Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
Petroleum System merupakan beberapa sistem yang tersusun atas unsur dan
proses yang berkesinambungan dalam pembentukan Hydrocarbon (Minyak dan Gas
Bumi). Unsur-unsur dan proses ini saling berkaitan satu dengan yang lainnya, dimana
apabila salah satu unsur atau proses ini tidak terpenuhi, maka Hidrokarbon tidak akan
terbentuk. Secara garis besar Petroleum system dapat dibagi menjadi 3 sub systems yaitu :
1. Generative sub system
2. Migration
3. Entrapment sub system

Gambar 1.1 Petroleum system


1. Generative sub system
Dalam generative sub sytem terdiri atas unsur berupa batuan induk atau source
rock, proses yang berlangsung berupa thermal maturation.
a. Source rock

Source rock merupakan tempat dimana awal mula minyak dan gas bumi terbentuk. Batuan
Source merupakan endapan sedimen yang mengandung bahan-bahan organik yang melimpah
sehingga dapat menghasilkan minyak dan gas bumi. endapan tersebut tertimbun ribuan meter
dibawah permukaan dan terbentuklah panas yang menjadikan minyak bumi tersebut matang.

b. Thermal maturation
Di bawah pengaruh suhu, tekanan dan waktu, kerogen dalam
batuan sumber berubah, dipecah menjadi molekul yang lebih kecil dan
akhirnya menjadi minyak dan gas. Untuk memperkirakan kapan dan
berapa banyak transformasi telah terjadi (rasio transformasi), langkahlangkah kematangan digunakan. Salah satu ukuran populer adalah
vitrinit refleksi (VR). partikel vitrinit dipelajari di bawah mikroskop dan
refleksi cahaya dibandingkan dengan standar, dinyatakan sebagai
persentase. Ini bervariasi kira-kira dari nol sampai sekitar 5%. Ukuran
lain adalah warna serbuk sari, yang bekerja untuk sedimen lebih muda
dari Devonian (Gutjahr, 1966). Ukuran geokimia adalah Tmax dari
rockEval analisis. Analisis RockEval terdiri dari pemanasan sejumlah
kecil SR perlahan, meskipun jauh lebih cepat dari pada di prcess alami
pematangan. Jika SR tersebut sudah matang dengan rasio transformasi
tertentu, aspal sudah diproduksi (dan belum diusir) terdeteksi sebagai
puncak pertama dari generasi gas dengan detektor. Volume HC di
puncak ini disebut S1. Sebuah puncak kedua disebabkan oleh retak
lebih lanjut dari kerogen yang tersisa. Suhu di puncak generasi kedua
ini disebut Tmax. Volume HC di puncak ini adalah S2. Sebuah puncak
S3 ketiga terkait dengan produksi CO2 pada suhu stiill tinggi. The Tmax
dari sampel yang matang akan lebih tinggi daripada sampel dewasa,
sebagai yang terakhir menghasilkan komponen S2 sudah pada suhu
yang lebih rendah.

2. Migration
Migration merupakan proses perpindahan hidrokarbon yang telah matang dari
source rock (batuan induk) ke batuan reservoar. Migration itu sendiri dibagi menjadi
2, yaitu Primary Migration dan Secondary Migration.

a. Primary

Migration merupakan

proses

perpindahan

atau

bergeraknya

hidrokarbon yang telah matang dari batuan induk menuju ke batuan reservoar
b. Secondary Migration merupakan pergerakan hirdokarbon didalam reservoar
menuju

tempat

akumulasinya

hidrokarbon

(pergerakan

ke

arah

perangkap/trap).

Gambar 1.2 Migration


3. Entrapment sub system
Dalam entrapment sub system terdiri atas unsur berupa migrated hydrocarbon,
trap geometry, reservoir rocks, seal rock. Proses-proses didalamnya berupa migration
dan trapping.
a.

