Anda di halaman 1dari 143

SKRIPSI

KAJIAN KEBUTUHAN POMPA PADA SUMP RANU PANE, KUTA


DAN SENGGIGI DI PIT TUTUPAN PT. PAMAPERSADA
NUSANTARA JOBSITE PT. ADARO INDONESIA
KABUPATEN TABALONG PROVINSI
KALIMANTAN SELATAN

Oleh :
FAHRUZ ZAINI
NIM : 712217223

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN S1


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

KAJIAN KEBUTUHAN POMPA PADA SUMP RANU PANE, KUTA


DAN SENGGIGI DI PIT TUTUPAN PT. PAMAPERSADA
NUSANTARA JOBSITE PT. ADARO INDONESIA
KABUPATEN TABALONG PROVINSI
KALIMANTAN SELATAN

Oleh: FAHRUZ ZAINI NIM :712217223

Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh:

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(A.A. Inung Arie Adnyano, S.T., M.T.) (Shilvyanora Aprilia Rande, S.T., M.T.)
NIK : 19730248 NIK : 19730244

ii
LEMBAR PENGESAHAN

KAJIAN KEBUTUHAN POMPA PADA SUMP RANU PANE, KUTA


DAN SENGGIGI DI PIT TUTUPAN PT. PAMAPERSADA
NUSANTARA JOBSITE PT. ADARO INDONESIA
KABUPATEN TABALONG PROVINSI
KALIMANTAN SELATAN

Dipertahankan di depan Dewan Penguji Skripsi


Program Studi Teknik Pertambangan S1 Fakultas Teknologi Mineral Instititut Teknologi Nasional Y
Pada Tanggal 13 Februari 2021 Oleh : Fahruz Zaini / 712217223
Diterima Guna Memenuhi Persyaratan untuk Mencapai Derajat Sarjana Teknik
Pertambangan S1

Dewan Penguji :

A.A. Inung Arie Adnyano, S.T., M.T. Ketua Tim Penguji 1 .......................................
Shilvyanora Aprilia Rande, S.T., M.T. Anggota Tim Penguji
Ir. Agustinus Isjudarto, M.T. Anggota Tim Penguji
2 .......................................

3 .......................................

Mengetahui Menyetujui
Dekan Ketua Program Studi
Fakultas Teknologi Mineral Teknik Pertambangan S1

(Dr. Ir. Setyo Pambudi, M.T.) (Bayurohman Pangacella Putra, ST., M.T.)
NIK : 19730058 NIK : 19730296
SARI
PT. Pamapersada Nusantara merupakan perusahaan yang bergerak dalam
bidang kontraktor pertambangan. Salah satu lokasi yang dikerjakan yakni
penambangan batubara milik PT. Adaro Indonesia. Lokasi daerah penambangan
terletak di Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan. Sistem penyaliran
sangat penting sehingga penambangan dapat mencapai elevasi terdalam, dengan
semakin luasnya pit dan semakin dalam elevasi penambangan maka kegiatan
penambangan akan mempunyai kendala yakni air limpasan yang akan masuk ke
Pit.
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu berfokus pada kajian mengenai
sump, saluran terbuka, dan daerah tangkapan hujan agar dapat diketahui teknik
pemilihan jumlah pompa. Pada kajian kebutuhan pompa perlu adanya
memperhatikan beberapa hal seperti curah hujan baik itu beberapa tahun lalu
maupun curah hujan rencana, daerah tangkapan hujan, volume kolam pemompaan
(sump), debit air yang masuk, serta head pompa.
Analisis data curah hujan di lokasi penelitian pada tahun 2001 – 2016
dengan menggunakan distribusi Gumbell, diperoleh curah hujan rencana 139,96
mm/hari, intensitas curah hujan sebesar 22,7 mm/jam dengan periode ulang hujan
6 tahun dan resiko hidrologi 86,54%. Dimensi saluran terbuka yang digunakan
berbentuk trapesium yakni SaluranTerbuka 1 memiliki dimensi h = 1,17 m; b =
1,48 m; B = 2,6 m, Saluran Terbuka 2memiliki dimensi h = 1,24 m; b = 1,55 m; B
= 2,74 m, dan Saluran Terbuka 3 memilikidimensi h = 1,25 m; b = 1,57 m; B =
2,77 m. Untuk minimal volume sump yang harus dibuat yakni Sump Ranu Pane =
77.931 m3, Sump Kuta = 93.934 m3 dan Sump Senggigi = 56.328m3. Kebutuhan
pompa didasarkan pada dimensi sump adapun kapasitas sump Ranu Pane dengan
volume sump 78.300 m3 serta volume pompa 21.920 m3 diperlukan 4 pompa
untuk mengeringkan air, sump Kuta dengan volume sump 94.290 m3 serta volume
pompa
19.362 m3 diperlukan 5 pompa agar mampu mengeringkan air, dan sump Senggigi
dengan volume sump 57.575 m3 serta volume pompa 21.374 m3 diperlukan 3
pompa yang dihitung untuk menangani masalah air yang masuk ke dalam sump.

Kata kunci : Dimensi sump, Volume sump, Volume pompa.


HALAMAN PERSEMBAHAN

KATA PENGANTAR

Sembah sujud syukur kepada Allah ‫تعالى و سبحانه‬. Taburan cinta dan kasih sayang-
Mu telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta
memperkenalkanku dengan dengan rasa syukur. Atas karunia serta kemudahan
yang Engkau berikan akhirnya Skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta
salam selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad ‫ﷺ‬.

Kupersembahkan Skripsi ini kepada orang-orang yang kusayangi dan selalu ada
untuk memberikan dukungan baik dengan Do’a, tenaga, maupun pikiran.

Abah dan Mama Tercinta


Sebagai tanda bakti, hormat dan rasa terima kasih yang tiada terhingga ulun
persembahkan Skripsi ini kepada Abah (Muslim) dan Ibu (Fatmawati) yang telah
memberikan kasih sayang, secara dukungan, ridho dan kasih sayang yang tiada
terhingga yang tiada mungkin dapat kubalas hanya dengan selembar kertas yang
bertuliskan kata persembahan. semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat
Mama dan Abah Bahagia karena kusadar, selama ini belum bisa berbuat lebih.
Untuk Mama dan Abah yang selalu membuatku termotivasi dan selalu memberi
kasih sayang, selalu mendoakan ulun, selalu menasihati serta selalu meridhoi ulun
melakukan hal yang lebih baik, Terima Kasih Abah, Terima Kasih Mama.

Ading dan Keluarga ulun


Sebagai tanda terima kasih, ulun persembahkan Skripsi ini untuk Ading ulun
(Muhammad Noor) mudahan kita bisa membahagiakan Abah Mama, dan juga
Keluarga-keluarga ulun acil, amang, paman, sepupu, keponakan dan lainnya yang
tidak bisa ulun sebutkan satu persatu. Terima kasih telah memberikan semangat
serta dukungan.

Teman – teman
Buat kawan-kawaku yang selalu memberikan motivasi, nasihat, dukungan tenaga,
pikiran, moral serta material yang selalu membuatku semangat untuk
menyelesaikan Skripsi ini, Pasukan POLIBAN-ITNY ( Arif Pambudi, Murdiyono,
Dodi Irfansyah, Ahmad Wahdian Noor), pasukan Tok*pedia ( Sahri, Agung)
Serta teman-teman Griya Ariba. Terima kasih kawan-kawanku, kalian telah
memberikan banyak hal yang tak terlupakan
KATA PENGANTAR

Dengan puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha
Esa, atas rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi
dengan judul “Kajian Perhitungan Kebutuhan Pompa Pada Sump Ranu Pane, Kuta
Dan Senggigi Di Pit Tutupan PT. Pamapersada Nusantara Jobsite PT. Adaro
Indonesia” tepat pada waktunya. Penyusunan Skripsi ini dibuat sebagai salah satu
syarat untuk mengambil gelar Sarjana Teknik Pertambangan pada Program Studi
Teknik Pertambangan Institut Teknologi Nasional Yogyakarta. Dalam
penyusunan Skripsi ini penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk
itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Ir. H. Ircham, M.T, selaku Rektor Institut Teknologi Nasional
Yogyakarta.
2. Bapak Dr. Ir. Setyo Pambudi, M.T. selaku Dekan Fakultas Teknologi
Mineral
3. Bapak Bayurohman Pangacella Putra S.T., M.T. selaku Ketua Program
Studi Teknik Pertambangan Institut Teknologi Nasional Yogyakarta.
4. Bapak A.A Inung Arie Adnyano, S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing I.
5. Ibu Shilvyanora Aprilia Rande, S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing II.
6. Department Pit Service PT.Pamapersada Nusantara Jobsite PT.Adaro
Indonesia.
Penulis mengerti bahwa dalam pembuatan Skripsi ini masih banyak
kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mohon kritik dan saran dari pembaca guna
kemajuan dalam pembuatan tugas selanjutnya.

Yogyakarta, Februari 2021

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.........................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................iii
HALAMAN PERSEMBAHAN..........................................................................iv
SARI...................................................................................................................v
KATA PENGANTAR........................................................................................vi
DAFTAR ISI.......................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................x
DAFTAR TABEL...............................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xii
BAB
I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah..........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................2
1.3 Batasan Masalah......................................................................................2
1.4 Tujuan Masalah.......................................................................................2
1.5 Metode Penelitian....................................................................................3
1.6 Manfaat Penelitian...................................................................................4
II TINJAUAN UMUM....................................................................................6
2.1 Lokasi Kesampaian Daerah.....................................................................6
2.2 Iklim dan Curah Hujan............................................................................8
2.3 Keadaan Topografi dan Geologi.............................................................8
2.3.1 Topografi........................................................................................8
2.3.2 Keadaan Geologi Regional.............................................................9
2.3.3 Stratigrafi Regional........................................................................9
2.4 Cadangan dan Kualitas Batubara.............................................................13
2.5 Kegiatan Penambangan...........................................................................14
2.5.1 Pembukaan Lokasi Tambang dan Pembersihan Lahan..................15
2.5.2 Pengupasan Lapisan Tanah Penutup..............................................15
2.5.3 Penggalian dan Pemuatan Batubara...............................................15
2.5.4 Pengangkutan Batubara dari Pit ke ROM......................................16
2.5.5 Pengangkutan Batubara dari ROM ke Crushing Plant..................17
III DASAR TEORI...........................................................................................18
3.1 Sistem Penyaliran Tambang...................................................................18
3.2 Siklus Hidrologi......................................................................................18
3.3 Metode Penyaliran Tambang..................................................................20
3.3.1 Mine Drainage...............................................................................21
3.3.2 Mine dewatering............................................................................22
3.4 Faktor – Faktor Dalam Sistem Penyaliran Tambang.............................23
3.4.1 Curah Hujan...................................................................................23
3.4.2 Periode Ulang Hujan.....................................................................25
3.4.3 Intensitas Curah Hujan..................................................................26
3.4.4 Daerah Tangkapan Hujan..............................................................27
3.4.5 Air Limpasan.................................................................................28
3.4.7 Koefisien Limpasan.......................................................................28
3.5 Saluran Terbuka dan Sump.....................................................................30
3.5.1 Saluran Terbuka.............................................................................30
3.5.2 Sumuran (Sump)............................................................................33
3.6 Pompa dan Pipa......................................................................................34
3.6.1 Pompa............................................................................................34
3.6.2 Pipa................................................................................................35
3.6.3 Perhitungan Julang Total Pompa...................................................35
3.6.4 Kapasitas Pompa...........................................................................38
IV HASIL PENELITIAN................................................................................41
4.1 Metode Pelaksanaan Penelitian..............................................................41
4.2 Sistem Penyaliran tambang di Pit Tutupan............................................41
4.3 Curah Hujan............................................................................................42
4.3.1 Curah Hujan Rencana....................................................................42
4.3.2 Intensitas Curah Hujan..................................................................43
4.4 Daerah Tangkapan Hujan.......................................................................43
4.5 Koefisien Limpasan................................................................................44
4.6 Debit Air.................................................................................................45
4.6.1 Debit Air Limpasan.......................................................................45
4.6.2 Debit Air Hujan.............................................................................45
4.6.3 Debit Air Tambang........................................................................46
4.7 Saluran Terbuka......................................................................................46
4.8 Sumuran (Sump).....................................................................................47
4.8.1 Sump Ranu Pane............................................................................47
4.8.2 Sump Kuta.....................................................................................48
4.8.3 Sump Senggigi...............................................................................48
4.9 Pompa dan Pipa......................................................................................48
4.9.1 Sump Ranu Pane............................................................................48
4.9.2 Sump Kuta.....................................................................................49
4.9.3 Sump Senggigi...............................................................................50
4.10 Debit Aktual Pompa.............................................................................51
V PEMBAHASAN..........................................................................................53
5.1 Parameter untuk Kajian Perhitungan Kebutuhan Pompa.......................53
5.1.1 Curah Hujan dan Intensitas Curah Hujan......................................53
5.1.2 Daerah Tangkapan Hujan..............................................................53
5.1.3 Sumber dan Debit Air Tambang....................................................54
5.2 Kajian Saluran Terbuka..........................................................................54
5.2.1 Saluran Terbuka 1..........................................................................55
5.2.2 Saluran Terbuka 2..........................................................................55
5.2.3 Saluran Terbuka 3..........................................................................56
5.3 Kajian Sump............................................................................................56
5.3.1 Sump Ranu Pane............................................................................57
5.3.2 Sump Kuta.....................................................................................57
5.3.3 Sump Senggigi...............................................................................57
5.4 Penggunaan Pompa................................................................................58
5.4.1 Analisis Head, Efisiensi, Debit aktual, dan RPM..........................58
5.4.2 Analisa Kebutuhan Pompa............................................................59
VI KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................61
6.1 Kesimpulan.............................................................................................61
6.2 Saran.......................................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................64
LAMPIRAN..........................................................................................................66
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1.1 Diagram Alir Penelitian................................................................................5
2.1 Peta Kesampaian Daerah..............................................................................7
2.2 Grafik Curah Hujan Maksimum Pit Tutupan Tahun 2001-2016..................8
2.3 Peta Geologi Regional WIUP PT.Adaro Indonesia......................................9
2.4 Statigrafi Cekungan Barito...........................................................................12
2.5 Penggalian dan Pemuatan Batubara di Pit....................................................16
2.6 Pengangkutan Batubara dari Pit Menuju ROM............................................16
2.7 Pengangkutan Batubara dari ROM ke Crushing Plant.................................17
3.1 Siklus Hidrologi............................................................................................19
3.2 Penampang Saluran Terbuka Persegi Panjang..............................................30
3.3 Penampang Saluran Bentuk Segitiga............................................................30
3.4 Penampang Saluran Terbuka Bentuk Trapesium..........................................31
3.5 Grafik Penentuan Volume Sump Air Tambang............................................31
3.6 Pengukuran Debit Aktual Pompa..................................................................39
4.1 Saluran Terbuka Daerah Penelitian..............................................................47
4.2 Sketsa Sump, Pompa dan Pipa pada Sump Ranu Pane..................................49
4.3 Sketsa Sump, Pompa dan Pipa pada Sump Kuta...........................................49
4.4 Sketsa Sump, Pompa dan Pipa pada Sump Senggigi.....................................50
4.5 Pompa Pada Sump dan Pipa HDPE Pada Daerah Penelitian........................51
4.6 Pengukuran Debit Aktual Pompa..................................................................52
5.1 Rekomendasi Dimensi Saluran Terbuka 1....................................................55
5.2 Rekomendasi Dimensi Saluran Terbuka 2....................................................56
5.3 Rekomendasi Dimensi Saluran Terbuka 3....................................................56
F.1 Penampang Saluran Penyaliran....................................................................81
I.1 Spesifikasi Pompa MFV 420 E.....................................................................106
I.2 Spesifikasi Pompa MFV 420 EX...................................................................108
J.1 Grafik Penentuan Volume Sump Ranu Pane.................................................110
J.2 Rekomendasi Volume Sump Ranu Pane.......................................................110
J.3 Grafik Penentuan Volume Sump Kuta..........................................................112
J.4 Rekomendasi Volume Sump Kuta.................................................................112
J.5 Grafik Penentuan Volume Sump Senggigi....................................................114
J.6 Rekomendasi Volume Sump Senggigi..........................................................114
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
2.1 Cadangan Batubara Paringin, Tutupan dan Wara...........................13
2.2 Hasil Analisa Kualitas Batubara Tutupan.......................................14
3.1 Periode Ulang Hujan Rencana........................................................25
3.2 Keadaan Curah Hujan dan Intensitas Curah Hujan.........................26
3.3 Harga Koefisien kekasaran Dinding Saluran..................................33
3.4 Koefisien Kekasaran Pipa...............................................................36
3.5 Koefisien Kerugian Pada Katup Isap..............................................38
3.6 Pengukuran Debit Pompa dengan Metode Discharg........................................40
4.1 Daerah Tangkapan Hujan.................................................................................43
4.2 Beberapa Harga Koefisien Limpasan...............................................................44
4.3 Koefisien Pada Daerah Tangkapan Hujan.......................................................44
4.4 Debit Air Limpasan Masing - Masing DTH....................................................45
4.5 Debit Air Hujan Masing - Masing DTH..........................................................45
4.6 Debit Air Tambang Masing - Masing DTH.....................................................46
4.7 Dimensi aktual saluran terbuka........................................................................47
4.8 Kondisi Aktual Sump Ranu Pane.....................................................................47
4.9 Kondisi Aktual Sump Kuta...............................................................................48
4.10 Kondisi Aktual Sump Senggigi......................................................................48
4.11 Debit Rata-Rata Aktual Pompa......................................................................51
5.1 Debit Air Tambang Masing – Masing DTH....................................................54
5.2 Head, Effisiensi dan RPM Pompa Aktual........................................................58
5.3 Head, Effisiensi dan RPM Pompa Rencana.....................................................59
A.1 Data Curah Hujan Maksimum Tahun 2001-2016...........................................66
A.2 Data Jam Hujan Tahun 2001-2016..................................................................67
B.1 Resiko Hidrologi Pada Periode Ulang Berbeda..............................................69
B.2 Perhitungan Curah Hujan Rencana.................................................................70
B.3 Curah Hujan Rencana Periode Ulang berbeda................................................73
C.1 Rata-Rata Jam Hujan.......................................................................................75
F.1 Harga Koefisien Dinding Saluran....................................................................80
G.1 Tabel Debit Pompa Aktual..............................................................................86
H.1 Grafik Pompa Multiflo 420 E Ranu Pane.....................................................100
H.2 Grafik Pompa Warman 8/6 AH Ranu Pane..................................................101
H.3 Grafik Pompa Multiflo 420 B Kuta...............................................................102
H.4 Grafik Pompa Multiflo 420 EX Senggigi.....................................................103
H.5 Grafik Pompa Warman 8/6 AH Senggigi.....................................................104
I.1 Spesifikasi Pompa Warman 8/6 AH...............................................................107
J.1 Penentuan Volume Sump Ranu Pane..............................................................109
J.2 Penentuan Volume Sump Kuta.......................................................................111
J.3 Penentuan Volume Sump Senggigi.................................................................113
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
A. Data Curah Hujan Maksimum dan Jam Hujan Tahun 2001 - 2016..................66
B. Perhitungan Curah Hujan Rencana...................................................................68
C. Perhitungan Intensitas Curah Hujan..................................................................74
D. Peta Daerah Tangkapan Hujan..........................................................................76
E. Perhitungn Debit Total air Tambang.................................................................77
F. Dimensi Saluran Terbuka...................................................................................80
G. Perhitungan Head Total Pompa........................................................................86
H. Effisiensi Pompa.............................................................................................100
I. Spesifikasi Pompa.............................................................................................106
J. Volume dan Dimensi sump...............................................................................109
K. Perhitungan Kebutuhan Pompa.......................................................................115
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


PT. Pamapersada Nusantara merupakan perusahaan yang bergerak dalam
bidang kontraktor pertambangan. Salah satu lokasi yang dikerjakan yakni
penambangan batubara milik PT. Adaro Indonesia. Lokasi daerah penambangan
terletak di Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan.
Sistem penambangan yang digunakan oleh PT. Pamapersada Nusantara
Jobsite PT. Adaro Indonesia menggunakan sistem penambangan terbuka (Surface
Mining) dengan metode Strip Mine dan hingga saat ini sudah mencapai elevasi -
174 mdpl oleh karena itu peran sistem penyaliran sangat penting sehingga
penambangan dapat mencapai elevasi terdalam, dengan semakin luasnya pit dan
semakin dalam elevasi penambangan maka kegiatan penambangan akan
mempunyai kendala yakni air limpasan yang akan masuk ke Pit. Oleh karena itu
PT. Pama menentukan jumlah merupakan suatu proses perencanaan (plan) yang
harus direncanakan agar efektif dalam mengeringkan mengeringkan air di area
penambangan yang dilokasikan pada pembuatan kolam terbuka (sump) agar tidak
mengganggu front kerja.
PT. Pamapersada Nusantara merupakan tambang terbuka yang
membutuhkan sistem penyaliran tambang yang baik untuk mengeluarkan air yang
ada didalam penambangan, untuk itu sistem penyaliran tambang yang perlu
diperhatikan yaitu pemilihan pompa, Adapun teknik pemilihan jumlah pompa
yaitu dengan memperhatikan beberapa hal seperti curah hujan baik itu beberapa
tahun lalu maupun curah hujan rencana, daerah tangkapan hujan, volume kolam
pemompaan (sump), debit air yang masuk, head pompa, dan sebagainya, sehingga
kelancaran produksi tetap terjaga dan pada front penambangan tidak ada genangan
air yang mengganggu aktivitas penambangan. Masalah yang akan terjadi bila air
di sump tidak dikeluarkan ataupun dibiarkan, maka akan terjadi banjir didaerah
front kerja agar kegiatan penambangan oleh karena itu pentingnya air yang
ditampung di sump segera dikeluarkan agar kegiatan penambangan berjalan
dengan lancar.
1
Perlu dilakukan kajian teknis sistem penyaliran terhadap Sump Pendukung
dengan mempertimbangkan saluran terbuka, daya tampung sump, efisiensi, head
total, putaran per menit (rpm), dan jumlah pompa yang akan digunakaan.
Sehingga diperoleh faktor-faktor yang meyebabkan adanya genangan air, serta
diperoleh penanganan yang tepat untuk mencegah air menggenangi front
penambangan dan juga untuk mempertahankan elevasi aman sump sehingga tidak
mengganggu aktivitas produksi batubara pada Pit Tutupan.

1.2. Rumusan Masalah


Permasalahan pada sistem penyaliran di pit Tutupan terdapat beberapa
masalah yaitu :
1. Air yang masuk kedalam sump kadang terjadi luapan sehingga berpengaruh
terhadap kegiatan penambangan.
2. Saluran terbuka mengalami pendangkalan akibat pengendapan material hasil
erosi sehingga tidak optimal lagi untuk menampung air.
3. Kinerja pompa yang belum optimal untuk mengeringkan air yang masuk
kedalam sump.

1.3. Batasan Masalah


Batasan masalah dalam penelitian ini dapat lebih fokus dan terarah maka
ditetapkan pembatasan masalah sebagai berikut:
1. Penelitian dilakukan pada Pit Tutupan PT. Pamapersada Nusantara Jobsite
Adaro.
2. Hanya mengkaji kebutuhan pompa pada Sump Kuta, Sump Ranu Pane dan
Sump Senggigi.
3. Air tanah dianggap tidak berpengaruh secara signifikan terhadap debit air
tambang.
4. Menggunakan data curah hujan selama 16 tahun (tahun 2001-2016).
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui dimensi sump yang effisien.
2. Mengetahui dimensi saluran terbuka yang effisien.
3. Mengetahui kinerja pompa yang effisien pada Sump Kuta, Sump Ranu Pane
dan Sump Senggigi.

