TA Hardianti Indah Atma Jaya
TA Hardianti Indah Atma Jaya
TUGAS SARJANA
Oleh
Hardianti Indah Atma Jaya
15.01.386
i
LEMBAR PENGESAHAN
Tugas Akhir
Oleh:
Hardianti Indah Atma Jaya
15.01.377
Menyetujui,
Pembimibing Utama
Ir . Andry Halim, MT
Principal Reservoir and EOR-UTC
Mengetahui,
Atasan Pembimbing Utama
Eti Suryati
Chief Reservoir and EOR-UTC
ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
TUGAS AKHIR
Oleh
Hardianti Indah Atma Jaya
15.01.386
Telah dipertahankan didepan Panitia Penguji pada tanggal 06 November 2021
Ketua Penguji
Karmila, ST.,M.T.
NIDN : 1104028802
Anggota
Mengetahui,
a.n Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Migas Balikpapan
Wakil Ketua I bidang Akademik
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Sembah sujud serta puji dan syukurku pada-Mu Allah SWT. Tuhan semesta alam
yang menciptakanku dengan bekal yang begitu teramat sempurna. Taburan cinta,
kasih sayang, rahmat dan hidayat-Mu telah memberikan ku kekuatan, kesehatan,
semangat pantang menyerah dan memberkatiku dengan ilmu pengetahuan serta
cinta yang pasti ada disetiap ummat-Mu. Atas karunia serta kemudahan yang
Engkau berikan akhirnya tugas akhir ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam
selalu ku limpahkan keharibaan Rasulullah Muhammad SAW.
Ku persembahkan tugas akhir ini untuk Kedua orang tua ku Ayah dan Mamaku
Tercinta yang tak pernah telah membesarkan ku dengan penuh kasih sayang, serta
memberi dukungan, perjuangan, motivasi dan pengorbanan dalam hidup ini.
Ku persembahkan tugas akhir ini untuk adik- adikku yang selalu memberikan
dukungan, semangat dan selalu mengisi hari-hariku dan kasih sayangnya.
iv
Ku persembahkan tugas akhir ini untuk Sahabat seperjuanganku (Rida Febriyanti
S.T ) yang selalu memberi semangat dan dukungan serta canda tawa yang sangat
mengesankan selama masa perkuliahan, susah senang dirasakan bersama dan
sahabat-sahabat seperjuanganku yang lain yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.
Terima kasih buat kalian semua.
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang sangat besar dan tak terhingga kepada Allah SWT, karena
atas Rahmat dan Hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan
judul Perencanaan Desain Esp (Electric Submersible Pump) Menggunakan
Software Produksi Untuk Optimasi Produksi pada Sumur “HR-1” di Lapangan
“SW”.
Tugas Akhir ini merupakan syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik
dari Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan.
Dengan selesainya penulisan Tugas Akhir ini, tidak lupa penulis ucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak yang memberikan dukungan, semangat, serta
bimbingan dari berbagai pihak, baik bersifat moril maupun materil kepada:
1. Kedua Orang Tua saya yang telah memberikan semangat, saran, doa dan
dukungan lainnya.
2. Bapak Lukman, S.T., M.T., selaku Ketua STT MIGAS Balikpapan.
3. Bapak Hamsir S.Pd.,M.T., selaku Wakil Ketua III Bidang Kemahasiwaan
STT MIGAS Balikpapan.
4. Bapak Abdi Suprayitno, S.T., M.Eng., selaku Ketua Program Studi Teknik
Perminyakan STT MIGAS Balikpapan.
5. Ibu Karmila, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing I.
6. Bapak M. Nur Mukmin, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing II.
v
7. Ibu Rohima Sera Afifah, S.T., M.T, selaku Dosen Pembimbing Akademik.
8. Bapak Ir.Andry Halim , MM, selaku pembimbing di Pertamina Upstream
Technology Center.
9. Kelas S1 TP D angkatan 2015, selaku teman-teman dalam menimba ilmu
saat perkuliahan.
10. Serta semua pihak yang turut serta membantu dalam penyelesaian laporan
ini yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu sehingga Tugas Akhir ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya
Akhir kata, semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
pembaca. Semoga Allah SWT memberikan imbalan kebaikan kepada semua pihak
yang dengan ikhlas membantu hingga terselesaikannya tugas akhir ini.
Penulis
vi
PERENCANAAN DESAIN ESP (ELECTRIC
SUBMERSIBLE PUMP) MENGGUNAKAN Hardianti
SOFTWARE PRODUKSI UNTUK OPTIMASI Indah
Judul PRODUKSI PADA SUMUR “HR-1” DI Atma
LAPANGAN “SW” Jaya
vii
Abstrak
Sumur HR-1 berada di lapangan “SW” adalah sumur yang berada pada
cekungan jawa timur . Lapangan “SW” ditemukan pada bulan January 2000 di
Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur. Luas wilayah dari Lapangan “SW”
adalah 1.478 km2. Sumur – sumur di Lapangan “SW” umumnya memiliki
kedalaman rata-rata 7.000 – 8.000 ft TVD (9.000 – 10.000 ft MD). Reservoir di
Lapangan “SW” adalah Limestone. Sumur HR-1 merupakan sumur tidak dapat
lagi berproduksi secara alamiah (Natural Flow) sehingga perlu dilakukan
optimasi produksi dengan perencanaan Artificial Lift.
Ada beberapa metode pengangkatan buatan yang dapat digunakan agar
fluida bisa naik ke permukaan. Salah satu metode yang dapat digunakan yaitu
dengan menggunakan pompa benam listrik (Electric Submersible Pump - ESP).
Metode pengangkatan fluida dengan ESP banyak digunakan karena sangat efektif
dan efisien untuk sumur yang mempunyai produktivitas indeks (PI) yang besar,
sumur yang dalam, serta untuk sumur- sumur miring. Dalam merancang pompa
ESP yang cocok untuk sumur minyak, diperlukan data yang akurat untuk
membuat kurva IPR yang menjadi dasar pertimbangan untuk perancangan pompa
ESP.
Dari hasil desain ESP masih berada pada best efficiency pada sumur HR-
1, menunjukan pompa yang dipilih tidak melewati batas minimum dan maximum
operating range nya .
viii
Major Petroleum Engineering 1501386
College of Technology Oil and Gas Balikpapan
Abstract
The HR-1 well in the "SW" field is a well located in the east java basin.
The "SW" field was discovered in January 2000 in Bojonegoro , East Java
Province. The total area of the "SW" Field is 1,478 km2. Wells in the "SW" Field
generally have an average depth of 7,000 - 8,000 ft TVD (9,000 - 10,000 ft MD).
Reservoir in "SW" Field is Limestone. HR-1 well is a well that can no longer
produce naturally (Natural Flow) so it is necessary to optimize production with
Artificial Lift planning.