Reservoir rock

Reservoir rock atau batuan reservoar merupakan batuan yang memiliki


tingkat porositas (kemampuan untuk menyimpan fluida) dan tingkat
permeabilitas (kemampuan untuk meloloskan fluida) yang baik, sehingga
hidrokarbon yang berasal dari batuan induk dapat disimpan, tersalurkan, dan
terakumulasi dengan baik didalam batuan ini. Pada hakekatnya semua jenis
batuan (Batuan Beku, Piroklastik, Sedimen, dan Metamorf) dapat menjadi
batuan reservoar asalkan dapat memenuhi dua syarat diatas, yaitu memiliki
tingkat Porositas dan Permeabilitas yang baik.

b.

Seal rock
Seal rock atau batuan tudung merupan suatu batuan yang memiliki

tingkat porositas dan permeabilitas yang buruk (kedap air) sehingga


hidrokarbon yang ada pada batua reservoar tidak akan keluar lagi, biasanya
seal rock terletak diatas batuan reservoar.
c.

Trap
Traps atau perangkap merupakan bentukan geometri dibawah

permukaan yang memungkinkan berhentinya pergerakan hidrokarbon


dibatuan reservoar, sehingga hidrokarbon yang berada pada batuan reservoar
dapat terakumulasi.Traps merupakan salah satu unsur yang paling penting
dalam mencari keterdapatan hidrokarbon dibawah permukaan. Usaha dalam
eksplorasi lebih ditujukan untuk mencari parangkap-perangkap reservoir
ini. Secara umum traps (Perangkap) dapat dibagi menjadi 3, yaitu : Perangkap
Struktur, Perangkap Stratigrafi, dan Perangkap Kombinasi.

Gambar 1.3 Perangkap Struktur

Gambar 1.4 Perangkap Statigrafi

Gambar 1.5 Perangkap Kombinasi

BAB II
GEOLOGI REGIONAL

2.1 Fisiografi Cekungan Tarakan


Cekungan Tarakan merupakan salah satu dari 3 (tiga) Cekungan Tersier utama
yang terdapat di bagian timur continental margin Kalimantan (dari utara ke selatan:
Cekungan Tarakan, Cekungan Kutai dan Cekungan Barito), yang dicirikan oleh hadirnya
batuan sedimen klastik sebagai penyusunnya yang dominan, berukuran halus sampai
kasar dengan beberapa endapan karbonat.
Secara fisiografi, Cekungan Tarakan meliputi kawasan daratan dan sebagiannya
lagi kawasan lepas pantai. Di bagian utara dibatasi oleh tinggian Semporna yang terletak
sedikit di utara perbatasan Indonesia - Malaysia, di sebelah selatan oleh Punggungan
Mangkalihat yang memisahkan Cekungan Tarakan dengan Cekungan Kutai. Ke arah barat
dari cekungan meliputi kawasan daratan sejauh 60 sampai 100 km dari tepi pantai
hingga Tinggian Kucing, ke arah timur batas cekungannya diketahui melewati kawasan
paparan benua dari Laut Sulawesi.
Lapangan

MD terletak pada daerah Simenggaris

yang secara geografis

terletak di propinsi Kalimantan Timur bagian timurlaut mencakup area dengan luas
2

912 km dan secara administratif daerah Simenggaris ini termasuk dalam dua kabupaten
yang dibatasi oleh Sungai Sesayap. Di bagian utara termasuk wilayah Kabupaten Nunukan
sedangkan bagian selatan termasuk wilayah Kabupaten Bulungan. Blok Simenggaris terdiri
dari pulau-pulau yang dipisahkan oleh sungai-sungai yang sangat lebar. Lebar

sungai dapat mencapai lebih dari 3,5 km. Daerahnya berupa daratan rawa-rawa,
daerah transisi dan sebagian kecil daerah laut dangkal yang ditutupi oleh tumbuhan nipah
dan mangrove dan hanya sebagian kecil berupa daratan yang ditutupi hutan tanaman
keras. Cekungan