1.5. Metode Penelitian


Dalam hal ini akan diuraikan tahap – tahap pemecahan yang ditemui selama
melakukan penelitian. Adapun metode penelitian yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
1) Studi Literatur
Yaitu dengan mempelajari teori-teori yang berhubungan dengan masalah
yang akan dibahas di lapangan melalui buku-buku literatur, skripsi dan
laporan perusahaan.
2) Observasi Lapangan
Maksud dari observasi lapangan adalah melakukan pengamatan secara
langsung terhadap masalah yang akan dibahas yaitu kondisi daerah rencana
penambangan batubara, sistem penambangan yang digunakan, kondisi
penyaliran yang akan diterapkan, serta topografi daerah penelitian.
3) Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan setelah studi literatur dan observasi lapangan
selesai dilaksanakan. Data yang diambil berupa data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diambil langsung dari pengukuran
atau pengamatan lapangan sedangkan data sekunder adalah data yang diambil
dari literatur atau laporan perusahaan.
4) Hasil Pengolahan data
Curah hujan rencana di tentukan dari nilai curah hujan maksimum setiap
tahun yang di olah dengan metode distribusi Gumbell. Nilai curah hujan
rencana digunakan untuk mendapatkan nilai intensitas curah hujan yang
dihitung dengan menggunakan rumus mononobe. Setelah didapatkan data
intensitas curah hujan dapat menentukan debit air limpasan dengan
menggunakan rumus rasional. Untuk menghitung dimensi saluran terbuka
menggunakan rumus Manning. Hasil dari data air limpasan digunakan untuk
menghitung volume sump Setelah itu menghitung total head yang dapat
digunakan untuk
menentukan debit pompa. Pemilihan pompa dilihat dari berbagai parameter
seperti head total, jenis cairan yang dipompa, kapasitas pompa yang
dibutuhkan untuk menghasilkan debit yang diinginkan.
5). Analisis Pengolahan Data
Setelah Pengolahan data selesai dilakukan maka dilakukan analisis dari hasil
pengolahan data tersebut, Dari semua hasil pengolahan data yang diperoleh
didapatkan beberapa perbandingan data yang berbeda dari data yang
digunakan sekarang di lapangan.
6). Kesimpulan dan Saran
Hasil analisis tersehut dapat diketahui masalah-masalah dari setiap parameter
yang menyebabkan sistem penyaliran tambang tidak berfungsi dengan
optimal untuk dijadikan suatu kesimpulan berupa kajian sistem penyaliran
tambang. Setelah itu memberikan suatu saran yang dapat menunjang kinerja
sistem penyaliran untuk perusahaan.

1.6 MANFAAT PENELITIAN


Manfaat yang didapat dengan dilakukan penelitian ini adalah:
1. Bagi Mahasiswa dapat menambah wawasan yang lebih luas tentang ilmu
pengetahuan yang telah dipelajari diperkuliahan dengan praktek di lapangan.
2. Memberi masukan alternatif pemecahan masalah bagi perusahaan.
KAJIAN
KAJIAN PERHITUNGAN
KEBUTUHAN KEBUTUHAN
POMPA PADA POMPA
SUMP PADA
RANU SUMP RANU
PANE, PANE,DAN
KUTA KUTASENGGIGI
DAN DI PIT
SENGGIGI DI PIT TUTUPAN PT PAMAPERSADA NUSANTARA JOBSITE PT ADARO
TUTUPAN PT PAMAPERSADA NUSANTARA JOBSITE PT ADARO INDONESIA
INDONESIA KABUPATEN TABALONG PROVINSI KALIMANTAN SELATAN.
KABUPATEN TABALONG PROVINSI KALIMANTAN SELATAN.

Studi Literatur

Rumusan Masalah

Observasi Lapangan dan Pengambilan Data

Data Primer Data Sekunder

1. Luas daerah tangkapan hujan 1. Data curah hujan (2001-2016)


2. Jumlah pompa 2. Data Spek pompa
3. Dokumentasi Lapangan 3. Layout tambang
4. Dimensi saluran terbuka 4. debit aktual pompa
5. Data kesampaian daerah
6. Peta kesampaian daerah
7. Data geologi dan litologi
8. Data volume sump aktual

Pengolahan dan Analisis Data

Debit aktual pompa Rata-rata jam hujan Curah hujan Peta Layout Tambang

Curah hujan maksimum Curah hujan rencana Daerah tangkapan hujan


Total head yang dibutuhkan
Max.total head

Intensitas curah hujan Nilai Koefisien limpasan

Effisiensi pompa
Debit air limpasan Debit air hujan

Dimensi saluran

Spek pompa Debit pompa Volume Sump


TidakYA Kebutuhan pompa pada isump

Debit total Volume Pompa

Kesimpulan & Saran

Gambar 1.1. Diagram Alir Penelitian


BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1. Lokasi dan Kesampaian Daerah


PT. Pamapersada Nusantara adalah salah satu perusahaan kontraktor
dibidang pertambangan. Salah satu project yang dikerjakan adalah pada
pertambangan PT. Adaro Indonesia yang berlokasi di Tutupan, Kabupaten
Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan.
Lokasi pertambangan PT. Adaro Indonesia secara administratif termasuk
dalam dua provinsi, tiga kabupaten dan tiga belas kecamatan. Provinsi Kalimantan
Selatan, yaitu Kabupaten Tabalong meliputi : Kecamatan Muara Harus, Murung
Pundak, Upau, Tanta, Kelua, dan Tanjung. Sedangkan Kabupaten Balangan
meliputi : Kecamatan Paringin, Juai, Awayan, Lampihung, dan Batu Mandi. Di
Provinsi Kalimantan Tengah meliputi Kabupaten Barito Selatan , dengan
Kecamatan Kelanis, Murung Ilung, dan Pasar Panas.
Daerah Pertambangan Batubara PT. Adaro Indonesia termasuk dalam
Wilayah Kuasa Pertambangan Eksploitasi DU. 182/Kal-Sel dengan luas 35.549
Ha. Posisi geografis Wilayah Kerja Kuasa Pertambangan (WKKP) PT. Adaro
Indonesia Indonesia terletak pada posisi 115º26’10”BT-115º33’30”BT dan
2º7’30”LS - 2º55’30”LS.
Lokasi tambang PT. Adaro Indonesia Indonesia mempunyai jarak sekitar
220 km dari Kota Banjarmasin, Ibukota Provinsi Kalimantan Selatan dan dapat
ditempuh selama sekitar 4 – 5 jam melalui perjalanan darat dan dilanjutkan sekitar
15 km dari Kota Tanjung dengan kondisi jalan yang sudah beraspal serta
merupakan bagian dari ruas jalan trans Kalimantan yang menghubungkan Kota
Banjarmasin dan Balikpapan, untuk jalan menuju lokasi penambangan masih
berupa tanah yang diperkeras dengan skoria sedangkan jalan untuk pengangkutan
batubara dari lokasi penambangan ke pengapalan di Kelanis merupakan jalan
yang diaspal dengan panjang 76 km. Lokasi Penambangan PT Adaro dapat
dicapai dengan jalan darat yang merupakan jalan milik PT. Adaro Indonesia
sendiri.
Gambar 2.1. Peta Kesampaian daerah PT. Pamapersada Nusantarapersada Nusantara Jobsite Adaro Provinsi Kalimantan Selatan

8
2.2 Iklim dan Curah Hujan
Daerah Kalimantan Selatan termasuk daerah yang beriklim tropis. Suhu
rata- rata setiap tahun sekitar 270 C. Kelembaban udara rata-rata 82%, dimana
variasi kelembaban dari bulan ke bulan relatif kecil. Pada bulan November - April
bertiup angin Musim Barat Laut ke arah Selatan yang membawa hujan, sedangkan
bulan Mei - Oktober angin bertiup dari Timur atau Tenggara yang merupakan
angin kering.

200.0

180.0 173.0
Curah Hujan (mm)

Max
160.0
144.0 Average
140.0 126.3 126.3126.3
124.0 123.3
120.0 113.3
98.0
100.0 90.3
85.3 83.3 80.8
79.0
80.0 68.0 71.8

60.0
40.0

14.7 17.4 15.8 14.9 13.1 11.6 14.0 13.0 12.8 11.8 12.4 13.8 11.4 11.1 14.0 15.9
20.0

0.0
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Tahun

(Sumber : Departemen Engineering PT. Pamapersada Nusantarapersada)

Gambar 2.2. Grafik Curah Hujan Maksimum Pit Tutupan Tahun 2001-2016

2.3 Keadaan Topografi dan Geologi


2.3.1 Topografi
Topografi area Tutupan, merupakan daerah perbukitan yang membujur
dengan arah timur laut–barat daya, dengan variasi ketinggian antara 100–187 m
dari permukaan laut. Di lokasi ini kemiringan perbukitan dibedakan menjadi tiga
daerah kemiringan lereng. Yaitu daerah berombak dengan kemiringan lereng 3–
8%, daerah bergelombang dengan kemiringan lereng 8-16%, dan daerah berbukit
dengan kemiringan lereng 16–21%. Penggunaan lahan daerah tersebut umumnya
berupa pohon-pohon hasil reklamasi, alang-alang dan semak belukar.
2.3.2 Keadaan Geologi Regional

8
Secara garis besar lokasi kontrak kerja PT. Adaro Indonesia Indonesia
terletak pada formasi Warukin yang banyak mengandung endapan batubara yang
diselingi oleh mudstone dan sandstone. Tambang batubara PT. Adaro Indonesia
Indonesia terdapat pada tiga blok yang terpisah yaitu blok Tutupan, Wara dan
Paringin. Blok tutupan mengandung tiga lapisan batubara utama (major seam)
yaitu T100, T200, T300, serta beberapa lapisan minor yaitu pada T100 adalah A,
B, C, D pada T200 adalah E, F dan pada T300 adalah G, H.

(Sumber : Departemen Geologi PT. Adaro Indonesia Indonesia


Gambar 2.3 Peta Geologi Regional wilayah Ijin Usaha Pertambangan
PT. Adaro Indonesia Indonesia
2.3.3 Stratigrafi Regional
Cekungan Kutai dibagi menjadi dua bagian, yaitu Cekungan Barito yang
terdapat di sebelah Barat Pegunungan Meratus dan Cekungan Pasir yang terdapat
di sebelah Timur Pegunungan Meratus. Secara spesifik wilayah kerja
penambangan PT. Adaro Indonesia Indonesia terletak pada Cekungan Barito yang
terletak di tepi
bagian timur Sub-cekungan Barito di dekat Pegunungan Meratus. Sub-cekungan
Barito merupakan bagian selatan cekungan Kutai yang berupa suatu cekungan
luas dan meliputi Kalimantan bagian Selatan dan Timur selama zaman Tersier
(sekitar 70 sampai 2 juta tahun silam) Cekungan Barito, terdiri dari empat formasi
yang berumur eosen sampai pliosen (Lihat Gambar 2.4).
Adapun formasi- formasi batubara yang lain yang dimiliki oleh PT. Adaro
Indonesia Indonesia, yaitu:
1. Formasi Tanjung
Formasi paling tua yang ada di daerah penambangan, berumur Eosen, yang
diendapkan pada lingkungan paralis hingga neritik yang ketebalannya 900 -
1100 m, terdiri dari (atas ke bawah ) batu lumpur, batu lanau, batu pasir,
sisipan batubara yang kurang berarti dan konglomerat sebagai komponen
utama. Hubungannya tidak selaras dengan batu pra-tersier.
2. Formasi Berai
Formasi ini diendapkan pada lingkungan lagon hingga neritik tengah dengan
ketebalan hingga 1300 m. Berumur oligosen bawah sampai miosen awal,
hubungannya selaras dengan formasi Tanjung yang terletak dibawahnya.
Formasi ini terdiri dari pengendapan laut dangkal di bagian bawah, batu
gamping dan napal di bagian atas.
3. Formasi Warukin
Yang diendapkan pada lingkungan neritik dalam hingga deltaic dengan
ketebalan 1000-2400 m, dan merupakan formasi paling produktif, berumur
miosen tengah sampai pliosen bawah. Pada formasi ini ada tiga lapisan paling
dominan, yaitu :
a) Batu lempung dengan ketebalan ± 100 m
b) Batu lumpur (Mudstone) dan batu pasir (Sandstone) dengan ketebalan 600-
900 m, dan bagian atas terdapat deposit endapan batubara sepanjang 10 m.
c) Lapisan batubara dengan tebal cadangan 20-50 m, yang pada bagian
bawah lapisannya terdiri dari pelapisan pasir dan batupasir yang tidak
kompak dan lapisan bagian atasnya yang berupa lempung dan batu
lempung dengan
ketebalan 150-850 m. Formasi warukin ini hubungannya selaras dengan
formasi Berai yang ada di bawahnya.
4. Formasi Dahor
Formasi ini diendapkan pada lingkungan litoral hingga supralitoral, yang
berumur miosen sampai pliosen. Formasi ini letaknya tidak selaras dengan
ketiga formasi dibawahnya dan tidak selaras dengan endapan alluvial yang ada
diatasnya. Formasi ini adalah perselingan batuan konglomerat dan batupasir
yang tidak kompak, pada formasi ini juga ditemukan batu lempung lunak, lignit
dan limonit.
Batubara pada blok Tutupan memiliki ketebalan sampai 55 m dengan
kemiringan berkisar antara 30° sampai 50°. Dalam blok Paringin ada satu lapisan
utama P500 dan terdapat juga lapisan minor. Pada blok Paringin ketebalan
batubara mencapai 38 m, dengan kemiringan berkisar antara 10° sampai 25°. Blok
Wara memiliki tiga lapisan batubara utama yaitu W100, W200, dan W300 dengan
kemiringan lapisan 10° sampai 35° dengan ketebalan batubara sebesar 12 sampai
14 m. Operasi penambangan batubara PT. Adaro Indonesia Indonesia terdapat
pada tiga blok yang terpisah yaitu: blok Tutupan, Wara dan Paringin. Blok
tutupan mengandung tiga lapisan batubara utama
(Sumber : Departemen Geologi PT. Adaro Indonesia Indonesia)
Gambar 2.4 Stratigrafi Cekungan Barito
Operasi penambangan batubara PT. Adaro Indonesia Indonesia terdapat
pada tiga blok yang terpisah yaitu: blok Tutupan, Wara dan Paringin. Blok
tutupan mengandung tiga lapisan batubara utama (major seam) yaitu T100, T200,
T300, serta beberapa lapisan minor yaitu pada T100 adalah A, B, C, D pada T200
adalah E, F dan pada T300 adalah G, H.
Batubara pada blok Tutupan memiliki ketebalan sampai 55 m dengan
kemiringan berkisar antara 30° sampai 50°. Dalam blok Paringin ada satu lapisan
utama P500 dan terdapat juga lapisan minor. Pada blok Paringin ketebalan
batubara mencapai 38 m, dengan kemiringan berkisar antara 10° sampai 25°. Blok
Wara memiliki tiga lapisan batubara utama yaitu W100, W200, dan W300 dengan
kemiringan lapisan 10° sampai 35° dengan ketebalan batubara sebesar 12 sampai
14 m.

2.4 Sumberdaya dan Kualitas Batubara


Kegiatan eksplorasi oleh konsultan PT. Adaro Indonesia Indonesia berhasil
menemukan cadangan batubara dalam jumlah yang sangat besar (lebih dari satu
milyar ton) yang terdapat di tiga daerah, yaitu : Paringin, Wara dan Tutupan.
Batubara disini terdapat dalam Formasi Warukin yang berumur Miosen atas.
Jumlah cadangan di tiga tempat tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Sumberdaya Batubara Paringin, Tutupan, dan Wara (dalam juta ton)
Daerah Terukur Terunjuk Tereka
Paringin 50 12 15
Tutupan 570 20 50
Wara 160 260 310
Jumlah 780 292 375
(Sumber : Departemen Geologi PT. Adaro Indonesia Indonesia)

Kualitas merupakan hal terpenting dalam batubara, karena dari kualitas


mempengaruhi harga penjualan dari batubara yang akan mereka jual kepada
pembeli dengan mengacu pada standard Quality. Kualitas rata-rata dari masing-
masing daerah tersebut dapat dilihat pada tabel 2.2.
Tabel 2.2 Hasil Analisa Kualitas Batubara Tutupan *)
No. Analisis Batuan Dry Basis
1. A. Analisis Proksimat
% abu 1,77
% zat terbang 47,67
% karbon tertambat 50,56
B. Analisis Ultimate
%C 71,33
%H 4,94
%N 0,89
%S 0,12
%O 20,94
2. Nilai Kandungan Panas 6836,34 kkal/kg
3. Nilai HGI ( Hardgrove Grindability Index) 58,74
4. Temperatur Fusi Abu
a. Initial 11090C
b. Softrning 11120C
c. Hemisperied 11210C
d. Fluid 11520C
5. Analisis Kimia Abu
a. SiO2 62,41%
b. Al2O3 11,40 %
c. TiO2 0,59 %
d. MnO2 0,07 %
e. Fe2O3 7,89 %
f. Na2O 3,06 %
g. MgO 4,35 %
h. CaO 4,41 %
i. K2O 1,29 %
j. SO3 4,16 %
k. P2O5 0,08 %
Total 99,71 %
(Sumber : Departemen Quality Control PT. Adaro Indonesia Indonesia)

2.5 Kegiatan Penambangan


Setiap tahunnya, PT. Adaro Indonesia menentukan target produksi yang
harus dipenuhi oleh setiap kontraktor. PT. Pamapersada Nusantara sebagai salah
satu kontraktornya juga diharuskan untuk memenuhi target produksi dari lokasi
penambangan yang dipercayakan PT. Adaro Indonesia. Jadi, PT. Adaro Indonesia
sebagai pemilik lahan akan selalu mengontrol setiap operasi penambangan yang
dilakukan oleh para kontraktornya. Adapun urutan kegiatan penambangan di PT.
Pamapersada Nusantara meliputi :
1) Pembukaan lokasi tambang dan pembersihan lantai (land clearing).
2) Pengupasan lapisan penutup : Top Soil dan Overburden.
3) Penggalian dan pemuatan batubara
4) Pengangkutan batubara dari Run Of Mine (selanjutnya disebut ROM )-
stockpile ke crushing plant.

2.5.1. Pembukaan lokasi tambang dan pembersihan lantai (land clearing)


Pembukaan lokasi penambangan merupakan kegiatan awal untuk
mempersiapkan medan kerja yang baik untuk kegiatan penambangan. Kegiatan
pembukaan lokasi penambangan meliputi pekerjaan pembersihan lahan dari
vegetasi (land clearing), pengupasan tanah penutup dan pembuatan jalan masuk
ke medan kerja.
2.5.2. Pengupasan lapisan penutup : Top Soil dan Overburden
Setelah kegiatan penggusuran selesai dikerjakan, selanjutnya yang
dilakukan adalah pengupasan lapisan penutup yang terdiri dari tanah dan batuan.
Penanganan tanah penutup berupa top soil dan sub soil berbeda dengan
penanganan batuan penutup yang terdiri dari batupasir dan clay.
Top soil ini kaya dengan unsur hara (humus) dan tebalnya sekitar 10-30 cm.
Penggusuran dikerjakan oleh Bulldozer Komatsu D375A dan dipindahkan ke
tempat tertentu yang nantinya akan digunakan kembali untuk reklamasi pada
daerah bekas tambang. Top Soil ini dipisahkan tempat penumpukannya dari sub
soil.
2.5.3. Penggalian dan Pemuatan Batubara
Untuk melakukan penggalian batubara (coal getting) itu sendiri, terlebih
dahulu dilakukan kegiatan coal cleaning. Maksud dari kegiatan coal cleaning ini
adalah untuk membersihkan pengotor yang berasal dari permukaan batubara (face
batubara) yang berupa material sisa tanah penutup yang masih tertinggal sedikit,
maka lapisan batubara biasanya diambil sekitar 30 cm dengan menggunakan alat
gali ukuran kecil dengan alat PC 200/PC 300 untuk mencegah kontaminasi.
Selanjutnya dilakukan penggalian batubara dengan menggunakan alat gali ukuran
besar seperti PC 2000, PC 3000, R 9350, EX 3600 dan PC 1250 yang langsung di
loading ke alat angkut seperti HD CAT 785, CAT 777 dan CAT 773.

(Sumber: Dok Lapangan)

Gambar 2.5 Penggalian dan Pemuatan Batubara di Pit

2.5.4. Pengangkutan Batubara dari Pit ke ROM


Batubara yang telah di gali dan dimuat, kemudian diangkut menuju ROM
(Run of Mine) dengan menggunakan Heavy Dump Truck (HD 785), dengan jarak
dari lokasi penambangan menuju ROM rata-rata sejauh 2 km. Di dalam area
ROM, terdapat beberapa alat berat yang bekerja antara lain seperti, wheel loader
WA 600 yang berfungsi untuk memuat batubara ke dalam vessel sekaligus
merapikan isian vessel.

(Sumber: Dok. Lapangan)


Gambar 2.6 Pengangkutan Batubara dari Pit Menuju ROM (Run of Mine)
2.5.5. Pengangkutan Batubara dari ROM ke Crushing Plant
Dari ROM tambang Tutupan selanjutnya batubara diangkut ke crushing
plant yang berlokasi di Kelanis menggunakan Trailer dengan dua vessel, dengan
kapasitas satu vessel rata-rata 60 ton melalui haul road sejauh 80 km.

(Sumber: Adaro Photography)


Gambar 2.7 Pengangkutan Batubara dari ROM Menuju Crushing Plant
BAB III
DASAR TEORI

3.1. Sistem Penyaliran Tambang


Penyaliran adalah suatu cara untuk mengeringkan atau mengeluarkan air
yang terdapat atau menggenangi suatu daerah tertentu. Sedangkan sistem
penyaliran tambang adalah rangkaian unit kerja dari alat/bagian pada sistem
penyaliran yang dimaksudkan untuk mengendalikan air tambang. Upaya ini
dilakukan untuk mencegah terganggunya aktivitas penambangan akibat adanya
genangan air dalam jumlah yang berlebihan di lokasi penambangan, terutama
pada musim hujan. Selain itu, sistem penyaliran tambang ini juga dimaksudkan
untuk memperlambat kerusakan alat, sehingga alat-alat mekanis yang digunakan
pada daerah tersebut mempunyai umur yang lama.
Penanganan masalah air dalam suatu tambang terbuka dapat dibedakan
menjadi dua yaitu:
1. Mine Drainage, merupakan upaya untuk mencegah masuk dan mengalirnya air
ke lokasi penambangan. Hal ini umumnya dilakukan untuk penanganan air
tanah dan air yang berasal dari sumber air permukaan.
2. Mine Dewatering, merupakan upaya untuk mengeluarkan air yang telah masuk
ke lokasi penambangan, terutama untuk penanganan air hujan.

3.2. Siklus Hidrologi


Hukum kekekalan energi menyatakan bahwa, energi tidak dapat diciptakan
dan tidak dapat dimusnahkan, tapi dapat berubah wujud, begitu juga dengan air.
Air di bumi volumenya selalu tetap dari waktu ke waktu, namun dapat berubah
wujud sesuai dengan kondisi lingkungan dimana dia berada. Air mengalami
perputaran melalui serangkaian peristiwa yang berlangsung secara terus menerus
dan membentuk suatu siklus yang dikenal dengan siklus hidrologi.
Siklus hidrologi merupakan proses kontinyu dimana air bergerak dari bumi
ke atmosfer dan kemudian kembali ke bumi lagi (Bambang Triatmojo, 2009).
Siklus hidrologi menunjukan gerakan air di permukaan bumi. Selama
berlangsungnya siklus hidrologi, yaitu perjalanan air dari permukaan laut ke
atmosfer kemudian ke permukaan tanah dan kembali lagi ke laut yang tidak
pernah habis, air tersebut akan tertahan sementara di sungai, waduk atau danau,
serta dalam tanah sehingga dapat dimanfaatkan oleh manusia atau makhluk lain
(Chay Asdak, 1995).