There are several artificial lifting methods that can be used so that the fluid
can rise to the surface. One method that can be used is by using an electric
submersible pump (ESP). Fluid removal method with ESP is widely used because
it is very effective and efficient for wells that have a large productivity index (PI),
deep wells, and for sloping wells. In designing an ESP pump suitable for oil wells,
accurate data is needed to create an IPR curve which is the basis for consideration
for designing an ESP pump.
ESP design results are still at the best efficiency in HR-1 well, showing
that the selected pump does not exceed the minimum and maximum operating
range.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN DEKLARASI .............................................................................. i
ix
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................... v
ABSTRAK BAHASA....................................................................................... vii
ABSTRAK
ENGLISH ......................................................................................................... vii
i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xii
DAFTAR
TABEL ............................................................................................................. xii
i
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1. Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3. Tujuan Psenelitian .................................................................................... 2
1.4. Batasan Masalah ....................................................................................... 2
1.5. Manfaat Penulisan .................................................................................... 2
1.6. Sistematika Penulisan ............................................................................... 3
x
DAFTAR ISI
(Lanjutan)
Halaman
BAB III. TEORI DASAR ................................................................................ 11
3.1. Produktivitas Formasi ............................................................................... 11
3.1.1. Productivity Index............................................................................ 11
3.1.2. Inflow Performance Relationship ..................................................... 12
3.1.3. Kurva IPR 2 Fasa ............................................................................. 14
3.2. Analisa Sistem Nodal................................................................................ 14
3.2.1. Pengantar Analisa Sistem Nodal ...................................................... 14
3.2.2. Analisa Nodal di Berbagai Titik ....................................................... 16
3.3. Artificial Lift ............................................................................................ 19
3.4. Electrical Submersible Pump .................................................................... 20
3.4.1. Peralatan Electrical Submersible Pump ............................................ 21
3.4.1.1.Peralatan di atas Permukaan ................................................ 21
3.4.1.2.Peralatan dibawah Permukaan ............................................ 24
3.4.2. Karakteristik Kinerja Electrical Submersible Pump
(ESP)
………………………………………………………31
3.4.2.1. Kelakuan Electrical Submersible Pump
(Pump Performance Curve) ………32
3.4.3. Brake Horse Power .......................................................................... 34
3.4.4. Kurva Intake Pompa ........................................................................ 35
3.4.5. Pompa Benam Listrik Memompa Cairan ......................................... 35
3.4.6. Pompa Benam Listrik Memompa Cairan dan Gas ........................... 36
3.5. Dasar Perhitungan Electrical Submersible Pump ...................................... 36
3.5.1. Perkiraan Laju Produksi Maksimum ............................................... 37
3.5.2. Pemilihan Ukuran dan Tipe Pompa .................................................. 37
3.5.3. Perkiraan Pump Setting Depth ....................................................... 37
3.5.4. Static Fluid Level ............................................................................ 37
xi
3.5.5. Working Fluid Level ...................................................................... 38
3.5.6. Suction Head (Tinggi Hisap) .......................................................... 38
DAFTAR ISI
(Lanjutan)
Halaman
3.5.7. Kavitasi Dan Net Positive Suction Head (NPHS) ........................... 39
3.5.8. Pump Setting Depth Minimum ........................................................ 39
3.5.9. Pump Setting Depth Miximum ........................................................ 39
3.5.10. Pump Setting Depth Optimum ....................................................... 40
3.5.11. Perhitungan Total Dynamic Head .................................................. 41
3.5.12. Perkiraan Jumlah Stage Pompa ...................................................... 41
3.5.13. Pemilihan Motor dan Horse Power ................................................ 42
3.5.14. Pemilihan Switchboard dan Transformers ...................................... 42
3.5.15. Sistem Variable dan Speed Drive ................................................... 43
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Peta Lokasi Lapangan Cekungan Jawa Timur Utara .................................. 6
2.2. Peta Daerah Operasi Block Tuban ............................................................. 7
2.3. Kolom Stratigrafi Cekuingan Jawa Timur ................................................. 10
3.1. Kurva Inflow Performace Relationship ..................................................... 13
3.2. Kemungkinan Pressure Losses Dalam Sistem Sumur yang Lengkap ......... 16
3.3. Kurva Performa Nodal Analysis ............................................................... 17
3.4. Instalasi Electric Submersible Pump ......................................................... 20
3.5. Skema Imppeler dan Diffuser.................................................................... 21
3.6. Cable Pack-Off pada Tubing Hanger......................................................... 22
3.7. Junction Box ............................................................................................. 23
3.8. Motor Pompa Benam Listrik ..................................................................... 27
3.9. Gas Separator ........................................................................................... 29
3.10. Kurva Kinerja ESP ................................................................................... 32
3.11. Berbagai Posisi Pompa Pada Kedalaman Sumur ....................................... 40
4.1. Flow Chart ................................................................................................ 46
4.2. Kurva IPR pada sumur HR-1 ..................................................................... 47
4.3. Kurva IPR dan OPR Sumur HR-1 ............................................................. 49
4.4. Hasil Perhitungan Desain ESP HR-1 .......................................................... 50
4.5. Gas Separation Sensitivity pada Sumur HR-1 ............................................. 51
4.6. Pemilihan Pompa, Motor dan Kabel pada Sumur HR-1 .............................. 52
4.7. Perhitungan Best Efficiency pada Sumur HR-1 ...........................................
52
4.8. Kurva IPR dan OPR Setelah Pemasangan ESP ...........................................
54
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1. Data Properti Sumur HR-1 ........................................................................ 44
4.2. Data Produksi Sumur HR-1....................................................................... 44
4.3. Tabel Data IPR Pressure ........................................................................... 48
4.4. Data Downhole Equipment pada Sumur HR-1 .......................................... 49
4.5. Desain ESP pada Sumur HR-1 .................................................................. 50
4.6. Data Properti Sumur Setelah Pemasangan ESP ......................................... 53
4.7. Perbandingan Rate Production Kondisi Tidak berproduksi dengan
Pemasangan Pompa ESP ........................................................................... 54
xiv
xv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Penulisan Tugas Akhir ini lebih difokus kan pada :
a) Perhitungan dan analisa Produktivitas Formasi (PI dan IPR)
b) Menghitung laju alir maksimum sumur HR
c) Perencanaan ESP dan menganalisa efisiensi pompa ESP untuk
mengetahui laju produksi yang optimum.
2
Migas, melalui Tugas Akhir ini penulis mencoba membagi pengetahuan untuk
mendesain artificial lift ESP untuk optimasi produksi .
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini
adalah sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan
Dalam bab ini akan dipaparkan suatu gambaran singkat mengenai
latar belakang masalah yang akan dikaji, rumusan masalah,
tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penulisan dan
sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Umum Lapangan
Bab ini memberikan gambaran umum mengenai sejarah
lapangan, geologi lapangan, produksi lapangan serta karakteristik
reservoir lapangan.