Tarakan

adalah daerah rendahan

di sebelah utara Cekungan

Kutai di bagian timur Pulau Kalimantan yang bersama dengan berbagai cekungan lainnya
menjadi pusat pengendapan sedimen dari bagian timur laut Sunda Land selama zaman
Kenozoikum. Batas Cekungan Tarakan di bagian barat dibatasi oleh lapisan Pra-Tersier
Tinggian Kuching dan dipisahkan dari Cekungan Kutai oleh kelurusan timur-barat
Tinggian Mangkalihat (Gambar 2.1).
Proses

pengendapan

pengangkatan. Transgresi
Miosen

Cekungan

yang diperkirakan

Tarakan
terjadi

di

mulai

dari

proses

pada

Kala

Eosen

sampai

Awal bersamaan dengan terjadinya proses pengangkatan gradual pada

Tinggian Kuching dari barat ke timur. Pada Kala Miosen Tengah terjadi penurunan
(regresi) pada Cekungan Tarakan, yang dilanjutkan dengan terjadinya pengendapan
progradasi ke arah timur dan membentuk endapan delta, yang menutupi endapan
prodelta dan batial. Cekungan Tarakan mengalami proses penurunan secara lebih aktif
lagi pada Kala Miosen sampai Pliosen. Proses sedimentasi delta yang tebal relatif
bergerak ke arah timur terus berlanjut selaras dengan waktu.
Cekungan Tarakan berupa depresi berbentuk busur yang terbuka ke timur ke
arah Selat Makasar atau Laut Sulawesi yang meluas ke utara Sabah dan berhenti
pada zona subduksi di Tinggian Semporna dan merupakan cekungan paling utara di
Kalimantan. Tinggian Kuching dengan inti lapisan Pra-Tersier terletak di sebelah
baratnya, sedangkan batas selatannya adalah Ridge Suikersbood dan Tinggian
Mangkalihat.

Ditinjau dari fasies dan lingkungan pengendapannya, Cekungan Tarakan terbagi


menjadi empat sub cekungan, yaitu Tidung Sub-basin, Tarakan Sub-basin, Muara
Sub-basin dan Berau Sub-basin.
1. Tidung Sub-basin:

Terletak paling utara dan untuk sebagian besar

berkembang di daratan, terisi sedimen berumur Oligosen sampai Miosen


Akhir. Dipisahkan dengan Berau sub-basin di bagian selatan oleh Sekatak
Ridge.
2. Berau Sub-basin: Terletak pada bagian selatan dan sebagian besar berkembang
di daratan. terisi oleh sedimen berumur Eosen Akhir sampai Miosen Akhir.

3. Tarakan Sub-basin: Terletak pada bagian tengah dan merupakan sub


cekungan paling muda. Perkembangan paling utara ke arah lepas pantai dan
terisi dengan Formasi Tarakan-Bunyu yang berumur Miosen Akhir.
4. Muara Sub-basin: Merupakan deposenter paling selatan dan perkembangan
sedimennya ke arah lepas pantai di utara Tinggian Mangkalihat. Dipisahkan
dengan Berau sub-basin, di utaranya oleh Suikerbrood Ridge, yaitu suatu
Tinggian yang berarah Barat- Timur.

Gambar 2.1 Cekungan Tarakan Kalimantan Timur (Sumber: Core-Lab G&G Evaluation Simenggaris Block)

