Anda di halaman 1dari 83

DESAIN POMPA ELECTRIC SUBMERSIBLE PUMP (ESP) UNTUK

OPTIMASI PRODUKSI PADA SUMUR H1, H3, DAN H5 DENGAN


ANALISIS KEEKONOMIAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

Oleh:
Hazman Hatadi
(101317004)

FAKULTAS TEKNOLOGI EKSPLORASI DAN PRODUKSI


PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN
UNIVERSITAS PERTAMINA
2021
ii
DESAIN POMPA ELECTRIC SUBMERSIBLE PUMP (ESP) UNTUK OPTIMASI PRODUKSI Hazman Hatadi
PADA SUMUR H1, H3, DAN H5 DENGAN ANALISIS KEEKONOMIAN 101317004
iii
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Tugas Akhir : DESAIN POMPA ELECTRIC SUBMERSIBLE PUMP


(ESP) UNTUK OPTIMASI PRODUKSI PADA SUMUR
H1, H3, DAN H5 DENGAN ANALISIS KEEKONOMIAN
Nama Mahasiswa : Hazman Hatadi

Nomor Induk Mahasiswa : 101317004

Program Studi : Teknik Perminyakan

Fakultas : Fakultas Teknologi Eksplorasi dan Produksi

Tanggal Lulus Sidang Tugas Akhir : 31 Agustus 2021

Jakarta, 7 September 2021

MENGESAHKAN,
Pembimbing

Dr. Jati Arie Wibowo


NIP. 116143

MENGETAHUI,
Ketua Program Studi

Raka Sudira Wardana, M. T.


NIP. 116035
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir berjudul DESAIN POMPA ELECTRIC
SUBMERSIBLE PUMP (ESP) UNTUK OPTIMASI PRODUKSI PADA SUMUR H1, H3,
DAN H5 DENGAN ANALISIS KEEKONOMIAN adalah benar-benar merupakan hasil karya saya
sendiri dan tidak mengandung materi yang ditulis oleh orang lain kecuali telah dikutip sebagai referensi
yang sumbernya telah dituliskan secara jelas sesuai dengan kaidah penulisan karya ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan adanya kecurangan dalam karya ini, saya bersedia menerima sanksi
dari Universitas Pertamina sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan kepada Universitas
Pertamina hak bebas royalti noneksklusif (non-exclusive royalty-free right) atas Tugas Akhir ini beserta
perangkat yang ada. Dengan hak bebas royalti noneksklusif ini Universitas Pertamina berhak
menyimpan, mengalih media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkatan data (database), merawat,
dan mempublikasikan Tugas Akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya

Jakarta, 7 September 2021


Yang membuat pernyataan,

Hazman Hatadi

v
ABSTRAK

Hazman Hatadi. 101317004. DESAIN POMPA ELECTRIC SUBMERSIBLE PUMP (ESP) UNTUK
OPTIMASI PRODUKSI PADA SUMUR H1, H3, DAN H5 DENGAN ANALISIS KEEKONOMIAN.

Sumur “H1” berada pada lapangan Pucang yang pada awal produksi tidak menggunakan Artificial Lift.
Akan tetapi, sumur tersebut akan mengalami penurunan laju produksi diakibatkan karena menurunnya
tekanan reservoir dan bertambahnya kadar water cut. Dibutuhkan Artificial Lift untuk membantu
mengangkat fluida ke permukaan. Artificial Lift yang dipilih pada sumur “H1” adalah Electrical
Submersible Pump. Pada langkah awal desain ESP, Metode yang digunakan yang sesuai dengan kondisi
lapangan Pucang yaitu Metode Vogel. Selanjutnya menentukan besarnya efisiensi pompa (%EP) dan
melakukan optimasi pada pompa ESP denga merubah operating Frequency. Sumur “H1” memiliki laju
alir maksimum sebesar 50 STB/D dengan laju alir target 550 STB/D. Berdasarkan laju alir target pada
sumur “H1” direkomendasikan menggunakan pompa REDA DN675 60Hz yang dipilih berdasarkan
Best Efficiency.

Kata kunci: Artificial Lift, Electrical Submersible Pump, Operating Frequency

vi
ABSTRACT

Hazman Hatadi. 101317004. DESIGN OF ELECTRIC SUBMERSIBLE PUMP (ESP) FOR


PRODUCTION OPTIMIZATION AT H1, H3, AND H5 WELLS WITH ECONOMIC ANALYSIS.

The well "H1" is located in the Pucang field which at the beginning of production did not use an Artificial
Lift. However, these wells will experience a decrease in production rates due to lower reservoir pressure
and increased water cut levels. An Artificial Lift is needed to help lift the fluid to the surface. The
Artificial Lift chosen for the “H1” well is the Electrical Submersible Pump. In the initial step of ESP
design, the method used was appropriate to the field conditions Pucang, namely the Vogel Method. Next
determine the amount of pump efficiency (% EP) and perform optimization on the ESP pump by
changing the operating frequency. The “H1” well has a maximum flow rate of 50 STB/D with a target
flow rate of 550 STB/D. Based on the target flow rate in the “H1” well, it is recommended to use a
REDA DN675 60Hz pump were selected based on Best Efficiency.

Keywords: Electrical Submersible Pump, Artificial Lift, Operating Frequency

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul DESAIN POMPA
ELECTRIC SUBMERSIBLE PUMP (ESP) UNTUK OPTIMASI PRODUKSI PADA SUMUR
H1, H3, DAN H5 DENGAN ANALISIS KEEKONOMIAN. Laporan ini dibuat sebagai
persyaratan lulus mata kuliah tugas akhir. Pada proses penyusunan laporan tugas akhir ini, penulis
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Maka
dari itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Orang tua penulis yang telah mendukung baik tenaga dan materi dalam menjalani kegiatan
tugas akhir.
2. Raka Sudira Wardana, M. T selaku kepala program studi Teknik Perminyakan Universitas
Pertamina.
3. Ajeng Oktaviani P. P., M. T selaku dosen wali penulis.
4. Dr. Jati Arie Wibowo selaku dosen pembimbing yang membantu hingga dapat
menyelesaikan tugas akhir ini.
5. Civitas Akademik program studi Teknik Perminyakan Universitas Pertamina.
6. Seluruh kawan mahasiswa teknik perminyakan 2017 yang telah memberikan bantuan dan
dukungan hingga tugas akhir ini terselesaikan dengan baik.
7. Serta seluruh pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama penyusunan
laporan tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa pada laporan tugas akhir ini terdapat banyak kekurangan. Maka dari itu,
penulis mengharapkan masukkan berupa kritik dan saran yang dapat membangun demi memperbaiki
penulisan dalam laporan ini. Penulis juga berharap agar laporan tugas akhir ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca.

Penulis

Hazman Hatadi

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.


LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................................................... IV
KATA PENGANTAR .......................................................................................................................... VIII
DAFTAR ISI .......................................................................................................................................... IX
DAFTAR TABEL .................................................................................................................................. XI
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................................... XIII
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 2
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................ 2
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 3
1.3 Batasan Masalah.......................................................................................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................................................................ 3
1.5 Manfaat Penelitian ...................................................................................................................... 3
1.6 Waktu Pelaksanaan Penelitian .................................................................................................... 4
BAB II DASAR TEORI ........................................................................................................................... 6
2.1 Inflow Performance Relationship................................................................................................ 6
2.2 Vertical Lift Performance............................................................................................................ 6
2.3 Net Present Value ........................................................................................................................ 7
2.4 Internal Rate of Return ................................................................................................................ 7
2.5 Electric Submersible Pump ......................................................................................................... 8
2.6 Decline Curve Analysis............................................................................................................. 12
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................................................... 16
3.1 Bentuk Penelitian ...................................................................................................................... 16
3.2 Metode Pengumpulan Data ....................................................................................................... 16
3.3 Metode Analisis Data ................................................................................................................ 17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................................ 21
4.1 Data Penelitian .......................................................................................................................... 21
4.2 Kondisi Awal Sumur ................................................................................................................. 27
4.3 Optimasi Sumur H1................................................................................................................... 30
4.4 Optimasi Sumur H3................................................................................................................... 38
4.5 Optimasi Sumur H5................................................................................................................... 45
4.6 Hasil Penelitian ......................................................................................................................... 52
4.7 Analisis Keekonomian .............................................................................................................. 56

ix
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................................................. 62
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................................... 62
5.2 Saran 62
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................. 64
LAMPIRAN ........................................................................................................................................... 66

x
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Rencana Waktu Penelitian.....................................................................................4
Tabel 4. 1 Data Reservoir .....................................................................................................21
Tabel 4. 2 Data Sumur H1 ....................................................................................................22
Tabel 4. 3 Data Sumur H3 ....................................................................................................22
Tabel 4. 4 Data Sumur H5 ....................................................................................................23
Tabel 4. 5 Data Produksi Sumur H1.....................................................................................23
Tabel 4. 6 Data Produksi Sumur H3.....................................................................................24
Tabel 4. 7 Data Produksi Sumur H5.....................................................................................24
Tabel 4. 8 Skenario Optimasi Sumur H1..............................................................................31
Tabel 4. 9 Uji Sensitivitas Frekuensi REDA D800N ...........................................................31
Tabel 4. 10 Uji Sensitivitas Jumlah Stages REDA D800N ....................................................33
Tabel 4. 11 Uji Sensitivitas Frekuensi REDA DN675 ...........................................................34
Tabel 4. 12 Uji Sensitivitas Jumlah Stages REDA DN675 ....................................................35
Tabel 4. 13 Skenario Optimasi Sumur H3..............................................................................38
Tabel 4. 14 Uji Sensitivitas Frekuensi REDA DN800 ...........................................................38
Tabel 4. 15 Uji Sensitivitas Jumlah Stages REDA DN800 ....................................................40
Tabel 4. 16 Uji Sensitivitas Frekuensi REDA D1050N .........................................................41
Tabel 4. 17 Uji Sensitivitas Jumlah Stages REDA D1050N ..................................................42
Tabel 4. 18 Skenario Optimasi Sumur H5..............................................................................45
Tabel 4. 19 Uji Sensitivitas Frekuensi REDA D725N ...........................................................45
Tabel 4. 20 Uji Sensitivitas Jumlah Stages REDA D725N ....................................................47
Tabel 4. 21 Uji Sensitivitas Frekuensi REDA D1150N .........................................................48
Tabel 4. 22 Uji Sensitivitas Jumlah Stages REDA D1150N ..................................................49
Tabel 4. 23 Hasil Skenario Optimasi Sumur H1 ....................................................................52
Tabel 4. 24 Hasil Skenario Optimasi Sumur H3 ....................................................................53
Tabel 4. 25 Hasil Skenario Optimasi Sumur H5 ....................................................................55
Tabel 4. 26 CAPEX dari ESP .................................................................................................56
Tabel 4. 27 OPEX dari ESP ...................................................................................................56
Tabel 4. 28 Produksi dan Profit Minyak dari ESP .................................................................58
Tabel 4. 29 NPV@10% dari ESP ...........................................................................................58
Tabel 4. 30 IRR dari ESP .......................................................................................................58
Tabel 4. 31 Produksi dan Profit Minyak dari ESP .................................................................59
Tabel 4. 32 NPV@10% dari ESP ...........................................................................................59
Tabel 4. 33 IRR dari ESP .......................................................................................................59

xi
Tabel 4. 34 Produksi dan Profit Minyak dari ESP .................................................................60
Tabel 4. 35 NPV@10% dari ESP ...........................................................................................60
Tabel 4. 36 IRR dari ESP .......................................................................................................60

xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Kurva IPR Satu Fasa ............................................................................................6
Gambar 2. 2 Kurva VLP ...........................................................................................................7
Gambar 2. 3 Electric Submersible Pump ..................................................................................8
Gambar 2. 4 Sistem lengkap ESP ...........................................................................................10
Gambar 2. 5 Transformer .......................................................................................................10
Gambar 2. 6 Switchboard ...................................................................................................... 11
Gambar 3. 1 Diagram Alir Penelitian .................................................................................... 19
Gambar 4. 1 Penampang Sumur H1 .......................................................................................25
Gambar 4. 2 Penampang Sumur H3 .......................................................................................26
Gambar 4. 3 Penampang Sumur H5 .......................................................................................27
Gambar 4. 4 Kurva IPR vs VLP Sumur H1............................................................................28
Gambar 4. 5 Kurva IPR vs VLP sumur H3 ............................................................................29
Gambar 4. 6 Kurva IPR vs VLP Sumur H5............................................................................30
Gambar 4. 7 Kurva Uji Sensitivitas Frekuensi REDA D800N ..............................................32
Gambar 4. 8 Kurva Uji Sensitivitas Jumlah Stages REDA D800N .......................................33
Gambar 4. 9 Kurva Uji Sensitivitas Frekuensi REDA DN675 ..............................................34
Gambar 4. 10 Kurva Uji Sensitivitas Jumlah Stages REDA DN675 .......................................36
Gambar 4. 11 Effisiensi Pompa REDA D800N .......................................................................37
Gambar 4. 12 Effisiensi Pompa REDA DN675 .......................................................................37
Gambar 4. 13 Kurva Uji Sensitivitas Frekuensi REDA DN800 ..............................................39
Gambar 4. 14 Kurva Uji Sensitivitas Jumlah Stages REDA DN800 .......................................40
Gambar 4. 15 Kurva Uji Sensitivitas Frekuensi REDA D1050N ............................................41
Gambar 4. 16 Kurva Uji Sensitivitas Jumlah Stages REDA D1050N .....................................43
Gambar 4. 17 Effisiensi Pompa REDA DN800 .......................................................................44
Gambar 4. 18 Effisiensi Pompa REDA D1050N .....................................................................44
Gambar 4. 19 Kurva Uji Sensitivitas Frekuensi REDA D725N ..............................................46
Gambar 4. 20 Kurva Uji Sensitivitas Jumlah Stages REDA D725N .......................................47
Gambar 4. 21 Kurva Uji Sensitivitas Frekuensi REDA D1150N ............................................48
Gambar 4. 22 Kurva Uji Sensitivitas Jumlah Stages REDA D1150N .....................................50
Gambar 4. 23 Effisiensi Pompa REDA D725N .......................................................................51
Gambar 4. 24 Effisiensi Pompa REDA D1150N .....................................................................51
Gambar 4. 25 Penampang Sumur H1 menggunakan REDA D800N .......................................53
Gambar 4. 26 Penampang Sumur H3 menggunakan REDA D1050N .....................................54
Gambar 4. 27 Penampang Sumur H5 menggunakan REDA D1400 ........................................55

xiii
Gambar 4. 28 DCA Sumur H1 .................................................................................................57
Gambar 4. 29 DCA Sumur H3 .................................................................................................57
Gambar 4. 30 DCA Sumur H5 .................................................................................................58

xiv
1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumur “H1” merupakan salah satu sumur di Lapangan Pucang yang merupakan lapangan minyak
dan gas bumi tua pada zona batuan karbonat. Berdasarkan umur lapangan yang sudah lama berproduksi
dan sejarah produksinya, maka dapat diketahui bahwa sumur produksi pada lapangan tersebut
mengalami penurunan laju produksi yang cukup signifikan. Sehingga perlu untuk melakukan strategi
optimasi produksi agar sumur dapat berproduksi dengan laju alir yang optimal.
Pada umumnya penurunan laju produksi pada suatu sumur diakibatkan karena kemampuan tenaga
pendorong alami atau tekanan yang ada di bawah permukaan mengalami penurunan untuk mengalirkan
fluida ke atas permukaan. Jika berdasarkan kurva laju alir pada sumur atau kurva Inflow Performance
Relationship (IPR) masih berpotongan dengan kurva performa pengangkatan ke atas permukaan atau
kurva Vertical Lift Performance (VLP). Akan tetapi laju alir yang dihasilkan sangat kecil, maka perlu
melakukan evaluasi dan strategi optimasi produksi pada sumur tersebut agar dapat berproduksi dengan
laju alir yang optimal (Abraham, 2016).
Pada penelitian ini, optimasi produksi yang dilakukan pada sumur “H1” yaitu optimasi pompa
artificial lift Electrical Submersible Pump (ESP), dikarenakan dari data produksi yang ada, bahwa sumur
tersebut mengalami penurunan laju alir produksi, maka dari itu skenario optimasi produksi pada pompa
cukup efektif untuk meningkatkan laju alir produksi. Sebelum melakukan optimasi produksi pada
pompa Electrical Submersible Pump (ESP), hal pertama yang dilakukan yaitu menganalisis nilai kondisi
awal sumur.
Tujuan penulis pada penelitian ini yaitu melakukan optimasi produksi pada sumur “H1” agar dapat
mengalirkan fluida secara optimal dan fluida yang terproduksi semakin meningkat, serta mendapatkan
keuntungan yang sebesar-besarnya dari strategi optimasi produksi. Karena keuntungan yang diperoleh
dari optimasi produksi berkaitan dengan besaran minyak yang terproduksi. Penentuan bahwa optimasi
produksi mendapatkan keuntungan atau tidak, dapat diperhitungkan berdasarkan analisis keekonomian
secara sederhana pada sumur.

2
1.2 Rumusan Masalah

Adapun tujuan akan dilaksanakannya Tugas Akhir di PT Pertamina EP Asset 3 adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana desain ESP untuk mendapatkan laju alir produksi yang optimal?
2. Bagaimana keekonomian dari desain ESP untuk sumur H1, H3, H5?

1.3 Batasan Masalah

Ruang lingkup batasan masalah yang diteliti dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:
1. Kondisi awal sumur H1, H3, dan H5
2. Pemilihan pompa jenis pompa terbatas pada pompa REDA D800N, DN675, DN800, D1050N,
DN725, D1150N berdasarkan effisiensi paling tinggi pompa
3. Uji sensitivitas terbatas pada perubahan jumlah stages, dan frequency untuk mengetahui desain
pompa yang optimal.
4. Analisis keokonomian desain ESP pada sumur H1, H3, dan H5

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yang diharapkan ialah sebagai berikut:


1. Mengetahui spesifikasi pompa ESP untuk mendapatkan produksi optimal.
2. Mengetahui keekonomian dari desain ESP yang dilakukan untuk sumur H1, H3, H5.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini ialah sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Penulis dapat mempelajari lebih lanjut kasus nyata pada sumur gas yang ada dan juga sebagai
wadah untuk menerapkan ilmu-ilmu yang telah didapatkan di program studi teknik
perminyakan khususnya, Teknik Produksi/ Optimasi Produksi, Teknik Reservoir, dan
Keekonomian Migas.

2. Bagi akademik
Laporan Tugas Akhir yang dihasilkan dari penelitian ini dapat digunakan referensi untuk
Perpustakaan Universitas Pertamina yang nantinya bermanfaat dalam membantu mahasiswa
yang nantinya akan menyusun Tugas Akhir.

3
1.6 Waktu Pelaksanaan Penelitian

Waktu pelaksanaan Tugas Akhir diharapkan pada semester delapan ini mulai dari bulan Mei 2021
hingga Juli 2021. Namun tidak menutup kemungkinan penulis tetap akan melaksanakan perpanjangan
waktu penelitian sesuai dengan kondisi yang akan terjadi. Untuk perencanaan kegiatan yang akan
dilaksanakan adalah sebagai berikut:

Tabel 1. 1 Rencana Waktu Penelitian

4
5
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Inflow Performance Relationship

Inflow Performance Relationship (IPR) merupakan parameter yang digunakan untuk mengetahui
produtivitas sumur dalam bentuk kurva yang dihubungkan antara tekanan alir dasar sumur (Pwf) dengan
laju produksi (Q) (Beggs, H.D,1991). Kegunaan dari kurva Inflow Performance Relationship (IPR)
adalah sebagai berikut:

1. Memprediksi atau memperkirakan laju alir fluida pada tekanan tertentu


2. Melihat potensi dari sumur produksi, dan
3. Menentukan laju produksi sesuai dengan target yang diinginkan dari perencanaan pompa

Gambar 2. 1 Kurva IPR Satu Fasa


(Sumber: Boyun Guo- Production Engineering II)

2.2 Vertical Lift Performance


Vertical Lift Performance (VLP) atau sama saja bisa disebut dengan Tubing Performance
Relationship (TPR) dapat mempresentasikan keadaan dari kemampuan tubing yang ada di sumur
produksi untuk mengalirkan fluida, atau lebih umumnya keadaan fluida di dalam sumur produksi yang
mengalir ke wellhead/ kepala sumur produksi (Hermadi, 2016). Maka dari itu optimasi pada tubing perlu
dilakukan untuk mendapatkan nilai produksi yang optimum di suatu sumur produksi.

6
Kurva VLP umumnya digabungkan dengan kurva IPR, karena untuk mengetahui titik perpotongan
antara kurva IPR dengan VLP yang mana titik perpotongan tersebut menggambarkan kemampuan
sumur produksi mengalirkan fluida ke permukaan. Kurva VLP dan IPR dapat dilihat dari system analisis
nodal.

Gambar 2. 2 Kurva VLP


2.3 Net Present Value
Net present value adalah selisih antara pengeluaran dan pemasukan setelah sudah disesuaikan
dengan ngan memanfaatkan sosial opportunity cost of capital sebagai suatu faktor diskon yang ada. Net
present value adalah arus kas perkiraan yang dilakukan pada masa yang akan datang dan disesuaikan
dengan kondisi saat ini. Secara sederhana, net present value adalah selisih antara nilai pada masa kini
dari sejumlah arus kas yang masuk dan dibandingkan dengan nilai arus saat ini dari arus kas yang keluar
dalam beberapa periode waktu tertentu. Tujuan perhitungan net present value adalah guna mengetahui
nilai aset yang ada pada saat ini, yang juga disetarakan dengan nilai kas pada masa yang akan datang.

… Persamaan (2.1)

2.4 Internal Rate of Return


Internal rate of return adalah indikator tingkat efisiensi dari sebuah investasi. IRR juga dikenal
sebagai metode untuk menghitung tingkat bunga suatu investasi dan menyamakannya dengan nilai
investasi saat ini berdasarkan penghitungan kas bersih di masa mendatang.

… Persamaan (2.2)

7
2.5 Electric Submersible Pump

Electric Submersible Pump merupakan pompa jenis dari sentrifugal yang digunakan untuk
mengangkat fluida dari reservoir ke permukaan dengan laju produksi tertentu (Giuliani and
Francis, 1981). Pompa ini memiliki beberapa stages yang terdapat pada setiap poros pompa.
Setiap satu stages terdapat satu impeller dan satu diffuser. Pompa Electric Submersible Pump
digerakkan melalui energi listrik dari switchboard ke motor pompa. Selanjutnya motor akan
memutar shaft sehingga impeller pun akan ikut berputar.

Gambar 2. 3 Electric Submersible Pump


(Sumber : Heriot Watt - Production Technology II)

2.2.1 Prinsip ESP

Electric Submersible Pump merupakan sebuah metode pengangkatan buatan (artificial lift) yang
sumbu putarnya tegak lurus dengan menggunakan prinsip kerja pompa sentrifugal. Pompa akan
menerima energi listrik dari transformer kemudian energi listrik tersebut dialirkan menuju motor,
selanjutnya motor akan berputar dan menggerakkan shaft pada motor. Impeller yang terdapat pada

8
pompa akan digerakkan oleh shaft yang ada pada motor. Fluida yang masuk ke pompa melalui pump
intake akan menuju tengah impeller, sehingga fluida yang masuk akan dibawa oleh putaran impeller.
Fluida yang masuk dari tengah impeller akan menuju keluar melalui pinggiran tepi impeller menuju
diffuser. Energi kinetis dari impeller akan diterima oleh diffuser dalam bentuk energi potensial berupa
tekanan. Tekanan yang meningkat akan membuat fluida terpompakan ke atas.

