Laporan Pendahuluan DM
Laporan Pendahuluan DM
Pengertian
Diabetes Mellitus (DM) merupakan kondisi patologis dimana glukosa darah
sangat tinggi akibat gangguan fungsi insulin serta tergolong penyakit
sistemik, kronis dan multifaktorial (Baradero,2009). Penyakit ini
berhubungan erat dengan gangguan vaskular, gangguan neuropati dan lesi
dermopatik yang dapat berkembang menjadi ketoasidosis (KAD), syok,
edema serebral hingga berujung pada kematian. Diabetes Mellitus dapat
menyerang individu mulai dari usia dini (sekitar 4 tahun) sampai usia
dewasa maupun lansia. Kronologi penyakit ini biasanya tidak dianggap
serius sehingga penderita DM tidak menyadari bahaya penyakit tersebut
sampai merasakan gejala yang tergolong berat.
Penyakit diabetes mellitus melibatkan pankreas sebagai organ yang
mengsekresi hormon insulin. Insulin diproduksi oleh sel-sel beta di area
yang disebut sebagai Pulau Langerhans di pankreas. Produk insulin berasal
dari molekul proinsulin yang merupakan senyawa peptida yang berikatan
dengan senyawa disulfida. Insulin dilepaskan ke dalam aliran darah ketika
terjadi peningkatan kadar glukosa darah sewaktu atau glukosa darah puasa
meningkat (nilai GDS: 100-120 mg/dl dan GDP: 70-90 mg/dl). Kondisi
yang menginduksi pelepasan insulin adalah peningkatan kadar glukosa
darah segera setelah makan (Corwin, 2008).
Insulin bekerja dengan cara berikatan dengan reseptor insulin yang terdapat
di hampir seluruh sel dalam tubuh. Ketika kadar glukosa darah meningkat,
insulin
melepaskan
molekul
protein
kinase
yang
disebut
glukosatransportase. Selanjutnya, glukosatransportase akan mengikat
glukosa dalam darah sehingga membentuk ikatan glukosatransportaseglukosa (transporter glukosa gut 4). Ikatan ini menyebabkan glukosa terlarut
ke dalam sel dan kemudian mengalami pemecahan melalui siklus kreb
untuk menghasilkan energi dan dipakai untuk aktivitas tubuh. Sejumlah
glukosa yang berlebih selanjutnyadiubah ke dalam bentuk glikogen dan
disimpan di dalam otot. Selain itu, insulin juga berfungsi untuk
meningkatkan transpor asam amino ke dalam sel untuk mensintesis protein
dan mencegah terjadinya glukoneogenesis yaitu sintesis glukosa oleh hati
dengan memecah karbohidrat, lemak dan protein. Ketika kadar glukosa
darah menurun, saraf simpatis mengirimkan stimulus ke pankreas sehingga
produksi insulin dihentikan (Corwin, 2008).
Selain insulin, pankreas juga mensintesis hormon glukagon dan
somatostatin. Glukagon adalah hormon antagonis insulin yang di hasilkan
oleh sel-sel alpha Pulau Langerhans. Glukagon diekresikan ke dalam darah
pada kondisi puasa untuk memenuhi kebutuhan glukosa otak melalui proses
glikogenolisis dan glukoneogenesis. Pada diabetes mellitus, glukagon
menjadi faktor yang memperburuk kondisi tersebut karena efek glukagon
Etiologi
Berdasarkan etiologi, Diabetes Mellitus diklasifikasikan sebagai berikut
(American Diabetes Association, 2007):
Diabetes Mellitus Tipe I (Jivenile onset atau Insulin Dependent Diabetes
Mellitus)
DM tipe 1 merupakan kondisi dimana sel-sel beta pankreas tidak mampu
menghasilkan insulin atau jumlah yang dihasilkan sangat sedikit akibat
kerusakan 80% sel-sel beta tersebut. Para ahli dari American Diabetes
Assosiation menyatakan bahwa DM tipe 1 terjadi akibat autoimunitas dan
faktor lingkungan (seperti paparan radiasi atau toksin) yang menyerang
sistem imun. Kondisi patologis tersebut menyebabkan sistem imun
menganggap glutamic-acid decarboxylase (GAD) di sel beta pankreas
sebagai antigen sehingga leukosit dilepas dan mengakibatkan destruksi selsel beta dengan memproduksi Human Leukocyte Antigen (HLA) DR3 dan
DR4. Selain akibat autoimun, DM tipe 1 juga dapat disebabkan oleh virus
yang menyerang selama masa kehamilan dan faktor idiopatik yang dimana
HLA tidak ditemukan dalam tubuh tetapi kerusakan sel beta tetap terjadi.