BAB III Teori Dasar
Dalam bab ini diuraikan mengenai teori dasar dari ilmu terapan
yang digunakan dalam penulisan TA ini.
BAB IV Analisa dan Perhitungan
Pada bab ini, dilakukan analisa dan perhitungan terhadap semua
permasalahan yang kemudian akan dibahas dengan lebih detail.
BAB V Pembahasan
Bab ini menjelaskan tentang pembahasan mengenai bab empat
dan analisa yang akan dilakukan terhadap hasil perhitungan serta
data-data yang ada.
BAB VI Kesimpulan
Bab ini berisi tentang kesimpulan.
3
BAB II
TINJAUAN LAPANGAN
4
Gambar 2.1. Peta Lokasi Cekungan Jawa Timur Utara (Anonim,2014)
5
Gambar 2.2. Peta Daerah Operasi Block Tuban (Anonim,2014)
Urutan stratigrafi daerah penelitian dapat dilihat pada gambar 2.3. Deskripsi
dari masing – masing formasi urutan tua ke muda adalah sebagai berikut :
(Anonim,2014)
1. Formasi Kujung, tersingkap susunan napal dan lempung napalan dengan
diendapkan batu gamping bioklastik. Umumnya adalah oligosen atas dan
diendapkan pada lingkungan laut terbuka. Ketebalan Formasi Kujung adalah
200 – 500 m.
2. Formasi Prupuh, disusun oleh perselingan antara batu gamping. Umurnya
adalah oligosenatas-miosen bawah dan diendapkan pada lingkungan neritik
luar. Ketebalan Formasi Prupuh adalah 60 – 80 m.
3. Formasi Tuban, tersusun atas napal pasiran semakin keatas berubah menjadi
batu gamping pasiran. Umurnya adalah miosen awal bagian tengah dan
diendapkan pada lingkungan sublitoral luar dengan ketebalan 50 – 150 m.
4. Formasi Tawun, tersusun atas serpih pasiran kemudian disusun dengan
perselingan antara batu pasir dan batu gamping, dimana makin keatas batu
gamping menjadi dominan. Umur dari foramasi Tawun adalah miosen awal
6
bagian tengah-miosen tengah. Diendapkan pada lingkungan paparan dangkal
dan memiliki ketebalan 0 – 50 m.
5. Formasi Tawun Anggota Ngrayong, terdiri atas bat pasir kuarsa yang
berukuran halus pada bagian bawah dan cenderung megkasar pada bagian atas
dan terkadang gampingan. Umur miosen tengah, diendapkan dari lingkungan
laut dangkal zona neritik pinggir hingga rawa-rawa. Formasi Tawun Anggota
Ngrayong memiliki ketebalan 800 – 1000 m.
6. Formasi bulu, terdiri dari batu gamping putih kekuningan dan batu gamping
pasiran berwarna putih kelabu hingga kuning kabuan, terdapat sisipan napal
berwarna abu-abu, umur formasi bulu adalah miosen akhir dan diendapkan
pada lingkungan neritik luar-batial atas dan memiliki ketebalan 54-248 m.
7. Formasi Wonocolo, tersusun oleh napal, napal lempungan, hingga napal
pasiran. Formasi wonocolo diendapkan pada miosen akhir bagian bawah,
diendapkan pada lingkungan laut terbuka memilikiketebalan 89-600 m.
8. Formasi Ledok, terusun atas perulangan napal pasiran dan kalkarenit, dengan
napal batu pasir. Umur Formasi Ledok adalah miosen akhir, diendapkan pada
lingkungan neritik luar dengan ketebalan 100-200 m.
9. Formasi Mundu, bagian paling atas dari batuan ini ditempati oleh batu gmaping
pasiran dan napal pasiran dengan ketebalan 75-432 m, umurnya adalah Pliosen.
10. Formasi Lidah, tediri atas batu lempung biru tua, masiv, tidak berlapis. Formasi
Lidah merupakan satuan batu lempung berwarna biru, bagian atasnya terdiri
batu lempung dengan sisipan napal dan batu pasir kuarsa. Umur Formasi Lidah
adalah Pliosen Atas-Plesitosin Bawah, diendapkan dilingkungan laut tertutup
dan berangsur-angsur menjadi semaking dangkal. Ketebalan Formasi Lidah 70
– 230 m.
Dari beberapa urutan stratigrafi formasi yang akan dijelaskan diatas dari
deskripsi formasi dari tua kemuda, dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis
melakukan penilitian pada lapisan Formasi Tuban, dapat dilihat pada Gambar 2.3
dibawah ini, urutan stratigrafi formasi dari yang tua ke muda pada Cekungan Jawa
Timur Utara.
7
Gambar 2.3. Kolom Stratigrafi Cekuingan Jawa Timur (Anonim,2014)
8
Bab III
TEORI DASAR
9
Persamaan Darcy untuk aliran radial dinyatakan dalam STB/hari ialah:
7.082 x10 -3 k o h Ps Pwf
qo ........................................................ (3-2)
re
μ o B o ln
rw
Bila Ps – Pwf pada persamaan 3-2 dipindah ruas maka akan diperoleh nilai PI,
qo 7.082 x10 -3 k o h
J
Ps Pwf
.......................................................... (3-3)
r
Bo μ o ln e
rw
Berdasarkan pengalaman dari Kermitz E. Brown (1967) telah mencoba
memberikan batasan terhadap besarnya produktivitas sumur, yaitu:
1. PI rendah jika kurang dari 0.5.
2. PI sedang jika antara 0.5 sampai 1.5.
3. PI tinggi jika lebih dari 1.5.
10
Gambar 3.1. Kurva Inflow Performace Relationship
(Brown, Kermit E., 1984)
11
Pembuatan grafik IPR untuk aliran dua fasa pada mulanya dikembangkan oleh
Weller, dimana Weller menurunkan persamaan Productivity Index atau J untuk
reservoir gas. melihat persamaan yang digunakan serta cara pemecahannya,
ternyata cara Weller tersebut cukup rumit dan tidak praktis serta memerlukan
komputer. Selanjutnya Vogel mengemukakan suatu cara yang lebih sederhana
dibandingkan dengan metode Weller. Dasar pengembangan metode Vogel adalah
persamaan Weller, yang menghasilkan suatu bentuk persamaan sebagai berikut :
2
q P P
1 0.2 wf 0.8 wf
q max Ps Ps ...................................................... (3-5)
12
5. Untuk mengecek setiap komponen dalam sistem sumur untuk menentukan
bagian mana yang tidak diperlukan untuk menahan flow rate.
6. Untuk membantu management operator dan engineer staff dalam menambah
laju produksi.