2.2.2 Kelebihan dan kekurangan ESP

Penggunaan Electric Submersible Pump sebagai metode pengangkatan buatan pada sumur
bukan merupakan hal yang baru pada lapangan migas. Pemilihan Electric Submersible Pump ini tentu
sudah mempertimbangkan kekurangan dan kelebihan dari Electric Submersible Pump. Berikut
merupakan kelebihan dari Electric Submersible Pump:

1. Dapat beroperasi pada laju alir yang tinggi.


2. Dapat beroperasi pada sumur horizontal
3. Biaya perawatan yang dimiliki relatif lebih murah dibandingkan pengangkatan buatan lain.
4. Dapat digunakan pada sumur yang memiliki PI tinggi.
5. Dapat beroperasi pada sumur yang dalam.

Selain kelebihan yang dimiliki oleh Electric Submersible Pump, Adapun kekurangan yang dimiliki
Electric Submersible Pump adalah sebagai berikut:

1. Biaya saat pemasangan pompa pertama relatif lebih mahal.


2. Tidak baik untuk sumur dengan masalah kepasiran
3. Tidak baik untuk sumur dengan kandungan gas yang tinggi.
4. Dapat menimbulkan emulsi yang tinggi karena putaran impeller yang tinggi.
5. Mempercepat terjadinya water coning disebabkan memompa dengan laju yang tinggi.
6. Tidak baik untuk sumur yang memiliki suhu yang tinggi

2.2.3 Komponen ESP


Secara umum, bagian dari peralatan Electric Submersible Pump dibagi menjadi 2 bagian
utama, yaitu:
1. Peralatan permukaan (Surface Equipment)
2. Peralatan dibawah permukaan (Subsurface Equipment)
Berikut ini adalah skema Electric Submersible Pump secara umum, yang mencakup dari peralatan
permukaan hingga peralatan dibawah permukaan.

9
Gambar 2. 4 Sistem lengkap ESP

Peralatan permukaan dari sistem Electric Submersible Pump adalah sebagai berikut.
 Transformer
Transformer merupakan peralatan yang berada di Electric Submersible Pump yang berguna
untuk mengubah tegangan listrik seperti menurunkan dan menaikkan tegangan listrik. Pada
umumnya, transformer memiliki koil yang dikelilingi oleh kawat tembaga. Lalu didalam bagian
tranformers ini, terdapat minyak yang berfungsi untuk isiolator dan pendingin. Secara umum,
transformer dibagi menjadi 2 yakni step-up dan step-down transformer. Prinsip kerja dari
transformer yaitu mengubah tegangan yang masuk berdasarkan jumlah lilitan yang ada di masing-
masing koil. (Takacs, 2018).

Gambar 2. 5 Transformer
((Sumber: artans.com.ar)

10
 Switchboard
Switchboard adalah suatu alat pada sistem Electric Submersible Pump yang berguna untuk
melakukan kontrol terhadap masalah pada sumur seperti overload current dan underload current,
lalu sebagai fungsi restart listrik secara otomatis, dan berbagai masalah ESP lainnya dengan
menggunakan amperemeter. (Takacs, 2018)

Gambar 2. 6 Switchboard
(Sumber: benvors.com)

 Junction Box
Junction box adalah suatu bagian dari sistem Electric Submersible Pump yang menjadi
jembatan antara switchboard dan wellhead. Junction box berguna untuk tempat sambungan kabel
dan pencegah gas yang naik ke permukaan (switchboard) agar tidak terjadi kebakaran. (Takacs,
2018).

 Kabel listrik
Kabel listrik yang digunakan pada ESP merupakan kabel dengan jenis 3 fase yang
mengirimkan listrik dari permukaan hingga ke ESP. Karena kabel listrik ESP ditempatkan di
dalam sumur, oleh karena itu penggunaan dari kabel ESP harus memenuhi syarat kondisi
lingkungan yang keras. Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi dalam pemilihan kabel untuk
ESP:
- Ukuran diameter kabel kecil, sehingga dapat masuk ke dalam annulus sepanjang sumur.
- Mempunyai bahan isolator yang dapat bertahan dalam kondisi berat seperti suhu tinggi, basah,
dan adanya hidrokarbon minyak dan gas.
- Mempunyai proteksi tinggi terhadap masalah kerusakan mekanis ketika adanya operasi
workover & well service. (Takacs, 2018).

11
Peralatan bawah permukaan dari Electric Submersible Pump adalah sebagai berikut.
 Motor
 Pompa
 Protector
 Gas Separator
 Kabel listrik

2.6 Decline Curve Analysis

Decline curve analysis (DCA) merupakan salah satu diantara berbagai macam metode untuk
memperkirakan cadangaiihidrokarbon yang tersisa pada suatu resrvoir berdasarkan data produksi
sampai waktu tertentu. Decline curve analysis memiliki beberapaiisyarat diantaranya: lapanganiiiyang
telah mengalamiiipenurunan produksi yang dapat dilihat dari grafikiipenurunan produksi, jumlah sumur
produksi relatif konstan,iiitidak adanya penutupan sumur dalam waktu lama,iiidan tidak terdapat
penggantian metode produksi.
Penurunan laju produksi pada suatu lapangan disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu tekanan dari
formasi, sifat fisikifluida dan batuan, serta mekanismeidari daya pendorong formasi atau reservoir.
Metode ini akan menghasilkanisuatu grafik yang naik turun berdasarkan sejarah produksi dalam
memperkirakan cadangan dan produksi. Pada prinsipnya, dalam melakukaniiperamalan jumlah
cadangan tersisa dengan metode Decline curve analysis yaitu memperkirakan hasil dari ekstrapolasi
atauiipenarikan garis lineariiyang diperoleh dari suatu kurva atau grafik yang dibuat berdasarkan hasil
plot antara laju produksi terhadap waktu produksi.

2.6.1 Jenis Decline Curve

Pada dasarnya jenis decline cruve dibagi menjadi tiga jenis decline, yakni exponential
decline, hyperbolic decline, dan harmonic decline berdasarkan nilai exponent decline atau nilai b.
Nilai b berkisar 0 hingga 1. Jika nilai b = 0, maka disebut exponential decline, nilai b = 0 < b < 1
disebut hyperbolic decline, sedangkan jika nilai b = 1 maka disebut harmonic decline. Beberapa
istilah dalam penggunaan metode Decline Curve Analysis yaitu rate of decline (D), yang
didefinisikan sebagai perubahan laju produksi terhadap produksi per unit waktu. Untuk
menunjukkan arah slope dapat diketahui dari tanda (-) pada grafik laju produksi terhadap waktu dari
kurva log. Dalam penentuan besaran nilai dari rate of decline dapat menggunakan persamaan
berikut:

12
2.6.1.1. Exponential Decline Curve
Exponential decline curve disebut juga sebagai semilog decline atau geometric decline
atau juga disebut constant percentage decline yang mempunyai ciri khas yaitu penurunan laju
produksi pada suatu waktu tertentu yang sebanding dengan laju produksinya atau konstan. Kurva
pada jenis decline curve ini akan turun secara linear atau konstan apabila nilai loss rasio juga
konstan yakni b = 0. Persamaan secara sistematis yang digunakan pada jenis decline ini ialah:

𝒒 = 𝒒𝒊 𝒆−𝑫𝒊∙𝒕 …Persamaan (2.3)

Dimana: q : laju produksi saat waktu t, bopd


𝑞𝑖 : laju produksi minyak saat decline (initial), bopd
e : bilangan logaritma (2.718)
t : waktu, day
Di : initial nominal decline rate, 1/waktu

2.6.1.2. Hiperbolic Decline Curve


Hyperbolic decline curve merupakan suatu kurva atau grafik yang memiliki nilai loss
rasio atau nilai b berdasarkan deret hitung yang digunakan, sehingga tipeidecline curve ini akan
menunjukkan kurva yang melengkung pada grafik semilog. Nilai b yangiidimiliki tipe decline
curveainiiiberkisar antara 0 sampai 1 ( b = 0 < b < 1). Jikabsemakin besarinilai b, maka semakin
panjang umurisumur. Secara matematis penurunan laju produksi pada waktu tertentu dituliskan
dengan persamaan sebagai berikut:

𝟏
𝒒 = 𝒒𝒊 (𝟏 + 𝒃𝑫𝒊 𝒕)−𝒃 …Persamaan (2.4)

Dimana: q : laju produksi saat waktu t, bopd


𝑞𝑖 : laju produksi minyak saat decline (initial), bopd
e : bilangan logaritma (2.718)
t : waktu, day
Di : initial nominal decline rate, 1/waktu

13
2.6.1.3. Harmonic Decline Curve
Harmonic decline curve berupa kurva yang memiliki penurunan laju produksi tiap
satuan waktu berbanding lurus terhadap laju produksi. Jenis decline curve ini merupakan bentuk
khusus dari jenis harmonic decline yaitu memiliki b=1. Secara matematis penurunan laju
produksi pada waktu tertentu dituliskan dengan persamaan persaman harmonic decline curve
sebagai berikut:

𝒒 = 𝒒𝒊 (𝟏 + 𝑫𝒊 𝒕)−𝟏 …Persamaan (2.5)

Dimana: q : laju produksi saat waktu t, bopd


𝑞𝑖 : laju produksi minyak saat decline (initial), bopd
e : bilangan logaritma (2.718)
t : waktu, day
Di : initial nominal decline rate, 1/waktu

14
15
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang akan dilakukan berupa penelitian studi kasus pada suatu sumur. Studi kasus
yang dilakukan merupakan metode penelitian untuk mengetahui obyek penelitian tentang optimasi
sumur dengan menggunakan pengangkatan buatan electric submersible pump menggunakan simulator
pipesim 2017.2. Data-data yang telah dikumpulkan kemudian akan digunakan untuk mendesain ESP
pada sumur yang belum terpasang pengangkatan buatan dan produksi yang kecil akibat penurunan
pengangkatan alami. Perlu diketahuinya kondisi awal produksi dari sumur tersebut dengan
menggunakan persamaan Vogel (1968). Persamaan vogel digunakan karena fluida yang diproduksikan
berupa minyak, gas, dan air. Setelah kondisi awal diketahui maka akan dilakukan desain pompa ESP
untuk mengoptimalkan produksi sumur. Pemilihan pompa ESP didasarkan pada perhitungan efisiensi
volumetric (EV) dari jenis pompa yang dipakai.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan data dari lapangan milik PT. Pertamina
EP Asset 3 – Jatibarang. Metode pengumpulan data berupa pengambilan sampel dan diskusi dengan
stakeholder. Studi litelatur juga dilakukan untuk mencari referensi teori yang relevan terhadap
penilitian.

Data-data yang dikumpulkan adalah:

1. Data Reservoir
 Tekanan reservoir
 Tekanan bawah sumur
 Data PVT fluida reservoir

2. Data Sumur
 Diagram sumur meliputi ukuran casing dan tubing yang digunakan, kedalaman perforasi

16
3. Data Produksi Sumur
 Laju alir fluida
 Water cut
 GOR
 Fluid level
.
4. Penampang Sumur

3.3 Metode Analisis Data

Metode analisis data merupakan tahap dimana peneliti melakukan analisis data untuk penelitian.
Adapun metode yang akan digunakan peneliti adalah sebagai berikut.

1. Studi Literatur
Mempelajari literatur baik textbook, jurnal ilmiah dan bahan bacaan lainnya yang ada
mengenai topik yang berhubungan dengan penelitian sebagai bahan referensi.

2. Studi dengan menggunakan software


Penggunaan software dilakukan untuk mendukung peneliti dalam memudahkan proses
perhitungan. Software yang digunakan adalah Microsoft Excel dan simulator PIPESIM 2017.2.
Penggunaan software didasarkan untuk proses menghitung perencanaan pompa ESP serta
melakukan modelling dari sumur.