4.Komplikasi DM
Komplikasi akut:
1.
Ketoasidosis diabetikum(KAD)
2.
Hipertensi
3.
Koma nonketotik hiperglikemia hiperosmolar
4.
Hipoglikemia sel
5.
Efek somogyi
6.
Fenomena fajar
Komplikasi kronik:
1.
Komplikasi kardiovaskular
Komplikasi mikrovaskular
a.
Hipertensi
b.
Gagal ginjal akibat glomerulonefritis
c.
Retinopati diabetikum
d.
Neuropati diabetikum
Makrovaskular
a.
MCI dan CVD
b.
Penurunan perfusi perifer menyebabkan gangguan reaksi imun seiring
dengan penurunan perfusi darah.
c.
Edema anasarkan dan ascites
d.
Edema dan hernia serebral
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DM
A.
PENGKAJIAN ANAMNESIS
Penyakit vaskular: iskemia jantung (MI, angina, CCF)
Penyakit vaskular perifer (ulkus, impotensi, nyeri saat beristirahat)
Riwayat retinopati, ketajaman penglihatan, terapi laser
Disfungsi ginjal (proteinuria, mikroalbuminuria)
Neuropati perifer/otonom
Diet, berat badan dan olahraga pasien
Merokok/komsumsi alkohol
Sedang menjalani terapi diabetes (diet saja, obat-obatan hipoglikemia oral,
atau insulin)
Pernah mengkomsumsi obat diabetogenik (kortikosteroid, siklosporin)
Ada anggota keluarga yg mengalami DM
B.
o
PEMERIKSAAN FISIK
P e n g k a j i a n H
1
2
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan tanda-tanda vital.
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, apakah penglihatan kabur/ganda, diplopia, lensa mata keruh?
3
4
5
6
7
8
9
1
1
1
1
M
u
l
u
t
Akitivitas/ Istirahat
S i r k u l a s i
I n t e g r i t a s E g o
E l i m i n a s i
Makanan/ Cairan
N e u r o s e n s o r i
Nye ri/ Kenya ma na n
Sistem Gastrointestina l
Sistem Muskuloskeletal
Sis t e m Ka r di ova s kule r
1)
-
2)
3)
4)
0
1
2
3
Inspeksi
Adanya tanda kurang cairan:
Kulit : keadaan kulit kering,turgor kulit buruk, kadang ada edema &
memar, lesi sulit sembuh.
Kepala : keadaan rambut kering, warna rambut merah, apa ada cedera
kepala atau tidak.
Mata : bagaimana pupilnya, warna sklera, kunjungtiva, bagaimana reaksi
pupil terhadap cahaya kemampuan penglihatan berkurang (DM).
Mulut : gigi mudah patah atau goyang, mukosa mulut dan bibir kering
(DM).
Leher : bagaimana keadaan leher, kelenjar tiroid.
Auskultasi: bising usus: peristaltik usus meningkat akibat hipoglikemi sel.
Perkusi: daerah hepar, limpa, kandung kemih, perkusi ginjal
Palpasi: kulit teraba kering dan dingin akibat gangguan perfusi perifer, nadi
meningkat akibat peningkatan aktivitas jantung, pada kondisi komplikasi
CHF terjadi peningkatan JVP.
