Laporan Pendahuluan Tuberkulosis Yeni Yulia Saputri (1106001164) / Ruang Soka Atas I. Anatomi Dan Fisiologi Sistem Pernapasan
Laporan Pendahuluan Tuberkulosis Yeni Yulia Saputri (1106001164) / Ruang Soka Atas I. Anatomi Dan Fisiologi Sistem Pernapasan
TUBERKULOSIS
Yeni Yulia Saputri (1106001164)/ Ruang Soka Atas
I. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernapasan
Sistem pernapasan mengacu pada keseluruhan rangkaian kejadian yang terlibat dalam
pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh. Sistem pernapasan ikut
berperan dalam homeostasis dengan mempertukarkan O2 dan CO2 antara atmosfer dan darah
dengan tujuan untuk mengatur pH lingkungan internal dengan menyesuaikan tingkat
pengeluaran CO2 pembentuk asam. Hal ini terjadi karena sel-sel memerlukan pasokan
konstan O2 yang digunakan untuk menunujang reaksi kimia penghasil energi . CO2 yang
dihasilkan dari reaksi-reaksi tersebut harus dieliminasi dari tubuh dengan kecepatan yang
sama dengan pembentukannya agar pH ( keseimbangan asam-basa ) di lingkungan internal
dapat dipertahankan ( Black J.M, 2005).
Fungsi utama sistem pernapasan, antara lain :
1. Mengeluarkan karbondioksida (CO2) sisa metabolisme dari jaringan ke paru-paru
untuk dikeluarkan dari tubuh.
2. Menyaring dan melembabkan udara yang masuk ke paru-paru.
Udara atmosfer yang dihirup dilembabkan dan dihangatkan oleh jalan napas sebelum
udara tersebut dikeluarkan. Pelembapan udara ini penting dilakukan agar dinding
alveolus tidak kering, karena O2 dan CO2 tidak dapat berdifusi melintasi membrane
yang kering.
3. Menangkap dan melembabkan benda-benda asing yang yang masuk ke saluran
pernapasan dan mendorongnya untuk dikeluarkan ke mulut melalui batuk atau bersin.
4. Mencegah terhirupnya patogen dengan mengaktifkan sistem imun ( Black J.M, 2005).
Anatomi sistem pernapasan terdiri dari beberapa organ, antara lain:
a. Saluran Pernapasan Atas
Saluran yang menghantarkan udara dari luar sampai ke paru-paru, terdiri dari:
1. Hidung, tersusun atas tulang, kartilago dan jaringan penghubung. Bagian hidung yang
tampak di wajah disebut nares dan bagian dalam disebut vestibule. Vestibule berperan
dalam menyaring dan mengeluarkan objek yang masuk ke saluran pernapasan, terdiri
dari membran mukosa, sel epitel columnar, dan sel goblet untuk mengeluarkan
mukus. Membran mukosa dan silia berfungsi mendorong pengeluaran zat asing dan
juga mengandung banyak suplai darah dari arteri karotid internal dan eksternal
sehingga mampu menghangatkan dan melembabkan. Sehingga, fungsi utama dari
4. Paru , merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut, dan terletak di dalam
rongga dada atau toraks. Setiap paru memepunyai apeks ( bagian atas paru ) dan
dasar. Paru kanan lebih besar daripada paru kiri dan dibagi menjadi 3 lobus dan
paru kiri dibagi menjadi 2 lobus. Lobus-lobus tersebut dibagi lagi menjadi
beberapa segmen sesuai dengan segmen bronkusnya yaitu paru kanan dibagi
menjadi 10 segmen sedangkan paru kiri dibagi menjadi 9 segmen. Paru terdiri dari
udara, darah dan dinding alveolar yang bersifat elastis. Suatu lapisan tipis
continue yang mengandung kolagen dan jaringan elastis, dikenal sebagai pleura,
melapisi rongga dada (pleura parietalis) dan menyelubungi setiap paru (pleura
viseralis). Diantara kedua pleura ini terdapat suatu lapisan tipis cairan pleura yang
berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama pernapasan
dan mencegah pemisahan toraks dan paru. Volume paru:
a. Volume residual : volume yang tersisa di paru setelah melakukan ekspirasi
penuh yaitu sekitar 1200 ml yang bertujuan mencegah paru collaps setalah
ekspirasi.
b. Volume tidal : volume udara yang bertukar keluar masuk saat bernapas yaitu
sebanyak 500 ml. Saat menarik napas dalam, banyaknya udara yang masuk
melebihi jumlah udara volume tidak disebut volume cadangan inspirasi.