2.2 Struktur Geologi Cekungan Tarakan


Struktur utama di Cekungan Tarakan adalah lipatan dan sesar yang
umumnya berarah baratlaut-tenggara dan timurlaut-baratdaya. Terdapat pola
deformasi struktur yang

meningkat

terutama

sebelum

Miosen

Tengah

bergerak ke bagian utara cekungan. Struktur-struktur di Sub-cekungan Muara


dan Berau mengalami sedikit deformasi, sementara di Sub-cekungan Tarakan
dan Tidung lebih intensif terganggu (Ahmad dkk, 1984). Sub-cekungan Berau
dan Muara didominasi oleh struktur- struktur regangan yang terbentuk oleh
aktifitas tektonik semasa Paleogen, sementara intensitas struktur di Sub-cekungan
Tarakan dan Tidung berkembang oleh pengaruh berhentinya peregangan di Laut
Sulawesi yang diikuti oleh aktifitas sesar-sesar mendatar di fasa akhir tektonik
Tarakan (Fraser dan Ichram, 1999).
Di Cekungan Tarakan terdapat 3 sinistral wrench fault yang saling sejajar
dan berarah baratlaut-tenggara, yaitu:
1. Sesar Semporna yaitu sesar mendatar yang berada di bagian paling
utara, memisahkan kompleks vulkanik Semenanjung Semporna dengan
sedimen neogen di Pulau Sebatik.
2. Sesar Maratua sebagai zona kompleks transpresional membentuk batas
Sub- cekungan Tarakan dan Muara.
3. Sesar Mangkalihat Peninsula, yang merupakan batas sebelah selatan
Sub-

Cekungan

Muara

bertepatan

dengan

garis

pantai

utara

Semenanjung Mangkalihat dan merupakan kemenerusan dari Sesar


Palu-Koro di Sulawesi.
Struktur sesar tumbuh (growth fault) paling umum terdapat di Sub-cekungan
Tarakan dengan arah utara-baratlaut (di selatan) dan timurlaut (di utara) dengan
perubahan trend yang diperlihatkan oleh perubahan orientasi garis pantai pada
mulut Sungai Sesayap, dari utara-baratlaut di selatan Pulau Tarakan ke arah
timurlaut di utara Pulau Bunyu

(Wight, dkk. 1993). Kelompok sesar yang

berarah utara lebih menerus dan mempunyai offset terbesar.

Di daerah daratan (onshore), yang melingkupi sub-sub cekungan


Tidung, Berau, dan Tarakan, peta geologi permukaan menunjukkan adanya 2
rejim struktur yang berbeda antara daerah Sekatak-Bengara (Sub-cekungan
Berau) dengan daerah Simenggaris (Sub-cekungan
Sekatak-Bengara

sesar-sesar

turun

Tarakan).

Di

dan mendatar berarah utara dan

baratlaut mendominasi terutama karena yang tersingkap di permukaan


umumnya
Simenggaris

adalah

endapan-endapan

sesar-sesar

turun

paleogen.

dan

Sementara

mendatar

berarah

di

daerah
timurlaut

mendominasi permukaan geologi yang ditempati oleh endapan-endapan


Neogen.
Di sebelah timur Pulau Tarakan terdapat trend struktur sesar tumbuh
yang berarah utara-selatan dan makin ke timur lagi terdapat zone shale diapir
dan thrusting. Jalur seismik regional yang menerus sampai ke lepas pantai
memperlihatkan tipe struktur dari rejim ekstensional

dan sistem sesar

utara-selatan tersebut. Progadasi delta ke arah timur dan forced-regression


selama turunnya muka laut mengendapkan batuan reservoar di daerah
lereng kontinental dalam suatu rejim sesar-anjak di muka delta (toethrusting system).
Selain struktur sesar, di Cekungan Tarakan berkembang 5 buah arch
(busur) atau antiklin besar terutama di bagian barat. Dari utara ke selatan
busur-busur tersebut dinamakan Busur Sebatik, Ahus, Bunyu, Tarakan
dan Latih. Busur-busur

tersebut sebenarnya adalah tekukan menunjam

(plunging flexure) yang besar berarah tenggara dibentuk oleh transpresi


timurlaut-baratdaya dan berorientasi utara baratlaut selatan tenggara.
Umur dari kompresi makin muda ke arah utara. Intensitas lipatan juga
meningkat ke arah utara dimana busur yang makin besar di lepas
pantai menghasilkan lipatan yang tajam dan sempit di daratan, yaitu di
daerah Simenggaris.