3. Prosedur penelitian
Prosedur kerja yang digunakan oleh peneliti dalam menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul
“DESAIN POMPA ELECTRIC SUBMERSIBLE PUMP (ESP) UNTUK OPTIMASI PRODUKSI
PADA SUMUR “H1” LAPANGAN JATIBARANG PT PERTAMINA EP ASSET 3” meliputi:

a. Pengumpulan Data
Permintaan data dilakukan. Didapatkan beberapa data mentah yang digunakan untuk
melakukan penelitian Tugas Akhir seperti data reservoir, data sumur, data produksi.

b. Pengolahan Data
Data yang telah didapatkan agar dianalisis lebih lanjut mulai dari mengetahui kondisi awal
sumur hingga desain ESP pada sumur dengan produksi yang optimal

17
c. Desain ESP
Desain ESP dilakukan dengan mengambil dan mengolah data-data yang telah disiapkan
seperti IPR, kalkulasi gas, kalkulasi TDH, tipe pompa, tipe motor, dan peralatan kelistrikan di
permukaan.

d. Optimasi kinerja ESP


Desain ESP yang telah didapat akan dilakukan uji sensitivitas terhadap beberapa aspek
ESP seperti frekuensi dari pompa, jumlah stages dari pompa, dan kedalaman pompa.
Perhitungan pompa untuk optimasi juga telah dirancang

e. Penulisan Laporan
Hasil penelitian akan disusun dengan bentuk laporan yang sesuai dengan format yang telah
ditentukan oleh dalam pedoman Tugas Akhir Teknik Perminyakan Universitas Pertamina.

18
4. Diagram alir proses penelitian

Gambar 3. 1 Diagram Alir Penelitian


19
20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Penelitian


Data yang akan ditampilkan meliputi data reservoir, data produksi, data sumur, dan penampang
sumur. Berikut ini data-data diambil pada 20 Maret 2021 yang digunakan untuk evaluasi sumur tersebut.

4.1.1 Data Reservoir


Berikut ini data reservoir yang menjadi obyek penelitian:

Tabel 4. 1 Data Reservoir


Sumur
Parameter Satuan
H1 H3 H5
Temperatur Reservoir 290 290 290 °F
Tekanan Reservoir 1675 1719 1761 psi
Tekanan Alir Dasar Sumur 380 420 575 psi
Tekanan Well Head 50 55 55 psi
Tekanan Bubble Point 2712.7 2789.4 2831.8 psi
SG Air 1.01 1.01 1.01
SG Gas 0.65 0.65 0.65
SG Minyak 0.8 0.8 0.8
API 30 31.8 31 °API
GOR 600 634 667 SCF/STB

21
4.1.2 Data Sumur
Berikut ini merupakan data sumur H1:

Tabel 4. 2 Data Sumur H1


From MD To MD ID OD
Parameter
ft ft in in
Casing 1 0 62.3 19.124 20
Casing 2 0 951.4 12.615 13.375
Casing 3 0 1607.6 8.755 9.625
Casing 4 0 3930.4 6.366 7
Tubing 0 3557.9 2.75 3.5
Middle MD
Parameter
ft
Perforasi 1 3838.5
Perforasi 2 3851.7

Berikut ini merupakan data sumur H3:

Tabel 4. 3 Data Sumur H3


From MD To MD ID OD
Parameter
ft ft in in
Casing 1 0 95.1 19.124 20
Casing 2 0 1017 12.615 13.375
Casing 3 0 1673.2 8.755 9.625
Casing 4 0 4078 6.366 7
Tubing 0 3745 2.75 3.5
Middle MD
Parameter
ft
Perforasi 1 3986.2
Perforasi 2 3999.3

22
Berikut ini merupakan data sumur H5:

Tabel 4. 4 Data Sumur H5


From MD To MD ID OD
Parameter
ft ft in in
Casing 1 0 170.6 19.124 20
Casing 2 0 1082.6 12.615 13.375
Casing 3 0 1738.8 8.755 9.625
Casing 4 0 4160.1 6.366 7
Tubing 0 3830 2.75 3.5
Middle MD
Parameter
Ft
Perforasi 1 4064.9
Perforasi 2 4081.3

4.1.3 Data Produksi Sumur


Berikut ini merupakan data produksi sumur yang digunakan:

Tabel 4. 5 Data Produksi Sumur H1


Sumur
Parameter Satuan
H1
Sonolog Dynamic 2940.62
Laju produksi total 48.8 STB/d
Laju produksi minyak 6.8 STB/d
Laju produksi gas 0.004099904 MMSCF/d
Laju produksi air 41.9 STB/d
Watercut 86 %

23
Tabel 4. 6 Data Produksi Sumur H3
Sumur
Parameter Satuan
H1
Sonolog Dynamic 2940.62
Laju produksi total 68.8 STB/d
Laju produksi minyak 9.6 STB/d
Laju produksi gas 0.006111766 MMSCF/d
Laju produksi air 59.2 STB/d
Watercut 86 %

Tabel 4. 7 Data Produksi Sumur H5


Sumur
Parameter Satuan
H1
Sonolog Dynamic 2940.62
Laju produksi total 517.9 STB/d
Laju produksi minyak 72.5 STB/d
Laju produksi gas 0.04836974 MMSCF/d
Laju produksi air 445.4 STB/d
Watercut 86 %

24
4.1.4 Penampang sumur
Dengan adanya penampang sumur H1 dapat diketahui kedalaman sumur, kedalaman titik
perforasi, jumlah casing yang digunakan, dan spesifikasi casing tersebut. Berikut ini
merupakan penampang dasar sumur H1:

Casing, '20” , K-55 , 94,5 # ppf


19 m

Casing, '13 3/8” , K-55, 54,5 # ppf


290 m

Casing, '9 5/8” , N-80, 43.5 # ppf


490 m

Perforasi Lap " F " selang 1168 - 1171 m


12 Februari 1982
Perforasi Lap " F " selang 1168 - 1171 m
12 Februari 1982

Casing, '7” , J-55, 23 # ppf


1198 m

Gambar 4. 1 Penampang Sumur H1

25
Dengan adanya penampang sumur H3 dapat diketahui kedalaman sumur, kedalaman titik
perforasi, jumlah casing yang digunakan, dan spesifikasi casing tersebut. Berikut ini
merupakan penampang dasar sumur H3:

Casing, '20” , K-55 , 94,5 # ppf


29 m

Casing, '13 3/8” , K-55, 54,5 # ppf


310 m

Casing, '9 5/8” , N-80, 43.5 # ppf


510 m

Perforasi Lap " F " selang 1213 - 1216 m

Perforasi Lap " F " selang 1218 - 1220 m

Casing, '7” , J-55, 23 # ppf


1243 m

Gambar 4. 2 Penampang Sumur H3

26
Dengan adanya penampang sumur H5 dapat diketahui kedalaman sumur, kedalaman titik
perforasi, jumlah casing yang digunakan, dan spesifikasi casing tersebut yang dijelaskan
pada Gambar 4.3. Berikut ini merupakan penampang dasar sumur H5:

Casing, '20” , K-55 , 94,5 # ppf


49 m

Casing, '13 3/8” , K-55, 54,5 # ppf


320 m

Casing, '9 5/8” , N-80, 43.5 # ppf


520 m

Perforasi Lap " F " selang 1228 - 1231 m

Perforasi Lap " F " selang 1233 - 1235 m

Casing, '7” , J-55, 23 # ppf


1258 m

Gambar 4. 3 Penampang Sumur H5

4.2 Kondisi Awal Sumur

Dalam mengetahui kondisi awal sumur, beberapa data lapangan diperlukan yang di antaranya data
produksi, data reservoir, dan data sumur. Data produksi sumur dapat dilihat pada bagian 4.1.3. Suatu
sumur dikatakan memiliki kinerja optimal jika sumur tersebut berproduksi dengan laju alir 80% dari
AOFP. Selanjutnya akan dilakukan desain pompa untuk sumur yang belum optimal. Desain pompa
optimal yang dipilih merupakan pompa yang memiliki frekuensi dan jumlah stages paling minimal yang
memproduksikan laju alir yang terbanyak, selain itu effisiensi pompa merupakan salah satu faktor dalam
pemilihan pompa.

27
4.2.1 Kondisi Awal Sumur H1

Pada analisis kurva inflow performance relationship (IPR) ini bertujuan untuk
mengetahui kemampuan laju alir produksi untuk sumur H1. Berdasarkan data di atas
menunjukkan bahwa sumur H1 memiliki nilai kandungan dua fasa yaitu fluida dan gas.
Persamaan inflow performance relationship (IPR) yaitu persamaan Vogel dua fasa karena tepat
dengan kondisi sumur H1 seperti pada Gambar 4.4.

Berikut merupakan gambar dari inflow performance relationship (IPR) sumur H1:

Kurva IPR vs VLP


1800

1600 31 STB/d

1400

1200
Pwf (psi)

1000

800

600

400

200

0
0 100 200 300 400 500 600
Q (STB/d)

Gambar 4. 4 Kurva IPR vs VLP Sumur H1

Analisis nodal pada sumur H1 digunakan untuk mengetahui laju produksi yang dapat
diperoleh oleh tekanan alami. Hasil dari analisis ini dapat menentukan saat yang baik kapan
mulai menggunakan pengangkatan buatan. Analisis nodal pada sumur H1 dilakukan sebelum
adanya pengangkatan buatan yang digunakan.
Berdasarkan analisis nodal pada sumur H1 gambar 4.4 dapat disimpulkan bahwa sumur
H1 masih dapat mengalir secara natural akan tetapi memiliki laju produksi yang rendah. Laju
produksi liquid dari sumur H1 sebesar 31 STB/d sedangkan laju produksi minyak sebesar 6.8
STB/D. Penelitian ini akan menggunakan 80% dari laju produksi maksimum sebagai target
produksi yang ingin dicapai yaitu sebesar 389 STB/d.

28
4.2.2 Kondisi Awal Sumur H3

Pada analisis kurva inflow performance relationship (IPR) bertujuan untuk mengetahui
kemampuan laju alir produksi untuk sumur H3. Berdasarkan data dibawah akan menunjukkan
kurva perpotongan IPR vs VLP yang menggambarkan laju produksi saat ini.

Berikut merupakan gambar dari inflow performance relationship (IPR) sumur H3:

Kurva IPR vs VLP


1800
1600 130 STB/d
1400
1200
Pwf (psi)

1000
800
600
400
200
0
0 100 200 300 400 500 600 700 800
Q (STB/d)

Gambar 4. 5 Kurva IPR vs VLP sumur H3

Kurva IPR vs VLP pada sumur H3 digunakan untuk mengetahui laju produksi yang dapat
diperoleh oleh tekanan alami. Analisis nodal pada sumur H3 dilakukan sebelum adanya
pengangkatan buatan yang digunakan.
Berdasarkan analisis nodal pada sumur H3 gambar 4.5 dapat disimpulkan bahwa sumur
H3 masih dapat mengalir secara natural akan tetapi memiliki laju produksi yang rendah. Laju
produksi liquid dari sumur H3 sebesar 130 STB/D sedangkan laju produksi minyak sebesar 9.6
STB/D. Penelitian ini akan menggunakan 80% dari laju produksi maksimum sebagai target
produksi yang ingin dicapai yaitu sebesar 560 STB/D.

4.2.3 Kondisi Awal Sumur H5

Pada analisis kurva inflow performance relationship (IPR) vs vertical lift performance
(VLP) ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan laju alir produksi untuk sumur H5.
Persamaan inflow performance relationship (IPR) yaitu persamaan Vogel dua fasa karena tepat
dengan kondisi sumur H5.

29
Kurva IPR vs VLP
2000
1800
1600 177 STB/d
1400
1200
Pwf (psi)

1000
800
600
400
200
0
0 100 200 300 400 500 600 700 800
Q (STB/d)

Gambar 4. 6 Kurva IPR vs VLP Sumur H5

4.2.4 Analisis Nodal Kondisi Awal Sumur H5

Analisis nodal pada sumur H5 digunakan untuk mengetahui laju produksi yang dapat
diperoleh oleh tekanan alami. Analisis nodal pada sumur H5 dilakukan sebelum adanya
pengangkatan buatan yang digunakan.
Berdasarkan analisis nodal pada sumur H5 gambar 4.6 dapat disimpulkan bahwa sumur
H5 masih dapat mengalir secara natural dengan laju produksi yang rendah. Laju produksi liquid
dari sumur H5 sebesar 177 STB/D sedangkan laju produksi minyak sebesar 52 STB/D.
Penelitian ini akan menggunakan 80% dari laju produksi maksimum sebagai target produksi
yang ingin dicapai yaitu sebesar 582 STB/D.