Kondensasi
Presipitasi
Evaporasi air hujan

Run-off Transpirasi

Infiltrasi
Evaporasi air danau, kolam
Evaporasi air laut
Muka Air Tanah
Evaporasi air
Aliran Air Tanahsungai

Danau
Mata Air
Aliran Air Tanah Sungai Laut

(Sumber : Suripin, sistem drainase perkotaan yang berkelanjutan,2004)

Gambar 3.1 Siklus Hidrologi

Tahapan siklus hidrologi dimulai dari penguapan air di laut dan badan-
badan air lainya. Perubahan air menjadi uap ini disebabkan oleh energi panas
matahari. Uap air yang terkondensasi tersebut akan terbawa oleh angin melintasi
daratan yang bergunung maupun datar dan apabila keadaan atmosfer
memungkinkan, sebagian dari uap air tersebut akan turun menjadi hujan maupun
salju. Sebelum mencapai permukaan tanah, air tersebut akan tertahan oleh tajuk
vegetasi. Sebagian dari air hujan tersebut akan tersimpan di permukaan tajuk/daun
selama proses pembasahan tajuk, dan sebagian lainnya akan jatuh ke atas
permukaan tanah melalui sela-sela daun (throughfall) atau mengalir ke bawah
melalui permukaan batang pohon (steamflow). Sebagian kecil air hujan tidak akan
pernah sampai di permukaan tanah,
melainkan terevaporasi kembali ke atmosfer selama dan setelah berlangsungnya
hujan.
Air hujan yang dapat mencapai permukaan tanah, sebagian akan masuk
terserap ke dalam tanah. Sedangkan air hujan yang tidak terserap ke dalam tanah
akan tertampung sementara dalam cekungan-cekungan permukaan tanah untuk
kemudian mengalir diatas permukaan ke tempat yang lebih rendah (run off),
untuk selanjutnya masuk ke sungai. Air infiltrasi akan tertahan di dalam tanah
oleh gaya kapiler yang selanjutnya akan membentuk kelembaban tanah. Apabila
kelembaban tanah sudah cukup jenuh maka air hujan yang baru masuk ke dalam
tanah akan bergerak secara horizontal untuk selanjutnya pada tempat tertentu
akan keluar lagi ke permukaan tanah dan akhirnya mengalir ke sungai, air hujan
yang masuk kedalam tanah tersebut akan bergerak vertikal ke tanah yang lebih
dalam dan menjadi bagian dari air tanah. Air tanah tersebut, terutama pada
musim kemarau, akan mengalir pelan-pelan ke sungai, danau atau tempat
penampungan air alami lainya.
Tidak semua air akan terinfiltrasi masuk ke dalam tanah lalu mengalir ke
sungai atau danau, melainkan ada sebagian air yang terinfiltrasi akan tetap tinggal
dalam lapisan tanah bagian atas untuk kemudian di uapkan kembali ke atmosfer
melalui permukaan tanah dan melalui permukaan tajuk vegetasi (transpiration).
Siklus ini akan terjadi secara berulang-ulang sepanjang musim dan sepanjang
tahun.

3.3. Metode Penyaliran Tambang


Air dalam jumlah yang besar merupakan permasalahan besar dalam
pekerjaan penambangan, baik secara langsung maupun tidak langsung
berpengaruh terhadap produktivitas.
Pengertian dari sistem penyaliran tambang adalah suatu usaha yang
diterapkan pada daerah penambangan untuk mencegah, mengeringkan, atau
mengeluarkan air yang masuk ke daerah penambangan. Upaya ini dimaksudkan
untuk mencegah terganggunya aktivitas penambangan akibat adanya air dalam
jumlah yang berlebihan, terutama pada musim hujan. Selain itu, sistem penyaliran
tambang ini juga dimaksudkan untuk memperlambat kerusakan alat serta
mempertahankan kondisi kerja yang aman, sehingga alat-alat mekanis yang
digunakan pada daerah tersebut mempunyai umur yang lama.
Sumber air yang masuk ke lokasi penambangan, dapat berasal dari air
permukaan tanah maupun air bawah tanah. Air permukaan merupakan air yang
terdapat dan mengalir di permukaan tanah, meliputi air limpasan permukaan, air
sungai, rawa atau danau yang terdapat di daerah tersebut, air buangan (limbah),
dan mata air. Sedangkan air bawah tanah merupakan air yang terdapat dan
mengalir di bawah permukaan tanah meliputi air tanah dan air rembesan.
Penanganan masalah air dalam suatu tambang terbuka dapat dibedakan
menjadi dua yaitu :
3.3.1. Mine Drainage
Merupakan upaya untuk mencegah masuknya air ke daerah penambangan.
Hal ini umumnya dilakukan untuk penanganan air tanah dan air yang berasal dari
sumber air permukaan, tindakan ini juga disebut usaha preventif. Cara yang biasa
digunakan untuk mencegah air permukaan adalah dengan membuat saluran
terbuka disekeliling tambang. Beberapa metode Mine drainage sebagai berikut:
1) Metode Siemens
Pada tiap jenjang dari kegiatan penambangan dibuat lubang bor kemudian ke
dalam lubang bor dimasukkan pipa dan di setiap bawah pipa tersebut diberi
lubang-lubang. Bagian ujung ini masuk ke dalam lapisan akuifer, sehingga air
tanah terkumpul pada bagian ini dan selanjutnya dipompa ke atas dan dibuang
ke luar daerah penambangan.
2) Metode Pemompaan Dalam (Deep Well Pump)
Metode ini digunakan untuk material yang mempunyai permeabilitas rendah
dan jenjang tinggi. Dalam metode ini dibuat lubang bor kemudian dimasukkan
pompa ke dalam lubang bor dan pompa akan bekerja secara otomatis jika
tercelup air. Kedalaman lubang bor 50 - 60 m.
3) Metode Elektro Osmosis
Pada metode ini digunakan batang anoda serta katoda, ketika elemen- elemen
dialiri arus listrik maka air pori akan mengalir menuju katoda (lubang bor)
yang kemudian terkumpul pada sump lalu dipompa keluar.
4) Small Pipe With Vacuum Pump
Cara ini diterapkan pada lapisan batuan yang impermiabel (jumlah air sedikit)
dengan membuat lubang bor. Kemudian di masukkan pipa yang ujung
bawahnya diberi lubang-lubang. Antara pipa isap dengan dinding lubang bor
diberi kerikil-kerikil kasar (berfungsi sebagai penyaring kotoran) dengan
diameter kerikil lebih besar dari diameter lubang. Di bagian atas antara pipa
dan lubang bor di sumbat supaya saat ada isapan pompa, rongga antara pipa
lubang bor kedap udara sehingga air akan terserap ke dalam lubang bor.

3.3.2. Mine Dewatering,


Merupakan upaya untuk mengeluarkan air yang telah masuk ke daerah
penambangan. Upaya ini terutama untuk menangani air yang berasal dari air
hujan. Beberapa metode penyaliran mine dewatering adalah sebagai berikut:
1) Sistem Kolam Terbuka
Sistem ini diterapkan untuk membuang air yang telah masuk ke daerah
penambangan. Air dikumpulkan pada sump, kemudian di pompa keluar dan
pemasangan jumlah pompa tergantung kedalaman penggalian.
2) Cara Paritan
Penyaliran dengan cara paritan ini merupakan cara yang paling mudah, yaitu
dengan pembuatan paritan (saluran) pada lokasi penambangan. Pembuatan
parit ini bertujuan untuk menampung air limpasan yang menuju lokasi
penambangan. Air limpasan akan masuk ke saluran–saluran yang kemudian di
alirkan ke suatu kolam penampung atau di buang langsung ke tempat
pembuangan dengan memanfaatkan gaya gravitasi.
3) Sistem Adit
Cara ini biasanya digunakan untuk pembuangan air pada tambang terbuka
yang mempunyai banyak jenjang. Saluran horisontal yang di buat dari tempat
kerja menembus ke shaft yang di buat disisi bukit untuk pembuangan air yang
masuk ke dalam tempat kerja. Pembuangan dengan sistem ini biasanya mahal,
disebabkan oleh biaya pembuatan saluran horisontal tersebut dan shaft.
3.4. Faktor – Faktor Dalam Sistem Penyaliran Tambang
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam merancang sistem
penyaliran pada tambang terbuka adalah :
3.4.1. Curah Hujan
Hujan merupakan air yang jatuh ke permukaan bumi dan merupakan uap air
di atmosfir yang terkondensasi dan jatuh dalam bentuk tetesan air. Sistem
penyaliran tambang dewasa ini lebih ditujukan pada penanganan air permukaan,
ini karena air yang masuk ke dalam lokasi tambang sebagian besar adalah air
hujan.
Air tambang akan ditampung dalam sump, selanjutnya dikeluarkan dengan
pompa melalui jalur pemompaan ke kolam pengendapan (settling pond). Air
limpasannya (overflow) akan dibuang atau dialirkan ke luar lokasi tambang atau
ke sungai terdekat dan lumpur endapannya (underflow) dibersihkan secara
berkala.
Curah Hujan adalah jumlah atau volume air hujan yang jatuh pada satu
satuan luas, dinyatakan dalam satuan mm. 1 mm berarti pada luasan 1 m2 jumlah
air hujan yang jatuh sebanyak 1 Liter. Sumber utama air permukaan pada suatu
tambang terbuka adalah air hujan.
Penentuan Curah Hujan Rencana dapat dilakukan dengan beberapa metode,
metode yang dipakai dalam penelitian adalah metode Gumbell, yaitu teori yang
digunakan untuk penentuan distribusi curah hujan rencana yang dilakukan
menggunakan cara Partial dengan data curah hujan maksimum atau yang
didasarkan atas distribusi normal (distribusi harga ekstrim). Cara partial yaitu data
yang diambil dari data curah hujan yang nilainya melebihi data lainnya. Gumbell
beranggapan bahwa distribusi variable-variabel hidrologis itu tidak terbatas,
sehingga digunakannya data-data distribusi dengan harga yang paling besar
(Maksimum).

Persamaan Gumbell :
Persamaan Gumbel tersebut adalah sebagai berikut:
x
Xr  X  (Yr  Yn)
n
........................................................................................(3.1)
Keterangan :
Xr = hujan harian maksimum dengan periode ulang tertentu (mm)

X = curah hujan rata-rata (mm)


 x = standar deviasi nilai curah hujan dari data
δn = standar deviasi dari reduksi variat, tergantung dari jumlah data (n)
Yr = nilai reduksi variat dari variabel yang diharapkan terjadi pada PUH
Yn = nilai rata-rata dari reduksi variat, tergantung dari jumlah data
Xt = X + k . S.................................................................................................(3.2)
k = (Yt – Yn) / Sn...........................................................................................(3.3)
Keterangan :
Xt = Curah hujan rencana (mm/hari) ; k = Reduced variate factor
X = Curah hujan rata – rata (mm/hari) ; Yt = Reduced variate
Yn = Reduced mean S = Standart deviation
Sn = Reduced standart deviation

1. Reduced Mean
Nilai reduced mean dapat diterapkan dengan menggunakan rumus sebagi
berikut:
  (n  1  m) ..................................................................(3.4)
Y  ln  ln
 
 n  1 
n

Keterangan :
n = jumlah sample
m = urutan sample (m = 1,2,3,…)

2. Reduced Variate
Besarnya nilai reduced variate (Yt) dapat ditentukan dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
Yt = -In [-In (T – 1)/T]...................................................................................(3.5)

dengan :
T = Periode ulang (tahun)

3. Reduced Standart Deviation


Nilai dari Reduced Standart Deviation ditentukan dengan rumus sebagai berikut
:

 Y  Y  ............................................................................... (3.6)
2

Sn  nn
n 1

S
x  x n 1
2
............................................................................... (3.7)

Dari perumusan distribusi Gumbel di atas, hanya harga curah hujan rata-rata
dan standar deviasi nilai curah hujan yang diperoleh dari hasil pengolahan data.
Sedangkan harga-harga selain itu diperoleh dari tabel tetapan, dalam hubunganya
dengan jumlah data dan periode ulang hujan.
3.4.2 Periode Ulang Hujan
Curah hujan biasanya terjadi menurut pola tertentu dimana curah hujan
biasanya akan berulang pada suatu periode tertentu, yang dikenal dengan Periode
Ulang Hujan. Periode ulang hujan adalah periode (tahun) dimana suatu hujan
dengan tinggi intensitas yang sama kemungkinan bisa terjadi lagi. Kemungkinan
terjadinya adalah satu kali dalam batas periode (tahun) ulang yang ditetapkan.
Penentuan periode ulang hujan dilakukan dengan menyesuaikan data dan
keperluan pemakaian saluran yang berkaitan dengan umur tambang serta tetap
memperhitungkan resiko hidrologi. Dapat pula dilakukan perhitungan dengan
metode distribusi normal menggunakan konsep peluang.
Tabel 3.1. Periode Ulang Hujan Recana

Keterangan Periode ulang hujan


Daerah terbuka 0–5
Sarana tambang 2–5
Lereng–lereng tambang dan penimbunan 5 – 10
Sump utama 10 – 25
Penyaliran keliling tambang 25
Pemindahan aliran sungai 100
(Sumber : Rudy Sayoga Gautama,1999)
Penentuan periode ulang dan resiko hidrologi dihitung dengan menggunakan
rumus :
1 ...................................................................................................
P  1  (1  ) TL (3.8)
t
Tt

Keterangan :
Pt = Resiko hidrologi (kemungkinan suatu kejadian akan terjadi minimal satu kali
pada periode ulang tertentu).
Tt = Periode ulang (dalam penelitian ini digunakan periode ulang 6 tahun).
TL = Umur tambang (11 tahun).
Penetapan periode ulang hujan sebenarnya lebih ditekankan pada masalah
kebijakan dan resiko yang perlu diambil sesuai dengan perencanaan. Menurut
Rudy Sayoga Gautama (1999), Acuan untuk menentukan PUH dapat dilihat pada
Tabel 3.1.

3.4.3 Intensitas curah hujan ( I )


Derajat curah hujan biasanya dinyatakan oleh jumlah curah hujan dalam
suatu satuan waktu dan disebut intensitas hujan. Biasanya satuan yang digunakan
adalah mm/jam. Jadi intensitas hujan yaitu jumlah presipitasi/curah hujan yang
jatuh ke permukaan dalam waktu tertentu biasanya dalam waktu relatif singkat.
Intensitas curah hujan biasanya dinotasikan dengan huruf “I”. Keadaan curah
hujan dan intensitas menurut Suyono Sosrodarsono dan Takeda K., (1983)
diklasifikasikan sebagai berikut: (Tabel 3.2).

Tabel 3.2. Keadaan Curah Hujan dan Intensitas Curah Hujan

Keadaan Curah Intensitas Curah Hujan


Hujan (mm) Kondisi
1 jam 24 jam
Hujan sangat Tanah agak basah atau dibasahi
ringan <1 <5 sedikit
Hujan ringan 1-5 5 – 20 Tanah menjadi basah semuanya
Hujan normal 5 -10 20 – 50 Bunyi curah hujan terdengar
Air tergenang diseluruh
permukaan tanah
dan bunyi keras kedengaran dari
Hujan lebat 10 -20 50 – 100 genangan
Lanjutan Tabel 3.2
Hujan sangat lebat > 20 > 100 Hujan seperti ditumpahkan
(Sumber : Sosrodarsono dan Kensaku Takeda)

Intensitas curah hujan ditentukan berdasarkan rumus mononobe, karena data


yang tersedia di daerah penelitian hanya terdapat data curah hujan harian.
Rumus mononobe :

R  24 2 / 3
I  24   ................................................................................................(3.9)
24  t 
Keterangan :
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
t = Lama waktu hujan atau waktu konstan (jam)
R24 = Curah hujan maksimum (mm).
3.4.4 Daerah Tangkapan Hujan (Catchment Area)
Daerah tangkapan hujan adalah luasnya permukaan, yang apabila terjadi
hujan, maka air hujan tersebut akan mengalir ke daerah yang lebih rendah menuju
ke titik pengaliran.
Air yang jatuh ke permukaan, sebagian meresap ke dalam tanah, sebagian
ditahan oleh tumbuhan dan sebagian lagi akan mengisi liku-liku permukaan bumi,
kemudian mengalir ke tempat yang lebih rendah.
Daerah tangkapan hujan merupakan suatu daerah yang dapat mengakibatkan
air limpasan permukaan mengalir kesuatu tempat (daerah penambangan) yang
lebih rendah. Penentuan luas daerah tangkapan hujan berdasarkan peta topografi
daerah yang akan diteliti . Daerah tangkapan hujan ini dibatasi oleh pegunungan
dan bukit- bukit yang diperkirakan akan mengumpulkan air hujan sementara.
Setelah daerah tangkapan hujan ditentukan, maka diukur luasnya pada peta
kontur, yaitu dengan menarik hubungan dari titik-titik yang tertinggi disekeliling
tambang membentuk poligon tertutup, dengan melihat kemungkinan arah
mengalirnya air, maka luas daerah penelitian dihitung dengan menggunakan
software Autucad 2007 sehingga didapatkan luas daerah tangkapan hujan dalam
m2.
3.4.5 Air Limpasan
Air limpasan adalah bagian dari curah hujan yang mengalir di atas
permukaan tanah menuju sungai, danau atau laut. Aliran itu terjadi karena curah
hujan yang mencapai permukaan bumi tidak dapat terinfiltrasi, baik yang
disebabkan karena intensitas curah hujan atau faktor lain misalnya kelerengan,
bentuk dan kekompakan permukaan tanah serta vegetasi.
a. Aspek-aspek yang berpengaruh
a. Curah hujan = curah hujan, intensitas curah hujan dan frekuensi hujan
b. Tanah = jenis dan bentuk toprografi
c. Tutupan = kepadatan, jenis dan macam vegetasi.
d. Luas daerah aliran
Untuk memperkirakan debit air limpasan maksimal digunakan rumus
rasional, yaitu :

Q = 0,278. C . I .A............................................................................................(3.10)

Keterangan :
QMax = debit air limpasan maksimum (m3/detik)
C = koefisien limpasan
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
A = Luas daerah tangkapan hujan(km2)

3.4.6 Koefisien limpasan (C)


Koefisien limpasan merupakan bilangan yang menunjukkan perbandingan
besarnya limpasan permukaan, dengan intensitas curah hujan yang terjadi pada
tiap- tiap daerah tangkapan hujan. Koefisien limpasan tiap-tiap daerah berbeda.
Dalam penentuan koefisien limpasan faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah
:
1) Kerapatan vegetasi
Daerah dengan vegetasi yang rapat, akan memberikan nilai C yang kecil,
karena air hujan yang masuk tidak dapat langsung mengenai tanah,
melainkan akan tertahan oleh tumbuh-tumbuhan, sedangkan tanah yang
gundul akan memberi nilai C yang besar.
2) Tata guna lahan
Lahan persawahan atau rawa-rawa akan memberikan nilai C yang kecil
daripada daerah hutan atau perkebunan, karena pada daerah persawahan
misalnya padi, air hujan yang jatuh akan tertahan pada petak-petak sawah,
sebelum akhirnya menjadi limpasan permukaan.
3) Kemiringan tanah
Daerah dengan kemiringan yang kecil (<3%), akan memberikan nilai C
yang kecil, daripada daerah dengan kemiringan tanah yang sedang sampai
curam untuk keadaan yang sama. Jika terdapat perbedaan macam
penggunaan lahan maka harga C.

3.5. Saluran Terbuka dan Sump (Sump)


Curah hujan yang relatif tinggi pada tambang di indonesia berakibat
pentingnya penanganan air hujan yang baik agar produktifitas tambang tidak
menurun. Oleh karena itu dibutuhkan penanganan air limpasan yang baik,
diantaranya dengan membuat sump dan saluran terbuka.

3.5.1. Saluran Terbuka


Saluran Terbuka berfungsi untuk menampung dan mengalirkan air ke
tempat pengumpulan (kolam penampungan atau saluran) atau tempat lain. Bentuk
saluran terbuka, umumnya dipilih berdasarkan debit air, tipe material serta
kemudahan dalam pembuatannya. Sumber air utama pada tambang terbuka adalah
air hujan, walaupun kadang kontribusi air tanah juga tidak dapat diabaikan dalam
menentukan debit air.
Dalam merancang bentuk saluran terbuka, beberapa hal yang perlu
diperhatikan antara lain, dapat mengalirkan debit air yang direncanakan dan
mudah dalam penggalian saluran serta tidak lepas dari penyesuaian dengan bentuk
topografi dan jenis tanah. Bentuk dan dimensi saluran juga harus
memperhitungkan efektifitas dan ekonomisnya.
Saluran yang ekonomis adalah saluran yang dapat melewatkan debit
maksimum untuk luas penampang basah, kekasaran, dan kemiringan tertentu.
Dalam sistem penyaliran terdapat beberapa bentuk penampang penyaliran yang
dapat digunakan. Bentuk penampang saluran terbuka diantaranya bentuk persegi
panjang, bentuk segitiga, dan bentuk trapesium. Berikut adalah beberapa macam
penampang saluran dengan rumus dan dimensinya :
1) Bentuk persegi panjang
Luas penampang basah (A) = 2d2
Lebar dasar saluran (b) = 2d
Keliling Basah (P) = 4d
Jari-jari hidrolis (R) =1 d
2

(Sumber: Sayoga, 1999)


Gambar 3.2 Penampang Saluran Terbuka Bentuk Persegi Panjang
2) Bentuk segitiga
Sudut tengah = 90o ⟶ z
=1 Luas penampang basah (A) = d2
Keliling basah (P) = 𝑑2√2
( Sumber: Sayoga, 1999)
Gambar 3.3 Penampang Saluran Tebuka Bentuk Segitiga
3) Bentuk trapesium
α = 60° ⟶ z = 1
√3

Luas penampang basah (A) = d2 √3

Lebar dasar saluran (b) = 2 [√z2 + 1 − z ] d


Jari-jari hidrolis (R) =1 d
2

Lebar permukaan saluran (B) =b+2.z.d

(Sumber: Sayoga, 1999)


Gambar 3.4 Penampang Saluran Terbuka Bentuk Trapesium
Bentuk penampang saluran umumnya dipilih berdasarkan debit air, tipe
material pembentuk saluran serta kemudahan dalam pembuatanya. Saluran air
dengan penampang bentuk segi empat atau segi tiga biasanya untuk debit air yang
kecil, sedangkan penampang bentuk 32las an32m untuk debit yang besar.
Bentuk penampang saluran yang paling sering digunakan dan umum
dipakai adalah bentuk 32las an32m. Bentuk trapesium dipilih dengan alasan yaitu
mudah dalam pembuatannya, ekonomis, efisien dan mudah dalam perawatannya,
serta stabilitas kemiringan dindingnya dapat disesuaikan menurut keadaan daerah.
Kemiringan dinding saluran tergantung pada macam material atau bahan
yang membentuk tubuh saluran. Harga koefisien kekasaran menurut manning
dapat dilihat pada Tabel 3.3, sebagai berikut :

Tabel 3.3 Harga Koefisien Kekasaran Dinding Saluran Terbuka

Tipe dinding saluran N


Semen 0,01 – 0,014
Beton 0,011 – 0,016
Bata 0,012 – 0,02
Besi 0,013 – 0,017
Tanah 0,02 – 0,03
Gravel 0,022 – 0,035
Tanah yang ditanam 0,025 – 0,04
(Sumber: Sayoga, 1990)

Dimensi saluran terbuka yang akan digunakan adalah bentuk trapesium.