Sebelum ada analisa sistem nodal, banyak sumur minyak dan gas diseluruh
dunia yang belum dioptimasi untuk mendapatkan rate yang effisien, faktanya
adalah beberapa sumur bahkan belum mencapai laju alir maximumnya, karena hal
tersebut menyebabkan penempatan artificial lift tidak mendapatkan effisiensi yang
seharusnya. Optimasi sistem produksi sumur minyak dan gas dengan analisa sistem
nodal telah berkontribusi untuk meningkatkan teknik komplesi, produksi, dan
effisiensi banyak sumur. Walaupun analisa dengan tipe ini sudah diajukan oleh
Gilbert pada tahun 1954 tapi analisa ini baru intensif digunakan pada tahun 1980an.
Hal dasar yang diperlukan untuk analisa optimasi sumur dengan analisa
sistem nodal adalah Inflow Performance Relationship (IPR) sumur pada kondisi
terkini. Data well test yang akurat harus didapatkan dan IPR dapat dibuat sehingga
analisa sukses dilakukan. Kemudian model dari komponen-komponen sumur dapat
digunakan untuk memprediksi performa sumur. Pada gambar 3.2. diperlihatkan
detail flowing well system yang berawal dari reservoir diteruskan sampai ke
separator.
13
Gambar 3.2. Kemungkinan Pressure Losses Dalam Sistem Sumur yang Lengkap
(Brown, Kermit E., 1984)
14
Gambar 3.3. Kurva Performa Nodal Analysis
(Brown, Kermit E., 1984)
Dengan adanya pilihan titik nodal dan berdasarkan fasilitas serta ketersediaan
peralatan penunjang di lapangan dapat memberikan referensi dan informasi apa
yang harus dilakukan di sumur tersebut agar mendapatkan rate produksi optimum.
Berikut empat lokasi titik nodal yang umum sering digunakan:
1. Titik nodal di dasar sumur.
Merupakan pertemuan antara komponen formasi produktif/reservoir dengan
komponen tubing apabila komplesi sumur adalah open hole atau pertemuan
antara komponen tubing dengan komponen komplesi yang diperforasi atau ber-
gravel pack.
15
Merupakan pertemuan antara komponen pipa salur dengan komponen separator.
Ketika sebuah jepitan diinstall pada sistem sumur (contohnya safety valve atau
choke) maka akan memberikan pressure drop yang berpengaruh terhadap fungsi
laju alir. Formula umum yang digunakan untuk menghitung tekanan yang
berhubungan dengan aliran multifasa yang melewati choke telah dibuat oleh
Gilbert. Berikut adalah persamaannya :
3.3.Artificial Lift
Adalah metode pengangkatan fluida sumur dengan cara memasukka tenaga
tambahan ke dalam sumur (bukan ke dalam reservoir) dimana metoda ini diterapkan
apabila tenaga alami reservoir sudah tidak mampu lagi mendorong fluida ke
permukaan atau untuk maksud-maksud peningkatan produksi.
16
Jenis –jenis artificial lift untuk pengangkatan buatan sumur ada banyak diantara
yaitu :
Sucker Rod Pump (SRP)
Electrical Submersible Pump (ESP)
Gas Lift
Progressive Cavity Pump (PCP)
Plunger Lift
Jet Pump
Untuk memilih salah satu metode artificial lift yang tepat untuk suatu sumur ada
beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan artificial lift. Nama metode
pemilihan artificial lift ini biasa disebut screening artificial lift yang dimana
dilakukan pemilihan dengan berupa table screening atau beberapa seleksi dengan
menggunakan beberapa indikator. Adapun factor yang perlu diperhatikan dalam
memilih metode artificial lift, antara lain, yaitu :
1. Lokasi
2. Energi
3. Kondisi Reservoir
4. Kondisi Fluida
5. Kondisi Wellbore
6. Operating & Capital Cost
7. Prediksi Performa Sumur
8. Produksi Sumur
9. Problem Produksi
10. Kedalaman Sumur
17
mendorong fluida ke permukaan.
18
Gambar 3.5. Skema Imppeler dan Diffuser
(Brown, Kermit E., 1984)
3000 psi.
19
Gambar 3.6. Cable Pack-Off pada Tubing Hanger
(Brown, Kermit E., 1984)
2. Junction Box
Junction Box merupakan suatu tempat yang terletak antara switchboard dan
wellhead yang berfungsi untuk tempat sambungan kabel atau penghubung kabel
yang berasal dari dalam sumur dengan kabel yang berasal dari switchboard.
Junction Box juga digunakan untuk melepaskan gas yang ikut dalam kabel agar
tidak menimbulkan kebakaran di switchboard.
Fungsi dari junction box antara lain :
3. Switchboard
20
Switchboard adalah panel kontrol kerja dipermukaan saat pompa bekerja yang
dilengkapi motor controller, overload dan underload protection serta alat pencatat
(recording instrument) yang bisa bekerja secara manual ataupun otomatis. bila
terjadi penyimpangan. Switcboard dapat digunakan untuk tegangan 4400- 4800
volt.
Fungsi utama dari switcboard adalah :
4. Transformer
Transformer merupakan alat untuk mengubah tegangan listrik, bisa untuk
menaikkan atau menurunkan tegangan. Alat ini terdiri dari core (inti) yang
dikelilingi oleh coil dari lilitan kawat tembaga. Keduanya, baik core maupun coil
direndam dengan minyak trafo sebagai pendingin dan isolasi. Perubahan tegangan
akan sebanding dengan jumlah lilitan kawatnya. Tegangan input transformer
biasanya diberikan tinggi agar ampere yang rendah pada jalur transmisi, sehingga
tidak dibutuhkan kabel (penghantar) yang besar. Tegangan input yang tinggi akan
diturunkan dengan menggunakan step-down transformer sampai dengan tegangan
yang dibutuhkan oleh motor.
21
PSI (Pressure Sensing Instrument) adalah suatu alat yang mencatat tekana dan
temperatur sumur. Secara umum PSI unit mempunyai 2 komponen pokok, yaitu :
Secara garis besar motor ESP seperti juga motor listrik yang lain mempunyai
dua bagian pokok, yaitu:
Stator menginduksi aliran listrik dan mengubah menjadi tenaga putaran pada
rotor, dengan berputarnya rotor maka poros (shaft) yang berada ditengahnya akan
ikut berputar, sehingga poros yang saling berhubungan akan ikut berputar pula
(poros pompa, intake dan protector).
Untuk jenis motor listrik induksi dikenal putaran medan magnet yang biasa
disebut Syncronous Speed yaitu putaran medan magnet atau putaran motor kalau
seandainya tidak ada faktor kehilangan atau internal motor losses yang diakibatkan
22
oleh beban shaft (shaft load) dan frictions. Putaran motor yang biasanya tertera pada
nama plate dari pabrik misalnya : 3500 RPM/60 Hz
Sebagai pelumas
23
Gambar 3.8. Motor Pompa Benam Listrik
(Brown, Kermit E., 1984)
3. Protector
Protector sering juga disebut Seal Section. Alat ini berfungsi untuk menahan
masuknya fluida sumur kedalam motor, menahan thrust load yang ditimbulkan oleh
pompa pada saat pompa mengangkat cairan, juga untuk menyeimbangkan tekanan
yang ada didalam motor dengan tekanan didalam annulus. Secara prinsip protector
mempunyai 4 fungsi utama yaitu:
24
pada saat dimatikan.