C. PEMERIKSAAN LAB
1. Pemeriksaan darah
Tes Gula Darah Puasa
Untuk menegakkan diagnosa menderita diabetes tipe 2, pasien akan diminta
untuk melakukan test gula darah puasa atau FPG (Fasting Plasma Glucose
Test). Test ini lebih disukai untuk mendiagnosa diabetes karena, menurut the
American Diabetes Association (ADA), lebih mudah melakukannya, nyaman,
dan lebih murah dibanding berbagai jenis test lainnya. Sebelum melakukan test
ini pasien diharuskan berpuasa minimal 8 jam. Pada saat test, darah pasien
akan diambil dan dikirim ke laboratorium untuk dianalisa. Gula darah puasa
yang normal adalah antara 70-100 mg/dl, untuk orang yang tidak menderita
diabetes. Jika gula darah puasa menunjukkan lebih besar atau sama dengan 126
mg/dL maka didiagnosa menderita diabetes.
5
Urine
Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat
melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( ++
+ ),dan merah bata ( ++++ ).
Rencana Asuhan Keperawatan Klien dengan DM
Dx 1: ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d asupan diet dan pemantauan
glukosa darah yang tidak adekuat
Kriteria evaluasi:
Tingkat pemeliharaan kadar glukosa didalam plasma dan urin dalam rentang
normal
Kerjasama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian insulin dan diet
diabetik.
7
Memastikan laken dan pakaian klien tetap kering dan bersih untuk
mencegah infeksi lebih lanjut
Terapi Insulin
Insulin adalah hormon alami yang dikeluarkan oleh pankreas. Insulin
dibutuhkan oleh sel tubuh untuk mengubah dan menggunakan glukosa darah
(gula darah), dari glukosa, sel membuat energi yang dibutuhkan untuk
menjalankan fungsinya. Pasien diabetes mellitus (kencing manis) tidak
memiliki kemampuan untuk mengambil dan menggunakan gula darah,
sehingga kadar gula darah meningkat. Pada diabetes tipe I, pankreas tidak
dapat memporduksi insulin. Sehingga pemberian insulin diperlukan. Pada
diabetes tipe II, pasien memproduksi insulin, tetapi sel tubuh tidak
merespon insulin dengan normal. Namun demikian, insulin juga digunakan
pada diabetes tipe II untuk mengatasi resistensi sel terhadap insulin.
Tabel 1. Macam-macam Insulin dan Cara Kerja dalam tubuh
J e n i s
I n s u l i n Aturan Pengaturan Gula Darah
R a p i d
A c t i n g
Digunakan bersamaan makan. Jenis ini digunakan bersamaan dengan jenis insulin longer-acting.
Onset 15-30 menit
Peak 30-90 menit
Duration 1-5 jam
S h o r t
A c t i n g
Digunakan untuk mencukupi insulin setelah makan 30-60 menit.
Onset -1 jam
Peak 2-5 jam
Duration 2-8 jam
In te r me d i at e - A c ti ng
Digunakan untuk mencukupi insulin selama setengah hari atau sepanjang malam. Jenis ini biasa dikombinasi dengan jenis rapid-acting atau sh ort-acting.
Onset 1-2 jam
Peak 3-12 jam
Duration 18-24 jam
L o n g - A c t i n g
Digunakan untuk mencukupi insulin seharian. Jenis ini biasa dikombinasi dengan jenis rapid-acting atau short-acting.
Onset -3 jam
Peak 6-20 jam
Duration 20-36 jam
P r e - M i x e d *
Produk ini biasanya digunakan dua kali sehari sebelum makan. Premixed insulin adalah kombinasi dengan proporsi yang spesifik insulin intermediate-acting dan insulin short-acting insulin di satu botol atau insulin pen.
Onset 10-30 menit
Peak -12 jam
Duration 14-24 jam lebih
12