Penentuan dimensi saluran terbuka dengan menggunakan rumus manning:

Qmax = 1/n . S1/2 . R2/3 . A..................................................................(3.11)

Keterangan:
Qmax = Debit air yang akan dialirkan (m3/s)
n = Koefisien kekasaran manning
S = Kemiringan dasar saluran (%)
R = Jari-jari hidrolik (m)
A = Luas penampang saluran (m2)
3.5.2. Sumuran (Sump)
Sump tambang berfungsi sebagai tempat penampungan sementara air dan
lumpur sebelum dipompa ke luar tambang. Sump tambang dibedakan menjadi dua
macam, yaitu sump tambang permanen dan sementara. Sump tambang permanen
adalah sump yang berfungsi selama penambangan berlangsung, dan umumnya
tidak berpindah tempat. Sedang sump sementara berfungsi dalam rentang waktu
tertentu dan sering berpindah tempat.
Dimensi sump tambang tergantung pada kuantitas (debit) air limpasan,
kapasitas pompa, volume, waktu pemompaan, kondisi lapangan seperti kondisi
penggalian terutama pada lantai tambang (floor) dan lapisan batubara serta jenis
tanah atau batuan di bukaan tambang. Volume sump ditentukan dengan
menggabungkan grafik intensitas hujan yang dihitung dengan teori Mononobe
versus waktu, dan grafik debit pemompaan versus waktu. ( lihat Gambar 3.5 )

(Sumber : Ir. Sosrodarsono dan kensaku Takeda)


Gambar 3.5 Grafik Penentuan Volume Sump Air Tambang

Setalah ukuran sump diketahui tahap berikutnya adalah menentukan lokasi


sump di bukaan tambang (Pit). Pada prinsipnya sump diletakkan pada lantai
tambang (Floor) yang paling rendah, jauh dari aktifitas penggalian batubara,
jenjang disekitarnya tidak mudah longsor, dekat dengan kolam pengendapan,
mudah untuk dibersihkan.
3.6. Pompa dan Pipa
3.6.1. Pompa
Pompa berfungsi untuk mengeluarkan air dari tambang. Sesuai dengan
prinsip kerjanya, pompa dibedakan atas:
1) Reciprocating Pump
Bekerja berdasarkan torak maju mundur secara horizontal di dalam silinder.
Keuntungan jenis ini adalah efisien untuk kapasitas kecil dan umumnya dapat
mengatasi kebutuhan energi (julang) yang tinggi. Kerugiannya adalah beban
yang berat serta perlu perawatan yang teliti. Pompa jenis ini kurang sesuai
untuk air berlumpur karena katup pompa akan cepat rusak. Oleh karena itu
jenis pompa ini kurang sesuai untuk digunakan di tambang.
2) Centrifugal Pump
Pompa ini bekerja berdasarkan putaran impeller di dalam pompa. Air yang
masuk akan diputar oleh impeller, akibat gaya sentrifugal yang terjadi air akan
dilemparkan dengan kuat ke arah lubang pengeluaran pompa. Pompa jenis ini
banyak digunakan di tambang, karena dapat melayani air berlumpur,
kapasitasnya besar dan perawatannya lebih muda.
3) Axial Pump
Pada pompa aksial, zat cair mengalir pada arah aksial (sejajar poros) melalui
kipas. Umumnya bentuk kipas menyerupai baling-baling kapal. Pompa ini
dapat beroperasi secara vertikal maupun horizontal. Jenis pompa ini
digunakan untuk julang yang rendah.
Debit pompa ditentukan berdasarkan spesifikasi maupun dengan
pengukuran aktual. Debit berdasarkan spesifikasi pompa dapat diketahui
berdasarkan pompa yang telah ada, berdasarkan kecepatan pompa, efisiensi dan
head pompa, kemudian dihubungkan dalam grafik spesifikasi pompa.

3.6.2. Pipa
Pipa berfungsi sebagai sarana untuk mengeluarkan zat cair dari suatu tempat
menuju tempat lainnya. Zat cair yang mengalir dalam pipa akan mengalami
gesekan
pada dinding sebelah dalam pipa. Besar kecilnya gesekan yang terjadi dipengaruhi
oleh jenis zat cair yang mengalir dan jenis pipa yang digunakan.

3.6.3. Perhitungan Julang Total Pompa


Dalam pemompaan dikenal istilah julang (head), yaitu energi yang
diperlukan untuk mengalirkan sejumlah air pada kondisi tertentu. Semakin besar
debit air yang dipompa, maka head juga akan semakin besar. Head total pompa
untuk mengalirkan sejumlah air seperti yang direncanakan dapat ditentukan dari
kondisi instalasi yang akan dilayani oleh pompa tersebut, sehingga julang total
pompa dapat dituliskan sebagai berikut:
HT = hs + hv + Hf1 + Hf2 + Hf3.....................................................................................................................(3.12)
Keterangan :
HT = head total pompa (m)
hs = head statis pompa (m)
hv = velocity head (julang kecepatan keluar) (m)
hf1 = friction loss (kerugian karena gesekan) (m)
hf2 = shock loss (kerugian karena belokan pipa dan sambungan pada pipa) (m)
hfs = head Katup isap (kerugian karena katup isap pada pipa) (m)

Perhitungan berbagai julang pada pemompaan :


a) Head statis (hs)

hs h2 h1...................................................................................................................................................(3.13)
Keterangan :
h1 = elevasi sisi isap (m)
h2 = elevasi sisi keluar (m)

b) Head kecepatan (hv).


2
hv  v ……….........…............................................................................. ( 3.14)
2
g
Keterangan :
v2 = kecepatan aliran dalam pipa (m/detik)
g = kecepatan gravitasi bumi (m/detik2)
c) Head gesekan (hf1)
 Lv2 
h f 1 f  2Dg (3.15)

 

Keterangan :
f = koefisien gesek (tanpa satuan)
v = kecepatan aliran dalam pipa (m/detik)
L = panjang pipa (m)
D = diameter pipa (m)
g = kecepatan gravitasi bumi (m/detik2)

Angka koefisien gesekan f dicari dengan menggunakan persamaan:


λ = 0,020 + 0,0005/D............................................................................(3.16)
Keterangan :
k = koefisien kekasaran pipa ( lihat Tabel 3.5 )
D = Diameter dalam pipa

Tabel 3.4 Koefisien Kekasaran Pipa


Bahan Koefisien kekasaran pipa (mm)

Baja : baru 0,01


lapisan plastik non poros 0,03
Besi tuang : baru 0,1 – 1,00
lapisan bituman 0,03 – 0,10
lapisan semen 0,03 – 0,10
Polyethylene 0,03 – 0,10
Kuningan, tembaga 0,10
Aluminium baru 0,15 – 0,16
Beton : baru centrifuge 0,03
baru rata 0,20 – 0,50
tanah yang telah diolah 1,00 – 2,00
Semen asbes baru 0,03 – 0,10
Bahan dari batu/kaca 0,10 – 1,00
(Sumber ; Sularso dan Haruo T., 1991)
d) Head belokan (hf2)
v2
hf 2  k 
2g
 
...…………………………...................................................….(3.17)
Keterangan :
k = koefisien kerugian pada belokan

 3,5
 0,5
k  0,131 1,847D  x  …….........................................………..(3.18)
  90
2R      

Keterangan :
v = Kecepatan aliran dalam pipa (m/detik)
g = Kecepatan gravitasi bumi (m/detik2)
R = jari-jari lengkung belokan (m)
θ = sudut belokan pipa
D
R
1 ..………………….............................................…………….….(3.19)
tan

2

e) Head katup isap (hf3)


v2
h f 3  f  (3.20)
  2g

Keterangan :
f = koefisien kerugian pada katup isap (lihat Tabel 3.8)
v = Kecepatan aliran dalam pipa (m/detik)
g = Kecepatan gravitasi bumi (m/detik2)
Tabel 3.5 Koefisien Kerugian Pada Katup Isap
Diameter (mm)
Jenis katup
100 150 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 2000
Katup sorong 0.14 0.12 0.10 0.09 0.07 0.00
Katupkupu−kupu 0.6 - 0.16 (bervariasi menurut konstruksi dan diameternya)
Katup putar 0.09 - 0.026 (bervariasi menurut diameternya)
Katup cegah kipas ayun 1.20 1.15 1.10 1.00 0.98 0.94 0.92 0.90 0.88
Katup kepak - - - - - - - - - 0.9 - 0.5
Katup isap (dengan
saringan) 1.97 1.91 1.84 1.78 1.72
(Sumber ; Sularso dan Haruo T., 1991)

3.6.4. Kapasitas Pompa


Kapasitas pompa adalah banyaknya cairan yang dapat dipindahkan oleh
pompa setiap satuan waktu (Haruo Tahara, 2000). Dinyatakan dalam satuan
volume per satuan waktu, seperti :
1) Barel per day (BPD)
2) Galon per menit (GPM)
3
3) Cubic meter per hour (m /hr)
Batas atas kapasitas suatu pompa pada umumnya tergantung pada kondisi berikut
(Haruo Tahara, 2000) :
a) Berat dan ukuran terbesar yang dapat diangkut dari pabrik ke tempat
pemasangan.
b) Lokasi pemasangan pompa dan cara pengangkutannya.
c) Jenis penggerak dan cara pengangkatannya.
d) Pembatasan pada besarnya mesin perkakas yang dipakai untuk mengerjakan
bagian-bagian pompa
e) Pembatasan pada performansi pompa.

3.6.5. Debit Pompa dan Efisiensi Pompa


1) Daya Pompa
Daya pompa adalah energi yang secara efektif diterima oleh air dari pompa
per satuan waktu disebut daya air (Haruo Tahara, 2000), sedangkan daya total yang
dikeluarkan oleh pompa adalah daya air ditambah kerugian daya didalam pompa.
Daya total pompa dapat ditulis sebagai berikut :
Pw  𝛾 .𝑄.𝐻 ……………………………..…...............................................(3.21)
102.ŋ.100
Keterangan:
γ : Berat air per satuan volume (kgf/l)
Q : Kapasitas (m3/min)
H : Head total pompa (m)
Pw: Daya air (kW)
  Effisiensi pompa (%)
3 3
Dimana γ dinyatakan dalam kN/m dan Q dalam m /s. Effisiensi pompa dan head
total pompa didapatkan melalui pembacaan grafik performa pompa yang
didapatkan melalui spesifikasi pompa yang dipakai.

2) Debit Pompa
Untuk memperkirakan debit pemompaan dihitung dengan Metode
Discharge. Langkah kerja metode ini yaitu buat alat ukur berbentuk “L” seperti
terlihat pada Gambar 3.6.

Sumber : Cassidy, 1973


Gambar 3.6 Pengukuran Debit Aktual Pompa

Sisi yang pendek berukuran 4 inchi dan sisi yang lebih panjang merupakan
Panjang kekuatan air (X) dinyatakan dalam satuan mm. Ketika air mengalir keluar
dari pipa, letakan sisi L yang panjang pada bagian atas pipa yang ditentukan pada
saat sisi yang pendek menyentuh aliran air seperti yang terlihat pada gambar.
Kemudian catat panjang X. Tabel 3.6 menampilkan hubungan antara panjang X
dan diameter pipa (d) yang menentukan besar debit pompa (Cassidy, 1973)
Tabel 3.6 Pengukuran Debit Pompa dengan Metode Discharg

(Sumber : Cassidy, 1973)

3) Penentuan Jumlah Pompa


Pada kegiatan penambangan yang dilakukan memerlukan adanya pompa
karena keadaan topografi di area penambangan memungkinkan air yang masuk ke
dalam tambang tidak dapat langsung dialirkan menuju kolam pengendapan.
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑆𝑢𝑚𝑝
Jumlah pompa yang dibutuhkan = ...................................(3.22)
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑜𝑚𝑝𝑎
BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Metode Pelaksanaan Penelitian


Kegiatan penambangan pada Pit Tutupan memiliki kondisi lapangan yang dinilai
menimbulkan masalah dalam kegiatan penambangan, yakni dalam penanganan air
limpasan yang dapat menganggu kegiatan penambangan sehingga perlu dilakukan
kajian tehadap sistem penyaliran pada sump yang dinilai dapat mengganggu
kegiatan penambangan, data yang di peroleh dari lokasi penelitian meliputi:
a. Data sekunder: data curah hujan, layout tambang, data litologi, data geologi,
kesampaian daerah, spesifikasi pompa dan pipa
b. Data primer: debit aktual pompa, dimensi saluran terbuka, panjang pipa dan
diameter, jumlah pompa, arah aliran air limpasan, luas DTH, dimensi aktual
saluran terbuka.
Data curah hujan yang diperoleh dari hasil pengamatan serta pencatatan,
perusahaan kemudian diolah. Dari pengolahan data tersebut di dapat berupa curah
hujan rencana. Curah hujan rencana tersebut digunakan untuk menentukan
besarnya intensitas curah hujan, kemudian dilakukan perhitungan debit air
limpasan yang masuk ke areal tambang, sehingga dapat dilakukan perhitungan
terhadap dimensi sump, dimensi saluran serta jumlah pompa yang akan di
gunakan.

4.2 Sistem Penyaliran Tambang di Pit Tutupan


Pada Pit Tutupan terbagi atas area High Wall dan area Low Wall, kemudian
dari daerah tersebut dibagi lagi menjadi masing-masing area High Wall Barat dan
Timur, Low Wall Timur dan Barat. Kemudian dari daerah tersebut terdapat 10
Sump yang terdiri dari Sump pendukung dan Sump Utama . Sump Utama sendiri
terdiri dari Sump Toba dan Sump Raja Ampat yang berada pada elevasi terendah.
Sedangkan Sump Pendukung terdiri dari Sump Ranu Pane, dan Kuta yang berada
pada area Low Wall dan Sump Ranu Kumbolo, Sump Sentani, Sump Sanur, Sump
Senggigi, Sump Singkarak dan Sump Parangtritis (berfungsi sebagai penampung
air limpasan saja tanpa ada pemompaan) yang berada pada area High Wall.
Sistem penyaliran tambang yang diterapkan di Pit Tutupan adalah Mine
Dewatering System dan Mine Drainage System. Mine Drainage telah diterapkan
yakni dengan cara membuat saluran terbuka untuk mencegah air dari luar tambang
agar tidak masuk ke dalam Pit serta saluran terbuka untuk mengarahkan aliran air
ke arah yang diinginkan yakni kearah Sump.
Sedangkan Mine dewatering system diterapkan dengan metode pemompaan
Single Stage dan Multi Stage, metode pemompaan Multistage sendiri dibagi lagi
menjadi metode Multistage Sump Transfer dan Multistage dengan bantuan pompa
booster. Pembentukan Sump Transfer bertujuan untuk mencegah agar tidak semua
air masuk ke dalam Sump Utama, keuntungan lain antara lain dapat mengurangi
kebutuhan pompa, karena sebagian air akan masuk ke dalam Sump tersebut,
memecah luas Daerah Tangkapan Hujan menjadi beberapa bagian sehingga tidak
menjadikan Daerah Tangkapan Hujan yang luas dengan hanya menggunakan
Sump Utama, kemudian dapat mengurangi total head yang tinggi sehingga sistem
pemompaan dilakukan dengan cara mentransfer air ke Sump diatasnya, dan untuk
mengurangi material lumpur yang terbawa akibat erosi dikarenakan panjangnya
perjalanan air limpasan untuk sampai pada Sump Utama.

4.3. Curah Hujan


4.3.1 Curah Hujan Rencana
Berdasarkan perhitungan menggunakan data curah hujan daerah Tutupan
dari tahun 2001 – 2016 ( data curah hujan selama 16 tahun) dengan menggunakan
“Distribusi Gumbell” yaitu penentuan curah hujan perkiraan yang dilakukan
dengan menggunakan cara Partial (Partial Series Anality), dipilih curah hujan
harian maksimum tiap tahunnya. Kemudian data curah tersebut dimasukkan ke
dalam persamaan statistika, sehingga diperoleh curah hujan perkiraan harian yaitu
139,96 mm/hari dengan Periode Ulang Hujan (PUH) 6 tahun (Lampiran B) dan
resiko hidrologi 86,54%. Periode ulang hujan yaitu akan ada hujan yang kembali
turun dengan angka yang mirip dengan angka maksimum dalam waktu 6 tahun.
(Lampiran B).
4.3.2 Intensitas Curah Hujan
Intensitas curah hujan dihitung dengan menggunakan rumus Mononobe.
Nilai t = 3,12 jam, sebab ada data curah hujan yang disajikan dalam durasi waktu
yang lama seperti lebih dari satu jam dengan beberapa parameter yaitu curah
hujan rencana dan lamanya waktu hujan. (Lampiran C)
Setelah dilakukan pengolahan data dan dengan adanya data curah hujan
rencana maka didapatkan intensitas curah hujan yaitu sebesar 22,7 mm/jam.

4.4 Daerah Tangkapan Hujan (DTH)


Penentuan luas daerah tangkapan hujan dilakukan dengan mengamati arah
aliran air secara langsung di lapangan dan melihat peta topografi lokasi penelitian.
Daerah tangkapan hujan ini dibatasi oleh bukit - bukit dan jenjang - jenjang yang
diperkirakan akan mengumpulkan air hujan. Penentuan daerah tangkapan hujan
dipengaruhi oleh titik - titik elevasi dimana aliran air mengalir ke sump.
(Lampiran D)
Tabel 4.1 Daerah Tangkapan Hujan
DTH A (km2) A (Ha)

Sump Ranu Pane 2,08 208,2


Sump Kuta 1,92 192,2
Sump Senggigi 1,12 112,5
Saluran Terbuka 1 0,25 25
Saluran Terbuka 2 0,35 35
Saluran Terbuka 3 0,36 36

Hasil pengamatan langsung di lapangan terhadap kemungkinan arah aliran


limpasan dan bentuk permukaan bumi pada lokasi di peta topografi, daerah
tangkapan hujan dibagi berdasarkan sump yang ada di lapangan. Pembagian
daerah tangkapan hujan seperti ditunjukan pada peta DTH dan luasannya
ditentukan dengan menggunakan Autocad 2007. Luas masing-masing daerah
tangkapan hujan pada lokasi penelitian seperti pada Tabel 4.1.
4.5 Koefisien Limpasan
Nilai koefisien limpasan (C) tergantung pada sifat fisik batuan, topografi,
daerah dan tataguna lahan. Dari hasil pengamatan, lokasi daerah penelitian yakni
pada daerah tangkapan hujan Sump Ranu Pane memiliki kemiringan 36%, Sump
Kuta memiliki kemiringan 24%, Sump Senggigi memiliki kemiringan 36%,
Saluran tebuka 1, Saluran tebuka 2, dan Saluran terbuka 3 diperoleh nilai
koefisien limpasan yakni 0,9 karena daerah penelitian berupa tanah gundul dan
penambangan.

Tabel 4.2 Beberapa Harga Koefisien Limpasan

Kemiringan Kegunaan Lahan Koefisien Limpasan

- Persawahan rawa-rawa 0,2


Datar
- Hutan, perkebunan 0,3
Kemiringan < 3%
- Permukiman 0,4
- Hutan, perkebunan 0,4
Agak miring - Pemukiman 0,5
(3-15%) - Vegetasi ringan 0,6
-Tanah gundul 0,7
- Hutan 0,6
Curam - Pemukiman 0,7
Kemiringan > 15% - Vegetasi ringan 0,8
- Tanah gundul, penambangan 0,9
(Sumber : Rudy Sayoga G, 1999)

Tabel 4.3 Koefisien pada Daerah Tangkapan Hujan


No Daerah Tangkapan Hujan Koefisien
1 Sump Ranu Pane 0.9
2 Sump Kuta 0.9
3 Sump Senggigi 0.9
4 Saluran Terbuka 1 0.9
5 Saluran Terbuka 2 0.9
6 Saluran Terbuka 3 0.9

Berdasarkan tabel tersebut didapatkan nilai koefisien (C) untuk daerah tangkapan
hujan didalam bukaan tambang digunakan 0,9 yang berupa tanah gundul,
penambangan. Sedangkan pada daerah tangkapan hujan pada saluran terbuka 1, 2,
dan 3 menggunakan nilai koefisien 0,9 karena berupa tanah gundul,
penambangan.
4.6 Debit Air Tambang
4.6.1 Debit Air Limpasan
Air yang masuk ke dalam Sump Ranu Pane, Sump Kuta dan Sump Senggigi
berasal dari limpasan air hujan. Perhitungan debit air limpasan sangat dipengaruhi
oleh intensitas curah hujan, luas daerah tangkapan hujan (DTH), dan koefisien
limpasan dapat di lihat pada Lampiran E. Besarnya debit limpasan untuk setiap
DTH dapat dilihat pada Tabel 4.2
Tabel 4.4 Debit Air Limpasan Masing - Masing DTH
DTH C A (km2) I (mm/jam) Q (m3/detik)

Sump Ranu Pane 0,9 2,08 42.514,17


Sump Kuta 0,9 1,92 39.238,98
Sump Senggigi 0,278 0,9 1,12 22.973,29
22,7
Saluran Terbuka 1 0,9 0,25 5.112
Saluran Terbuka 2 0,9 0,35 7.164
Saluran Terbuka 3 0,9 0,36 7.344

4.6.2 Debit Air Hujan


Debit air hujan langsung masuk ke bukaan tambang dipengaruhi oleh besar
atau kecilnya luas bukaan tambang. Semakin luas bukaan tambang akan semakin
besar debit yang dihasilkan. Perhitungan air hujan berdasarkan luas bukaan
tambang (A) dan curah hujan rencana. Hasil perhitungan debit air hujan dapat
dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5 Debit Air Hujan Masing - Masing DTH
CH Rencana CH Rencana
DTH A (m2) Q (m3/jam) Q (m3/detik)
mm/hari m/jam
Sump
Ranu 39.143 227,029 0,063
Pane
Sump 139,96 0,0058
24.910 144,478 0,040
Kuta
Sump
36.132 209,565 0,058
Senggigi
4.6.3 Debit Air Tambang
Air tambang adalah jumlah air limpasan yang masuk kedalam bukaan
tambang ditambah dengan jumlah air hujan yang langsung masuk kedalam bukaan
tambang. Untuk mengetahui besarnya air tambang, maka perlu diketahui debit air
limpasan dan debit air hujan. Berdasarkan hasil perhitungan debit total air yang
masuk dapat dilihat pada tabel 4.6
Tabel 4.6 Debit Air Tambang Masing - Masing DTH

Debit Air Debit Air Debit Air


DTH Limpasan Hujan Tambang
Q (m3/deikt) Q (m3/detik) Q (m3/jam)

Sump Ranu
11,81 0,063 11,873
Pane

Sump Kuta 10,90 0,040 10,94

Sump
6,38 0,058 6,438
Senggigi

4.7 Debit Saluran Terbuka


Saluran terbuka biasanya di buat di toe pada jenjang yang kemudian
dialirkan menuju sump. Saluran terbuka berguna untuk menampung air yang jatuh
di jenjang
– jenjang, kemudian dialirkan ke sump. Tetapi pada lokasi penelitian yang ada
dilapangan, saluran terbuka juga digunakan untuk mencegah masuknya air
kedalam lokasi penambangan.
Untuk menentukan dimensi saluran terbuka dilakukan perhitungan dengan
menggunakan rumus Manning (Lampiran F). Berdasarkan pengamatan dilapangan
didapat harga koefisien kekasaran saluran (n) Saluran Terbuka 1, 2 dan 3 yaitu
0,030 karena dinding saluran berupa tanah dan berkelok, kemudian dimensi
saluran terbuka aktual adalah sebagai berikut ( Tabel 4.7)
Tabel 4.7 Dimensi aktual saluran terbuka
Saluran Terbuka 1 Saluran Terbuka 2 Saluran Terbuka 3

Lebar Permukaan 2,5 m 2m 2,5 m


Kedalaman 0,3 m 0,3 m 0,3 m
Panjang dinding 0,3 m 0,3 m 0,3 m

(Sumber : Dok Lapangan)


Gambar 4.1 Saluran Terbuka di Lokasi Penelitian

4. 8 Sump
4.8.1 Sump Ranu Pane
Sump Ranu Pane terletak di area Low Wall sebelah Timur Pit Tutupan berada
pada elevasi -29 mdpl dari sisi inletnya. Luas Sump Ranu Pane saat ini yaitu pada
(Tabel 4.8), sump pada elevasi 30,3 mdpl, sehingga kapasitas aktual sebesar
63.150 m3. Total debit air limpasan yang masuk sebesar 11,81 m³/detik (Lampiran
E) yang berasal dari DTH Sump Ranu Pane.