Secara umum protector mempunyai dua macam type, yaitu :
yaitu :
Standart intake, dipakai untuk sumur dengan GLR rendah. Jumlah gas yang
masuk pada intake harus kurang dari 10% sampai dengan 15 % dari total
volume fluida. Intake mempunyai lubang untuk masuknya fluida ke pompa,
dan dibagian luar dipasang selubung (screen) yang gunanya untuk menyaring
partikel masuk ke intake sebelum masuk kedalam pompa.
Rotary Gas Separator dapat memisahkan gas sampai dengan 90%, dan
biasanya dipasang untuk sumur-sumur dengan GLR tinggi. Gas separator
jenis ini tidak direkomendasikan untuk dipasang pada sumur-sumur yang
abrasive.
Static Gas Separator atau sering disebut reverse gas separator, yang dipakai
untuk memisahkan gas hingga 20% dari fluidanya.
25
Gambar 3.9. Gas Separator
(Brown, Kermit E., 1984)
5. Unit Pompa
Unit pompa merupakan Multistage Centrifugal Pump, yang terdiri dari:
impeller, diffuser, shaft (tangkai) dan housing (rumah pompa). Di dalam housing
pompa terdapat sejumlah stage, dimana tiap stage terdiri dari satu impeller dan satu
diffuser. Jumlah stage yang dipasang pada setiap pompa akan dikorelasi langsung
dengan Head Capacity dari pompa tersebut. Dalam pemasangannya bisa
menggunakan lebih dari satu (tandem) tergantung dari Head Capacity yang
dibutuhkan untuk menaikkan fluida dari lubang sumur ke permukaan. Impeller
merupakan bagian yang bergerak, sedangkan diffuser adalah bagian yang diam.
Seluruh stage disusun secara vertikal, dimana masing-masing stage dipasang tegak
lurus pada poros pompa yang berputar pada housing.
26
6. Electric Cable
Tenaga listrik untuk menggerakan motor yang berada didasar sumur disuplai
oleh kabel yang khusus digunakan untuk pompa ESP. Kabel yang dipakai adalah 3
jenis konduktor. Dilihat dari bentuknya ada dua jenis, yaitu flat cable type dan round
cable type. Fungsi kabel tersebut adalah sebagai media penghantar arus listrik dari
switchboard sampai ke motor di dalam sumur. Secara umum ada 2 jenis /kelas
kabel yang lazim digunakan di lapangan, yaitu :
Low temperatur cable, yang biasanya dengan material isolasi nya terdiri
dari jenis polypropylene ethylene (PPE) atau nitrile. Direkomendasikan
untuk pemasangan pada sumur-sumur dengan temperatur maximum
205oFc
Kerusakan pada round cable merupakan hal yang sering kali terjadi pada saat
menurunkan dan mencabut rangkaian ESP. Untuk menghindari atau memperkecil
kemungkinan itu, maka kecepatan string pada saat menurunkan rangkaian tidak
boleh melebihi dari 1500 ft / jam dan harus lebih pelan lagi ketika melewati deviated
zone atau dog leg.Kabel harus tahan terhadap tegangan tinggi, temperatur, tekanan
migrasi gas dan tahan terhadap resapan cairan dari sumur maka kabel harus
mempunyai isolasi dan sarung yang baik. Bagian dari kabel biasanya terdiri dari :
Konduktor (conductor )
Isolasi (Insulation)
Check valve dipasang pada tubing (2-3 joint) diatas pompa. Bertujuan untuk
menjaga fluida tetap berada di atas pompa. Check valve tidak dipasang maka
kebocoran fluida dari tubing (kehilangan fluida) akan melalui pompa yang dapat
menyebabkan aliran balik dari fluida yang naik ke atas, sebab aliran balik (back
27
flow) tersebut membuat putaran impeller berbalik arah, dan dapat menyebabkan
motor terbakar atau rusak. Check valve umumnya digunakan agar tubing tetap terisi
penuh dengan fluida sewaktu pompa mati dan mencegah supaya fluida tidak turun
kebawah.
8. Bleeder Valve
Bleeder Valve dipasang satu joint diatas check valve, mempunyai fungsi
mencegah minyak keluar pada saat tubing di cabut. Fluida akan keluar melalui
bleeder valve.
9. Cetralizer
Berfungsi untuk menjaga kedudukan pompa agar tidak bergeser atau selalu
ditengah-tengah pada saat pompa beroperasi, sehingga kerusakan kabel karena
gesekan dapat dicegah
28
Gambar 3.10. Kurva Kinerja ESP
(Brown, Kermit E., 1984)
Bila gas dan cairan sedang dipompa, kapasitas dan head per stage juga
gradien tekanan fluida berubah sebagaimana tekanan fluida naik dari tekanan
29
intake ke tekanan discharge. Dengan demikian persamaan diatas dapat ditulis
sebagai berikut:
d(P) = h (V) + Gƒ(V) + d(St) ............................................................. (3-7)
Dimana :
Tekanan alir dasar sumur (Pwf) diatas harga tekanan gelembung (bubble
Point-Pb) bentuk kurva IPR digambarkan dalam persamaan linier :
qsc = PI (Pr – Pwf) ........................................................................... (3-9)
12)
30
0.433 𝑞𝑠𝑐 𝑥ρ𝑓𝑠𝑐
𝐺𝑓 = ( ) ...................................................................... (3-
350 𝑣
13)
ρfcc adalah berat 1 bbl cairan yang ditambah gas yang terpompakan (per bbl
cairan) pada kondisi standart.