Sedangkan, pengeluaran udara yang melebihi batas udara ekspirasi disebut
volume cadangan ekspirasi.
c. Kapasitas total paru adalah seluruh udara yang masuk ke paru dari volume
residual, volume tidal, cadangan insiprasi dan ekspirasi. Kapasitas vital adalah
seluruh udara di dalam paru kecuali volume residual.
d. Forced Expiratory Volume (FEV) diperoleh saat seseorang melakukan
inspirasi maksimum (kapasitas totalm paru) diikuti dengan melakukan
ekspirasi maksimal (volume residu). FEV 1 adalah volume udara saat
dihembuskan pada saat detik pertama yaitu sekitar 80% dari kapasitas total,
FEV 3 adalah volume udara saat dihembuskan pada saat detik ketiga yaitu
sekitar 95% dari kapasitas total. Volume ini dapat diukur menggunakan
spirometri.
II. TUBERCULOSIS
1. Definisi dan Etiologi
Tuberculosis adalah penyakit infeksi kronik menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini bersifat aerob berbentuk batang dengan
ukuran 2-4 x 0,2-0,5 m. Dinding selnya mengandung hampir 60 % lipid, yang
menyebabkan bakteri sangat tahan terhadap asam, sehingga disebut bakteri tahan
asam (BTA).
2. Manifestasi Klinis
a. Demam. Demam ringan lama yang biasanya bersifat demam ringan atau
subfebris, dapat disebabkan oleh adanya infeksi di organ apapun, menyerupai
demam influenza tetapi kadang-kadang panas badan dapat mencapai 40-410C.
Demam berfungsi sebagai salah satu pertahanan alami tubuh terhadap bakteri
dan virus yang tidak dapat hidup pada suhu lebih tinggi. Untuk demam rendah
secara normal akan hilang tanpa pengobatan, kecuali disertai oleh gejala lain,
seperti influenza dan bersifat hilang timbul. Dipengaruhi oleh daya tahan tubuh
dan berat ringannya infeksi kuman tuberculosis yang masuk.
b. Keringat malam sebenarnya merupakan gejala klinis yang penting pada pasien
TB dewasa. Produksi keringat pada malam hari pada saat tidur nyenyak
biasanya disebabkan oleh peningkatan metabolisme basal tubuh (basal
metabolic rate). Pada infeksi TB dewasa terjadi peningkatan tersebut sehingga
keluhan berkeringat malam pasti sering dijumpai.
c. Penurunan nafsu makan dan berat badan. Penurunan nafsu makan terjadi akibat
dispnea (susah bernapas), batuk berdahak, dan rasa mual yang umumnya
dialami oleh penderita TB. Kurangnya nafsu makan ini menyebabkan
penurunan cairan tubuh, massa otot, dan lemak yang bedampak terhadap
penurunan berat badan.
d. Batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah). Batuk ini
terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Sifat batuk dimulai dari batuk kering
(non-produktif) kemudian setelah itu timbul peradangan menjadi produktif
(menghasilkan sputum) sampai berakibat batuk darah karena terdapat
pembuluh darah yang pecah.
Jadi, gejala TB paru adalah batuk produktif yang berkepanjangan (lebih dari 3
minggu), nyeri dada, dan hemoptisis. Gejala sistemik termasuk demam,
menggigil, keringat malam, kelelahan, hilangnya nafsu makan, dan penurunan
berat badan.
Gejala Paru
Gejala Sistemik
Dispnea
Kelelahan
Batuk produktif atau batuk tidak Mual (kehilangan nafsu makan)
Kehilangan berat badan
produktif
Demam di malam hari
Hemoptisis
Nyeri dada
Sesak pada dada
Adanya
bunyi
crackles
pada
auskultasi
Black, J.M (2005)
3. Patofisiologi
a. Penularan tuberculosis paru karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar
menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat bertahan dalam
udara bebas selama 1-2 jam (sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk, dan
kelembaban).
b. Apabila partikel infeksi ini terhisap oleh orang yang sehat,maka akan
menempel pada saluran napas atau jaringan paru (ukuran partikel < 5
mikrometer).
c. Kuman akan dihadapi oleh neutrofil kemudian makrofag.
d. Kebanyakan partikel akan mati atau dibersihkan oleh makrofag keluar dari
percabangan trakeobronkial bersama gerakan silia dan sekretnya. Sedangakan
bila kuman menetap di jaringan paru maka akan berkembang di dalam
sitoplasma makrofag.
e. Kuman yang bersarang di jaringan paru akan membentuk sarang tuberculosis
pneumonia kecil yang disebut sarang primer atau focus Ghon .
f. Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus
(limfangitis lokal), dan diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus yang
disebut limfadenitis regional.
g. Reaksi yang terjadi pada limfangitis lokal yang bersama dengan jaringan limfe
regional (limfadenitis regional) akan membentuk kompleks primer (ranke) yang
memakan waktu selama 3-8 minggu. Kompleks primer dapat menyebabkan :
1. Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat.