Tabel 4.8 Kondisi aktual Sump Ranu Pane


Panjang (m) Lebar (m) Kedalaman (m) Volume m3
257 153 1,3 63150
4.8.2 Sump Kuta
Luas Sump Kuta saat ini yaitu (Tabel 4.9). Sump Kuta terletak di sebelah
Low Wall Barat Pit Tutupan berada di elevasi 48 mdpl dari sisi inletnya kemudian
dipompakan keluar pada elevasi 128 mdpl. Mempunyai dasar sump pada elevasi
34,6 mdpl dengan volume sebesar 162.180 m3. Namun karena endapan lumpur
sehingga kondisi aktual elevasi sump berada pada 46 mdpl sehingga kapasitas
aktual sebesar 66.260 m3. Debit air limpasan yang masuk sebesar 10,90 m³/detik
(Lampiran E) yang berasal dari DTH Sump Kuta.
Tabel 4.9 Kondisi aktual Sump Kuta
Panjang (m) Lebar (m) Kedalaman (m) Volume m3
288 82 2 66260

4.8.3 Sump Senggigi


Sump Senggigi terletak di sebelah High Wall Barat Pit Tutupan berada di
elevasi 14,1 mdpl dari sisi inletnya kemudian dibantu dengan pompa booster
dengan elevasi 48 mdpl dan dipompakan keluar pada elevasi 100 mdpl. Elevasi
sump berada pada elevasi 3,7 mdpl dengan volume 225.960 m3. Namun karena
endapan lumpur sehingga kondisi aktual elevasi sump berada pada 13,5 mdpl dan
elevasi top berada pada elevasi 14,8 mdpl sehingga volume aktual sump sebesar
50.280 m3. Total debit air limpasan yang masuk sebesar 6,38 m³/detik (Lampiran
E), luas Sump Senggigi saat ini yaitu (Lihat Tabel 4.10).
Tabel 4.10 Kondisi aktual Sump Senggigi
Panjang (m) Lebar (m) Kedalaman (m) Volume m3
465 42 1,3 225960

4.9 Pompa dan Pipa


4.9.1 Sump Ranu Pane
Sistem pemompaan yang diterapkan pada Sump Ranu Pane meggunakan
pompa primer sebanyak 3 unit Multiflo MFV-420 E WP 443, WP 421 dan WP
613 dengan bantuan 3 unit pompa booster Warman 8/6 AH WP 695, WP 688, dan
WP 715 pemompaan dilakukan pada elevasi -29 mdpl dari sisi inletnya kemudian
dibantu dengan pompa booster dengan elevasi 58 mdpl dan dipompakan keluar
pada elevasi 108 mdpl dengan debit 576,83 m3/jam. Pipa yang digunakan adalah
pipa HDPE (high density polyetylene) dengan diameter ukuran 12 inch dan
panjang 291 m dari pompa primer menuju pompa booster dan pipa berdiameter 10
inch dengan panjang 672 m dari pompa booster menuju outlet.

Gambar 4.2 Sketsa Sump, Pompa dan Pipa pada Sump Ranu Pane
4.9.2 Sump Kuta
Sistem pemompaan yang diterapkan pada Sump Kuta meggunakan pompa
primer sebanyak 2 pompa Multiflo MFV-420 B, pemompaan dilakukan pada
elevasi 48 mdpl dari sisi inletnya kemudian dipompa keluar ke Saluran Terbuka 1
pada elevasi 126 mdpl dengan debit 509,53 m3/jam. Pipa yang digunakan adalah
pipa HDPE (high density polyetylene) dengan ukuran diameter 12 inch dan
panjang 532 m dari pompa primer menuju outlet.

Gambar 4.3 Sketsa Sump, Pompa dan Pipa pada Sump Kuta
4.9.3 Sump Senggigi
Sistem pemompaan yang diterapkan pada Sump Senggigi menggunakan
pompa primer sebanyak 1 pompa Multiflo MFV-420 EX WP 740 dengan bantuan
1 pompa booster Warman 8/6 AH WP 693, pemompaan dilakukan pada elevasi
14,1 mdpl dari sisi inletnya kemudian dibantu dengan pompa booster dengan
elevasi 48 mdpl dan dipompakan keluar pada elevasi 100 mpdl dengan debit
562,48 m3/jam. Pipa yang digunakan adalah pipa HDPE (high density polyetylene)
dengan diameter 12 inch dan panjang 786 m dari pompa primer menuju pompa
booster dan pipa berdiameter 10 inch dengan panjang 453 m dari pompa booster
menuju outlet.

Gambar 4.4 Sketsa Sump, Pompa dan Pipa pada Sump Senggigi
Gambar a Gambar b

Gambar c Gambar d
(Sumber : Dokumentasi lapangan)

Gambar 4.5 (a) Sump Ranu Pane, (b) Sump Senggigi, (c) Sump Kuta dan (d) Pipa
HDPE

4.10 Debit Aktual Pompa

Debit aktual pompa biasanya dilakukan pada pengeluaran air (Outlet) (Lampiran
G) yang digunakan untuk mengetahui salah satu parameter dari head total pada
kecepatan aliran air, effisiensi pompa serta kebutuhan pompa. Berikut merupakan
hasil pengukuran debit aktual rata-rata pada pengamatan dilapangan :

Tabel 4.11 Debit Rata-Rata Aktual Pompa


Ranu Pane Kuta Senggigi
(lt/sec) (lt/sec) (lt/sec)
Rata2(lt/sec) 160,23 141,54 156,24
Rata2(lt/jam) 576835,741 509530,44 562481,3
Rata2 (m3) 576,835741 509,53 562,4813
( Sumber : Dokumentasi Lapangan)

Gambar 4.6 Pengukuran Debit Aktual Pompa


BAB V
PEMBAHASAN

Sistem penyaliran tambang yang baik dan tepat dapat mendukung kegiatan
penambangan, oleh karena itu seluruh faktor yang berhubungan dengan sistem
penyaliran perlu diperhitungkan dengan tepat. Dalam kajian ini faktor-faktor yang
diperhitungkan akan dibahas dalam sub bab berikut ini. Kajian teknis sistem
penyaliran tambang mencakup kajian terhadap perhitungan sumber air tambang
hingga kajian terhadap bagian-bagian utama sistem penyaliran tambang. Kajian
terhadap bagian-bagian utama sistem penyaliran tambang meliputi bentuk, dan
dimensi saluran terbuka, sump, pemipaan, dan kapasitas pompa.
5.1. Parameter untuk Kajian Teknik Sistem Penyaliran Tambang
5.1.1. Curah Hujan dan Intensitas Hujan
Data curah hujan yang digunakan berasal dari alat penakar curah hujan yang
terdapat di lokasi penambangan. Data curah hujan harian diperoleh dari tahun
2001 hingga 2016. Curah hujan ditentukan dari data curah hujan maksimum
selama 16 tahun yaitu curah hujan rata-rata maksimum sebesar 107,1 mm
(Lampiran B).
Curah hujan rata-rata maksimum digunakan untuk menghitung data curah
hujan rencana. Curah hujan rencana dihitung dengan menggunakan rumus dari
persamaan Gumbell maka didapatkan curah hujan rencana 139,96 mm/hari
(Lampiran B). Setelah didapatkan hasil dari curah hujan rencana, maka intensitas
hujan dapat dihitung.
Intensitas hujan dihitung dengan menggunakan rumus Mononobe dengan
waktu hujan 3,1 jam dalam 1 hari didapatkan intensitas hujan 22,7 mm/jam.
Intensitas hujan digunakan untuk menghitung debit air limpasan hujan dan
dimensi sarana tambang lain seperti Saluran Terbuka dan Sump (Lampiran C).
5.1.2. Daerah Tangkapan Hujan
Daerah Tangkapan Hujan pada Pit Tutupan dibagi berdasarkan masing-
masing sump (Lampiran D). Penentuan daerah tangkapan hujan untuk Sump Ranu
Pane, Sump Kuta dan Sump Senggigi dibatasi oleh tanggul-tanggul dan saluran
pengarah lainnya. Pada elevasi di bawah daerah tersebut merupakan batas daerah
tangkapan hujan. Kondisi keadaan daerah tangkapan hujan berupa kawasan tanah
gundul yang merupakan daerah penggalian dan penimbunan tambang dengan
kemiringan termasuk dalam keadaan yang curam (> 15%). Daerah tangkapan
hujan Sump Ranu Pane mempunyai luas sebesar 2,08 km2 dengan koefisien
limpasan sebesar 0,9, Daerah tangkapan hujan Sump Kuta mempunyai luas
sebesar 1,92 km2 dengan koefisien limpasan sebesar 0,9 dan daerah tangkapan
hujan Sump Senggigi sebesar 1,12 km2 dengan koefisien limpasan sebesar 0,9.

5.1.3. Sumber dan Debit Air Limpasan


Sumber air tambang berasal dari air hujan yang langsung jatuh ke area Pit
Tutupan serta air limpasan yang masuk ke dalam Pit Tutupan. Debit air limpasan
hujan dan debit air hujan dihitung dengan menggunakan rumus rasional yaitu
debit air hujan = 0,278 x Koefisen limpasan x Intensitas hujan x Luas daerah
tangkapan hujan, sehingga berdasarkan koefisien limpasan dan intensitas curah
hujan maka dapat diketahui debit air limpasan yang masuk.
Tabel 5.1 Debit Air Limpasan Masing - Masing DTH
I
DTH C A (km2) Q (m3/jam)
(mm/jam)
Sump Ranu Pane 0,9 2,08 42.514,17
Sump Kuta 0,278 0,9 1,92 22,7 39.238,98
Sump Senggigi 0,9 1,12 22.973,29

5.2 Kajian Saluran Terbuka


Saluran terbuka berfungsi sebagai wadah untuk mengalirkan fluida atau air
limpasan yang jatuh ke permukaan tanah menuju ke suatu tempat tertentu. Saluran
terbuka menggunakan penampang bentuk trapesium dengan tipe dinding saluran
dari tanah.
Dimensi saluran terbuka yang sudah ada meliputi lebar dasar saluran, tinggi
saluran, dan lebar permukaan atas. Perhitungan Saluran Terbuka digunakan
sebagai rekomendasi dimensi minimum saluran yang akan dibuat. Adapun bentuk
dan dimensinya dengan kemiringan saluran 60o dan tinggi jagaan 20% dari
kedalaman aliran air. Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Manning
sebagai berikut:
5.2.1. Saluran Terbuka 1
Saluran Terbuka yang akan dikaji yakni saluran terbuka yang berkaitan
dengan sump yang sedang dilakukan penelitian yaitu saluran terbuka 1 yang
berfungsi mencegah air limpasan agar tidak masuk ke Sump Kuta, debitnya
berasal dari DTH Saluran Terbuka 1 dengan luas 0,25 km 2 dengan debit sebesar
1,42 m3/detik dan hasil pemompaan dari Sump Kuta yakni sebesar 0,28 m3/detik
sehingga total debit sebesar 1,70 m3/detik. Dimensi saluran terbuka dari
perhitungan sebagai berikut (Gambar 5.1) :
a. Lebar Permukaan : 2,6 m
b. Lebar Dasar : 1,48 m
c. Kedalaman : 1,17 m

B=2,6 m

d=0,98m h=1,17
a=1,35
60o

b=1,48m

Gambar 5.1 Rekomendasi Dimensi Saluran Terbuka 1


5.2.2. Saluran Terbuka 2
Saluran Terbuka 2 berfungsi mencegah agar air tidak masuk ke Sump
Senggigi, air limpasan berasal dari DTH Saluran Terbuka 2 dengan luas sebesar
0,35 km2 sehingga didapatkan debit limpasan sebesar 1,99 m3/detik. Kajian ini
dilakukan karena dimensi saluran terbuka kondisinya sudah dipenuhi dengan
endapan material lumpur sehingga jika terjadi hujan yang lebat dalam waktu yang
lama debit air limpasan yang masuk akan luber dan mengarah masuk menambah
limpasan air yang masuk kedalam sump. Dimensi saluran terbuka dari perhitungan
sebagai berikut (Gambar 5.2) :

a. Lebar Permukaan : 2,74 m


b. Lebar Dasar : 1,55 m
c. Kedalaman : 1,24 m

B=2,74

d=1,03m h=1,24
a=1,43
60o

b=1,55m

Gambar 5.2 Rekomendasi Dimensi Saluran Terbuka 2

5.2.3. Saluran Terbuka 3


Saluran Terbuka 3 berfungsi mencegah agar air tidak masuk ke Sump
Senggigi, air limpasan berasal DTH Saluran Terbuka 3 dengan luas 0,36 km 2
sehingga didapatkan debit limpasan sebesar 2,04 m3/detik. Dimensi saluran
terbuka dari perhitungan sebagai berikut (Gambar 5.3) :
a. Lebar Permukaan : 2,77 m
b. Lebar Dasar : 1,57 m
c. Kedalaman : 1,25 m

B=2,77

d=1,04m h=1,25
a=1,44
60o

b=1,57m

Gambar 5.3 Rekomendasi Dimensi Saluran Terbuka 3


5.3 Kajian Sump
Volume sump ditentukan dengan menggabungkan grafik intensitas hujan
yang dihitung dengan teori Mononobe pada waktu tertentu dengan debit
pemompaan pada waktu tertentu. Selisih terbesar dari grafik debit air dengan
kapasitas pemompaan merupakan volume sump yang dibutuhkan. kapasitas sump
perlu dilakukan kajian karena telah mengalami pengendapan lumpur sehingga
kapasitasnya menjadi berkurang dari kapasitas awal sehingga diharapkan setelah
dikaji dapat berfungsi dengan baik saat kondisi hujan air tidak melebihi kapasitas
sump yang ada serta tidak mengganggu kegiatan penambangan.
5.3.1 Sump Ranu Pane
Sump Ranu Pane memiliki luas 39.143,53 m2 dan kedalaman 1,3 m. Total
debit air yang masuk 42.514,17 m3/jam maka sisa volume air limpasan yang
belum terpompa 77.931 m3 dengan waktu pemompaannya selama 23 jam. Volume
sump saat ini 63.150 m³ maka sump tidak mampu menampung air limpasan yang
masuk, Sehingga direkomendasikan dimensi sump dengan memperhatikan kondisi
aktual yang sudah ada dilapangan memiliki panjang atas 240 m dan lebar atas 108
m dengan kemampuan alat gali (Komatsu PC 200) maka direkomendasikan
pembuatan dimensi sump dengan kedalaman 5 m dan panjang bawah 108 m dan
lebar bawah 45 m didapatkan volume 78.300 m3 (Lampiran K).
5.3.2 Sump Kuta
Sump Kuta memiliki luas 24.910,49 m2 dan kedalaman 2 m. Total debit air
yang masuk ke dalam sump 39.238,98 m3/jam maka sisa volume air limpasan
yang belum terpompa 93.934 m3 dengan waktu pemompaan selama 45 jam.
Volume sump pada saat ini sebesar 66.260 m³ maka sump tidak mampu
menampung air limpasan yang masuk, Sehingga direkomendasikan dimensi sump
dengan memperhatikan kondisi aktual yang sudah ada dilapangan memiliki
panjang atas 288 m dan lebar atas 82 m dengan kemampuan alat gali (Komatsu
PC 200) maka direkomendasikan pembuatan dimensi sump dengan kedalaman 5
m dan panjang bawah 235 m dan lebar bawan 60 m didapatkan volume sebesar
94.290 m3 (Lampiran K).
5.3.3 Sump Senggigi
Sump Senggigi memiliki luas 36.132 m2 dan kedalaman 1,3 m. Total debit
air limpasan 22.973,29 m3/jam maka sisa volume air limpasan yang belum
terpompa 56.328,96 m3 dan waktu pemompaannya selama 49 jam. Dengan
volume sump saat ini 50.280 m³ maka kapasitas sump tidak mampu menampung
air limpasan yang masuk, sehingga direkomendasikan dimensi sump dengan
memperhatikan kondisi aktual dilapangan memiliki panjang atas 465 m dan lebar
atas 42 m dengan kemampuan alat gali (Komatsu PC 200) maka
direkomendasikan pembuatan dimensi sump dengan kedalaman 5 m dengan
panjang bawah 140 m dan lebar bawah 25 m didapatkan volume 57.575 m3
(Lampiran K), dengan rekomendasi kapasitas dan dimensi sump tersebut
diharapkan mampu menampung air limpasan yang masuk.

5.4 Penggunaan Pompa


5.4.1 Analisis Head, Efisiensi, Debit aktual, dan Revolutions per Minute (RPM)
pada Pompa di Sump Ranu Pane, Sump Kuta dan Sump Senggigi
Berdasarkan data-data pengamatan di lapangan dan setelah dilakukan
perhitungan total head pompa (Lampiran G), maka didapatkan nilai head total,
efisiensi, debit aktual dan RPM pada Sump Ranu Pane, Sump Kuta dan Sump
Senggigi, sebagai berikut (Tabel 5.2) :

Tabel 5.2 Head dan Revolutions per Minute (RPM) Aktual


ɳ Debit
Sump Pompa Unit Ht (m) RPM
(%) (m3/jam)
MFV 420 E 104,32 1220 71
Sump Ranu Pane Warman 8/6 3 62,96 1220 64 576,83
Sump Kuta MFV 420 B 2 83,71 920 71 509,53
MFV 420 EX 43,91 890 69
Sump Senggigi Warman 8/6 1 67,2 1220 67 562,48

Berdasarkan tabel diatas kapasitas pemompaan masih dapat ditingkatkan


dengan meningkatkan RPM dan efisiensi maksimal sesuai dengan masing-masing
grafik pompa (Lampiran H), peningkatan kapasitas pompa dapat dilihat pada tabel
berikut (Tabel 5.3):
Tabel 5.3 Kapasitas, Head, Rpm, Efisiensi dan Volume Pompa Rencana
Debit
Sump Pompa Unit Ht (m) RPM ɳ (%)
(m3/jam)
MFV 420 E 104,32 1280 73
Sump Ranu Pane Warman 8/6 3 62,96 1280 69 740
Sump Kuta MFV 420 B 2 83,71 985 73 684
MFV 420 EX 43,91 890 69
Sump Senggigi Warman 8/6 1 67,2 1220 67 562,48

5.4.2 Analisis Kebutuhan Pompa pada Sump Ranu Pane, Sump Kuta dan Sump
Senggigi
Pada Sump Ranu Pane terdapat 3 pompa yaitu pompa Multiflo 420 E dan 3
pompa booster yakni Warman 8/6 dengan debit 576,83 m 3/jam, apabila
menggunakan pompa yang tersedia untuk menghabiskan air dengan volume sump
sebesar 78.300 m³ dengan jam pemompaan 19 jam selama 2 hari maka volume
yang dapat dikeluarkan sebanyak 21.920 m3 maka pompa yang tersedia masih
belum mampu untuk mengeringkan air yang masuk ke dalam sump, maka dari itu
harus melakuan penambahan 1 pompa, namun alternatif lain dapat dilakukan
dengan meningkatkan debit pemompaan dari 576,83 m3/jam menjadi 740 m3/jam
maka tidak diperlukan penambahan 1 pompa (Lampiran H).
Pada Sump Kuta terdapat 2 pompa, yaitu pompa Multiflo 420 B dan dengan
debit 509,53 m3/jam, apabila menggunakan pompa yang sudah tersedia maka
untuk menghabiskan air yang dengan volume sump sebesar 94.290 m3 dengan jam
pemompaan 19 jam selama 2 hari, volume yang dapat dikeluarkan sebanyak
19.362 m3 maka pompa yang tersedia tidak mampu untuk mengeringkan air yang
masuk sehingga perlu dilakukan penambahan 3 pompa, namun alternatif lain
dapat dilakukan dengan meningkatkan debit pemompaan dari 509,53 m3/jam
menjadi 684 m3/jam sehingga hanya memerlukan penambahan 2 pompa..
Pada Sump Senggigi terdapat 1 unit pompa, yaitu pompa Multiflo 420 EX
dan pompa booster yakni Warman 8/6 dengan debit 562,48 m3/jam, apabila
menggunakan pompa yang sudah tersedia maka untuk menghabiskan air dengan
volume sump sebesar 57.575 m3 dengan jam pemompaan 19 jam selama 2 hari
maka volume yang dapat dikeluarkan sebanyak 21.374 m3 pompa yang tersedia
tidak mampu untuk mengeringkan air yang masuk sehingga perlu dilakukan
penambahan 2 pompa. ( Lampiran K).

Tabel 5.4 Analisis Kebutuhan Pompa Rencana


Volume Debit
Sump Pompa Unit Sump m3 RPM ɳ (%)
(m3/jam)
MFV 420 E 1220 73
Sump Ranu Pane Warman 8/6 4 78.300 1220 69 740
Sump Kuta MFV 420 B 4 94.200 920 73 684
MFV 420 EX 890 69
Sump Senggigi Warman 8/6 3 57.575 1220 67 562,48
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan mengenai “Kajian Teknis Sistem Penyaliran Tambang
pada Pit Tutupan”, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. - Volume rekomendasi untuk Sump Ranu Pane sebesar 81.283 m3 dengan
rekomendasi dimensi untuk Sump Ranu Pane adalah:
Patas = 240 m; Latas = 108 m; Pbawah = 120 m; Lbawah = 45 m
- Volume rekomendasi untuk Sump Kuta sebesar 93.934 m3 dengan
rekomendasi dimensi untuk Sump Kuta adalah:
Patas = 288 m; Latas = 82 m; Pbawah = 235 m; Lbawah = 60 m
- Volume rekomendasi untuk Sump Senggigi sebesar 56.328 m3 dengan
rekomendasi dimensi untuk Sump Senggigi adalah:
Patas = 465 m; Latas = 42 m; Pbawah = 140 m; Lbawah = 25 m
2. Saluran Terbuka perlu diperbaiki karena kondisi di lapangan mengalami
pengendapan sehingga membuat dimensinya dangkal, rekomendasi
dimensi yang diusulkan sebagai berikut :
Saluran terbuka 1 berfungsi mencegah air limpasan agar tidak masuk
ke Pit, Sump Utama dan Sump Kuta dengan dimensi sebelumnya :
B = 2,5 m; b = 2,3 m; h = 0,3 m; a = 0,3 m menjadi
B = 2,6 m; b = 1,48 m; h = 1,17 m; a = 1,13 m.
- Saluran terbuka 2 dibuat untuk mencegah agar air tidak masuk ke Sump
Senggigi dan Pit dengan dimensi awal:
B = 2 m; b = 1,8 m; h = 0,3 m; a = 0,3 m menjadi
B = 2,74 m; b = 1,55 m; h = 1,24 m; a = 1,43 m.
- Saluran terbuka 3 dibuat untuk mencegah agar air tidak masuk ke Sump
Senggigi dan Pit dengan dimensi:
B = 2,5 m; b = 2 m; h = 0,3 m; a = 0,3 m menjadi
B = 2,77 m; b = 1,57 m; h = 1,25 m; a = 1,44 m.
3. - Pada Sump Ranu Pane pompa yang tersedia masih belum mampu untuk
mengeringkan air yang masuk ke dalam sump, maka dari itu harus
melakuan penambahan 1 pompa, namun alternatif lain dapat dilakukan
dengan meningkatkan debit pemompaan dari 576 m3/jam menjadi 740
m3/jam maka tidak diperlukan penambahan 1 pompa.
- Pada Sump Kuta putaran impeler dapat ditingkatkan dari 920 rpm
menjadi 985 rpm sehingga didapat debit sebesar 684 m 3/jam maka
pompa yang tersedia tidak mampu untuk mengeringkan air yang masuk
sehingga perlu dilakukan penambahan 3 pompa, namun alternatif lain
dapat dilakukan dengan meningkatkan debit pemompaan dari 509,53
m3/jam menjadi 684 m3/jam sehingga hanya memerlukan penambahan
2 pompa.
- Pada Sump Senggigi sudah didapatkan putaran dengan debit 562,48
m3/jam, apabila menggunakan pompa yang sudah tersedia maka untuk
menghabiskan air dengan volume sump sebesar 57.575 m3 maka
volume yang dapat dikeluarkan sebanyak 21.374 m3, sedangkan pompa
yang tersedia tidak mampu untuk mengeringkan yang masuk sehingga
perlu dilakukan penambahan 2 pompa.