ρfsc = (350(WC)Ԏ WSC) + [350 (1- WC) ԎoSC] +
(GIP)(GLR) ρgsc..................................................................... (3-
14)
15)
16)
Atau
808.3141 𝑝2 𝑣
𝑆(𝑡) = (𝑞𝑠𝑐𝑥ρfsc ) ∫𝑝3 𝑑𝑃 ........................................................... (3-
ℎ(𝑣)
17)
31
𝑑 (HP) = hp (V) x Ԏf (V) x 𝑑 (St) ................................................... (3-
18)
19)
20)
atau
1 ℎ𝑝(𝑉)
(𝐻𝑃) = ( ) 𝑑𝑃 .................................................................... (3-
0.433 ℎ(𝑣)
21)
Memompa cairan
32
Karena cairan memiliki sedikit sifat kompresibilitas, volume cairan produksi
dapat dikatakan konstan dan sama hingga permukaan (qsc). Dengan demikian head
perstage akan konstan juga dari Persamaan (3-20) dapat diintegrasikan menjadi :
808,3141
𝑆𝑡 = ( ) (𝑃2 − 𝑃1) ................................................................ (3-
ℎ𝑥ρfsc
22)
ℎ𝑥𝜌𝑓𝑠𝑐
𝑃3 = P2 − ( 808.3141 ) 𝑆𝑡 ................................................................... (3-
23)
1 ℎ𝑝
𝐻𝑃 = (0.433 ) (𝑃2 − 𝑃3) ............................................................... (3-
ℎ
24)
33
Pada prinsipnya perencanaan atau desain suatu unit pompa benam listrik untuk
sumur-sumur dengan WC tinggi adalah sama seperti perencanaan unit pompa
benam listrik biasa, dimana dengan maksimalnya laju produksi yang diinginkan
maka maksimal juga produksi air yang terproduksi. Kontrolnya dengan menghitung
laju kritis dimana besarnya laju produksi minyak yang diinginkan lebih besar dari
laju kritis sehingga terjadi water coning. Produksi tersebut terus dilakukan karena
masih bernilai ekonomis dan terjadinya water coning bersifat wajar untuk sumur-
sumur tua yang mempunyai water cut yang lebih besar dari 90%.
34
depth dilakukan, terlebih dahulu diketahui parameter yang menentukannya, yaitu
Static Fluid Level (SFL) dan Working Fluid Level (WFL) dimana untuk
menentukannya digunakan alat sonolog atau dengan operasi wireline, bila sumur
tersebut tidak menggunakan packer.
26)
27)
Dimana :
SFL = Statik Fuid Lefel, ft
WFL = Working Fluid Level, ft
Ps = Tekanan Statik sumur, psi
Pwf = Tekanan Alir dasar sumur, psi.
q = Rate produksi, B/D
D = Kedalaman sumur, ft
Pc = Tekanan di casing, psi
Gf = Gradient Fluida sumur, psi/ft
35
Suction head adalah silinder atau torak yang semula berada dipermukaan
cairan (dalam bak) air akan naik mengikuti torak sampai pada mencapai ketinggian
Hs, dimana :
144 𝑥𝑃
Hs = ......................................................................................... (3-
𝜌
28)
Dimana:
Hs = suction head, ft
36
(PIP) akan menjadi kecil. PIP mencapai dibawah harga Pb, maka akan terjadi
penurunan efisiensi volumetris dari pompa (disebabkan terbebasnya gas dari
larutan). PSD minimum dapat ditulis dengan persamaan :
𝑃𝑏 𝑃
PSDmin = WFL+ 𝐺𝑓 + ................................................................... (3-
𝐺𝑓
29)
30)
Gf Gf
Gambar 3.11. Berbagai Posisi Pompa Pada Kedalaman Sumur
(Brown, Kermit E., 1984)
37
sesuai dengan kondisi rate yang dikehendaki), maka kapasitas pompa yang
digunakan harus disesuaikan dengan produktivitas sumur. Penentuan PSD optimum
ini dipengaruhi oleh terbuka dan tertutupnya casing head yang mana akan
mempengaruhi tekanan casing atatu tekanan yang bekerja pada permukaan dari
fluida di annulus. Kejadian ini mempengaruhi besarnya suction head pompa Untuk
casing head tertutup, maka :
𝑃𝐼𝑃−𝑃𝑐
Kedalaman pompa optimum = WFL + .................................... (3-
𝐺𝑓
31)
32)
Untuk menghitung Total Dynamic Head fluida yang akan diangkat oleh
pompa, maka kita menggunakan langkah seperti dibawah ini:
37)
38
𝑉𝑒𝑟𝑡𝑖𝑐𝑎𝑙 𝐿𝑖𝑓𝑡 (HD) = 𝑃𝑢𝑚𝑝 𝑆𝑒𝑡𝑡𝑖𝑛𝑔 𝐷𝑒𝑝𝑡ℎ (𝑃𝑆𝐷) − 𝐹𝑂𝑃 .. (3-
38)
4. Penentuan Tubing Friction Lost (Hf)
100 1.85 𝑄𝑡 1.85
2.0830 𝑥 ( ) ( )
𝐶 34.3
𝐹𝑟𝑖𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 𝐿𝑜𝑠𝑠 = 4.8655 ...................................... (3-
𝐼𝐷
39)
𝑃𝑤ℎ
𝑇𝑢𝑏𝑖𝑛𝑔 𝐻𝑒𝑎𝑑 (𝐻𝑇) = ......................................................... (3-
𝐺𝑓
40)
42)
Setelah mendapatkan hasil jumlah stage dengan rumus di atas kemudian kita
memilih sate tandem pompa pada katalog pompa yang tersedia. Jika jumlah stage
hasil perhitungan tidak tersedia pada satu tandem pada katalog pompa maka pilihlah
jumlah stage yang terdekat lebih banyak dari jumlah stage hasil perhitungan. Dan
jika jumlah stage terlalu banyak dan tidak tersedia pada jumlah segitu dalam satu
tandem maka kita bisa memakai dua tandem pompa dengan konsekuensi harga lebih
mahal.
39
Brake Horse power adalah sebuah satuan penunjukan daya sebuah mesin
sebelum dikurangi oleh losses akibat desain sistem atau losses lainnya. HP yang
dibutuhkan pompa dapat diperoleh dengan menggunakan rumus:
HP required by pump = Jumlah Stage x HP / Stage .......................... (3-
43)
44)
Setelah mendapatkan hasil HP yang dibutuhkan motor maka kemudian kita
melihat pada katalog motor. Sama seperti jumlah stage, jika tidak ada HP yang
tersedia pada satu motor maka gunakanlah HP terdekat yang lebih tinggi atau
gunakan dua motor.
Keterangan :
Vs = surface voltage, Volt
Vm = motor voltage, volt
Vc = correction voltage, volt
L = Panjang kabel, ft
40
Menentukan besarnya tegangan transformer yang diperlukan dihitung
dengan persamaan berikut :
𝑉𝑠 𝑥 𝑙𝑚 𝑥 1,73
𝑇= , 𝐾𝑉𝐴 ..................................................................... (3-
1000
47)
Keterangan :
T = ukuran transformer, KVA
Vs = Surface voltage, volt
Im = Ampere motor, ampere
48)
𝑁𝑒𝑤 𝐹𝑟𝑒𝑞𝑢𝑒𝑛𝑐𝑦
New Head = ( ) 2 x 56 Hz Head .................................. (3-
56 𝐻𝑧
49)
𝑁𝑒𝑤 𝐹𝑟𝑒𝑞𝑢𝑒𝑛𝑐𝑦
New BHP = ( ) 3 x 56 Hz BHP.................................... (3-
56 𝐻𝑧
50)
Dimana :
New Rate = laju alir dari frekuensi baru, BPD
New Head = head dari frekuensi baru, ft
New BHP = horsepower dari frekuensi baru, HP
41
BAB IV
ANALISA DAN PERHITUNGAN
4.1. Evaluasi Data Lapangan SW sumur HR-1
Adapun data yang terdapat dalam tabel memperlihatkan data yang akan diolah
menggunakan software:
Data pada tabel 4.1 merupakan data property sumur HR-1. Data tersebut
merupakan data dari Januari 2000 – Januari 2015 dan data tersebut diambil dari PT.