Busur Latih dan antiklin-antiklin kecil yang berkembang di bagian selatan


dari Cekungan Tarakan (Sub-cekungan Muara) juga mempunyai orientasi baratlauttenggara. Antiklin-antiklin minor di selatan ini merupakan struktur inversi, dimana
di bagian intinya ditempati oleh lempung laut dalam Eosen sampai Miosen Akhir
dan batugamping turbidit yang ketat (Wight dkk., 1993).

10

Gambar 2.2 Simplified Geologic Map of The Tarakan Basin (Sumber:


Pertamina- BEICIP,1992; Netherwood&Wight,1993;
Situmorang&Buchan,1992)

11

2.3 Tektonik Sub-Cekungan Tarakan

Secara tektonik, sejarah Sub-Cekungan Tarakan saat ini merupakan


gambaran

hasil aktifitas

tektonik

Plio

- Pleistosen.

Elemen-elemen

tektonik utama sebagai penyusun cekungan adalah:


1.

Melange Kapur/Eosen

Awal, jalur Kalimantan

Tengah di

bagian barat. Daerah ini tersusun oleh batuan metamorf yang


tertektonisasi kuat. Achmad dan Samuel (1984), memperkirakan
jalur ini berumur Permo-Karbon atau Jura-Kapur.
2.

Semenanjung Semporna yang membentuk tinggian terletak di


sebelah utara perbatasan

Indonesia

dan

Malaysia.

Menurut

Hamilton (1979), komplek Semporna termasuk Busur Sulu dan


secara genetic berhubungan dengan proses tumbukan lempeng
Filipina dan NE Kalimantan.
3. Semenanjung Mangkalihat di bagian selatan merupakan tinggian
dengan lapisan sedimen tersier tipis, memisahkan Cekungan
Tarakan di utara dan Kutai di bagian selatan.
4.

Kearah timur, Cekungan Tarakan menyebar melintasi Laut


Sulawesi menuju palung laut Makasar. Batas paling timur dari
Cekungan Tarakan tidak dapat ditentukan secara jelas. Elemen
tektonik Cekungan Tarakan, Kalimantan Timur (Samuel, 1984)
Blok Simenggaris.

2.4 Stratigrafi Regional Sub-Cekungan Tarakan

Stratigrafi regional Sub-Cekungan Tarakan yang digunakan dalam


studi mengacu pada pembagian dan tatanama dari Achmad dan Samuel

12

(1984) dan Akuanbatin, et.al.(1984). Berdasarkan

pemisahan tersebut

stratigrafi Cekungan Tarakan didasari oleh batuan dari formasi-formasi


berumur Kapur hingga Eosen Tengah yang termasuk kedalam group
Formasi
tidak

Sembakung.

Di

atas

group

Formasi

Sembakung

secara

selaras menumpang batuan sedimen dari umur Eosen Akhir hingga

Pleistosen. Sedimen tersebut terbagi kedalam 5 siklus pengendapan, yaitu


terdiri dari 2 siklus transgresif yang dimulai dari Eosen Akhir hingga
Miosen Awal (siklus 1 dan siklus 2), 3 siklus regresif mulai Miosen
Tengah hingga Pleistosen (siklus 3, 4, 5). (Gambar 2.3).
2.4.1 Kapur-Eosen Tengah (Basement Complect)
Basement complect tersusun oleh batuan sedimen yang telah
mengalami metamorfosis lanjut dan terdiri dari Formasi Danau, Formasi
Sembakung dan Formasi Malio. Formasi Danau merupakan formasi yang
tertua, tertektonisasi kuat dan sebagian termetamorfosakan, terdiri dari:
quartzite, shale, slate, philite, chert radiolarian, dan breksi serpentinite,
diperkirakan berumur Kapur. Secara tidak selaras di atas Formasi Danau
diendapkan

