DISUSUN OLEH :
NAMA
: HAIKAL WIDODO
NIM
: 14/365787/TP/11015
Judul : Fenomena Aneh Cacing Lemas Keluar dari Tanah di Bantul, Ada Apa?
Sumber : www.Liputan6.com
Oleh : Fathi Mahmud
Tanggal 3 Juni 2015
istri saya jalan-jalan, melihat banyak cacing muncul, jumlahnya memang banyak. Dan
kemarin kan sempat hujan, dan saat ini panas. Kemungkinan karena kepanasan mereka
muncul di permukaan,"kata dia Rabu ( 3/6/2015).
Daryanto mengakui ada beberapa laporan dari warga terkait fenomena ini. Ia
berharap masyarakat tidak mempercayai fenomena itu berkaitan dengan gempa.
Namun, ia tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada karena DIY merupakan
daerah yang rawan gempa bumi. "Sampai saat ini belum ada penelitian yang membuktikan
jika kemunculan cacing tersebut akan muncul gempa. Jadi masyarakat jangan sampai resah
dengan fenomena tersebut, namun tetap waspada karena kita memang hidup di wilayah
rawan bencana," katanya.
Sementara itu Kabag Pemerintahan Kelurahan Bangunjiwo Kasihan Bantul Sutadi
mengatakan pihaknya belum mendengar adanya fenomena itu di wilayahnya. "Belum
melihat itu di daerah saya yang juga di Karangjati," kata dia. Hal senada juga diungkapkan
Widayati warga Karangjati yang juga kader PKK di Karangjati Bangunjiwo. "Belum
dengar info itu. Biasanya ada sesuatu yang heboh pasti dengar," ujarnya.
Penjelasan BNPB
Dari Jakarta, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho angkat bicara mengenai
fenomena tersebut. "Menurut saya, cacing dan semut merespons perubahan musim hujan
ke musim kemarau," kata dia, Rabu (3/6/2015). Bagaimana dengan kemungkinan kaitan
dengan gempa di wilayah DIY, dan khususnya Bantul?
Sutopo menjelaskan, sejarah mencatat gempa terjadi di wilayah tersebut pada 1943.
"Dan ini tahun 2015, apakah mungkin dalam waktu 9 tahun dapat mengumpulkan energi
untuk terjadinya gempa seperti 2006 dan 1943? kok rasanya sulit," kata dia.
Sementara, dia menambahkan, Merapi dalam kondisi normal, tak ada tanda-tanda
peningkatan aktivitas. "Semoga hewan-hewan hanya menyesuaikan diri dari transisi
musim hujan ke musim kemarau saja," tambah dia. (Ein/Yus)
Tinjauan Pustaka
sempurna. Suhu yang baik antara 15oC-25oC. Suhu yang lebih tinggi dari 25 oC masih baik
asalkan ada naungan yang cukup dan kelembaban yang optimal.
KOMENTAR
Cacing tanah keluar dari dalam tanah disebabkan kondisi di atas permukaaan tanah
lebih menguntungkan. Cacing tanah tidak memiliki sistem pernapasan sendiri. Cacing
tanah bernapas dengan cara menyerap oksigen secara langsung dari udara bebas melalui
permukaan kulitnya. Untuk dapat melakukan pernapasan tersebut, cacing perlu menjaga
agar permukaan kulitnya selalu basah. Baik itu dari lendir yang dihasilkan oleh cacing itu
sendiri maupun dengan cara membasahi permukaan kulitnya dengan air agar permukaan
kulitnya selalu lembab.
Dalam menjaga kelembaban kulitnya, cacing juga memerlukan tempat atau habitat
yang mendukung untuk melakukan hal tersebut. Salah satunya adalah tanah yang lembab.
Tanah yang lembab akan senantiasa menjaga kelembaban pada permukaan kulit cacing
tanah. Selain itu di tanah yang lembab, juga menyediakan zat-zat organik yang dapat
menjadi makanannya, yang jarang ditemukan di tanah yang kering.
Selain untuk menjaga kelembaban permukaan kulit cacing, tanah yang lembab juga
sebagai pendukung kehidupan cacing tanah. Kelembaban ini sangat berpengaruh pada
pertumbuhan dan daya reproduksi cacing tanah. Kelembaban yang ideal untuk cacing
tanah adalah sekitar 15-50% sedangkan kelembaban optimum tanah yang dapt ditempati
cacing tanah adalah sekitar 42-60%.
Terkait dengan fenomena keluarnya cacing dari tanah dalam kondisi lemas , cacing
tersebut menyesuaikan perubahan musim hujan ke musim kemarau. Pada musim hujan,
penyerapan air yang tidak maksimal menyebabkan habitat hidup cacing lembab namun
berair. dan makanan yang tersedia cukup, namun sebagian besar larut ke dalam air. Hal ini
membuat cacing hanya memperoleh sedikit makanan saja. Sedangkan di musim kemarau,
makanan yang tersedia tidak mencukupi dan menyulitkan pergerakan cacing tanah karena
tanah yang kering cenderung keras.Itulah sebabnya cacing tanah lebih menyukai tanah
yang lembab dari pada tanah yang kering ataupun basah.
Kaitannya fenomena cacing yang keluar dengan gempa di Yogyakarta pada tahun
2006 tidak ada sama sekali. Apabila dilihat dari sejarah, gempa 2006 terjadi begitu dahsyat
dikarenakan tersimpan energi yang dikumpulkan sejak gempa sebelumnya yaitu tahun
1943 . Sehingga sangat mustahil jika dalam kurun waktu 9 tahun untuk mengumpulkan
energi yang sama untuk terjadi gempa. Selain itu pada saat gempa 2006 terjadi sedang
berlangsung pergantian musim sehingga cuacanya tidak menentu, terkadang panas lalu tiba
tiba hujan.
Kondisi tanah yang tidak menentu akibat pergantian musim hujan ke musim
kemarau menjadi factor penting penyebab fenomena keluarnya cacing dari tanah dalam
kondisi lemas. Disinilah peran kita sebagai sarjana Teknik Pertanian dan Biosistem untuk
merekayasa alat atau lingkungan yang dapat menjaga stabilitas kelembaban tanah. Dengan
ekologis yang baik,cacing sebagai komponen penting dalam biosistem dapat tumbuh dan
berkembang biak dengan baik pula.
KESIMPULAN
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa cacing lebih menyukai tanah yang
lembab untuk sebagai tempat hidup yang ideal. Kondisi tanah yang tidak menentu akibat
pergantian musim hujan ke musim kemarau menjadi factor penting penyebab fenomena
keluarnya cacing dari tanah dalam kondisi lemas.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. http://biosejati.wordpress.com/2011/12/15/cacing-tanah-habitat/. Diakses
tanggal 18 Juni 2015.
Anonim. 2012. http://jurnalpdf.info/pdf/biologi-cacing-tanah.html. Diakses tanggal 18
Juni 2015.
Dwidjoseputro, D, dkk. 1979. Makhluk Hidup Susunan dan fungsi Bagian-Bagian Tubuh.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Mahmud, F. 2015. http://www.Liputan6.com. Diakses tanggal 18 Juni 2015.