6.2. Saran
1. Pompa belum effisien untuk mengeringkan air yang masuk maka dari itu
pompa pada Sump Ranu Pane lebih baik apabila putaran impeller nya
ditingkatkan lagi ke 1280 rpm, pada Sump Kuta juga perlu ditingkatkan
putaran impeller nya menjadi 985 rpm serta menambahkan 2 pompa, dan
pada Sump Senggigi perlu menambahkan 2 pompa dan 2 booster.
2. Saluran Terbuka perlu diperbaiki dikarenakan sudah mengalami
pendangkalan sehingga tidak dapat menampung air yang masuk sehingga
perlu dilakukan kajian ulang dimensi saluran terbuka yang sesuai dengan
perhitungan yang telah dilakukan.
3. Kapasitas sump dilapangan sudah tidak dapat menampung air yang masuk
sehingga perlu dilakukan kajian ulang dimensi sump yang sesuai dengan
perhitungan yang telah dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Arief Rahmat K, 2016, Kajian Teknis Sistem Penyaliran Tambang Terbuka


Batubara PT. Nusa Alam Lestari Dharmasraya Sumatera Barat, Jurnal
Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Negeri Padang.

Bambang T, 2009, Hidrologi Terapan, Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta.

Chay Asdak, 1995, Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Fakultas
Teknil UGM, Yogyakarta.

Departemen Geologi PT.Adaro Indonesia, 2017, Laporan Eksplorasi Batubara,


Peta Geologi Regional, Stratigrafi, Cadangan Batubara Kalimantan
Selatan

Departemen Mine Infrastructure PT. Pamapersada Nusantara, 2017, Data Curah


Hujan Tahun (2001-2016), Kalimantan Selatan.

Departemen Pit Service PT. Pamapersada Nusantara, 2017, Debit Aktual Pompa,
Kalimantan Selatan

Departemen Quality Control PT.Adaro Indonesia, 2017, Analisa Kualitas


Batubara Tutupan, Kalimantan Selatan

Dewangga Jabal P, 2018, Perencanaan Sistem penyaliran Tambang Terbuka


Pada Pit Bravo PT. Sarana Cipta. Jurnal Program Studi Teknik
Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat.

Dinda Ratna Mudya, 2018, Evaluasi Kebutuhan Pipa Dan Pompa Untuk Area Pit
Inul East Departemen Hatari PT. Kaltim Prima Coal Hingga Kuartal IV
Tahun 2018, Jurnal Jurusan Teknik Pertambangan fakultas Teknik,
Universitas Negeri Padang.

Gautama Rudy Sayoga, 1999, Sistem Penyaliran Tambang. Jurusan Teknik


Pertambangan Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Marwan Asof, 2014, Evaluasi Sistem Penirisan Air Tambang Blok Air Getuk
Garuk PT. Danau Mashitam Bengkulu Tengah, Jurnal Jurusan Teknik
Pertambangan Fakultas Teknik Universias Sriwijaya.

Nurhakim. ST (2005).Bahan Kuliah Tambang Terbuka. Program Studi Teknik


Pertambangan Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru
https://www.academia.edu/6314697/205740679-Tambang-Terbuka-PDF.

Sularso dan Haruo Tahara, 1991, Pompa dan Kompresor, Pemilihan, Pemakaian
dan Pemeliharaan.
Suripin, 2004, Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan, Yogyakarta

Suwandhi Awang, 2004, Diklat Perencanaan Tambang Terbuka, Unisba,

Bandung. Suyono S, dan Takeda K, 2003, Hidrologi Untuk Pengairan, Cetakan

Kesembilan
PT Pradnya Paramita, Jakarta.

Thamrin Kasim, 2018, Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Batubara PT.


Rajawali Internusa Jobsite PT.Indah Jaya Abadi Pratama Lahat,
Sumatera Selatan, Jurnal Bina Tambang Vol.4, No 3 Jurusan Teknik
Pertambangan Universitas Negeri Padang.

Verima Jasica Ipi, 2020, Rancangan Dimensi Setling Pond Untuk Pit Warute
Tambang Batubara PT. Bina Sarana Sukses Site Operation PT.Antang
Gunung Meratus Provinsi Kalimantan Selatan, Program Studi Teknik
Pertambangan S1 Departemen Teknik Institut Teknologi Nasional
Yogyakarta.

Yudha Gusti Wibowo, 2018, Studi Kasus Perencanaan Pompa Pada Tambang
Terbuka Pit Tonggang Utara Blok 32, PT.Buana Bara Ekapratama, Jurnal
Sains dan Teknologi Lingkungan Universitas Jambi.
LAMPIRAN
LAMPIRAN A
DATA CURAH HUJAN HARIAN MAKSIMAL (mm) DAN JAM HUJAN PIT TUTUPAN
TAHUN 2001 – 2016
Tabel A.1 Data Curah Hujan Maksimum Tahun 2001-2016
Tahun JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEPT OCT NOV DES
2001 34.00 62.00 79.00 54.50 3.25 66.00 36.00 4.00 55.50 29.50 40.00 46.00
2002 173.00 64.75 57.75 52.00 80.50 59.00 43.00 12.00 12.50 31.25 27.50 132.75
2003 31.80 62.00 51.75 68.00 21.00 42.75 14.75 61.00 54.25 16.50 53.50 63.50
2004 65.25 70.50 50.75 64.00 27.25 25.25 49.00 6.00 27.75 39.00 90.25 57.00
2005 33.72 49.00 52.50 71.75 57.00 51.00 51.50 10.50 36.00 41.00 68.00 40.25
2006 46.50 43.50 64.25 48.50 36.00 83.50 41.00 22.75 1.50 20.00 41.00 98.00
2007 53.00 64.00 34.00 70.00 144.00 66.40 31.00 32.67 21.33 44.00 76.75 23.00
2008 124.00 34.50 71.50 66.50 54.50 14.00 14.00 31.00 29.00 38.50 85.00 86.00
2009 73.00 75.75 36.00 53.00 21.00 16.25 32.00 14.75 60.50 85.25 57.67 62.17
2010 13.67 33.00 64.50 126.33 17.33 38.00 54.50 62.33 59.00 47.33 66.00 43.17
2011 66.33 40.83 0.00 64.00 83.33 81.00 37.33 29.00 32.00 26.00 71.00 82.00
2012 47.00 47.00 64.50 126.33 17.33 27.50 47.50 78.17 13.17 38.67 87.67 123.25
2013 39.25 44.50 44.25 53.50 31.50 29.00 44.50 44.00 11.75 34.00 46.25 126.30
2014 22.25 56.50 80.75 51.25 61.00 61.70 37.50 53.90 18.00 35.00 51.00 58.00
2015 36.00 75.50 54.50 113.25 29.25 42.75 27.75 17.25 12.25 17.25 50.25 87.75
2016 29.50 88.50 123.25 82.00 71.25 63.75 76.50 15.00 45.50 97.50 102.50 36.50
Tabel A.2 Data Jam Hujan Tahun 2001-2016
Tahun Jumlah JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEPT OCT NOV DES
Jam 50.01 56.09 57.33 50.42 6.15 31.17 4.24 3.08 22.81 24.5 49.64 57.23
2001
Hari 14 19 16 18 6 10 5 2 10 13 18 19
Jam 52.84 57.50 46.95 41.23 37.25 28.92 5.43 2.68 5.80 2.71 33.41 42.94
2002
Hari 19 14 19 20 10 11 4 2 3 3 10 16
Jam 40.13 132.4767 73.21 51.92 26.6 24 9.00 19.93 20.20 20.53 60.80 41.07
2003
Hari 16 18 17 19 10 8 6 8 11 11 11 14
Jam 81.25 59.62 68.9 32.92 56.55 19.25 25.89 2.87 10.77 6.71 66.4 95.73
2004
Hari 26 16 20 13 16 11 10 1 7 5 21 25
Jam 82.78 59.76 97.98 103.6833 62.21 33.43 24.85 13.43 18.85 70.35 80.77 87.93
2005
Hari 17 22 20 21 16 13 11 6 9 18 19 19
Jam 56.27 83.83 67.35 71.31 45.04 67.35 19.67 8.00 10.08 9.90 30.78 69.55
2006
Hari 17 20 20 18 14 16 6 3 7 4 14 23
Jam 122.16 86.63 59.33 87.94 46.58 63.71 41.27 26.01 25.71 31.31 77.44 51.89
2007
Hari 22 22 20 25 15 20 14 13 10 16 17 18
Jam 49.62 66.91 83.24 70.08 29.73 37.09 36.41 28.08 41.09 35.45 84.78 121.77
2008
Hari 14 17 20 18 8 14 17 12 14 16 22 29
Jam 88 84.53 13.13 59.93 37.96 9.39 12.08 11.86 7.01 21.18 58.10 79.72
2009
Hari 20 17 5 16 17 7 6 7 5 12 17 17
Jam 13.67 158.50 106.04 96.26 61.03 66.22 62.49 50.34 64.17 51.05 89.70 205.25
2010
Hari 1 13 26 23 19 22 25 17 21 16 25 16
Jam 72.39 86.50 0.81 75.37 52.54 20.45 19.70 13.90 29.46 23.22 66.94 92.72
2011
Hari 22 19 1 20 15 11 8 11 11 15 24 26
Jam 73.02 88.84 99.92 67.06 38.50 44.79 34.61 19.02 10.28 28.12 47.33 78.59
2012
Hari 17 19 25 22 15 15 17 9 10 15 16 25
Jam 54.41 87.15 79.63 65.14 65.71 29.52 85.43 23.92 24.49 30.37 80.14 107.25
2013
Hari 25 20 21 20 17 11 15 14 14 17 22 26
Jam 83.44 38.09 80.13 50.38 46.53 62.30 28.63 25.13 8.89 9.92 73.17 105.54
2014
Hari 21 17 27 17 25 17 12 17 6 9 20 23
Jam 131.1917 77.02 125.6 95.24 38.6 36.03 9.8 15.88 2 14 34.75 40.65
2015
Hari 25 16 20 18 19 14 7 7 1 5 16 19
Jam 35.6 67.08 59.55 54.05 31.1 70 45.05 29.5 51 59 57.65 73.4
2016
Hari 15 23 26 19 15 16 20 7 15 23 21 20
LAMPIRAN B
PENENTUAN CURAH HUJAN RENCANA

Analisis curah hujan dapat dilakukan dengan beberapa metode,


diantaranya metode analisis frekuensi langsung (direct frecquency analysis).
Analisis ini dilakukan untuk menentukan curah hujan rencana berdasarkan data
curah hujan yang tersedia. Jika waktu pengukuran curah hujan lebih lama (jumlah
data banyak), hasil analisis semakin baik.
Data curah hujan yang digunakan adalah data dari Mine Dewatering Eng.
Department milik PT. Pamapersada Nusantara. Data yang ada diolah dengan
menggunakan Distribusi Gumbell. Sebelum dilakukan perhitungan, terlebih
dahulu tentukan curah hujan maksimum di setiap bulannya. Lalu kemudian
didapat dapat curah hujan maksimum pada tahun tersebut. Data curah hujan
maksimum tahun 2001-2016 bisa dilihat pada tabel B.1. Rumus untuk menghitung
curah hujan rencana adalah seperti di bawah ini.

Xt = X + k . S
k = (Yt – Yn) / Sn

Keterangan :
Xt = Curah hujan rencana (mm/hari)
k = Reduced variate factor
X = Curah hujan rata – rata (mm/hari)
Yt = Reduced variate
Yn = Reduced mean
S = Standart deviation
Sn = Reduced standart deviation

68
A. Periode Ulang dan Resiko Hidrologi
Penentuan periode ulang dan resiko hidrologi dihitung dengan
menggunakan rumus :
P  1  (1 1
 )
TL
t
Tt

Keterangan :
Pt = Resiko hidrologi (kemungkinan suatu kejadian akan terjadi minimal satu kali
pada periode ulang tertentu).
Tt = Periode ulang (dalam rancangan ini digunakan periode ulang 6 tahun).
TL = Umur tambang (11 tahun).

Contoh perhitungan :
Tt = 6 tahun

Pt = { 1 - ( 1 1 ) } x 100% = 86,54 %
11
- 6
(hasil perhitungan selanjutnya lihat Tabel B.2)

Tabel B.1 Resiko Hidrologi Pada Periode Ulang Berbeda

UMUR Periode Ulang Hujan


Risiko Hidrologi (%)
TAMBANG (Tahun)
11 1 100,00
11 2 99,95
11 3 98,84
11 4 95,78
11 5 91,41
11 6 86,54
11 7 81,65
11 8 76,98
11 9 72,63
11 10 68,62

B. Perhitungan Curah Hujan Rencana


Untuk menghitung curah hujan rencana, terlebih dahulu harus dicari
beberapa variabel, yaitu sebagai berikut :
Tabel B.2 Perhitungan Curah Hujan Rencana

1. Perhitungan Curah Hujan Harian Rata-rata

79 173  68  90,25  71,75  98 144 124  85,25 126,33  83,33 126,33 126,3  80,75 113,25
123,25
X= 16

= 107,1 mm/hari

2. Perhitungan Reduced Mean


Nilai reduced mean dapat diterapkan dengan menggunakan rumus :
n 1 m 
Yn = -log [-log ]
 
 n 1 
Keterangan :
n = jumlah sample
m = urutan sample (1,2,3,…)
Maka nilai Reduced Mean adalah :
(16+1)−14
Misal untuk m = 14 yaitu Yn = -log [-log { }] = 0,12
16+1
(Perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel B.2)
3. Perhitungan Reduced Mean Rata-rata ( Yn )

0.12 1,57 - 0,09  0,41 0,03  0,48 1,26  0,72  0,34 1,07  0,27  0,93  0,82  0,20  0,55 
Yn =
0,58
16

= 0,58

4. Perhitungan Standart Deviation (SD)


Nilai dari Standart Deviation dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

SD 
 X  X  n  1 2

Maka nilai Standart Deviation (SD) adalah :

SD 
X  X  n 1
2 13068,5
 29,51
16 1

5. Perhitungan Reduced Standart Deviation (Sn)


Nilai dari Reduced Standart Deviation dapat ditentukan dengan rumus sebagai
berikut :

 Y  Y 
2

Sn  nn
n 1
Maka nilai Reduced Standart Deviation adalah :

Sn 
Y  Y 
 nn
2
3,20
 16 1  0,46
n 1

C. Perhitungan Curah Hujan Rencana


Berdasarkan perhitungan data curah hujan di atas maka diperoleh :
Reduced mean rata-rata Yn = 0,58
Reduced standart deviation (Sn) = 0,46
Standart deviation (SD) = 29,51

Curah hujan rata-rata ( x ) = 107,1 mm/hari


1. Perhitungan Reduced Variate (Yt)
Nilai dari Reduced Variate dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
𝑇−1
𝑌𝑡 = − 𝑙𝑜𝑔 {− 𝑙𝑜𝑔 }
𝑇

Keterangan
:
T = Periode ulang (tahun)
Maka nilai Reduced Variate adalah :
T = 6 tahun
6−1
𝑌𝑡 = − 𝑙𝑜𝑔 {− 𝑙𝑜𝑔 } = 1,10
6

(Perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel B.3)


2. Perhitungan Faktor Reduced Variate (k)
Nilai dari Faktor Reduced Variate dapat ditentukan dengan rumus sebagai
berikut:

Yt
k = Yn
Sn
Maka nilai k adalah :
1,10  0,59
k = 0,46 = 1,11
(Perhitungan selanjutnya dapat di lihat pada Tabel B.3
3. Perhitungan Curah Hujan Harian Rencana
Untuk mengetahui besarnya curah hujan harian rencana dapat menggunakan
rumus sebagai berikut :

Xt = X + k . SD
Maka nilai curah hujan harian rencana adalah :
Xt = 107,1 + (1,11 . 29,52) = 139,96 mm/hari.
(Perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel B.3)
Tabel B.3 Curah Hujan Rencana pada Periode Ulang Berbeda
Periode Ulang Tahun 2 3 4 5 6
Reduce Variate (Yr) 0.52 0.75 0.90 1.01 1.10
Reduce Standard Deviation(Sn) 0.46 0.46 0.46 0.46 0.46
Faktor Reduced Variate (K) -0.14 0.36 0.69 0.92 1.11
Standard Deviation (Sd) 29.52 29.52 29.52 29.52 29.52
CH Rata-Rata (X) 107.05 107.05 107.05 107.05 107.05
CH Rencana Harian (Xt) Mm 102.92 117.79 127.31 134.35 139.96
LAMPIRAN C
PENENTUAN INTENSITAS CURAH HUJAN

Penentuan intensitas curah hujan dimaksudkan untuk mendapatkan kurva


durasi yang nantinya akan digunakan sebagai dasar perhitungan air limpasan di
daerah penelitian. Penentuan intensitas curah hujan dapat dilakukan dengan
beberapa metode, salah satunya dengan persamaan Monnonobe.
𝑅2 2/3
𝐼= 4
(24)
𝑡
24

Keterangan :
I = intensitas curah hujan (mm/jam)
T = waktu konsentrasi hujan (jam)
𝑅24 = Curah hujan rencana (mm)

𝑅24 = Rx + 𝑆
( 𝐷 ) ( Yt – Yn)
𝑆
𝑛

Keterangan :
Rx = Rata-rata curah hujan maksimum (107,1 mm/hari)
SD = Standar deviasi (29,52)
Sn = Standar deviasi reduksi (0,46)
Yt = Nilai reduksi varian (1,10)
Yn = Rata-rata reduksi (0,58)

𝑅24 = 107,1 + 29,52


( ) ( 1,10 – 0,58)
0,46

𝑅24 = 139,96 mm/jam


Besarnya curah hujan maksimum (curah hujan rencana) yang telah
ditentukan yaitu sebesar 139,96 mm. Rata-rata hujan rata-rata turun selama 2001-
2016 adalah 3,1 jam. Seperti pada Tabel C.1

Tabel C.1 Rata-rata Jam Hujan


No Rata-rata Jam Hujan
1 2001 2,45
2 2002 2,44
3 2003 3,00
4 2004 2,76
5 2005 3,58
6 2006 3,11
7 2007 3,29
8 2008 3,23
9 2009 2,81
10 2010 4,40
11 2011 2,67
12 2012 2,82
13 2013 3,24
14 2014 2,68
15 2015 2,10
16 2016 2,50
Rata-rata 3,1

Pada perhitungan intensitas curah hujan, dikonversikan dari curah hujan


harian menjadi jumlah curah hujan dalam satuan jam.Jadi besarnya intensitas
curah hujan dalam 3,1 jam adalah :

R  24 2 / 3
3,1
I   
24  t 

139,96  24
I  2/3

 
24  3,1

I  22,7 mm/jam
76
LAMPIRAN E
PERHITUNGAN DEBIT TOTAL AIR TAMBANG

1. Debit Air Limpasan


Perhitungan debit air limpasan dihitung dengan rumus rasional sebagai
berikut :
Q = 0,278 x C x I x A
Keterangan :
Q = debit air limpasan maksimum (m3/jam)
C = koefisien limpasan
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
A = Luas daerah tangkapan hujan (km2)
m3 /s = mm/jam x km2

= 3600 𝑥 1000000
0,001
m3 /s
m3 /s = 0,278

1. Debit Air Limpasan pada DTH Sump Ranu Pane sebagai berikut :
Luas daerah tangkapan hujan = 2,08 km2
Koefisein Limpasan = 0,9
Intensitas curah hujan = 22,7 mm/jam
Q = 0,278 x 0,9 x 22,7 mm/jam x 2,08 km2
= 11,81 m3/detik

2. Debit Air Limpasan pada DTH Sump Kuta sebagai berikut :


Luas daerah tangkapan hujan = 1,92 km2
Koefisein Limpasan = 0,9
Intensitas curah hujan = 22,7 mm/jam
Q = 0,278 x 0,9 x 22,7 mm/jam x 1,92 km2
= 10,90 m3/detik

3. Debit Air Limpasan pada DTH Sump Senggigi sebagai berikut :


Luas daerah tangkapan hujan = 1,12 km2

77
Koefisein Limpasan = 0,9
Intensitas curah hujan = 22,7 mm/jam
Q = 0,278 x 0,9 x
22,7 mm/jam x 1,12 km2
3
= 6,38 m /detik

2. Debit Air Hujan


Debit Air hujan dilakukan dengan menggunakan rumus rasional sebagai
berikut :
Qair hujan = (Luas DTH x Curah Hujan Rencana)

1. Debit Air Hujan pada DTH Sump Ranu Pane sebagai berikut :
Curah Hujan Rencana = 139,96 mm/hari
= 0,0058 m/jam
Luas DTH = 39.143m2
Qair hujan = CH x A
= 0,0058 x 39.143
= 0,063 m3/detik
2. Debit Air Hujan pada DTH Sump Kuta Pane sebagai berikut :
Curah Hujan Rencana = 139,96 mm/hari
= 0,0058 m/jam
Luas DTH = 24.910 m2
Qair hujan = CH x A
= 0,0058 x 24.910
= 0,040 m3/detik
3. Debit Air Hujan pada DTH Sump Senggigi sebagai berikut :
Curah Hujan Rencana = 139,96 mm/hari
= 0,0058 m/jam
Luas DTH = 36.132 m2
Qair hujan = CH x A
= 0,0058 x 36.132
= 0,058 m3/detik
3. Debit Total Air Tambang
Debit total air yang masuk kedalam tambang adalah :
Qair tambang = (Qlimpasan + Qair hujan)

1. Debit Air Tambang pada DTH Sump Ranu Pane sebagai berikut :
Qlimpasan = 11,81 m3/detik
Qair hujan = 0,063 m3/detik
Qair tambang = ( 11,81 m3/detik + 0,063 m3/detik )
= 11,873 m3/detik
= 42.742 m3/jam

2. Debit Air Tambang pada DTH Sump Kuta sebagai berikut :


Qlimpasan = 10,90 m3/detik
Qair hujan = 0,040 m3/detik
Qair tambang = ( 10,90 m3/detik + 0,040 m3/detik )
= 10,94 m3/detik
= 39.384 m3/jam

3. Debit Air Tambang pada DTH Sump Senggigi sebagai berikut :


Qlimpasan = 6,38 m3/detik
Qair hujan = 0,058 m3/detik
Qair tambang = ( 6,38 m3/detik + 0,058 m3/detik )
= 6,438 m3/detik
= 23.176 m3/jam
LAMPIRAN F
PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN TERBUKA

Penentuan dimensi penampang saluran penyaliran dapat dihitung


berdasarkan rumus Manning, yaitu :
Q = A . 1/n . S 1/2 . R 2/3
Keterangan :
Q = Debit pengaliran (m3/detik)
A = Luas penampang basah (m2)
S = Kemiringan dasar saluran (%)
R = Jari-jari hidrolis (m)
n = Koefisien kekasaran dinding saluran menurut Manning.
Untuk nilai n dalam perhitungan ini digunakan 0,030