Formasi Sembakung

dari batupasir, batulempung


Formasi

pada Paleosen/Eosen

Awal, terdiri

lanauan, dan batuan volkanik. Di atas

Sembakung diikuti oleh pengendapan Formasi Malio berumur

Eosen Tengah yang terdiri dari batulempung berfosil, karbonan kadangkadang mikaan. Formasi-formasi tersebut merupakan sikuen yang sangat
kompak, terlipat kuat dan tersesarkan.
2.4.2 Eosen Akhir/Oligosen (siklus 1)
Sedimen siklus-1 terdiri dari Formasi Sujau, Seilor dan Mangkabua
dan ketiganya menumpang secara tidak selaras di atas group Formasi
Sembakung dan menunjukkan hubungan menjemari ke arah timur dimulai

13

dari Formasi Sujau di bagian barat kemudian berubah menjadi Formasi


Mangkabua dan Formasi Seilor ke arah timur.
2.4.3 Oligosen Akhir-Miosen Awal(siklus-2)
Sedimen siklus-2 tersusun oleh Formasi Tempilan di bagian bawah dan
Formasi Naintupo di bagian atas.
1. Formasi Tempilan
Formasi Tempilan menumpang secara tidak selaras di atas sedimensedimen
yang lebih tua dan secara umum tersusun oleh batupasir dengan ketebalan
dari 1,7 ft hingga 80 ft, dan telah mengalami silifikasi. Berdasarkan data
nanofosil diinterpretasikan berumur Oligosen Akhir sampai Miosen Awal
diendapkan pada lingkungan supralitoral-litoral berupa endapan fluvial
bermeander dan tidal flat.
2. Formasi Naintupo
Formasi Naintupo secara umum tersusun oleh batulempung, batulanau
dengan sisipan batupasir.

2.4.4 Miosen Tengah-Akhir (Siklus 3)


Sedimen siklus-3 terdiri dari Formasi Meliat, Formasi Tabul dan Formasi Santul
yang diendapkan mulai dari Formasi Meliat yang tertua kemudian Formasi Tabul dan
Formasi Santul.
1. Formasi Meliat
Formasi Meliat menumpang secara tidak selaras di atas sedimen siklus2 dan secara umum terdiri dari batulanau, batulempung/serpih, batupasir,
di beberapa tempat berkembang batubara dan batugamping. Berdasarkan
data Foraminifera dan palinologi,

Formasi

Meliat berumur

Miosen

14

Tengah bagian bawah, secara umum diendapkan pada lingkungan transisi


(litoral) sampai laut terbuka (inner sublitoral).

2. Formasi Tabul
Formasi

Tabul

menumpang

secara

selaras

di

atas

Formasi Meliat. Penebalan terjadi pada jalur SembakungBangkudulis. Secara umum Formasi Tabul, didominasi oleh
batupasir,

batulempung/serpih,

karbonan

dan beberapa

tempat berkembang batubara. Ke arah tengah batupasir


berkembang baik terutama di bagian tengah dan bawah
formasi membentuk endapan-endapan

channel dengan

ketebalan bervariasi dari 3 ft hingga 140 ft. Batubara


pada bagian utara dan tengah tidak berkembang, namun
di

bagian

tepi

barat

batubara

berkembang sebagai

perselingan dengan batulempung dan batupasir dengan tebal


antara 0,7-6 ft. Di bagian selatan jalur ini perkembangan
batupasir

menjadi

tipis-tipis

dan berkembang batubara

sebagai perselingan dengan batulempung, batulanau dan


batupasir, ketebalan batubara antara 1,7-10 ft.
3. Formasi Santul
Formasi Santul menumpang secara selaras di atas Formasi
Tabul dan dicirikan oleh perselingan batupasir, batulempung
dan batubara. Batupasir sebagian menunjukkan ciri endapan
channel.

2.4.5 Pliosen-Pleistosen (Siklus 4 dan 5)

15

Sedimen

siklus-4 disusun

oleh satu formasi,

yaitu Formasi

Tarakan. Demikian halnya sedimen siklus-5, yaitu hanya terdiri dari


Formasi Bunyu yang menumpang secara tidak selaras diatas Formasi
Tarakan.

