
Dinyatakannya dengan tegas bahwa menaklukkan Mesir sama artinya dengan
menguatkan kekuatan Islam di Syam dan Palestina dan memberi perlindungan daerah
itu dari serangan musuh di sebelah selatan. Sebaiknya dengan kekalnya daerah itu di
dalam kekuasaan Romawi berarti merupakan bahaya besar atas kekuasaan daulat
Islam di Siria dan Palestina. Amru bin al-Ash menerangkan lagi, betapa mudahnya
menaklukkan negeri itu, karena kelemahan penduduknya, sedangkan laskar Romawi
yang ada disana akan kecut hatinya berhadapan dengan laskar Islam, sebab mereka
telah merasa betapa hebat dan dahsyatnya serangan tentara Islam atas mereka di
Syam dan Palestina dahulu, sehingga mereka berturut-turut menderita kekalahan
besar.
Semula Khalifah Umar bin Khattab merasa bimbang akan mengabulkan permintaan
Amru bin al-Ash itu, karena dia takut kalau-kalau pengiriman tentara ke negeri itu
akan mendatangkan kerugian yang lebih besar, apabila laskar Islam ketika itu sedang
bergerak pula di Syam dan Irak. Dia belum berani lagi memperluas daerah daulat
Islam selama kekuasaannya belum kuat benar di negeri yang telah ditaklukkan. Akan
tetapi karena berulang-ulang Amru bin al-Ash meminta dengan alasan dan
keterangan yang bagus, dikabulkanlah oleh Khalifah Umar permintaan Panglima
Perang yang perkasa itu.
Umar bin Khattab menyerahkan 4.000 orang tentara kepada Amru bin al-Ash yang
akan dibawanya ke tanah Mesir.
Meskipun jumlah laskar itu amat sedikit bila dibandingkan dengan pekerjaan besar
yang akan dihadapinya, Amru bin al-Ash tidak merasa keberatan, sebab dia yakin,
bahwa bila nanti telah berhadapan dengan orang Romawi di negeri Mesir, Kholifah
tidak akan dapat menolak bila dimintai mengirim bala bantuan pasukan.
Kota itu dikepung laskar Islam sebulan lamanya, dan kemudian pada bulan Muharram
tahun 19 H. (Januari 640 M.) wali kota itu menyerah kepada Amru bin al-Ash.
Dari Alfarma Amru bin al-Ash terus ke Bilbis, dan di kota itu ia bertemu dengan
Panglima Aretion yang telah melarikan diri ke Mesir sebelum Yerussalem menyerah.
Kota itu dapat direbut Amru bin al-Ash sesudah berperang selama satu bulan.
Ketika kota Bilbis dimasuki laskar Islam, mereka menemukan Armanusah puteri
Mukaukis Gubernur Mesir yang berpihak kepada penduduk Mesir. Puteri ini tidak
ditawan oleh Amru bin al-Ash, melainkan dihormati dan dimuliakannya dan
dipulangkannya kepada ayahandanya dengan segala kehormatan. Perbuatan Amru
bin al-Ash yang sedemikian itu menimbulkan cinta rakyat Mesir kepadanya, karena
sesungguhnya puteri Armanusah seorang pecinta dan pelindung rakyat Mesir dari
murka orang Romawi.
Sesudah Bilbis jatuh, Amru bin al-Ash meneruskan perjalanannya lagi sehingga ke
Ummu Dunein (Teudonius), suatu kota ditepi sungai Nil. Di sini terjadi pula
pertempuran antara tentara Romawi dan Arab beberapa pekan lamanya.
Kemudian bala bantuan yang dikirim Umar sampai di Ainu Syams. Dengan segera
panglima Amru bin al-Ash ke sana untuk menyambut mereka. Sementara itu
panglima Romawi Theodore namanya, telah menyiapkan pula 20.000 pasukan, lalu
menyerang Amru bin al-Ash di Ainu-Syams itu. Dalam pertempuran ini orang
Romawi juga menderita kekalahan besar, hanya sedikit sekali mereka yang sanggup
melarikan diri ke benteng Babil.
Penjelasan singkat ini yang amat menakjubkan dan menarik hati Mukaukis, kemudian
ia berkata seorang diri: Ummat yang seperti ini kelak pasti akan menjadi penguasa
dunia.
Tiap-tiap bangsa Kopti (penduduk asli Mesir) harus membayar pajak tiap tahun
sebanyak dua dinar, kecuali orang tua, perempuan dan anak-anak.
2.
Mereka wajib menjaga dan memperbaiki jembatan-jembatan yang telah dirusak
oleh orang Romawi antara Mesir (Mesir lama tak jauh dari kota Kairo sekarang)
dan Iskandariah.
3.
Mereka harus memberikan tempat menumpang (menerima tamu) orang Islam
apabila dihajatkan.
Mukaukis menerima syarat-syarat perdamaian ini dan perbuatannya itu disetujui oleh
bangsa Kopti seluruhnya. Akan tetapi Kaisar Heraklius di Konstantinopel memandang
perbuatan Gubernurnya itu sebagai suatu pengkhianatan. Maka Mukaukis dipanggil
pulang ke Konstantinopel dan dipenjarakan. Dan kepada sekalian panlima Romawi
yang ada di Mesir diperintahkan memerangi orang Islam sejadi-jadinya sehigga
mereka itu terusir dari Mesir. Dengan demikian terjadilah peperangan kembali, dan
syarat-syarat yang diajukan Amru bin al-Ash tidak berguna lagi.