Tabel F.1 Harga Koefisien dinding saluran


Tipe dinding saluran n
Semen 0,010-0,014
Beton 0,011-0,016
Bata 0,012-0,020
Besi 0,013-0,017
Tanah 0,020-0,030
Gravel 0,022-0,035
Tanah yang ditanami 0,025-0,040

Dalam menentukan dimensi saluran bentuk trapesium dengan luas


maksimum hidrolis, luas penampang basah saluran (A), jari-jari hidrolik (R),
kedalaman aliran (d), lebar dasar saluran (b), penampang sisi saluran dari dasar
kepermukaan (a), lebar permukaan saluran (B), dan kemiringan dinding saluran
(m), mempunyai hubungan yang dapat dinyatakan sebagai berikut :
A = d3√3
R = 0,5 . d
B = b + 2m . d

B = 2 ( √𝑧 2 + 1 − 𝑧 )
da = h / sin 600

Gambar F.1. Penampang Saluran Penyaliran

penambahan tinggi jagaan adalah 20% dari d. Perhitungan saluran terbuka dengan
luas optimum menggunakan kemiringan 60o yaitu :
z = Cotg 
= Cotg 600
= 0,58
Sedangkan kemiringan dasar saluran menurut Pfleider E.P (Surface Mining)
umumnya adalah (S) = 0,25 – 0,5 % hal tersebut ditentukan dengan pertimbangan
bahwa suatu aliran dapat mengalir secara alamiah yang merupakan syarat agar
tidak terjadi erosi pada dinding saluran serta pendangkalan saluran karena
endapan partikel padatan.
1. Saluran Terbuka 1 (ST1)
Saluran I berada pada area Low Wall Timur dengan Debit berasal dari DTH
Saluran terbuka 1 yang berada diatas DTH Sump Kuta (Q = 1,42 m3/detik) dan
Outlet pemompaan dari Sump Kuta (Q = 0,28 m3/detik) sehingga total debit pada
Saluran Terbuka 1 sebesar 1,70 m3/detik, saluran ini berfungsi untuk mencegah
agar air tidak masuk ke dalam tambang maupun ke Sump Kuta. Dinding saluran
terbuka 1 tidak dilakukan penyemenan, sehingga koefisien (n) yang digunakan
yaitu 0,030. Rumus Manning :
Q = 1/n . A . S1/2 . R2/3
Q = 1/0,03 x (d3√3) x (0,00251/2) x (0,5
d)2/3 1,70 = 33,33 x 1,73 x 0,05 x 0,6299 x
8/3
d
1,70 = 1,816 x d8/3
d8/3 = (1,70 / 1,816)
d8/3 = 0,94
d = 0,98 m, besarnya tinggi jagaan adalah 20 % dari 0,98 m, sehingga
h = 1,17 m
Bila harga m = Cotg 600 = 0,58

b = 2 ( √𝑧 2 + 1 − 𝑧 ) 0,98
= 1,48 m
A = 1,73 x (0,97)²
= 1,64 m
B = 1,48 + (2 x 0,58 x 0,98)
= 2,6 m
a = 1,17 / sin 600
= 1,35 m

Maka dimensi Saluran :


Kemiringan dinding saluran (α) = 60°
Kedalaman air (d) = 0,98 m
Kedalaman saluran (h) = 1,17 m
Lebar dasar saluran (b) = 1,48 m
Lebar permukaan (B) = 2,6 m
Panjang sisi luar saluran (a) = 1,35 m
2. Saluran Terbuka 2 (ST2)
Saluran terbuka 2 terdapat area High Wall timur yang nantinya akan
menyambung pada Saluran Terbuka 3, Sumber air limpasan hujan berada pada
area atas dari saluran terbuka tersebut. Saluran terbuka 2 berfungsi untuk
mengalirkan air limpasan hujan agar tidak masuk ke bukaan tambang khususnya
agar tidak masuk ke Sump Senggigi, koefisien (n) yang digunakan yaitu 0,030. (Q
= 1,99 m3/detik)
Rumus Manning :
Q = 1/n . A . S1/2 . R2/3
Q = 1/0,03 x (d3√3) x (0,00251/2) x (0,5
d)2/3 1,99 = 33,33 x 1,73 x 0,05 x 0,6299 x
d8/3
1,99 = 1,816 x d8/3
d8/3 = (1,99 / 1,816)
8/3
d = 1,09
d = 1,03 m, besarnya tinggi jagaan adalah 20 % dari 1,03 m, sehingga
h = 1,24 m
Bila harga z = Cotg 600 = 0,58

b = 2 ( √𝑧 2 + 1 − 𝑧 ) 1,03
= 1,55 m
A = 1,73 x (1,03)²
= 1,85 m2
B = 1,55 + (2 x 0,58 x 1,03)
= 2,74 m
a = 1,24 / sin 600
= 1,43 m

Maka dimensi Saluran :


Kemiringan dinding saluran (α) = 60°
Kedalaman air (d) = 1,03 m
Kedalaman saluran (h) = 1,24 m
Lebar dasar saluran (b) = 1,55 m
Lebar permukaan (B) = 2,74 m
Panjang sisi luar saluran (a) = 1,43 m
3. Saluran Terbuka 3 (ST3)
Saluran terbuka 3 berada di bagian utara dari saluran terbuka 2, dan nantinya
saluran ini akan bertemu dan akhirnya bermuara ke Sump Parangtritis. Saluran
terbuka 3 berfungsi untuk mengalirkan air limpasan agar tidak masuk ke area
bukaan tambang dan Sump Senggigi. Dinding saluran terbuka 3 tidak dilakukan
penyemenan, sehingga koefisien (n) yang digunakan yaitu 0,030.
ST 3 (Q = 2,04 m3/detik)
Rumus Manning :
Q = 1/n . A . S1/2 . R2/3
Q = 1/0,03 x (d3√3) x (0,00251/2) x (0,5 d)2/3
2,04 = 33,33 x 1,73 x 0,05 x 0,6299 x d8/3
2,04 = 2,542 x d8/3
d8/3 = (2,04 / 1,816)
d8/3 = 1,12
d = 1,04 m, besarnya tinggi jagaan adalah 20 % dari 1,04 m, sehingga
h = 1,25 m
Bila harga z = Cotg 600 = 0,58

b = 2 ( √𝑧 2 + 1 − 𝑧 ) 1,04
= 1,57 m
A = 1,73 x (1,04)²
= 1,89 m
B = 1,57 + (2 x 0,58 x 1,04)
= 2,77 m
a = 1,25 / sin 600
= 1,44 m
Maka dimensi Saluran :

Kemiringan dinding saluran (α) = 60°


Kedalaman air (d) = 1,04 m
Kedalaman saluran (h) = 1,25 m
Lebar dasar saluran (b) = 1,57 m
Lebar permukaan (B) = 2,77 m
Panjang sisi luar saluran (a) = 1,44 m
LAMPIRAN G
PENGUKURAN DEBIT AKTUAL DAN HEAD POMPA

G.1. Debit Aktual


Berikut adalah tabel pengukuran debit aktual pada Sump Kuta, Sump Ranu
Pane, dan Sump Senggigi yang berada pada area penambangan Pit Tutupan, PT.
Pamapersada Nusantara Jobsite Adaro (Sumber:Mine Dewatering Dept. Pit Service)

Tabel G.1 Tabel Debit Pompa Aktual

Ranu Pane Kuta Senggigi


Date&Sump
(lt/sec) (lt/sec) (lt/sec)

1-Jan-2017 166,67
2-Jan-2017
3-Jan-2017 166,67
4-Jan-2017 166,67
5-Jan-2017 166,67 166,67 152,46
6-Jan-2017 166,67 166,67 149,17
7-Jan-2017 166,67
8-Jan-2017 163,33 159,17
9-Jan-2017 166,67 166,67 166,67
10-Jan-2017 166,67 166.67
11-Jan-2017 166,67 166,67
12-Jan-2017 162,11
13-Jan-2017 166,67 166,67 166,67
14-Jan-2017 166.67 149,17
15-Jan-2017
16-Jan-2017 166,67 166,67
17-Jan-2017 166,79 164,81 166,67
18-Jan-2017 160,00 160,00 160,00
19-Jan-2017 160,00 154,19
20-Jan-2017 160,00 160,00
21-Jan-2017
22-Jan-2017 124,22
23-Jan-2017 160,00
24-Jan-2017 160,00 160,00
25-Jan-2017 160,00 160,00
26-Jan-2017 160,00 160,00 160,00
Lanjutan tabel G.1
Ranu Pane Kuta Senggigi
Date&Sump
(lt/sec) (lt/sec) (lt/sec)
27-Jan-2017 160,00 160,00 160,00
28-Jan-2017 146,00 83,33 160,00
29-Jan-2017 166,67 166,67 141,39
30-Jan-2017 166,67 166,67 152,62
31-Jan-2017
1-Feb-2017 160,00
2-Feb-2017 160,00
3-Feb-2017
4-Feb-2017 179,44
5-Feb-2017 179,44
6-Feb-2017
8-Feb-2017
9-Feb-2017
10-Feb-2017
11-Feb-2017
12-Feb-2017
13-Feb-2017 165,56
14-Feb-2017 163,94
15-Feb-2017 162,22 160,00 146,14
16-Feb-2017 163,77 164,28 151,17
17-Feb-2017 160,00 160,00 145,83
18-Feb-2017 164,39 160,13
19-Feb-2017 0,00 166,67 146,14
20-Feb-2017 165,61 165,52 151,17
21-Feb-2017 163,93 145,83
22-Feb-2017 166,67 166,67
23-Feb-2017 155,45
24-Feb-2017 160,00 155,45
25-Feb-2017 160,46 160,00 160,63
26-Feb-2017 160,35 166,67 160,00
27-Feb-2017
28-Feb-2017
1-Mar-2017 160,00 160,00 146,14
2-Mar-2017 166,67 166,67 151,17
3-Mar-2017 179,44 179,44 145,83
4-Mar-2017 159,87 163,97 163,77
5-Mar-2017 159,87 163,97 163,77
6-Mar-2017 166,67 162,90 161,88
7-Mar-2017 171,13 143,00
8-Mar-2017 170,69 170,83 162,96
9-Mar-2017 162,02 141,39
Lanjutan tabel G.1
Ranu Pane Kuta Senggigi
Date&Sump
(lt/sec) (lt/sec) (lt/sec)
10-Mar-2017 152,62
11-Mar-2017 166,13
12-Mar-2017 151,67 160,00 169,72
13-Mar-2017 156,56 161,61 141,39
14-Mar-2017 156,56 161,61 152,62
15-Mar-2017
Rata2(lt/sec) 160,23 141,54 156,24
Rata2(lt/jam) 576835,741 509530,44 562481,3
Rata2 (m3) 576,835741 509,53 562,4813

Pada kondisi aktual pompa yang bekerja di Sump Kuta sebanyak 2 unit
Multiflow MFV-420 B WP 153 dan WP 325 dengan kapasitas pompa sebesar
582,32 m3/jam (Tabel G.1) , pada Sump Senggigi bekerja 1 unit Multiflow MFV-
420 EX WP 740 dengan kapasitas pompa 562,48 m3/jam dan pada Sump Ranu
Pane terdapat 3 unit Multiflow MFV-420 E WP 443, WP 421 dan WP 613 dengan
kapasitas 576,83 m3/jam (Tabel G.1).

G.2. Head Pompa


Pompa berfungsi untuk mengeluarkan air dari Sump. Hal yang harus
diperhatikan dalam perhitungan pompa adalah julang (head). Dalam pemompaan
dikenal istilah julang (head), yaitu kemampuan pompa untuk mengalirkan
sejumlah air dengan jarak tertentu. Head total pompa untuk mengalirkan sejumlah
air seperti yang direncanakan dapat ditentukan dari kondisi instalasi yang akan
dilayani oleh pompa tersebut, sehingga julang total pompa dapat dituliskan
sebagai berikut :
1. Sump Ranu Pane
Berikut perhitungan head pada Sump Ranu Pane ( main pump to staging dan
staging to outlet):
Multiflow MFV-420 E WP 443, WP 421 dan WP 613 ( main pump to staging)
untuk pipa HDPE 12 inchi dan 3 unit Warman 8/6 AH WP 695, WP 688, dan WP
715 ( staging to outlet) untuk pipa HDPE 12 inchi
Elevasi pada sump ( m) = -32 m
Elevasi pada staging ( m) = 48 m
Elevasi pada sisi outlet ( m) = 98 m
Diameter pipa 12 inci = 0,305 m
Diameter pipa 10 inci = 0,254 m
Panjang pipa(main pump to staging) = 291 m
Panjang pipa(staging to outlet) = 672 m
Jumlah Belokan(main pump to staging) = 4 Belokan (30°)
Jumlah Belokan(staging to outlet) = 5 Belokan (30°)
1.1 Debit Pompa Multiflow MFV-420 E = 0,160 m3/s
Pada pipa HPDE diameter 12 inci (main pump-staging) :
a. Kecepatan aliran air dalam pipa

(Q)
V A

0,160
V
1
4
  d 2

0,160
V  1  3,14  0,3052
4

V = 2,19 m/detik
b. Head gesekan
 LV 2 
h f 1   
 2Dg 

Terlebih dahulu dicari nilai koefisien gesek (f) dengan persamaan :


λ = 0,020 + 0,0005/D
= 0,020 + 0,0005/0,305
= 0,0152
Besarnya head gesekan adalah
291 × 2,192
ℎ𝑓1 = 0,0152 ( )
2 × 0,305 × 9,81
hf1 = 3,55 m
c. Head belokan
Pada pipa dengan diameter 12 inci terdapat 4 belokan, sehingga:
V2
hf 2  f 2 
2g
 
Terlebih dahulu dicari nilai koefisien belokan (f2) dengan persamaan

f 2  0,131  1,847 D  x  


3,5 0,5

 90
2R      

R = jari-jari lengkung belokan (m)
D
R
tan 21 ( )
a. nilai h f 2 untuk 300

0,305
R  tan 1 (30°)  1,03
2

  0,305
3,5  30 0,5

f2  0,131 1,847 x 90 
 2
1,03
   

 2,192 
f2 = 0,1319
sehingga, hf 2 
0,1319 2  9,81
 
hf2 = 0,1319 ( 0,207)
hf2 = 0,0036 m x 4 belokan = 0,0638 m
d. Head kecepatan
V2
hf 3  
2g
 
h f 3   2,02 
2

2  9,81
 
hf3 = 0,245 m

e. Head katup isap


hf4 = kerugian pada katup isap x hf3
=1,76 x 0,245 = 0,4507 m
f. Head statis
hf5 = h2 – h1 = 48 - (- 32 ) = 80 m
Head total pada pipa 10 inci (main pump-staging)

= hf 1  hf 2  hf 3  hf 4  hf 5
= (3,55+ 0,063+0,245 +0,4507 + 80 )m
= 104,32 m

1.2 Debit Pompa Warman 8/6 AH (Q) = 0,160 m3/s


Pada pipa HPDE diameter 10 inci (staging- outlet) :
1.Kecepatan aliran air dalam pipa

(Q)
V A
0,160
V
1
4
  d 2

0,160
V  1  3,14  0,2542
4

V = 3,16 m/detik
2.Head gesekan
 LV 2 
h f1   
 2Dg 

Terlebih dahulu dicari nilai koefisien gesek (f) dengan persamaan :


λ = 0,020 + 0,0005/D
= 0,020 + 0,0005/0,254
= 0,0158
Besarnya head gesekan adalah
672 × 3,162
ℎ𝑓1 = 0,0158 ( )
2 × 0,254 × 9,81
hf1 = 21,32 m

3.Head belokan
Pada pipa dengan diameter 10 inci terdapat 5 belokan, sehingga:
V2
hf 2  f 2 
2g
 
Terlebih dahulu dicari nilai koefisien belokan (f2) dengan persamaan
  D  x  
3,5 0,5
f 2  0,131  1,847
 90
2R      

R = jari-jari lengkung belokan (m)
D
R
tan 12 ( )

a. nilai hf 2
untuk 300

0,254
R  tan 1 (20°)  1,57
2

  0,254
3,5  20 0,5

f2  0,131 1,847  x90 
 2
1,57     
f2 = 0,13115
sehingga, h   3,162 
f2

0,13115 2  9,81
 
hf2 = 0,0271 m x 5 belokan
= 0,194 m
4.Head kecepatan
V2
hf 3  
2g
 
h f 3   3,16 
2

2  9,81
 
hf3 = 0,509 m

5. Head katup isap


hf4 = kerugian pada katup isap x hf3
=1,76 x 0,509 = 0,937 m
6. Head statis
hf5 = h2 – h1 = 98- (48 ) = 50 m
Head total pada pipa 10 inci (staging-outlet)
= hf 1  hf 2  hf 3  hf 4  hf 5

= (21,32+0,194+0,509+ 0,937 + 50)m


= 62,96 m
Sehingga total head untuk pemompaan pada Sump Ranu Pane
= ( 104,32+62,96 ) m = 167,28 m

2. Sump Kuta
Pada Sump Kuta terdapat 2 unit Multiflow MFV-420 B WP 153 dan WP 325
( main pump to outlet). Berikut perhitungan head total pada Sump Kuta:
Elevasi pada sump ( m) = 48 m
Elevasi pada sisi outlet ( m) = 126 m
Diameter pipa 12 inci = 0,305 m
Panjang pipa(main pump-outlet) = 532 m
Jumlah Belokan(main pump-outlet) = 5 Belokan (70°)

2.1 Debit Pompa Multiflow MFV-420 B = 0,141 m3/s


Pada pipa HPDE diameter 12 inci (main pump-outlet) :
a. Kecepatan aliran air dalam pipa

(Q)
V A
0,141
V
1
4
  d 2

0,141
V  1  3,14  0,3052
4

V = 1,93 m/detik

b. Head gesekan
 LV 2 
h f1   
 2Dg 

Terlebih dahulu dicari nilai koefisien gesek (f) dengan persamaan :


λ = 0,020 + 0,0005/D
= 0,020 + 0,0005/0,305
= 0,0152
Besarnya head gesekan adalah
532 × 1,932
ℎ𝑓1 = 0,0152 ( )
2 × 0,305 × 9,81
hf1 = 5,06 m

c. Head belokan
Pada pipa dengan diameter 12 inci terdapat 5 belokan, sehingga:
V2
hf 2  f 2 
2g
 
Terlebih dahulu dicari nilai koefisien belokan (f2) dengan persamaan

  D  x  
3,5 0,5
f 2  0,131  1,847
 90
2R      

R = jari-jari lengkung belokan (m)
D
R
tan 21 ( )

a. nilai hf 2
untuk 700

0,305
R  tan 1 (30°)  1,03
2

  0,305
3,5  30 0,5

f2  0,131 1,847  x90 
 2 1,03
     
f2 = 0,1157
sehingga, h   1,932 
f2

 
hf2 = 0,1157 ( 0,207)
hf2 = 0,1157 m x 5 belokan = 0,1102 m
d. Head kecepatan
V2
hf 3  
2g
 
h f 3   1,93 
2

2  9,81
 
hf3 = 0,1905 m

e. Head katup isap


hf4 = kerugian pada katup isap x hf3
=1,76 x 0,1905 = 0,3505 m
f. Head statis
hf5 = h2 – h1 = 48- (- 126 ) = 78 m
Head total pada pipa 12 inci (main pump-outlet)

= hf 1  hf 2  hf 3  hf 4  hf 5

= (5,06+ 0,1102+0,1905+0,3505 + 78 )m
= 83,71 m
3. Sump Senggigi
Berikut perhitungan head pada Sump Senggigi ( main pump to staging dan
staging to outlet):
Multiflow MFV-420 EX WP 740 ( main pump to staging) untuk pipa HDPE 12
inchi dan 1 unit Warman 8/6 AH WP 693 ( staging to outlet) untuk pipa HDPE 10
inchi
Elevasi pada sump ( m) = 14 m
Elevasi pada staging ( m) = 48 m
Elevasi pada sisi outlet ( m) = 99 m
Diameter pipa 12 inci = 0,305 m
Diameter pipa 10 inci = 0,254 m
Panjang pipa(main pump-staging) = 786 m
Panjang pipa(staging to outlet) = 405 m
Jumlah Belokan(main pump-staging) = 3 Belokan (90°)
Jumlah Belokan(staging to outlet) = 3 Belokan (30°)
3.1 Debit Pompa Multiflow MFV-420 E = 0,156 m3/s
Pada pipa HPDE diameter 12 inci (main pump-staging) :
a. Kecepatan aliran air dalam pipa

(Q)
V A
0,156
V
1
4
  d 2

0,156
V  1  3,14  0,3052
4

V = 2,14 m/detik
b. Head gesekan
 LV 2 
h f1   
 2Dg

Terlebih dahulu dicari nilai koefisien gesek (f) dengan persamaan :


λ = 0,020 + 0,0005/D
= 0,020 + 0,0005/0,305
= 0,0152
Besarnya head gesekan adalah
786 × 2,142
ℎ𝑓1 = 0,0152 ( )
2 × 0,305 × 9,81
hf1 = 9,15 m

c. Head belokan
Pada pipa dengan diameter 12 inci terdapat 3 belokan, sehingga:
V2
hf 2  f 2 
2g
 
Terlebih dahulu dicari nilai koefisien belokan (f2) dengan persamaan

  D  x  
3,5 0,5
f 2  0,131  1,847
 90
2R      

R = jari-jari lengkung belokan (m)
D
R
tan 21 ( )

a. nilai
hf 2 untuk 900

0,305
2
tan 1 (30°)
R
 1,03
  0,305
3,5  30 0,5

f2  0,131 1,847  x90 
 2 1,03
     
f2 = 0,1319
sehingga, h   2,142 
f2

0,1319 2  9,81
 
hf2 = 0,1319 ( 0,207)
hf2 = 0,0252 x 3 = 0,0917 m
d. Head kecepatan
V2
hf 3  
2g
 
h f 3   2,14 
2

2  9,81
 
hf3 = 0,232 m
e. Head katup isap
hf4 = kerugian pada katup isap x hf3
=1,76 x 0,232 = 0,429 m
f. Head statis
hf5 = h2 – h1 = 48-14 = 34 m
Head total pada pipa 12 inci (main pump-staging)

= hf 1  hf 2  hf 3  hf 4  hf 5

= (9,15+ 0,0917+0,232+0,429 + 34 )m
= 43,91 m

3.2. Debit Pompa Warman 8/6 AH (Q) = 0,156 m3/s


Pada pipa HPDE diameter 10 inci (staging- outlet) :
a. Kecepatan aliran air dalam pipa

97
(Q)
V A
0,156
V
1
4
  d 2

97
0,156
V  1  3,14  0,2542
4

V = 3,08 m/detik
b. Head gesekan
 LV 2 
h f1   
 2Dg 

Terlebih dahulu dicari nilai koefisien gesek (f) dengan persamaan :


λ = 0,020 + 0,0005/D
= 0,020 + 0,0005/0,254
= 0,0158
Besarnya head gesekan adalah
 405  3,082 
hf 1  0,0158 2  0,254  9,81
 
hf1 = 13,71 m

c. Head belokan
Pada pipa dengan diameter 10 inci terdapat 3 belokan, sehingga:
V2
hf 2  f 2 
2g
 
Terlebih dahulu dicari nilai koefisien belokan (f2) dengan persamaan

 3,5
 0,5
f 2  0,131  1,847 D  x  
 90
2R      

R = jari-jari lengkung belokan (m)
D
R
tan 21 ( )

a. nilai hf 2 untuk 300

0,254
R  tan 1  3,16
2
(30°)

98
  0,254
3,5  10 0,5

f2  0,131 1,847 x 90 
 2
3,16    


 2,02 2 
f2 = 0,13101
sehingga, h f 2 
0,13101 2  9,81
 
hf2 = 0,0369 m x 3 belokan = 0,1109 m
d. Head kecepatan
V 2 
h f3  
 2g 
h f 3   3,04 
2

2  9,81
 
hf3 = 0,484 m

e. Head katup isap


hf4 = kerugian pada katup isap x hf3
=1,76 x 0,484 = 0,892 m
f. Head statis
hf5 = h2 – h1 = 99 - (48) = 51 m
Head total pada pipa 10 inci (staging-outlet)

= hf 1  hf 2  hf 3  hf 4  hf 5

= (3,08+0,1109+0,484+0,892+51)m
= 67,2 m
Sehingga total head untuk pemompaan pada Sump Senggigi
= ( 43,91+67,2 ) m = 111,1 m
LAMPIRAN H
MEMAKSIMALKAN EFISIENSI POMPA

H.1. Efisiensi Sump Ranu pane


Tabel H.1 Grafik Pompa Multiflo 420 E

Setelah mendapatkan nilai julang total maka selanjutnya adalah


memasukkan nilai tersebut kedalam grafik dari spesifikasi pompa merk Multiflo
420 E dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Plotkan julang total yang didapatkan dari perhitungan yakni head pada angka
104,32 m dan debit aktual 576 m3/jam
2. Selanjutnya adalah menarik garis dari titik julang total ke garis warna merah
yaitu putaran impeler 1280 rpm. Dari titik perpotongan tadi di tarik garis ke
bawah dimana garis kebawah sebagai penunjuk debit yang dihasilkan
3. Pada grafik tersebut dapat dilakukan peningkatan RPM dari 1220 menjadi
1280 sehingga didapatkan kenaikan debit dari 0,153 m 3/s menjadi 0,190 m3/s
(Q=740 m3/jam)

Tabel H.2 Grafik Pompa Warman 8/6 AH


Setelah mendapatkan nilai julang total maka selanjutnya adalah
memasukkan nilai tersebut kedalam grafik dari spesifikasi pompa merk Warman
8/6 AH dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Plotkan julang total yang didapatkan dari perhitungan yakni head total pada
angka 62,96 m dan debit aktual pada angka 0,125 m3/s sehingga didapat nilai
Rpm sebesar 1205
2. Putaran impeler dapat ditingkatkan sampai batas nilai efisiensi yaitu 72%
sehingga putaran impeller didapat angka 1240 rpm. Dari titik perpotongan tadi
di tarik garis ke bawah dimana garis kebawah sebagai penunjuk debit dan
didapatkan debit sebesar 0,170 m3/s (Q=612 m3/jam)

H.2. Efisiensi Sump Kuta


Tabel H.3 Grafik Pompa Multiflo 420 B
Setelah mendapatkan nilai julang total maka selanjutnya adalah
memasukkan nilai tersebut kedalam grafik dari spesifikasi pompa merk Multiflo
420 B dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Plotkan julang total yang didapatkan dari perhitungan yakni total head
sebesar 83,71 m kemudian debit aktual sebesar 508 m3/jam.
2. Selanjutnya menarik garis dari titik julang total dan di sambungkan dengan
garis debit sehingga bertemu pada titik putaran impeler sebesar 920 rpm.
3. Putaran impeler sebesar 920 rpm dapat ditingkatkan menjadi 985 rpm
sehingga didapat debit sebesar 684 m3/jam.