1. Formasi Tarakan
Formasi Tarakan memiliki kontak erosional dengan Formasi
Santul di bawahnya dan dicirikan oleh perselingan batupasir,
batulempung dan batubara. Batupasir umumnya berbutir sedang
sampai kasar, kadang-kadang
lempungan.
atau

Batubara

berkembang

lebih. Berdasarkan

berumur

Pliosen

konglomeratan,

data

tebal

lanauan atau

hingga

palinologi,

10-16

Formasi

ft

Tarakan

dengan lingkungan pengendapan supralitoral sampai

litoral.
2. Formasi Bunyu
Sedimen siklus-5 diwakili oleh Formasi Bunyu yang menumpang secara
tidak

selaras

berdasarkan

diatas
data

Formasi

palinologi,

Tarakan
terdiri

berumur
dari

Pleistosen/Kwarter

batupasir,

konglomerat

berselingan dengan batubara dan lempung.

16

Gambar 2.3 Kolom stratigrafi Sub-Cekungan Tarakan (Internal report PertaminaMedco E&P, 2001

BAB III
PETROLEUM SYSTEM SUB CEKUNGAN TARAKAN

17

3.1 Source Rock


Formasi yang berpotensi sebagai source rock adalah Formasi Sembakung, Meliat,
dan Tabul (Sasongko, 2006). Formasi Meliat juga memiliki batuan yang mengandung
material organik yang cukup dengan sebagian formasi temperaturnya cukup tinggi,
sehingga mampu mematangkan hidrokarbon. Batuan Formasi Tabul merupakan source
rock terbaik karena memiliki material organik tinggi dan HI lebih dari 300, sehingga
hidrokarbon telah matang. Ketebalan formasi ini mencapai 1700 m, sehingga mampu
menyediakan hidrokarbon yang melimpah.
Menurut L.J. Polito (1978, dalam Indonesia Basins Summaries 2006), batuan
penghasil hidrokarbon di Cekungan Tarakan melampar di Formasi Tabul, Meliat, Santul,
Tarakan

dan Naintupo.

2006) juga memberikan


lacustrine.

Wight et al (1992,

dalam

argumen bahwa source

Indonesia

Basins Summaries

rock berasal dari fasies fluvio-

Samuel (1980, dalam Indonesia Basins Summaries 2006) menyebutkan

bahwa dari kematangan termal dan geokimia, hanya gas yang bisa didapatkan di Formasi
Tabul, Santul dan Tarakan. Migrasi bekerja pada blok-blok yang terbentuk Mio-pliocene.

18

Gambar 3.1 Play Concept Model of Tarakan Basin

3.2 Reservoir
Karakteristik batuan yang terdapat pada Formasi Sembakung, Meliat/Latih,
Tabul, dan Tarakan/Sanjau menunjukkan potensial sebagai reservoir. Batuan
mempunyai kastika kasar dengan geometri sedimen deltaik yang penyebarannya
terbatas. Berdasarkan Indonesia Basins Summaries (2006), Formasi Meliat, Tabul,
Santul, dan Tarakan merupakan seri delta dengan batupasir berbentuk channel
dan bar. Formasi Meliat berisi batupasir dan shale dengan lapisan tipis batubara.
Kualitas reservoir

yang ada termasuk sedang-bagus dengan pelamparan yang

cukup luas. Formasi Tabul berisi batupasir, batulanau, shale dengan lapisan tipis
batubara. Tebal formasi mencapai 400-1500 m dan menebal ke arah timur. Formasi
Santul merupakan
ini didominasi

fasies delta

oleh

batupasir

plain sampai delta


dan shale dengan

front proksimal.
lapisan

tipis

Formasi
batubara.