4.3 Optimasi Sumur H1

Optimasi pada sumur H1 akan dilakukan beberapa skenario. Skenario ditentukan berdasarkan
jenis pompa Electric Submersible Pump yang digunakan, uji sensitivitas frekuensi, dan uji sensitivitas
jumlah stages. Terdapat dua skenario yang akan dilakukan. Berikut merupakan table dari skenario
optimasi sumur H1:

30
Tabel 4. 8 Skenario Optimasi Sumur H1
Sumur H1
Keterangan
Skenario 1 Skenario 2
Jenis Pompa REDA D800N REDA DN675
Frekuensi, Hz 45, 50, 55, 60 45, 50, 55, 60
Jumlah Stages 36, 46, 56, 66 64, 74, 84, 94

Skenario yang dipilih nantinya merupakan skenario dengan laju produksi yang optimal, pengaruh
frekuensi yang dapat mngeooptimalkan pompa, dan jumlah stages yang dapat mengoptimalkan pompa.

4.3.1 Optimasi Pompa D800N Uji Sensitivitas Frekuensi


Setelah memilih jenis pompa Elecric Submersible Pump untuk dilakukan optimasi laju
alir produksi sumur berdasarkan yang ditargetkan, selanjutnya uji sensitivitas berdasarkan
variasi frekuensi putaran pompa dilakukan agar dapat diketahui frekuensi berapa pompa REDA
D800N dapat bekerja secara optimal. Uji sesitivitas frekuensi yang akan dilakukan yaitu 50 Hz,
55 Hz, 60 Hz, 65 Hz, dan 70 Hz. Berikut ini hasil perhitungannya:

Tabel 4. 9 Uji Sensitivitas Frekuensi REDA D800N


ST Liq. At NA ST Oil at NA P at Wellhead
Operating Point
STB/D STB/D Psia
Frekuensi 45 Hz 277.2 38.8 51
Frekuensi 50 Hz 316.8 44.3 51
Frekuensi 55 Hz 354.0 49.5 52
Frekuensi 60 Hz 387.6 54.2 52

31
Gambar 4. 7 Kurva Uji Sensitivitas Frekuensi REDA D800N

Pada gambar 4.7 dapat diketahui bahwa dengan uji sensitivitas frekuensi yang dilakukan
masih berpotongan dengan kurva inflow performance relationships. Hal ini menjelaskan bahwa
penggunaan pompa pada variasi frekuensi tersebut dapat mengalirkan fluida ke atas permukaan.
Berikut merupakan hasil laju alir dari uji sensitivitas frekuensi dari gambar 4.7.

1. Laju alir pada REDA D800N 45 Hz sebesar 277.2 STB/D


2. Laju alir pada REDA D800N 50 Hz sebesar 316.8 STB/D
3. Laju alir pada REDA D800N 55 Hz sebesar 354.0 STB/D
4. Laju alir pada REDA D800N 60 Hz sebesar 387.6 STB/D

Berdasarkan nilai laju alir yang didapatkan pada setiap variasi frekuensi. Pada frekuensi
45, 50, 55 Hz masih jauh dari target laju produksi. Frekuensi 60 Hz dipilih sebagai frekuensi
pompa karena pada frekuensi tersebut garis berpotongan sehingga pada frekuensi ini laju alir
optimal.

4.3.2 Optimasi Pompa D800N Uji Sensitivitas Jumlah Stages


Uji sensitivitas jumlah stages dilakukan dengan menggunakan frekuensi optimal yang
telah dipilih sebelumnya yaitu 60 Hz. Jumlah stages yang diujikan yaitu 430, 50, 60, 70, dan 80
stages. Uji sensitivitas jumlah stages ini diharapkan mampu mendapatkan laju alir produksi
yang optimal. Berikut hasil perhitungan uji sensitivitas jumlah stages pada frekuensi 60 Hz.

32
Tabel 4. 10 Uji Sensitivitas Jumlah Stages REDA D800N
ST Liq. At NA ST Oil at NA P at Wellhead
Operating Point
STB/D STB/D Psia
36 Stages 273.8 38.3 51
46 Stages 319.7 44.7 51
56 Stages 357.2 50.0 52
66 Stages 387.7 54.2 52

Gambar 4. 8 Kurva Uji Sensitivitas Jumlah Stages REDA D800N

Pada gambar 4.8 dapat diketahui bahwa dengan uji sensitivitas jumlah stages yang
dilakukan masih berpotongan dengan kurva inflow performance relationships. Hal ini
menjelaskan bahwa penggunaan pompa pada variasi stages tersebut dapat mengalirkan fluida
ke atas permukaan. Berikut merupakan hasil laju alir dari uji sensitivitas jumlah stages dari
gambar 4.8.

1. Laju alir pada REDA D800N dengan jumlah 36 stages sebesar 273.8 STB/D
2. Laju alir pada REDA D800N dengan jumlah 46 stages sebesar 319.7 STB/D
3. Laju alir pada REDA D800N dengan jumlah 56 stages sebesar 357.2 STB/D
4. Laju alir pada REDA D800N dengan jumlah 66 stages sebesar 387.7 STB/D

Berdasarkan nilai dari laju alir produksi yang didapatkan pada setiap variasi jumlah
stages. Pada jumlah stages 36, 46, 56 stages masih jauh dari target laju produksi. Sedangkan

33
pada 66 stages nilainya mendekati taget laju alir produksi. Jumlah stages 66 dipilih sebagai
stages optimal dengan laju produksi sebesar 387.7 STB/D.

4.3.3 Optimasi Pompa DN675 Uji Sensitivitas Frekuensi


REDA DN675 merupakan jenis pompa Elecric Submersible Pump selanjutnya yang
akan dilakukan uji sensitivitas frekuensi. Uji sensitivitas ini dilakukan untuk optimasi laju alir
produksi sumur berdasarkan yang laju alir yang ditargetkan, selanjutnya uji sensitivitas
berdasarkan variasi frekuensi putaran pompa dilakukan agar dapat diketahui frekuensi berapa
pompa REDA D800N dapat bekerja secara optimal. Uji sesitivitas frekuensi yang akan
dilakukan yaitu 50 Hz, 55 Hz, 60 Hz, 65 Hz, dan 70 Hz. Berikut ini hasil perhitungannya:

Tabel 4. 11 Uji Sensitivitas Frekuensi REDA DN675


ST Liq. At NA ST Oil at NA P at Wellhead
Operating Point
STB/D STB/D Psia
Frekuensi 45 Hz 281.9 39.4 51
Frekuensi 50 Hz 320.1 44.8 51
Frekuensi 55 Hz 356.3 49.8 52
Frekuensi 60 Hz 387.9 54.3 53

Gambar 4. 9 Kurva Uji Sensitivitas Frekuensi REDA DN675

Pada gambar 4.9 dapat diketahui bahwa dengan uji sensitivitas frekuensi yang dilakukan
masih berpotongan dengan kurva inflow performance relationships. Hal ini menjelaskan bahwa

34
penggunaan pompa pada variasi frekuensi tersebut dapat mengalirkan fluida ke atas permukaan.
Berikut merupakan hasil laju alir dari uji sensitivitas frekuensi dari gambar 4.9.

1. Laju alir pada REDA DN675 45 Hz sebesar 281.9 STB/D


2. Laju alir pada REDA DN675 50 Hz sebesar 320.1 STB/D
3. Laju alir pada REDA DN675 55 Hz sebesar 356.3 STB/D
4. Laju alir pada REDA DN675 60 Hz sebesar 387.9 STB/D

Berdasarkan nilai laju alir yang didapatkan pada setiap variasi frekuensi. Pada frekuensi
45, 50, 55 Hz masih jauh dari target laju produksi. Frekuensi 60 Hz dipilih sebagai frekuensi
pompa karena pada frekuensi tersebut garis berpotongan sehingga pada frekuensi ini laju alir
optimal.

4.3.4 Optimasi Pompa DN675 Uji Sensitivitas Jumlah Stages


Uji sensitivitas jumlah stages dilakukan dengan menggunakan frekuensi optimal yang
telah dipilih sebelumnya yaitu 60 Hz. Jumlah stages yang diujikan yaitu 430, 50, 60, 70, dan 80
stages. Uji sensitivitas jumlah stages ini diharapkan mampu mendapatkan laju alir produksi
yang optimal. Berikut hasil perhitungan uji sensitivitas jumlah stages pada frekuensi 60 Hz.

Tabel 4. 12 Uji Sensitivitas Jumlah Stages REDA DN675


ST Liq. At NA ST Oil at NA P at Wellhead
Operating Point
STB/D STB/D Psia
64 Stages 324.5 45.4 51
74 Stages 349.5 48.9 52
84 Stages 370.7 51.9 52
94 Stages 388.2 54.3 52

35
Gambar 4. 10 Kurva Uji Sensitivitas Jumlah Stages REDA DN675

Pada gambar 4.10 dapat diketahui bahwa dengan uji sensitivitas jumlah stages yang
dilakukan masih berpotongan dengan kurva inflow performance relationships. Hal ini
menjelaskan bahwa penggunaan pompa pada variasi stages tersebut dapat mengalirkan fluida
ke atas permukaan. Berikut merupakan hasil laju alir dari uji sensitivitas jumlah stages dari
gambar 4.10.

1. Laju alir pada REDA DN675 dengan jumlah 64 stages sebesar 324.5 STB/D
2. Laju alir pada REDA DN675 dengan jumlah 74 stages sebesar 349.5 STB/D
3. Laju alir pada REDA DN675 dengan jumlah 84 stages sebesar 370.7 STB/D
4. Laju alir pada REDA DN675 dengan jumlah 94 stages sebesar 388.2 STB/D

Berdasarkan nilai dari laju alir produksi yang didapatkan pada setiap variasi jumlah
stages. Pada jumlah stages 64, 74, 84 stages masih jauh dari target laju produksi. Sedangkan
pada 80 stages nilainya mendekati taget laju alir produksi. Jumlah stages 94 dipilih sebagai
stages optimal dengan laju produksi sebesar 388.2 STB/D.

4.3.5 Effisiensi Pompa Sumur H1


Selain uji sensitivitas operating frequency dan uji sensitivitas jumlah stages digunakan
data effisiensi masing-masing pompa sebagai pertimbangan untuk menentukan jenis pompa
yang akan digunakan. Berikut merupakan effisiensi pompa yang ada.

36
Gambar 4. 11 Effisiensi Pompa REDA D800N

Gambar 4. 12 Effisiensi Pompa REDA DN675

Berdasarkan kedua gambar effisiensi pompa yang ada. Effisiensi pompa REDA D800N
sebesar 56% sedangkan effisiensi REDA DN675 sebesar 55%. Dari segi effisiensi maka pompa
REDA D800N memiliki effisiensi lebih baik.

37
4.4 Optimasi Sumur H3

Optimasi pada sumur H3 akan dilakukan beberapa skenario. Skenario ditentukan berdasarkan
jenis pompa Electric Submersible Pump yang digunakan, uji sensitivitas frekuensi, dan uji sensitivitas
jumlah stages. Terdapat dua skenario yang akan dilakukan. Berikut merupakan table dar skenario
optimasi sumur H3:

Tabel 4. 13 Skenario Optimasi Sumur H3


Sumur H3
Keterangan
Skenario 1 Skenario 2
Jenis Pompa REDA DN800 REDA D1050N
Frekuensi, Hz 45, 50, 55, 60 45, 50, 55, 60
Jumlah Stages 69, 79, 89, 109 47, 57, 67, 87

Skenario yang dipilih nantinya merupakan skenario dengan laju produksi yang optimal, pengaruh
frekuensi yang dapat mngeooptimalkan pompa, dan jumlah stages yang dapat mengoptimalkan pompa.