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotic.
3.
meningen.
h. Semua kejadian ini tergolong dalam perjalanan tuberculosis primer.
i. Kemudian kuman yang dormant pada tuberculosis primer akan muncul
bertahun-tahun
dan
menyebabkan
infeksi
sekunder
(tuberculosis
b. Pengkajian Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi frekuensi pernapasan, kedalaman pernapasan (normal,
dangkal, atau dalam), simetrisitas (simetris atau tidak simetris), penggunaan otot
asesoris, napas cuping hidung, fremitus (normal, menurun, atau meningkat), bunyi
napas (vesikuler, ronki, wheezing), dan karakteristik sputum.
c. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Radiologi
Secara patologis, manifestasi dini TB paru biasanya berupa suatu kompleks
kelenjar getah bening parenkim. Pada orang dewasa, segmen apeks dan posterior
lobus atas atau segmen superior lobus bawah merupakan tempat-tempat yang
sering menimbulkan lesi yang terlihat homogen dengan densitas yang lebih pekat.
Dapat terlihat juga adanya pembentukan kavitas dan gambaran penyakit yang
menyebar yang biasanya bilateral. Ketidaknormalan apapun pada foto dada
seseorang yang positif HIV dapat mengindikasikan adanya penyakit TB.
2. Pemeriksaan Bakteriologik
Pemeriksaan bakteriologik menggunakan pemeriksaan sputum atau dahak.
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai keberhasilan
pengobatan dan menentukan potensi penularan. Diagnosis TB Paru pada orang
remaja dan dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB (BTA).
Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis pada TB Paru:
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan utama pasien menurut Black (2005) dalam buku Medical surgical
Nursing clinical management for positive outcomes volume 2:
1) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan ventilasi dan sumbatan
sputum.
2) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkokontriksi, peningkatan
produksi sputum, batuk tidak efektif, kelelahan/berkurangnya tenaga dan infeksi
bronkopulmonal.
3) Kecemasan berhubungan dengan kesulitan bernapas dan takut mati lemas.
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan oksigen yang tidak adekuat dan dispnea.
5) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu
makan, penurunan kekuatan, dan dyspnea.
6) Gangguan pola tidur berhubungan dengan dyspnea dan stimulus external.
Intervensi Keperawatan dan Implementasi ( Black J.M, 2005)
pola
dan
jumlah
Rasional
Dapat
menunjukkan
keadaan
kematian
tanda
dan
gejala
hiperkapnia.
terapi
oksigen
aliran
Oksigen
diberikan
memperbaiki
Kelebihan
oksigen
mask.
dapat
untuk
hipoksemia.
pemberian
(FiO2
55%-70%)
mengurangi
kontrol
pernapasan
dan
meningkatkan
Bantu klien ke posisi high fowler
retensi
karbon dioksida
Posisi
tegak
lurus
meningkatkan
Berikan
bronkodilator
jika
pengembangan
paru
dan
meningkatkan
pertukaran
udara.
Bronkodilator
mengistirahatkan otot halus
Hati hati saat menggunakan
opioid, sedatif, dan transquilizer.
terjadi
dan
tremor,
tanda
disritmia jantung.
Depresan dapat
ventilasi.
lain
merusak
Ajarkan
klien
untuk
Hidrasi
membantu
menipiskan
sekret.
ada
kontraindikasi)
dan
Teknik
batuk
efektif
dapat
spirometri
adalah
pengukuran
objektif
terhadap
kedalaman
inhalasi
untuk
meningkatkan
ekspansi paru.
Lakukan
fisioterapi
dada
jika
Teknik
fisioterapi
dada
orang
lain
untuk
melakukan
fisioterapi dada.
mengelarkan dahak.
mulut
maka
mengeluarkannya.
3) Kecemasan berhubungan dengan kesulitan bernapas dan takut mati lemas.
dapat
Kriteria hasil :
Klien akan menunjukkan peningkatan kenyamanan psikologis dan menunjukkan
penggunaan mekanisme koping yang efektif.
Intervensi :
Intervensi
Rasional
Dampingi klien selama episode
Yakinkan
sulit
bernapas
dan
berikan
kembali
klien
bahwa
membutuhkan.