20

Batupasir mempunyai ketebalan 40-60 m. Pada beberapa titik, ada channel


batupasir yang tebalnya mencapai 115 m. Formasi Tarakan yang berumur Pliosen
merupakan seri delta dengan dominasi litologi berupa pasir, lempung, dan batubara
yang menunjukkan fasies delta plain hingga fluviatil.

3.3 Seal Rock


Batuan

yang

menjadi seal atau

tudung

adalah

batuan

penyusun

Formasi Sembakung, Mangkabua, dan Birang yang merupakan batuan sedimen


klastik dengan ukuran butir halus. Formasi Meliat/Latih, Tabul dan Tarakan tersusun
oleh batulempung hasil endapan delta intraformational yang berfungsi pula
sebagai batuan tidung.

Gambar 3.2 Penyebaran Isopach Formasi Tabul yang mengandung


batuan Penudung (Sasongko et al, 2006)

21

3.4 Traps
Sistem perangkap hidrokarbon yang terdapat di Cekungan Tarakan
adalah perangkap stratigrafi karena adanya asosiasi litologi batuan sedimen halus
dengan lingkungan pengendapannya delta. Namun pada umur Plio-Pleistosen,
terjadi tektonik yang memungkinkan terbentuknya struktur geologi dan dapat terjadi
perangkap hidrokarbon yang berhubungan dengan syngenetic fault dan struktur
antiklin.
3.5 Migrasi
Model migrasi yang terjadi di Cekungan Tarakan disebabkan oleh sesar
normal dan sesar naik serta perbedaan elevasi. Samuel (1980, dalam Indonesia
Basins Summaries 2006) menyebutkan bahwa migrasi hidrokarbon bekerja pada
blok- blok yang terbentuk Mio-Pliosen. Hal itu juga didukung dengan waktu yang
tepat proses pematangan hidrokarbon pada Miosen Akhir dari Formasi Tabul
dan Tarakan

akibat

intrusi batuan

beku.

Pematangan

hidrokarbon

terjadi

pada kedalaman 4300 m.

22

BAB IV
KESIMPULAN

1. Cekungan Tarakan merupakan salah satu dari 3 (tiga) Cekungan Tersier


utama yang terdapat di bagian timur continental margin Kalimantan (dari
utara ke selatan: Cekungan Tarakan, Cekungan Kutai dan Cekungan Barito),
yang dicirikan oleh hadirnya batuan sedimen klastik sebagai penyusunnya
yang dominan, berukuran halus sampai kasar dengan beberapa endapan
karbonat.
2. Secara fisiografi, Cekungan Tarakan meliputi kawasan daratan dan
sebagiannya lagi kawasan lepas pantai.
3. Untuk Petroleum System Cekungan Tarakan sendiri:
Rock Unit berumur Paleosen-Plistosen.
Source Rock, berasal dari Formasi Sembakung, Formasi Maliat, dan
Formasi Tabul yang berumur Eosen Tengah-Miosen Tengah.Formasi
Tabul adalah Source Rock terbaik karena memiliki material organic

tinggi dengan ketebalan mencapai 1700m.


Reservoir, berasal dari Formasi Sembakung, Formasi Maliat/Latih,
Formasi Tabul dan Formasi Tarakan/Sanja berupa batupasir yang

berasal dari endapan delta.Berumur Eosen Tengah-Pliosen Akhir.


Seal Rock, berasal dari Formasi Sembakung, Mangkabua, dan Birang
yang merupakan batuan sedimen klastik dengan ukuran butir
halus.Formasi Meliat/Latih, Tabul dan Tarakan tersusun oleh
batulempung hasil endapan deltain traformational.Berumur Eosen

Tengah-Pliosen Akhir.
Trap, berasal dari Stratigrafi.Tetapi pada Pliosen-Plistosen terjadi

tektonik yang membentuk struktur geologi.


Migrasi, dikarenakan adanya sesar normal dan sesar naik.Terjadi
pada Miosen Awal-Pliosen Akhir.

23

Anda mungkin juga menyukai