4.4.1 Optimasi Pompa DN800 Uji Sensitivitas Frekuensi


Setelah memilih jenis pompa Elecric Submersible Pump untuk dilakukan optimasi laju
alir produksi sumur berdasarkan yang ditargetkan, selanjutnya uji sensitivitas berdasarkan
variasi frekuensi putaran pompa dilakukan agar dapat diketahui frekuensi berapa pompa REDA
DN800 dapat bekerja secara optimal. Uji sesitivitas frekuensi yang akan dilakukan yaitu 50 Hz,
55 Hz, dan 60 Hz. Berikut ini hasil perhitungannya:

Tabel 4. 14 Uji Sensitivitas Frekuensi REDA DN800


ST Liq. At NA ST Oil at NA P at Wellhead
Operating Point
STB/D STB/D Psia
Frekuensi 45 Hz 431.1 60.3 58
Frekuensi 50 Hz 479.8 67.1 58
Frekuensi 55 Hz 522.5 73.1 59
Frekuensi 60 Hz 559.3 78.3 60

38
Gambar 4. 13 Kurva Uji Sensitivitas Frekuensi REDA DN800

Pada Gambar 4.13 dapat diketahui bahwa dengan uji sensitivitas frekuensi yang dilakukan
masih berpotongan dengan kurva inflow performance relationships. Hal ini menjelaskan bahwa
penggunaan pompa pada variasi frekuensi tersebut dapat mengalirkan fluida ke atas permukaan.
Berikut merupakan hasil laju alir dari uji sensitivitas frekuensi dari gambar 4.13.

1. Laju alir pada REDA DN800 45 Hz sebesar 431.1 STB/D


2. Laju alir pada REDA DN800 50 Hz sebesar 479.8 STB/D
3. Laju alir pada REDA DN800 55 Hz sebesar 522.5 TB/D
4. Laju alir pada REDA DN800 60 Hz sebesar 559.3 STB/D

Berdasarkan nilai laju alir yang didapatkan pada setiap variasi frekuensi. Pada frekuensi 45, 50
Hz, dan 55 Hz masih jauh dari target laju produksi. Frekuensi 60 Hz dipilih sebagai frekuensi
pompa karena pada frekuensi tersebut garis berpotongan sehingga pada frekuensi ini laju alir
optimal.

4.4.2 Optimasi Pompa DN800 Uji Sensitivitas Jumlah Stages


Uji sensitivitas jumlah stages dilakukan dengan menggunakan frekuensi optimal yang
telah dipilih sebelumnya yaitu 60 Hz. Jumlah stages yang diujikan yaitu 66, 99, 109, 119, dan
139 stages. Uji sensitivitas jumlah stages ini diharapkan mampu mendapatkan laju alir produksi
yang optimal. Berikut hasil perhitungan uji sensitivitas jumlah stages pada frekuensi 60 Hz.

39
Tabel 4. 15 Uji Sensitivitas Jumlah Stages REDA DN800
ST Liq. At NA ST Oil at NA P at Wellhead
Operating Point
STB/D STB/D Psia
69 Stages 523.7 73.3 59
79 Stages 543.3 76.0 60
89 Stages 559.8 78.3 60
109 Stages 584.3 81.8 60

Gambar 4. 14 Kurva Uji Sensitivitas Jumlah Stages REDA DN800

Pada gambar 4.14 dapat diketahui bahwa dengan uji sensitivitas jumlah stages yang dilakukan
masih berpotongan dengan kurva inflow performance relationships. Hal ini menjelaskan bahwa
penggunaan pompa pada variasi stages tersebut dapat mengalirkan fluida ke atas permukaan.
Berikut merupakan hasil laju alir dari uji sensitivitas jumlah stages dari gambar 4.14.

1. Laju alir pada REDA DN800 dengan jumlah 69 stages sebesar 523.7 STB/D
2. Laju alir pada REDA DN800 dengan jumlah 79 stages sebesar 543.3 STB/D
3. Laju alir pada REDA DN800 dengan jumlah 89 stages sebesar 559.8 STB/D
4. Laju alir pada REDA DN800 dengan jumlah 109 stages sebesar 584.3 STB/D

Berdasarkan nilai dari laju alir produksi yang didapatkan pada setiap variasi jumlah stages. Pada
jumlah stages 69, 79 stages masih jauh dari target laju produksi. Sedangkan pada 109 stages
nilainya menjauhi taget laju alir produksi. Jumlah stages 89 dipilih sebagai stages optimal
dengan laju produksi sebesar 559.8 STB/D.

40
4.4.3 Optimasi Pompa D1050N Uji Sensitivitas Frekuensi
REDA D1050N merupakan jenis pompa Elecric Submersible Pump selanjutnya yang
akan dilakukan uji sensitivitas frekuensi. Uji sensitivitas ini dilakukan untuk optimasi laju alir
produksi sumur berdasarkan yang laju alir yang ditargetkan, selanjutnya uji sensitivitas
berdasarkan variasi frekuensi putaran pompa dilakukan agar dapat diketahui frekuensi berapa
pompa REDA D1150N dapat bekerja secara optimal. Uji sesitivitas frekuensi yang akan
dilakukan yaitu 40 Hz, 45 Hz, 50 Hz, 55 Hz, dan 60 Hz. Berikut ini hasil perhitungannya:

Tabel 4. 16 Uji Sensitivitas Frekuensi REDA D1050N


ST Liq. At NA ST Oil at NA P at Wellhead
Operating Point
STB/D STB/D Psia
Frekuensi 45 Hz 423.8 59.3 58
Frekuensi 50 Hz 474.7 66.4 59
Frekuensi 55 Hz 521.0 72.9 59
Frekuensi 60 Hz 558.8 78.2 60

Gambar 4. 15 Kurva Uji Sensitivitas Frekuensi REDA D1050N

Pada gambar 4.15 dapat diketahui bahwa dengan uji sensitivitas frekuensi yang dilakukan
masih berpotongan dengan kurva inflow performance relationships. Hal ini menjelaskan bahwa
penggunaan pompa pada variasi frekuensi tersebut dapat mengalirkan fluida ke atas permukaan.
Berikut merupakan hasil laju alir dari uji sensitivitas frekuensi dari gambar 4.15.

41
1. Laju alir pada REDA D1050N 45 Hz sebesar 423.8 STB/D
2. Laju alir pada REDA D1050N 50 Hz sebesar 474.7 STB/D
3. Laju alir pada REDA D1050N 55 Hz sebesar 521.0 STB/D
4. Laju alir pada REDA D1050N 60 Hz sebesar 558.8 STB/D

Berdasarkan nilai laju alir yang didapatkan pada setiap variasi frekuensi. Pada frekuensi 45 Hz,
50 Hz, dan 55 Hz masih jauh dari target laju produksi. Frekuensi 60 Hz dipilih sebagai frekuensi
pompa karena pada frekuensi tersebut garis berpotongan sehingga pada frekuensi ini laju alir
optimal.

4.4.4 Optimasi Pompa D1150N Uji Sensitivitas Jumlah Stages


Uji sensitivitas jumlah stages dilakukan dengan menggunakan frekuensi optimal yang
telah dipilih sebelumnya yaitu 60 Hz. Jumlah stages yang diujikan yaitu 39, 49, 59, dan 69
stages. Uji sensitivitas jumlah stages ini diharapkan mampu mendapatkan laju alir produksi
yang optimal. Berikut hasil perhitungan uji sensitivitas jumlah stages pada frekuensi 60 Hz.

Tabel 4. 17 Uji Sensitivitas Jumlah Stages REDA D1050N


ST Liq. At NA ST Oil at NA P at Wellhead
Operating Point
STB/D STB/D Psia
47 Stages 487.7 68.2 59
57 Stages 527.7 73.8 60
67 Stages 558.9 78.2 60
87 Stages 605.9 84.8 61

42
Gambar 4. 16 Kurva Uji Sensitivitas Jumlah Stages REDA D1050N

Pada gambar 4.16 dapat diketahui bahwa dengan uji sensitivitas jumlah stages yang dilakukan
masih berpotongan dengan kurva inflow performance relationships. Hal ini menjelaskan bahwa
penggunaan pompa pada variasi stages tersebut dapat mengalirkan fluida ke atas permukaan.
Berikut merupakan hasil laju alir dari uji sensitivitas jumlah stages dari gambar 4.16.

1. Laju alir pada REDA D1050N dengan jumlah 47 stages sebesar 487.7 STB/D
2. Laju alir pada REDA D1050N dengan jumlah 57 stages sebesar 527.7 STB/D
3. Laju alir pada REDA D1050N dengan jumlah 67 stages sebesar 558.9 STB/D
4. Laju alir pada REDA D1050N dengan jumlah 87 stages sebesar 605.9 STB/D

Berdasarkan nilai dari laju alir produksi yang didapatkan pada setiap variasi jumlah stages. Pada
jumlah stages 47 stages dan 57 stages masih jauh dari target laju produksi. Sedangkan pada 87
stages nilainya menjauhi taget laju alir produksi. Jumlah stages 67 dipilih sebagai stages optimal
dengan laju produksi sebesar 559 STB/d.

4.4.5 Effisiensi Pompa Sumur H3


Selain uji sensitivitas operating frequency dan uji sensitivitas jumlah stages digunakan
data effisiensi masing-masing pompa sebagai pertimbangan untuk menentukan jenis pompa
yang akan digunakan. Berikut merupakan effisiensi pompa yang ada.

43
Gambar 4. 17 Effisiensi Pompa REDA DN800

Gambar 4. 18 Effisiensi Pompa REDA D1050N

Berdasarkan kedua gambar effisiensi pompa yang ada. Effisiensi pompa REDA DN800 sebesar
58% sedangkan effisiensi REDA D1050N sebesar 61%. Dari segi effisiensi maka pompa REDA
D1050N memiliki effisiensi lebih baik.

44
4.5 Optimasi Sumur H5

Optimasi pada sumur H5 akan dilakukan beberapa skenario. Skenario ditentukan berdasarkan
jenis pompa Electric Submersible Pump yang digunakan, uji sensitivitas frekuensi, dan uji sensitivitas
jumlah stages. Terdapat dua skenario yang akan dilakukan. Berikut merupakan table dar skenario
optimasi sumur H5:

Tabel 4. 18 Skenario Optimasi Sumur H5


Sumur H5
Keterangan
Skenario 1 Skenario 2
Jenis Pompa REDA D725N REDA D1150N
Frekuensi, Hz 40, 45, 50, 55, 60 40, 45, 50, 55, 60
Jumlah Stages 83, 93, 103, 123 29, 39, 49,69

Skenario yang dipilih nantinya merupakan skenario dengan laju produksi yang optimal, pengaruh
frekuensi yang dapat mngeooptimalkan pompa, dan jumlah stages yang dapat mengoptimalkan pompa.

4.5.1 Optimasi Pompa D725N Uji Sensitivitas Frekuensi


Setelah memilih jenis pompa Elecric Submersible Pump untuk dilakukan optimasi laju
alir produksi sumur berdasarkan yang ditargetkan, selanjutnya uji sensitivitas berdasarkan
variasi frekuensi putaran pompa dilakukan agar dapat diketahui frekuensi berapa pompa REDA
D1050N dapat bekerja secara optimal. Uji sesitivitas frekuensi yang akan dilakukan yaitu 40
Hz, 45 Hz, 50 Hz, 55 Hz, dan 60 Hz. Berikut ini hasil perhitungannya:

Tabel 4. 19 Uji Sensitivitas Frekuensi REDA D725N


ST Liq. At NA ST Oil at NA P at Wellhead
Operating Point
STB/D STB/D Psia
Frekuensi 45 Hz 457.1 63.9 58
Frekuensi 50 Hz 504.0 70.5 59
Frekuensi 55 Hz 543.2 76.0 60
Frekuensi 60 Hz 580.3 81.2 60

45
Gambar 4. 19 Kurva Uji Sensitivitas Frekuensi REDA D725N

Pada Gambar 4.19 dapat diketahui bahwa dengan uji sensitivitas frekuensi yang dilakukan
masih berpotongan dengan kurva inflow performance relationships. Hal ini menjelaskan bahwa
penggunaan pompa pada variasi frekuensi tersebut dapat mengalirkan fluida ke atas permukaan.
Berikut merupakan hasil laju alir dari uji sensitivitas frekuensi dari gambar 4.19.