Pada bulan April tahun itu juga mulailah laskar Islam menyerbu masuk benteng itu.
Zubair bin Awwam meletakkan tangga di dinding benteng sebelah tenggara dan
diapun naik keatas dinding. Ia menyerukan para laskar yang lain,
apabila ia
mengucap takbir, maka hendaknya sekalian laskar yang lain juga mengucapkannya
secara serentak. Setelah ia naik ke atas dinding benteng itu, dan dengan pedang
terhunus, ia memekikkan takbir Allahu Akbar, kemudian diikuti oleh laskar yang lain
yang berada di luar benteng.
sudah
menyerbu
masuk
dalam
benteng,
maka
mereka
berlari
3.
4.
5.
Kepada sekalian orang yang bukan Islam diwajibkan membayar pajak sebanyak
dua dinar setiap tahun.
Orang Romawi diberi kesempatan untuk meninggalkan Iskandariah selama
sebelas bulan. Dan mereka diperbolehkan untuk membawa harta benda mereka
dan semua barang-barang yang mereka miliki.
Orang Romawi berjanji tidak akan berupaya lagi untuk merebut Mesir kembali.
Orang Islam berjanji tidak akan mengganggu gereja-gereja dan tidak akan
mencamuri apa-apa urusan orang Yahudi.
Orang Islam memperbolehkan orang Yahudi tinggal dan menetap di Iskandariah.
Untuk menjamin agar orang Romawi jujur dalam menjalankan syarat-syarat perjanjian
itu, maka panglima Amru bin al-Ash enetapkan bahwa, orang Romawi harus
menyerahkan 150 laskar dan 50 opsir kepada laskar Islam sebagai tanggungan.
Menyusun Dewan-dewan
Harta kekayaan Kisra-kisra Persia jatuh ke tangan orang Islam, banyak emas, perak,
serta permata-permata yang mahal harganya yang berasal dari rampasan perang,
pembayaran pajak yang diwajibkan atas rakyat yang bukan Islam (jizyah) dan dari
pajak hasil bumi yang melimpah dalam kas negara.
Umar berusaha mengatur harta-benda negara itu dengan mendirikan dewan-dewan
(daftar keluar masuknya uang) yang ditiru dari bangsa Persia, seperti Dewan bala
tentara, yang urusannya menuliskan nama-nama tentara dan mengatur pemberian
gaji. Juga diadakan Dewan perhitungan harta benda negara, untuk mengurus segala
pemasukan kedalam perbendaharaan negara (Baitul Mal0, dan mengurus segala
hadiah dan pemberian kepada ummat Islam menurut tingkatan mereka masingmasing, berdasarkan jauh-dekatnya hubungan kerabat dengan rasulullah s.a.w., awalakhirnya masuk Islam, atau banyak-sedikitnya jasanya dalam peperangan di masa
rasulullah s.a.w.
Urusan Kehakiman
Khalifah Umarlah yang mula-mula mengatur urusan kehakiman dalam Islam. Diaah
yang menentukan dan mengangkat Qadhi (Hakim) dalam tiap-tiap wilayah. Akan
tetapi kadang-kadang pengangkatan qadhi itu ada pula yang diserahkannya kepada
Wali (gubernur) wilayah tertentu, menurut keadaan dan tempat tertentu.
Adapun yang boleh diangkat menjadi qadhi itu ialah mujtahid, yaitu: orang yang ahli
dalam hukum syariat dan pandai menetapkan suatu hukum dengan berdasarkan
pada al-Quran dan sunnah.
Para hakim itu mendapatkan kebebasan penuh dalam melaksanakan tugasnya,
mereka tidak terpengaruh oleh kekuasaan wali (gubernur). Kedudukan yang mulia
atau hina, kaya dan miskin sama dalam pandangan hakim.
Mereka memeriksa perkara di dalam masjid, yaitu dalam persidangan yang terbuka.
Mereka diberi gaji tetap secukupnya, agar tenaga mereka sepenuhnya dapat
menghadapi sepenuhnya dalam urusan kehakiman.
Adapaun kesalehan dan keperwiraan ummat Islam di zaman pemerintahan Umar telah
sampai pada puncaknya. Pernah kejadian: Kaab bin Abi Yasar menolak suatu pangkat
yang tinggi ketika akan diangkat Umar menjadi Qadhi di Mesir. Ia belum percaya
kepada dirinya, akan dapat berlaku adil dalam pekerjaan itu.
Seorang hamba sahaya bangsa Persia yang berasal dari tawanan perang di
Hanawand, hamba sahaya dari Mughirah bin Syubah, bernama Fairuz dan biasa
disebut Abu Luluah, amat dengki dan sakit hati kepada Khalifah Umar, karena
Umarlah yang menyebabkan kerajaan Persia lenyap dari muka bumi ini. Maka pada
suatu hari ia menikam Khalifah Umar yang bijaksana itu, ketika akan sembahyang
subuh.
Umar r.a. wafat pada bulan Zulhijjah, tahun 23 H. (644 M.) dalam usia 63 tahun dan
sesudah memerintah Daulah Islam selama 10 tahun 6 bulan.