H.3. Efisiensi Sump Senggigi


Tabel H.4 Grafik Pompa Multiflo 420 EX

Setelah mendapatkan nilai julang total maka selanjutnya adalah


memasukkan nilai tersebut kedalam grafik dari spesifikasi pompa merk Multiflo
420 EX dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Plotkan julang total yang didapatkan dari perhitungan yakni head total
sebesar 43,91 m dan debit aktual sebesar 562 m3/jam
2. Selanjutnya adalah menarik garis dari titik julang total ke garis warna
merah yaitu putaran impeler 890 rpm. Dari titik perpotongan tadi di tarik
garis ke bawah dimana garis kebawah sebagai penunjuk debit yang
digunakan.
3. Didapatkan bahwa efisiensi pada pemompaan sudah mencapai efisiensi
maksimal sehingga pemompaan tidak dapat ditingkatkan lagi.

Tabel H.5 Grafik Pompa Warman 8/6 AH


Setelah mendapatkan nilai julang total maka selanjutnya adalah
memasukkan nilai tersebut kedalam grafik dari spesifikasi pompa merk Warman
8/6 AH dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Plotkan julang total yang didapatkan dari perhitungan yaitu pada angka
562 m3/jam (156 L/s) pada debit dan 67,2 m pada head total
2. Selanjutnya adalah menarik garis dari titik tersebut dan didapatkan
perpotongan yaitu putaran impeler 1210 rpm, sebenarnya debit
pemompaan masih bisa ditingkatkan karena efisiensi maksimal berada
pada efisiensi 72% sedangkan kondisi aktual baru mencapai 66% namun
karena pompa primer sudah maksimal maka pemompaan tidak dapat
ditingkatkan.
LAMPIRAN I
SPESIFIKASI POMPA

Pada sistem pemompaan yang dilakukan oleh PT. Pamapersada Nusantara


digunakan berbagai tipe pompa antaralain :

1. Spesifikasi pompa MFV 420 E yang digunakan :

Gambar I.1 Spesifikasi pompa MFV 420 E


Merk Pompa : Multiflo
Model : 420 E
Jenis pompa : Impeller Pumps
Rpm Maksimum 1400
Rpm Minimum 900
Kapasitas maksimum : 220 L/detik
Julang Total Maksimum : 150 m

2. Spesifikasi pompa MFV 420 B yang digunakan :


Engine Model : Caterpillar 3412 Ditta
Bare Shaft Pump Model : Warman 8/6 Ff-Hx
Bare Shaft Pump Serial Number: Sy73023
Bare Shaft Pump Material : A49 (C26 Impeller)
Bare Shaft Pump Gland Sealing: Gland Packed
Bare Shaft Pump Auto Greasing Unit: Pico Beka Max
Transmission Model : Twin Disc Mg5202sc
Transmission Element No : Sae-1
Transmission Ratio : 1.53:1
Drive Coupling : F180
Drive Belts : Vb2030spz X 2
Transmission Oil Cooler Model: Diecon 125450
Merk Pompa : Multiflo
Model : 420 B
Jenis pompa : Impeller Pumps
Rpm Maksimum 1200
Rpm Minimum 700
Kapasitas maksimum : 190 L/detik
Julang Total Maksimum : 150 m

3. Spesifikasi pompa Warman 8/6 AH yang digunakan :


Tabel I.1 Spesifikasi Pompa Warman 8/6 AH
Pump Size : 8/6
Type : AH
Efisiensi Maksimum : 72 %
Jenis pompa : Impeller Pumps
Rpm Maksimum : 1300
Rpm Minimum : 500
Julang Total Maksimum : 80 m

4. Spesifikasi pompa MFV 420 EX yang digunakan :

Gambar I.2 Spesifikasi Pompa MFV 420 EX

Merk Pompa : Multiflo


Model : 420 EX
Jenis pompa : Impeller Pumps
Rpm Maksimum 1700
Rpm Minimum 900
Kapasitas maksimum : 190 L/detik
Julang Total Maksimum : 220 m
LAMPIRAN J
VOLUME DAN DIMENSI
SUMP

J.1 Sump Ranu Pane

Tabel J.1 Penentuan Volume Sump Ranu Pane


I t C A V air V pompa
Selisih
mm/jam jam km2 m3 m3
22.72 1 0.9 2.08 42.53184 1.872 40.659
14.32 2 0.9 2.08 53.61408 3.744 49.870
10.92 3 0.9 2.08 61.32672 5.616 55.710
9.02 4 0.9 2.08 67.54176 7.488 60.053
7.77 5 0.9 2.08 72.7272 9.36 63.367
6.88 6 0.9 2.08 77.27616 11.232 66.044
6.21 7 0.9 2.08 81.37584 13.104 68.271
3.08 20 0.9 2.08 115.3152 37.44 77.875
2.99 21 0.9 2.08 117.5429 39.312 78.230
2.89 22 0.9 2.08 119.0218 41.184 77.837
2.81 23 0.9 2.08 120.9874 43.056 77.931
2.73 24 0.9 2.08 122.6534 44.928 77.725
2.66 25 0.9 2.08 124.488 46.8 77.688
2.59 26 0.9 2.08 126.0605 48.672 77.388
2.52 27 0.9 2.08 127.3709 50.544 76.826
2.46 28 0.9 2.08 128.9434 52.416 76.527
2.41 29 0.9 2.08 130.8341 54.288 76.546
2.35 30 0.9 2.08 131.976 56.16 75.816
2.21 33 0.9 2.08 136.525 61.776 74.749
2.17 34 0.9 2.08 138.1162 63.648 74.468
2.12 35 0.9 2.08 138.9024 65.52 73.382
2.08 36 0.9 2.08 140.1754 67.392 72.783
2.05 37 0.9 2.08 141.9912 69.264 72.727
2.01 38 0.9 2.08 142.9834 71.136 71.847
1.98 39 0.9 2.08 144.5558 73.008 71.547
1.94 40 0.9 2.08 145.2672 74.88 70.387
1.91 41 0.9 2.08 146.5963 76.752 69.844
1.88 42 0.9 2.08 147.8131 78.624 69.189
Volume Air (m³)
300000.00
250000.00
200000.00
150000.00
100000.00
50000.00
0.00

1 10 19 28 37 46 55 64 73 82 91 100 109 118 127 136 145


Waktu Pemompaan (Jam)

Vol. Air Vol. Pemompaan

Gambar J.1 Grafik penentuan volume Sump Ranu Pane


Selisih terbesar antara debit air tambang dan debit pemompaan merupakan
volume sumuran yang harus dibuat. Dari grafik diatas diketahui volume sumuran
yang diperlukan adalah 77.931 m3 sedangkan volume yang tersedia sekarang
hanya
63.150 m3
Dengan ukuran panjang dan lebar yang sudah ada dilapangan(lebar 108 m,
panjang 257 m), dan dengan melihat kemampuan alat gali maka
direkomendasikan dimensi Sump sebagai berikut :
a) Panjang atas (P1) = 240 m
b) Panjang bawah (P2) = 120 m
c) Lebar atas (L1) = 108 m
d) Lebar bawah (L2) = 45 m
e) Tinggi sumuran =5m
f) Volume sumuran = [(240 x 108)+(120 x 45)] x (½ x 5)
= 78.300 m3
240 m
108 m

5m

45 m

120 m
Gambar J.2 Rekomendasi Volume Sump Ranu Pane
J.2 Sump Kuta

Tabel J.2 Penentuan Volume Sump Kuta


I t C A V air V pompa Selisih
mm/jam jam km2 m3 m3
22.72 1 0.9 1.92 39298.39 1019 38.279
14.32 2 0.9 1.92 49512.87 2038 47.474
10.92 3 0.9 1.92 56678.09 3057 53.621
9.02 4 0.9 1.92 62382.31 4076 58.306
7.77 5 0.9 1.92 67199.30 5095 62.104
6.88 6 0.9 1.92 71409.91 6114 65.295
6.21 7 0.9 1.92 75175.12 7133 68.042
5.68 8 0.9 1.92 78596.78 8152 70.444
5.25 9 0.9 1.92 81743.95 9171 72.572
4.90 10 0.9 1.92 84665.82 10190 74.475
4.59 11 0.9 1.92 87398.84 11209 76.189
4.34 12 0.9 1.92 89970.85 12228 77.742
4.11 13 0.9 1.92 92403.67 13247 79.156
2.01 38 0.9 1.92 132120.22 38722 93.398
1.98 39 0.9 1.92 133269.15 39741 93.528
1.94 40 0.9 1.92 134398.60 40760 93.638
1.91 41 0.9 1.92 135509.39 41779 93.730
1.88 42 0.9 1.92 136602.25 42798 93.804
1.85 43 0.9 1.92 137677.90 43817 93.860
1.82 44 0.9 1.92 138737.01 44836 93.901
1.80 45 0.9 1.92 139780.18 45855 93.925
1.77 46 0.9 1.92 140808.01 46874 93.934
1.74 47 0.9 1.92 141821.06 47893 93.928
1.72 48 0.9 1.92 142819.83 48912 93.907
1.70 49 0.9 1.92 143804.82 49931 93.873
1.67 50 0.9 1.92 144776.51 50950 93.826
1.65 51 0.9 1.92 145735.32 51969 93.766
1.63 52 0.9 1.92 146681.68 52988 93.693
1.61 53 0.9 1.92 147615.98 54007 93.608
1.59 54 0.9 1.92 148470.52 55722 93.398
1.57 55 0.9 1.92 149449.91 56045 93.404
1.55 56 0.9 1.92 150350.23 57064 93.286
1.53 57 0.9 1.92 151239.90 58083 93.156
1.51 58 0.9 1.92 152449.91 59045 93.004
Volume Air (m³)
350000.00
300000.00
250000.00
200000.00
150000.00
100000.00
50000.00
0.00

1 17 33 49 65 81 97 113129145161177193209225241257273
Waktu Pemompaan (Jam)

Vol. Air Vol. Pemompaan

Gambar J.3 Grafik penentuan volume Sump Kuta


Selisih terbesar antara debit air tambang dan debit pemompaan merupakan
volume sumuran yang harus dibuat. Dari grafik diatas diketahui volume sumuran
yang diperlukan adalah 93.934 m3 sedangkan volume yang tersedia sekarang
hanya
66.260 m3
Dengan ukuran Panjang dan lebar yang sudah ada dilapangan (lebar 82 m,
panjang 288 m),dan dengan melihat kemampuan alat gali maka direkomendasikan
dimensi Sump sebagai berikut :
a. Panjang atas (P1) = 288 m
b. Panjang bawah (P2) = 235 m
c. Lebar atas (L1) = 82 m
d. Lebar bawah (L2) = 60 m
e. Tinggi sumuran =5m
f. Volume sumuran = [(288 x 82)+(235 x 60)] x (½ x5)
= 94.290 m3
288 m

82 m
5m

60 m

235 m

Gambar J.4 Rekomendasi Volume Sump Kuta


J.3 Sump Senggigi

Tabel J.3 Penentuan Volume Sump Senggigi


I t C A V air V pompa
Selisih
mm/jam jam km2 m 3
m3
22.72 1 0.9 1.12 22924.06 562.48 22.361
14.32 2 0.9 1.12 28882.51 1124.96 27.757
10.92 3 0.9 1.12 33062.22 1687.44 31.374
9.02 4 0.9 1.12 36389.68 2249.92 34.139
7.77 5 0.9 1.12 39199.59 2812.4 36.387
6.88 6 0.9 1.12 41655.78 3374.88 38.280
6.21 7 0.9 1.12 43852.15 3937.36 39.914
5.68 8 0.9 1.12 45848.12 4499.84 41.348
5.25 9 0.9 1.12 47683.97 5062.32 42.621
4.90 10 0.9 1.12 49388.39 5624.8 43.763
4.59 11 0.9 1.12 50982.66 6187.28 44.795
4.34 12 0.9 1.12 52483.00 6749.76 45.733
4.11 13 0.9 1.12 53902.14 7312.24 46.589
3.91 14 0.9 1.12 55250.25 7874.72 47.375
3.74 15 0.9 1.12 56535.60 8437.2 48.098
3.58 16 0.9 1.12 57765.01 8999.68 48.765
1.82 44 0.9 1.12 80929.92 24749.12 56.180
1.80 45 0.9 1.12 81538.44 25311.6 56.226
1.77 46 0.9 1.12 82138.01 25874.08 56.263
1.74 47 0.9 1.12 82728.95 26436.56 56.292
1.72 48 0.9 1.12 83311.57 26999.04 56.312
1.70 49 0.9 1.12 83886.15 27561.52 56.324
1.67 50 0.9 1.12 84452.96 28124 56.328
1.65 51 0.9 1.12 85012.27 28686.48 56.325
1.63 52 0.9 1.12 85564.31 29248.96 56.315
1.61 53 0.9 1.12 86109.32 29811.44 56.297
1.59 54 0.9 1.12 86647.52 30373.92 56.273
1.57 55 0.9 1.12 87179.11 30936.4 56.242
1.55 56 0.9 1.12 87704.30 31498.88 56.205
1.53 57 0.9 1.12 88223.27 32061.36 56.161
1.51 58 0.9 1.12 80929.92 24749.12 56.180
1.49 59 0.9 1.12 81538.44 25311.6 56.226
1.48 60 0.9 1.12 89744.66 33748.8 55.995
1.47 61 0.9 1.12 90240.50 34311.28 55.929
1.45 62 0.9 1.12 90730.95 34873.76 55.857
Volume Air (m³)
200000.00

150000.00

100000.00

50000.00

0.00
1 20 39 58 77 96 115134153172191210229248267286305324
Waktu Pemompaan (Jam)

Vol. Pemompaan
Series1

Gambar J.5 Grafik penentuan volume Sump Senggigi


Selisih terbesar antara debit air tambang dan debit pemompaan merupakan
volume sumuran yang harus dibuat. Dari grafik diatas diketahui volume sumuran
yang diperlukan adalah 56.328 m3 sedangkan kondisi aktual saat ini hanya
mempunyai volume 50.280 m3
Dengan ukuran Panjang dan lebar yang sudah ada dilapangan (lebar 42 m,
panjang 465 m),dan dengan melihat kemampuan alat gali maka direkomendasikan
dimensi Sump sebagai berikut :
a. Panjang atas (P1) = 465 m
b. Panjang bawah (P2) = 140 m
c. Lebar atas (L1) = 42 m
d. Lebar bawah (L2) = 25 m
e. Tinggi sumuran =5m
f. Volume sumuran = [(465 x 42)+(140 x 25)] x (½ x 5)
= 57.575 m3
465 m

42 m
5m

25 m

140 m

Gambar J.6 Rekomendasi Volume Sump Ranu Pane


LAMPIRAN K
PERHITUNGAN KEBUTUHAN POMPA

K.1. Sump Ranu Pane


Sump Ranu Pane terletak di sebelah Timur Pit Tutupan berada pada elevasi
-29 mdpl dari sisi inletnya kemudian dibantu dengan pompa booster dengan
elevasi 58 mdpl dan dipompakan keluar pada elevasi 108 mdpl. Mempunyai dasar
sumuran pada elevasi -47,6 mdpl dengan volume sebesar 500.230 m 3. Namun
karena endapan lumpur sehingga kondisi aktual elevasi sump pada -30,3 mdpl
dengan kapasitas aktual sebesar 63.150 m3, maka dilakukan kajian ulang terhadap
dimensi sump didapatkan kapasitas rencana sebesar 78.300 m³ (Lampiran J).
Kapasitas pompa sebesar 576,83 m3/jam.
Perhitungan jumlah pompa pada Sump Ranu Pane dalam waktu 2 hari
adalah sebagai berikut :
Volume sump = 78.300 m³
Volume pompa = 576,83 m3/jam x 19 jam/hari x 2 hari
= 21.920 m3
Volume 𝑆𝑢𝑚𝑝
Jumlah pompa yang dibutuhkan =
Volume Pompa
= 78.300 m³ / 21.920 m3
= 3,57 = 4 Pompa
K.2. Sump Kuta
Sump Kuta terletak di sebelah Low Wall Barat Pit Tutupan berada di elevasi
48 mdpl dari sisi inletnya kemudian dipompakan keluar pada elevasi 128 mdpl.
Mempunyai dasar sumuran pada elevasi 34,6 mdpl dengan volume sebesar
162.180 m3. Namun karena endapan lumpur sehingga kondisi aktual elevasi sump
berada pada 47,5 mdpl sehingga kapasitas aktual sebesar 66.260 m3, maka
dilakukan kajian ulang terhadap dimensi sump didapatkan kapasitas rencana
sebesar 94.290 m³ (Lampiran J) dan kapasitas pompa sebesar 509,53 m3/jam.
Perhitungan jumlah pompa yang dibutuhkan pada Sump Kuta dalam waktu
2 hari adalah sebagai berikut :
Volume sump = 94.290 m³
Volume pompa = 509,53 m3/jam x 19 jam/hari x 2 hari
= 19.362 m3

Volume 𝑆𝑢𝑚𝑝
Jumlah pompa yang dibutuhkan =
Volume Pompa

= 94.290 m³ / 19.362 m3
= 4,86 = 5 Pompa
K.3. Sump Senggigi
Sump Senggigi terletak di sebelah High Wall Barat Pit Tutupan berada di
elevasi 14,1 mdpl dari sisi inletnya kemudian dibantu dengan pompa booster
dengan elevasi 48 mdpl dan dipompakan keluar pada elevasi 100 mdpl.
Mempunyai dasar pada elevasi 3,7 mdpl dengan volume sebesar 225.960 m 3.
Namun karena endapan lumpur sehingga kondisi aktual elevasi sump berada pada
13,5 mdpl dan elevasi top berada pada elevasi 14,8 mdpl sehingga volume aktual
sebesar 50.280 m3, maka dilakukan kajian ulang terhadap dimensi sump
didapatkan kapasitas rencana sebesar 57.575 m³ (Lampiran J). dan kapasitas
pompa sebesar 562,48 m3/jam
Perhitungan jumlah pompa yang dibutuhkan pada sump Senggigi dalam
waktu 2 hari adalah sebagai berikut :
Volume sump = 57.575 m³
Volume pompa = 562,48 m3/jam x 19 jam/hari x 2 hari
= 21.374 m3

Volume 𝑆𝑢𝑚𝑝
Jumlah pompa yang dibutuhkan =
Volume Pompa

= 57.575 m³ / 21.374 m3
= 2,70 = 3 Pompa
PT. PAMAPERSADA NUSANTARA
This is to certify that
FAHRUZ ZAINI
Has successfully completed
On the Port Training
from
21" Feb , 2017 to 06• Nei , 2017

PT. Pamapersada Nusantara


Adaro District, South Kalimantan

Tutupan,09 Mei, 2017

MIFT CH DIN ANDREAS BONI ESNANTO


PSV D PT. HEAD HC DEPT H AD
‹m
sc s
0 o
PT PAMAPERSADA NUSANTARA No : 1/PKL/PPD-PSV/2/2017
DISTRIK ADARO P
SERTIFIKAT I
CERTIFICATE Denga T
n ini
menyat S
akan E
bahwa V
: I
C
Nama
E
NRP
P
E
Tempat
O
dan
P
tanggal
L
lahir
E
Place
and
D
date
E
birth
V
E
L
O
P
M
E
N
T C I
D T 2
E I 0
W O 1
A N 7
T
D
E
R a
I FAHRUZ ZAINI n
N
d
G
i
S RANTAUKU1ANG,20OK n
E TOBER19S6 y
Telah a
m t
e a
n k
g a
i n
k
L
u
U
t
L
i
U
P S
e
d
m
e
b
n
e
g
k
a
a
n k
S
p e
r ct
e io
d
i it
k S
er
a
vi
t c
e
:

Has joint to
Training for PKL
II in the period : 25
FEBRUARI 2017
Tutupan,
And has been 26 FE
declared as RUARI
PASSED with 2017
predicate :
GOOD
PSV
Dep H
a e
k
men
s
t
Hea
a
d
h

u
PT PAMAPERSADA NUSANTARA
DISTRIK ADARO
PAMA
DAFTAR NILAI
No : 1/PKL/PPD-PSV/2/2017

NO MATERI
1 JSA ( Job Safety Analysis )
2 IBPR ( Identifikasi Bahaya dan Penil
3 Assembling pipa HDPE
4 Instalasi Pipa HDPE
5 Pengukuran Debit dan SG

utupan, 26 FEBRU 1 20

Anda mungkin juga menyukai