Pertamina Persero pada Agustus 2019.
42
Gas Gravity 0.8 sp.gravity
GOR 6422 Scf/stb
Data pada tabel 4.2 merupakan data produksi sumur HR-1. Data tersebut
merupakan data dari Januari 2000 – Januari 2015 dan data tersebut diambil dari PT.
Pertamina Persero pada Agustus 2019.
43
Gambar 4.1 Flow Chart
44
Gambar 4.2 Kurva IPR pada sumur HR-1
Dari hasil pemodelan kurva IPR sumur HR-1 didapatkan hasil laju alir
maksimum sebesar 6101.7 STB/day dan mendapatkan nilai PI sebesar 2.62
STB/day/psi.
45
Tabel 4.3. Tabel Data IPR Pressure
46
Gambar 4.3. Kurva IPR dan OPR Sumur HR-1
47
Gas separator efficiency 0
Design rate 3500
Water cut 91.61
Total GOR 1331
Top node pressure 0
Motor power safety margin 0
Pump wear factor 0
Pipe correlation Beggs and Brill
Tubing correlation Petroleum Expert 2
Gas deRating model None
Lakukan perhitungan pada software prosper dan didapatkan hasil berikut ini.
48
Gambar 4.5. Gas Separation Sensitivity pada Sumur HR-1
Setelah dianalisa bahwa perlu dilakukan pemasangan downhole gas separator,
maka langkah selanjutnya yang perlu dilakukan yaitu mendesain Electric
Submersible Pump dengan memilih jenis pompa, motor, dan kabel. Berikut hasil
dari desain Electrical Submersible Pump.
49
Gambar 4.6. Pemilihan Pompa, Motor dan Kabel pada Sumur HR-1
Setelah memilih pompa, motor dan kabel pada sumur HR-1, maka plot hasil
pemilihan pompa, motor dan kabel tersebut untuk melakukan perhitungan best
efficiency pada sumur HR-1. Hasil plot ditunjukkan pada gambar berikut.
50
Kemudian untuk mengetahui apakah desain Electrical Submersible Pump ini
berhasil atau tidak maka penulis mencoba membandingkan liquid rate dari kondisi
sumur tidak lagi dapat berproduksi dibandingkan dengan kondisi setelah dipasang
Electrical Submersible Pump.
Tabel 4.6. Data Properti Sumur Setelah Pemasangan ESP
Tabel 4.7. Perbandingan Rate Production Kondisi Tidak berproduksi dengan Pemasangan
Pompa ESP
Tidak Berproduksi
ESP Satuan
(Dead Well)
51
Liquid Rate - 3280.5 STB/day
Gas Rate - 0.36634 Mscf/day
Oil Rate - 275.2 STB/day
Water Rate - 3005.3 STB/day
52
BAB V
PEMBAHASAN
Sumur HR-1 merupakan sumur yang berada di lapangan SW. Sumur HR-1
merupakan sumur sembur alam (Natural Flow) namun seiiring berjalannya waktu
sumur mengalami penurunan produksi hingga sumur tersebut tidak dapat lagi
berproduksi secara alamiah (Natural Flow) ataupun dikatakan sebagai dead well
sehingga perlu dilakukan optimasi produksi dengan perencanaan Artificial Lift.
Untuk membuat sumur HR-1 tetap berproduksi optimum dan dapat mengalirkan
fluida ke permukaan. Sumur HR-1 mulai berproduksi pada awal Jan tahun 2000
sampai dengan awal tahun 2015. Berdasarkan hasil pemilihan metode
pengangkatan buatan, metode yang tepat digunakan pada sumur HR-1 adalah
electrical submersible pump atau pompa benam.
Ada beberapa metode pengangkatan buatan yang dapat digunakan agar
fluida bisa naik ke permukaan. Salah satu metode yang dapat digunakan yaitu
dengan menggunakan pompa benam listrik (Electric Submersible Pump - ESP).
Metode pengangkatan fluida dengan ESP banyak digunakan karena sangat efektif
dan efisien untuk sumur yang mempunyai produktivitas indeks (PI) yang besar,
sumur yang dalam, serta untuk sumur- sumur miring. Dalam merancang pompa
ESP yang cocok untuk sumur minyak, diperlukan data yang akurat untuk membuat
kurva IPR yang menjadi dasar pertimbangan untuk perancangan pompa ESP.
Tujuan penelitian ini adalah merencanakan dan memilih pompa ESP
berdasarkan data produksi, konfigurasi sumur dan karakteristik fluida produksi
dengan menggunakan software produksi. Dari hasil tersebut diharapkan dapat
menentukan jenis dan ukuran pompa ESP yang sesuai untuk menghasilkan laju
produksi yang optimum.
Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis mengacu pada data yang sudah
tersedia. Dalam tahap perencanaanya pendesainan pompa ESP dilakukan dengan
menganalisa kurva IPR yang sesuai dengan karakteristik reservoirnya. Dengan
menggunakan software produksi dilakukan perencanaan pompa ESP dengan
53
menentukan efisiensi volumetrik dan efisiensi pompa dan mendapatkan laju
produksi serta kinerja pompa yang lebih optimum.
Melalui Tugas Akhir ini, penulis mencoba untuk mendesain pompa ESP
pada sumur HR untuk meningkatkan produktivitas suatu sumur yang ditandai
dengan meningkatnya efisiensi volumetris pompa dan laju produksi yang lebih
optimal. Berkaitan dengan permasalahan tersebut, maka untuk meningkatkan harga
volumetris pompa yang telah menurun perlu dilakukan desain pompa, Pendekatan
yang dilakukan adalah menentukan besarnya efisiensi volumetris pompa sehingga
didapatkan laju produksi sumur yang optimum. Dan untuk para mahasiswa STT
Migas, melalui Tugas Akhir ini penulis mencoba membagi pengetahuan untuk
mendesain artificial lift ESP untuk optimasi produksi .
Lokasi penelitian terletak di Cekungan Jawa Timur Utara, secara fisiografi
yang terletak diantara pantai Laut Jawa dan sederetan gunung api yang berarah.
Barat-Timur disebelah selatannya. Cekungan ini terdiri dari dua buah pegunungan
yang berjalan sejajar dengan arah Barat-Timur dan dipisahkan oleh suatu depresi
diantaranya.