1. Laju alir pada REDA D725N 45 Hz sebesar 457.1 STB/D


2. Laju alir pada REDA D725N 50 Hz sebesar 504 STB/D
3. Laju alir pada REDA D725N 55 Hz sebesar 543.2 STB/D
4. Laju alir pada REDA D725N 60 Hz sebesar 580.3 STB/D

Berdasarkan nilai laju alir yang didapatkan pada setiap variasi frekuensi. Pada frekuensi 45 Hz,
50 Hz, dan 55 Hz masih jauh dari target laju produksi. Frekuensi 60 Hz dipilih sebagai frekuensi
pompa karena pada frekuensi tersebut garis berpotongan sehingga pada frekuensi ini laju alir
optimal.

4.5.2 Optimasi Pompa D725N Uji Sensitivitas Jumlah Stages


Uji sensitivitas jumlah stages dilakukan dengan menggunakan frekuensi optimal yang
telah dipilih sebelumnya yaitu 60 Hz. Jumlah stages yang diujikan yaitu 64, 74, 84, dan 94
stages. Uji sensitivitas jumlah stages ini diharapkan mampu mendapatkan laju alir produksi
yang optimal. Berikut hasil perhitungan uji sensitivitas jumlah stages pada frekuensi 60 Hz.

46
Tabel 4. 20 Uji Sensitivitas Jumlah Stages REDA D725N
ST Liq. At NA ST Oil at NA P at Wellhead
Operating Point
STB/D STB/D Psia
83 Stages 555.5 77.7 60
93 Stages 569.1 79.6 60
103 Stages 579.8 81.1 60
123 Stages 595.5 83.3 61

Gambar 4. 20 Kurva Uji Sensitivitas Jumlah Stages REDA D725N

Pada gambar 4.20 dapat diketahui bahwa dengan uji sensitivitas jumlah stages yang dilakukan
masih berpotongan dengan kurva inflow performance relationships. Hal ini menjelaskan bahwa
penggunaan pompa pada variasi stages tersebut dapat mengalirkan fluida ke atas permukaan.
Berikut merupakan hasil laju alir dari uji sensitivitas jumlah stages dari gambar 4.20.

1. Laju alir pada REDA D725N dengan jumlah 83 stages sebesar 555.5 STB/D
2. Laju alir pada REDA D725N dengan jumlah 93 stages sebesar 569.1 STB/D
3. Laju alir pada REDA D725N dengan jumlah 103 stages sebesar 579.8 STB/D
4. Laju alir pada REDA D725N dengan jumlah 123 stages sebesar 595.5 STB/D

Berdasarkan nilai dari laju alir produksi yang didapatkan pada setiap variasi jumlah stages. Pada
jumlah stages 83, 93 stages masih jauh dari target laju produksi. Sedangkan pada 123 stages

47
nilainya menjauhi taget laju alir produksi. Jumlah stages 103 dipilih sebagai stages optimal
dengan laju produksi sebesar 579.8 STB/D.

4.5.3 Optimasi Pompa D1150N Uji Sensitivitas Frekuensi


REDA D1150N merupakan jenis pompa Elecric Submersible Pump selanjutnya yang
akan dilakukan uji sensitivitas frekuensi. Uji sensitivitas ini dilakukan untuk optimasi laju alir
produksi sumur berdasarkan yang laju alir yang ditargetkan, selanjutnya uji sensitivitas
berdasarkan variasi frekuensi putaran pompa dilakukan agar dapat diketahui frekuensi berapa
pompa REDA D1150N dapat bekerja secara optimal. Uji sesitivitas frekuensi yang akan
dilakukan yaitu 40 Hz, 45 Hz, 50 Hz, 55 Hz, dan 60 Hz. Berikut ini hasil perhitungannya:

Tabel 4. 21 Uji Sensitivitas Frekuensi REDA D1150N


ST Liq. At NA ST Oil at NA P at Wellhead
Operating Point
STB/D STB/D Psia
Frekuensi 45 Hz 453.5 63.5 58
Frekuensi 50 Hz 504.7 70.6 59
Frekuensi 55 Hz 545.9 76.4 59
Frekuensi 60 Hz 582.8 81.6 60

Gambar 4. 21 Kurva Uji Sensitivitas Frekuensi REDA D1150N

Pada gambar 4.21 dapat diketahui bahwa dengan uji sensitivitas frekuensi yang dilakukan
masih berpotongan dengan kurva inflow performance relationships. Hal ini menjelaskan bahwa

48
penggunaan pompa pada variasi frekuensi tersebut dapat mengalirkan fluida ke atas permukaan.
Berikut merupakan hasil laju alir dari uji sensitivitas frekuensi dari gambar 4.21.

1. Laju alir pada REDA D1150N 45 Hz sebesar 453 STB/D


2. Laju alir pada REDA D1150N 50 Hz sebesar 504 STB/D
3. Laju alir pada REDA D1150N 55 Hz sebesar 545.9 STB/D
4. Laju alir pada REDA D1150N 60 Hz sebesar 582 STB/D

Berdasarkan nilai laju alir yang didapatkan pada setiap variasi frekuensi. Pada frekuensi 45 Hz,
50 Hz, dan 55 Hz masih jauh dari target laju produksi. Frekuensi 60 Hz dipilih sebagai frekuensi
pompa karena pada frekuensi tersebut garis berpotongan sehingga pada frekuensi ini laju alir
optimal.

4.5.4 Optimasi Pompa D1150N Uji Sensitivitas Jumlah Stages


Uji sensitivitas jumlah stages dilakukan dengan menggunakan frekuensi optimal yang
telah dipilih sebelumnya yaitu 60 Hz. Jumlah stages yang diujikan yaitu 60, 70, 80, dan 90
stages. Uji sensitivitas jumlah stages ini diharapkan mampu mendapatkan laju alir produksi
yang optimal. Berikut hasil perhitungan uji sensitivitas jumlah stages pada frekuensi 60 Hz.

Tabel 4. 22 Uji Sensitivitas Jumlah Stages REDA D1150N


ST Liq. At NA ST Oil at NA P at Wellhead
Operating Point
STB/D STB/D Psia
29 Stages 472.5 66.1 59
39 Stages 537.4 75.2 59
49 Stages 582.7 81.5 60
69 Stages 641.1 89.7 62

49
Gambar 4. 22 Kurva Uji Sensitivitas Jumlah Stages REDA D1150N

Pada gambar 4.22 dapat diketahui bahwa dengan uji sensitivitas jumlah stages yang dilakukan
masih berpotongan dengan kurva inflow performance relationships. Hal ini menjelaskan bahwa
penggunaan pompa pada variasi stages tersebut dapat mengalirkan fluida ke atas permukaan.
Berikut merupakan hasil laju alir dari uji sensitivitas jumlah stages dari gambar 4.22.

1. Laju alir pada REDA D1150N dengan jumlah 29 stages sebesar 472.5 STB/D
2. Laju alir pada REDA D1150N dengan jumlah 39 stages sebesar 537.4 STB/D
3. Laju alir pada REDA D1150N dengan jumlah 49 stages sebesar 582.7 STB/D
4. Laju alir pada REDA D1150N dengan jumlah 69 stages sebesar 641.1 STB/D

Berdasarkan nilai dari laju alir produksi yang didapatkan pada setiap variasi jumlah stages. Pada
jumlah stages 29, 39 stages masih jauh dari target laju produksi. Sedangkan pada 69 dan 90
stages nilainya menjauhi taget laju alir produksi. Jumlah stages 49 dipilih sebagai stages optimal
dengan laju produksi sebesar 582.7 STB/D.

4.5.5 Effisiensi Pompa Sumur H5


Selain uji sensitivitas operating frequency dan uji sensitivitas jumlah stages digunakan
data effisiensi masing-masing pompa sebagai pertimbangan untuk menentukan jenis pompa
yang akan digunakan. Berikut merupakan effisiensi pompa yang ada.

50
Gambar 4. 23 Effisiensi Pompa REDA D725N

Gambar 4. 24 Effisiensi Pompa REDA D1150N

Berdasarkan kedua gambar effisiensi pompa yang ada. Effisiensi pompa REDA D725N sebesar
58% sedangkan effisiensi REDA D1150N sebesar 56%. Dari segi effisiensi maka pompa REDA
D725N memiliki effisiensi lebih baik.

51
4.6 Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian pada dua jenis skenario yang dilakukan terhadap sumur H1 dengan
uji sesitivitas frekuensi dan uji sensitivitas jumlah stages maka dapat dipilih skenario yang paling
optimal dalam pendekatan taget laju alir produksi.

Tabel 4. 23 Hasil Skenario Optimasi Sumur H1


Sumur H1
Keterangan
Kondisi Awal Skenario 1 Skenario 2 Satuan
Jenis Pompa - REDA D800N REDA DN675
Kedalaman Pompa - 3610 3610 Ft MD
Effisiensi Pompa - 56% 55%
Frekuensi - 60 60 Hz
Jumlah Stages - 66 94 Stages
Operating Range - 250-1150 350-1050 STB/D
Laju Alir (Q) 31 387.7 388.2 STB/D
Laju Alir Minyak (Qo) 6.8 54.2 54.3 STB/D

Berdasarkan tabel 4.23 kedua skenario menghasilkan produksi liquid yang sudah mendekati taget
produksi. Pertimbangan dalam pemilihan skenario adalah berasarkan operating frekuensi, jumlah stages,
dan effisiensi pompa. Pemilihan REDA D800N karena jumlah stages 66 yang lebih sedikit sehingga
dapat menghemat listrik dan effisiensi pompa 56% yang lebih besar dibandingkan skenario REDA
DN675. Jumlah laju alur liquid terproduksikan hamper memiliki kesamaan.

52
Gambar 4. 25 Penampang Sumur H1 menggunakan REDA D800N

Berdasarkan gambar 4.25 penampang sumur H1 setelah menggunakan REDA D800N menempatkan
posisi dari ESP memiliki jarak kedalaman yang dekat dengan lubang perforasi agar fluida yang masuk
dapat langsung ditangkap oleh impeller sehingga memudahkan fluida masuk ke pompa. Berdasarkan
hasil penelitian pada dua jenis skenario yang dilakukan terhadap sumur H3 dengan uji sesitivitas
frekuensi dan uji sensitivitas jumlah stages maka dapat dipilih skenario yang paling optimal dalam
pendekatan taget laju alir produksi.
Tabel 4. 24 Hasil Skenario Optimasi Sumur H3

Sumur H3
Keterangan
Kondisi Awal Skenario 1 Skenario 2 Satuan
Jenis Pompa - REDA DN800 REDA D1050N
Kedalaman Pompa - 3616 3616 ft MD
Frekuensi Pompa - 58% 61%
Frekuensi - 60 60 Hz
Jumlah Stages - 89 67 Stages
Operating Range - 400-950 300-1650 STB/D
Laju Alir (Q) 130 558.9 559.8 STB/D
Laju Alir Minyak (Qo) 9.6 78.2 78.3 STB/D

53
Berdasarkan tabel 4.24 skenario dua REDA D1050N dipilih karena memerlukan jumlah stages sebesar
67 stages yang mana lebih kecil dibandingkan dengan pompa REDA DN800. Jumlah stages yang lebih
kecil memerlukan daya listrik yang lebih kecil juga. Selain itu effisiensi pompa REDA D1050N lebih
besar dibandingkan REDA DN800. Laju produksi liquid yang dihasilkan sebesar 559.8 STB/D. Adapun
penempang sumur H3 setelah dilakukannya pemasangan pompa REDA D1150N sebagai berikut.

Gambar 4. 26 Penampang Sumur H3 menggunakan REDA D1050N

Berdasarkan gambar 4.26 penampang sumur H3 setelah menggunakan REDA D1150N menempatkan
posisi dari ESP memiliki jarak kedalaman yang dekat dengan lubang perforasi sekitar 100 ft sehingga
memudahkan fluida masuk ke pompa. Berdasarkan hasil penelitian pada dua jenis skenario yang
dilakukan terhadap sumur H5 dengan uji sesitivitas frekuensi dan uji sensitivitas jumlah stages maka
dapat dipilih skenario yang paling optimal dalam pendekatan taget laju alir produksi.