Mengurangi
Perubahan
dan
mati lemas.
batasi
kebutuhan
barang
stimulasi
eksternal
lingkungan
dapat
Perasaan
kontrol
diri
dan
teknik relaksasi
dengan
dapat
hati-hati.
Metode
menyebabkan
depresi
pernapasan.
Intervensi
Monitor
derajat
dispnea
Rasional
dan
Aktivitas
saturasi
oksigen
dengan
dan
mengikuti aktivitas
permintaan
ketidakmampuan
meningkatkan
oksigen
dan
menemukan
Perubahan
yang
memicu
pernapasan,
perubahan
kegagalan
nadi
pada
pernapasan,
intoleransi aktivitas
meringankan
latihan
dan
terapi
perode
oksigen
(contohnya
atau
medikasi
bronkodilator
dosis
lelah
pengobatan
dan
pengaruh obat.
inhaler).
Bantu klien dalam menjadwalkan
Peningkatan
aktivitas
latihan harian.
keadaan
perifer
permintaan
merokok,
yang
meningkatkan
oksigen,
suhu
yang
seperti
ekstrim,
bertahap
fisik
dalam
meningkatkan
vaskular,
dimana
energi terbatas.
Latihan
pernapasan
menggunakan
aktivitas.
diagfragma
selama
bernapas
fungsi
maksimal
respirasi.
meninggalkan
tekanan
dan
mempertahankan
membantu
jalan
napas
terbuka.
.
5) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan nafsu makan, penurunan kekuatan, dan dyspnea
Kriteria Hasil :
mulut
Rasional
sebelum Batuk dan produksi sputum dapat
klien
mukosa.
Anjurkan klien untuk makan sedikit Makan dalam jumlah besar dapat
tapi
sering
dan
ketidaknyamanan
pada
kalori
dibutuhkan
untuk
bergas,
seperti
cair
tinggi
kalori
dibutuhkan
Anjurkan klien yang hipoksemia Oksigenasi
adekuat
meningkatkan
ahli
gizi Klien
dengan
karbondioksida
dari
dan
makanan,
serum
Intervensi
Meningkatkan
memberikan
tenang,
relaksasi
Rasional
dengan Lingkungan
lingkungan
yang merubah
meyakinkan
rumah
sakit
dapat
kenyamanan
dan
sebelum
tidur
dapat
latihan
fisik Aktivitas
dapat
meningkatkan
pada pagi dan siang hari, kebutuhan klien untuk tidur dan klien
jagan lakukan istirahat di akan merasa lelah setelah beraktivitas.
sore hari.
b) Hindari
stimulan
seperti Stimulan
kafein.
metabolisme
dapat
dan
meningkatkan
menghambat
relaksasi.
c) Pertahankan jadwal tidur
Peningkatkan
relaksasi
secara
makanan
tinggi Pencernaan
protein
menghasilkan
Efek Samping
Aktivitas
Toksik terhadap
nervus
vestibular
Isoniazid (H)
Neuritis perifer
hepatotoksik
Ekstraseluler
aktif pada ph
netral atau
biasa
Ekstraseluler
intraseluler
Rifampisin (R)
5-11 mg/kg
bb/hari (300400 mg)
10mg/kg
bb/hari (450600 mg)
Pirazinamid (Z)
30-35 mg/kg
bb/hari (1,5-2
gr)
BAKTERIOSTATIK
Etambutol (E)
15-25 mg/kg
bb/hari (9001200 mg)
Etionamid
(sekunder)
15-30 mg/kg
bb/hari (0,75-1
gr)
Paraaminosalisilat 150 mg/kg
(sekunder)
bb/hari (1012mg)
Hepatotoksik
Nausea
Vomitting
Flu like
syndrome
Huperuricaemia
Hepatotoksik
Ekstraseluler
intraseluler
Optik neuritis
Skin rash
Ekstraseluler
Intraseluler
Menghambat
timbulnya
mutan yang
resisten
Nausea
Vomitting
Hepatotoksik
Gastritis
Hepatotoksik
DAFTAR PUSTAKA
Aktif dalam
suasan asam
(intraseluler)
Fatigue
Ekstraseluler
Black, J.M., and Hawks, J.H. (2005). Medical Surgical Nursing Clinical Management For
Positive Outcomes Volume2 (7th Ed). Elvesier: St.Louis Missouri
Brunner & Suddarth. (2008). Textbook Of Medical Surgical Nursing. Philadelphia. USA
Price, S.A., and Wilson, L.M., (2002). Pathophysiology : Clinical Concepts Of Disease
Processes 6th Edition. Elvesier: Mosby