Cekungan Jawa Timur merupakan zona pertemuan lempeng-lempeng.
Eurasian (Sunda Craton) dan Indo-Australian dan saat ini merupakan back-arc
basin. Belakangan ini, sebagian besar Cekungan Jawa Timur diinterpretasi terdiri
atas lempeng-lempeng mikro Gondwana. Cekungan ini disebelah Utara dibatasi
oleh Tinggian Paternosfer, sebelah Selatan oleh tinggian deretan gunung api aktif
Jawa Tengah-Timur, sebelah Barat oleh Karimun jawa Arch, dan sebelah Timur
oleh Cekungan (laut dalam) Lombok.
Lapangan “SW” ditemukan di Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur.
Lapangan “SW” ditemukan pada bulan January 2000 di Kabupaten Bojonegoro,
Provinsi Jawa Timur. Luas wilayah dari Lapangan “SW” adalah 1.478 km2. Sumur
– sumur di Lapangan “SW” umumnya memiliki kedalaman rata-rata 7.000 – 8.000
ft TVD (9.000 – 10.000 ft MD). Reservoir di Lapangan “SW” adalah Limestone
dan lapangan ini memiliki kandungan H2S yang cukup tinggi.
Langkah awal yang dilakukan dalam melakukan analisa terhadap sumur HR-1
adalah dengan melakukan validasi data dan modeling IPR dan OPR sumur HR-1 .
54
Didapatkan data dari tekanan initial sebesar 1857.56 psia, temperature 280°F, GOR
sebesar 6422 scf/stb. Dengan menggunakan metode Vogel dihasilkan sebuah kurva
IPR dan didapatkan laju alir optimum atau AOF (Absolute Open Flow) sebesar
6101.7 STB/day dan PI sebesar 2.62 STB/day/psi.
Setelah dilakukan modeling pada sumur HR-1, kurva IPR dan OPR yang tidak
berpotongan maka menunjukkan bahwa Sumur HR-1 tidak dapat mengalir secara
Natural Flow atau merupakan sumur yang tidak dapat berproduksi secara alamiah.
Dari grafik tersebut juga dapat dikatakan bahwa sumur tersebut merupakan sumur
mati atau dead well .
Selanjutnya dilakukan perencanaa artificial lift Electrical Submersible Pump.
Pada sumur HR-1 yang merupakan sumur yang berada di on shore dan merupakan
sumur deviated hole serta mempunyai kedalaman 7975 ft, mempunyai GOR 6422
scf/stb serta mempertimbangkan ketersediaan gas, maka sesuai dengan kriteria
tersebut artificial lift yang paling tepat dipasang pada sumur ini yaitu Electrical
Submersible Pump.
Langkah awal dalam pengerjaan desainnya yaitu set Artificial Lift pada option
summary dengan Electrical Submersible Pump. Lalu memasukan data downhole
equipment : tubing inside diameter 2.99 inch, tubing inside roughness 0.0006 inch,
tubing outside diameter 0 inch, tubing outside roughness 0.0006 inch, casing inside
diameter 6.366 inch, casing inside roughness 0.0006 inch, rate multiplier 1.
Selanjutnya, setting pump depth sebesar 7583 ft, operating frequency 60 Hz,
maximum OD 4 inch, length of cable 7633 ft, design rate 3500 STB/day, water cut
91.61%, total GOR 1331 scf/STB, top node pressure 0 psig, motor power safety
margin 0%, pump wear factor 0 fraction, pipe correlation Beggs and Brill, tubing
correlation petroleum expert 2, dan gas derating model <none>. Selanjutnya,
calculate data tersebut sehingga diperoleh data pump intake pressure 1360.49 psig,
pump intake temperature 279.447°F, pump intake rate 4336.44 RB/day, free GOR
entering pump 694.314 scf/STB, pump discharge pressure psig, pump discharge
rate 4105.51 RB/day, total GOR above pump 1331 scf/STB, mass flow rate
1234961 lbm/day, total fluid gravity 0.83732, average downhole rate 4207.46
RB/day, head required 1430.39 feet, actual head required 1430.39 feet, fluid power
55
required 37.0531 hp, GLR pump intake (V/V) 0.1285 fraction, gas fraction
0.11387 @ pump intake 0.74545 fraction, Bo @ pump intake 1.29589 RB/STB, Bg
@ pump intake 0.013599 ft3/scf, dan average cable temperature 238.061°F.
Selanjutnya pilih menu sensitivity untuk melihat plot gas separation
sensitivity. Analisa plot gas separation sensitivity tersebut dengan melihat dunbar
plot. Jika dunbar plot berada di atas dunbar line (garis merah) maka hal tersebut
menunjukkan bahwa tidak perlu dilakukan pemasangan downhole equipment gas
separator. Berdasarkan hasil yang diperoleh didapatkan bahwa dunbar plot berada
dibawah garis merah sehingga perlu dilakukan pemasangan downhole gas
separator.
Langkah selanjutnya yaitu melakukan desain Electric Submersible Pump. Pilih
jenis pompa dengan menyesuaikan production rate pompa dengan production rate
yaitu 1596.1 STB/day. Sehingga pompa yang sesuai dengan production rate
tersebut yaitu pompa REDA D2400N 4 inches (1500-3200 RB/day), motor
Centrilift 450 102HP 165V 58A, kabel aluminium 0.33 (volts/1000ft) 95(amps).
Dengan hasil number of stages 212, power required 91.8926 hp, pump efficiency
69%, pump outlet temperature 270.227 °F, current used 55.0677 amps, surface
KVA 124.387 , motor efficiency 79.158%, power generated 91.8926 hp, motor
speed 3442.37 rpm, voltage drop along cable 139.121 volts, voltage required at
surface 854.04 volts, torque on shaft 80.2884.
Selanjutnya, plot hasil pemilihan pompa tersebut kemudian lakukan analisa
best efficiency pada pompa tersebut. Dari hasil analisa dapat dilihat bahwa pompa
tersebut tidak melebihi batas minimum dan maksimum dari operating rate pompa
tersebut.
Kemudian untuk mengetahui apakah desain Electrical Submersible Pump ini
berhasil atau tidak, maka penulis mencoba membandingkan liquid rate dari kondisi
sumur tidak berproduksi (dead well) dibandingkan dengan kondisi setelah dipasang
Electrical Submersible Pump.
Dari hasil perbandingan yang didapatkan bahwa liquid rate setelah
pemasangan Electrical Submersible Pump dapat menghasilkan liquid rate yang
optimum . sebelum dilakukan pemasangan ESP sumur HR-1 tidak dapat
56
berproduksi secara natural flow dan liquid rate nya tidak dapat diketahui namun
setelah dilakukan perencanaan desain pemasangan ESP liquid rate sebesar 1596.1
STB/day.
57
DAFTAR PUSTAKA
58