54
Tabel 4. 25 Hasil Skenario Optimasi Sumur H5

Sumur H5
Keterangan
Kondisi Awal Skenario 1 Skenario 2 Satuan
Jenis Pompa - REDA DN725 REDA D1150N
Kedalaman Pompa - 3619 3619 ft MD
Effisiensi Pompa - 56% 57%
Frekuensi - 60 60 Hz
Jumlah Stages - 103 49 Stages
Operating Range - 350-925 400-1650 STB/D
Laju Alir (Q) 177 579.8 582.7 STB/D
Laju Alir Minyak (Qo) 52.5 81.1 81.5 STB/D

Berdasarkan tabel 4.25 skenario dua dipilih karena memerlukan jumlah stages yang lebih sedikit
dibandingkan dengan skanrio pertama yaitu 49 stages. Jumlah stages yang lebih sedikit akan
memerlukan daya listrik yang lebih sedikit sehingga dapat menghemat biaya OpEx. Effisiensi pompa
REDA D1150N juga yang terbesar yaitu 57% dengan laju alir produksi liquid lebih unggul tipis sebesar
582.7 STB/D. Adapun penempang sumur H3 setelah dilakukannya pemasangan pompa REDA D1150N
sebagai berikut.

Gambar 4. 27 Penampang Sumur H5 menggunakan REDA D1400

55
Berdasarkan gambar 4.27 penampang sumur H5 setelah menggunakan REDA D1400 menempatkan
posisi dari ESP memiliki jarak kedalaman yang dekat dengan lubang perforasi sekitar 100 ft sehingga
memudahkan fluida masuk ke pompa.

4.7 Analisis Keekonomian

Berdasarkan desain pompa yang dipilih akan dihitung dari nilai keekonomian dari pemasangan
pompa tersebut. Hal ini ditujukan untuk mengetahui apakah dengan pemasangan pompa dapat
menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Perhitungan didasarkan pada asumsi harga minyak
sebesar $60/barrel dan biaya dengan asumsi menggunakan literature penelitian yang telah dilakukan.
Analisis keekonomian dilakukan 2 tahun. 150,800

Tabel 4. 26 CAPEX dari ESP


Cost of ESP ($)
Services
Sumur H1 Sumur H3 Sumur H5
ESP Equipment 140,800 142,000 141,200
Installation/Workover 10,000 12,000 14,000
Surface Equipments 52,000 52,000 52,000
Electric Surface Equipments 14,000 16,000 18,000

Tabel 4. 27 OPEX dari ESP


Cost of ESP ($)
Services
Sumur H1 Sumur H3 Sumur H5
Horse Power per Annum 151,200 160,810 170,820
Running Cost 70,000 74,000 78,000
Maintenance Cost 23,333 26,333 28,333
Water Treatment 15,000 14,500 16,000

Adanya perbedaan harga dalam biaya workover disebabkan karena kebutuhan setiap untuk pemasangan
setiap pompa berbeda. Tingkat kesulitan dalam pemasangan juga mempengaruhi perbedaan biaya
instalasi atau workover yang harus dikeluarkan. Tabel 4.26 dan 4.27 menunjukkan biaya yang
dibutuhkan untuk biaya modal pemasangan dan biaya operasi untuk awal produksi

56
4.7.1 Decline Curve Analysis
Peramalan perlu dilakukan untuk melihat berapa jumlah minyak yang akan
terproduksikan dalam beberapa tahun kedepan. Peramalan dilakukan dengan analisis Decline
Curve Analysis. Berdasarkan data lapangan jatibarang mekanisme pendorong yang digunakan
adalah Solution Gas Drive. Maka metode yang digunakan adalah kurva hiperbolik dengan nilai
eksponen decline sebesar 0.3 (b=0.3) dan decline constant rate sebesar 0.078. Maka dengan
persamaan matematis penurunan laju produksi hiperbolik didapatkan penurunan produksi
minyak pada waktu tertentu. Berikut merupakan grafik penurunan produksi pada sumur H1, H3,
dan H5.

H1 Oil Production Forecast


90 Oil Cumm. 30.00
Forecast: 19 Mbbls
80
H1 ESP Forecast
25.00
70 with qi = 54 BOPD

Cumm. Oil, MBBLs


Oil Rate, BOPD

60 20.00
50
15.00
40
30 10.00
20
5.00
10
- 0.00
Jan-21 Apr-21 Jul-21 Oct-21 Feb-22 May-22 Aug-22 Dec-22 Mar-23 Jun-23
Date

Gambar 4. 28 DCA Sumur H1

H3 Oil Production Forecast


90 Oil Cumm. 30.00
Forecast: 27 Mbbls
80
25.00
70 H1 ESP Forecast
Cumm. Oil, MBBLs

with qi = 78 BOPD
Oil Rate, BOPD

60 20.00
50
15.00
40
30 10.00
20
5.00
10
- 0.00
Jan-21 Apr-21 Jul-21 Oct-21 Feb-22 May-22 Aug-22 Dec-22 Mar-23 Jun-23
Date

Gambar 4. 29 DCA Sumur H3

57
H3 Oil Production Forecast
90 Oil Cumm. Forecast:
30.00
80 28 Mbbls
25.00
70 H1 ESP Forecast

Cumm. Oil, MBBLs


Oil Rate, BOPD with qi = 81 BOPD
60 20.00
50
15.00
40
30 10.00
20
5.00
10
- 0.00
Jan-21 Apr-21 Jul-21 Oct-21 Feb-22 May-22 Aug-22 Dec-22 Mar-23 Jun-23
Date

Gambar 4. 30 DCA Sumur H5

4.7.2 Analisis Keekonomian Sumur H1


Berdasarkan desain pompa yang telah dipilih yaitu REDA D800N dihitung nilai
keekonomiannya.. Dalam evaluasi nilai keekonomian ini biaya modal, biaya operasi, biaya
workover, dan pendapatan akan menjadi bahan acuan dasar untuk perhitungan.
Tabel 4. 28 Produksi dan Profit Minyak dari ESP
Cumm. Prod
Year Income of Oil ($) Profit Oil per Year
(STB/YEAR)
1 12,891 773,460 488,000
2 6,090 365,400 76,000

Tabel 4.28 merupakan tabel yang menunjukkan volume minyak yang diproduksi dengan metode
ESP dalam setahun. Selanjutnya, pendapatan dari minyak selama satu tahun dihitung dan
akhirnya keuntungan minyak dihitung dalam dolar dengan mengurangi CapEx dan OpEx dari
pendapatan minyak satu tahun.

Tabel 4. 29 NPV@10% dari ESP


Metode NPV of Year ($)
ESP 283,804

Tabel 4. 30 IRR dari ESP


Metode IRR (%)
ESP 31

58
Dari hasil perhitungan NPV dan IRR profitabilitas ESP jauh lebih baik daripada tidak
menggunakan pengangkatan buatan. Hal ini sesuai dengan perhitungan pada tabel 4.29 dan tabel
4.30.

4.7.3 Analisis Keekonomian Sumur H3


Berdasarkan desain pompa yang telah dipilih yaitu REDA D1150N dihitung nilai
keekonomiannya.. Dalam evaluasi nilai keekonomian ini biaya modal, biaya operasi, biaya
workover, dan pendapatan akan menjadi bahan acuan dasar untuk perhitungan.

Tabel 4. 31 Produksi dan Profit Minyak dari ESP


Cumm. Prod
Year Income of Oil ($) Profit Oil per Year ($)
STB/YEAR
1 18,620 1,117,178 842,000
2 8,797 527,831 252,000

Tabel 4.31 merupakan tabel yang menunjukkan volume minyak yang diproduksi dengan metode
ESP dalam setahun. Selanjutnya, pendapatan dari minyak selama satu tahun dihitung dan
akhirnya keuntungan minyak dihitung dalam dolar dengan mengurangi CapEx dan OpEx dari
pendapatan minyak satu tahun.

Tabel 4. 32 NPV@10% dari ESP


Metode NPV of Year ($)
ESP 748,573

Tabel 4. 33 IRR dari ESP


Metode IRR (%)
ESP 35

Dari hasil perhitungan NPV dan IRR profitabilitas ESP jauh lebih baik daripada tidak
menggunakan pengangkatan buatan. Hal ini sesuai dengan perhitungan pada tabel 4.32 dan tabel
4.33.

59
4.7.4 Analisis Keekonomian Sumur H5
Berdasarkan desain pompa yang telah dipilih yaitu REDA D800N dihitung nilai
keekonomiannya.. Dalam evaluasi nilai keekonomian ini biaya modal, biaya operasi, biaya
workover, dan pendapatan akan menjadi bahan acuan dasar untuk perhitungan.

Tabel 4. 34 Produksi dan Profit Minyak dari ESP


Cumm. Prod
Metode Income of Oil ($) Profit Oil per Year
STB/YEAR
1 19,336 1,160,147 871,000
2 9,136 548,132 259,000

Tabel 4.34 merupakan tabel yang menunjukkan volume minyak yang diproduksi dengan metode
ESP dalam setahun. Selanjutnya, pendapatan dari minyak selama satu tahun dihitung dan
akhirnya keuntungan minyak dihitung dalam dolar dengan mengurangi CapEx dan OpEx dari
pendapatan minyak satu tahun.

Tabel 4. 35 NPV@10% dari ESP


Metode NPV of Year ($)
ESP 786,356

Tabel 4. 36 IRR dari ESP


Metode IRR (%)
ESP 36.4

Dari hasil perhitungan NPV dan IRR profitabilitas ESP jauh lebih baik daripada tidak
menggunakan pengangkatan buatan. Hal ini sesuai dengan perhitungan pada tabel 4.35 dan tabel
4.36.

60
61
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian ini, didapatkan beberapa kesimpulan diantaranya sebagai
berikut:

1. Spesifikasi pompa yang digunakan untuk mendapatkan laju alir yang optimal pada sumur H1
yaitu ESP REDA D800N dengan frekuensi sebesar 60 Hz dan jumlah stages sebanyak 66
stages dengan effisiensi pompa sebesar 56%. Sedangkan untuk sumur H3 menggunakan
pompa ESP REDA D1050N dengan frekuensi sebesar 60 Hz dan jumlah stages sebanyak 67
stages dengan effisiensi pompa sebesar 61%. Sumur H5 menggunakan spesifikasi pompa
REDA D1150N dengan frekuensi sebesar 60 Hz dan jumlah stages sebanyak 49 stages dengan
effisiensi pompa sebesar 57%.

2. Penggunaan ESP pada sumur H1 menghasilkan keuntungan sebesar 283,804 US Dollar.


Sedangkan untuk penggunaan ESP pada sumur H3 menghasilkan keuntungan sebesar 748,573
US Dollar. Penggunaan ESP pada sumur H5 menghasilkan keuntungan sebesar 786,356 US
Dollar.

5.2 Saran

Berdasarkan pada hasil penelitian ini, didapatkan beberapa saran diantaranya sebagai berikut:

1. Perlu dilakukannya studi terhadap jenis artificial lift lain agar dapat membandingkan nilai
keekonomian.

2. Mengetahui secara mendetail tentang katalog harga ESP sebenarnya untuk analisis ekonomi.

62
63
DAFTAR PUSTAKA

Allen, T. O., & Roberts, A. P. (1982). Production Operation 1-2: Well Completions, Workover, and
Stimulation. Tulsa: Oil and Gas Consultants International.

Schechter, R. S. (1992). Oil Well Stimulation. Englewood Cliff, N.J. : Prentice Hall.

Takacs, Gabor. (2018). “ELECTRICAL SUBMERSIBLE PUMPS MANUAL – SECOND EDITION”.


United Kingdom: Gulf Professional Publishing.

Al-Safran, Elssa dkk. (2019). Analysis and Prediction of Fluid Flow Behaviour in Progressing
Cavity Pumps. Journal of Fluids Engineering.

Brown, K.E. (1980). The Technology of Artificial Lift Method Vol.2A. Oklahama. Pen Well
Publishing Company.

Dale Beggs, H. (1991). Production Optimization. Tulsa: Oil & Gas Consultants International Inc.

Imam, H. 1985. Qualitative Analysis Of The Dynamometer Diagram For Improving The Pumping
System. Texas: Paper SPE.

64
65
LAMPIRAN

66
67
68
69

Anda mungkin juga menyukai