Anda di halaman 1dari 6

DASAR DASAR BIOSISTEM

MENGOMENTARI FENOMENA CACING YANG KELUAR DARI


TANAH DALAM KONDISI LEMAS

DISUSUN OLEH :
NAMA

: HAIKAL WIDODO

NIM

: 14/365787/TP/11015

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015

Judul : Fenomena Aneh Cacing Lemas Keluar dari Tanah di Bantul, Ada Apa?
Sumber : www.Liputan6.com
Oleh : Fathi Mahmud
Tanggal 3 Juni 2015

Ilustrasi cacing tanah


Liputan6.com, Bantul - Warga Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, diresahkan kabar
yang tersebar lewat media sosial: cacing-cacing keluar dari dalam tanah dalam kondisi
lemas. Sejumlah orang mengaitkannya dengan peristiwa gempa 5,9 skala Richter yang
pernah mengguncang, Sabtu Wage 27 Mei 2006. "Dari Bantul merata, wilayah Berbah,
Prambanan, sampai Solo, ada fenomena aneh, banyak cacing keluar dari tanah dalam
keadaan lemas," demikian kutipan yang menyebar di media sosial.
Penyebar pesan bahkan mengaku, salah satu rekannya yang merupakan anggota
Basarnas menganjurkan agar masyarakat siap menghadapi kondisi darurat. "Karena dulu
saat gempa terjadi seminggu setelah fenomena cacing ini juga, analisa awal , terjadi
peningkatan aktivitas tektonik di jalur subduksi kidul kuno, akibat terjadi pelepasan energi
ke permukaan tanah," demikian lanjut isi pesan itu.
Saat dimintai konfirmasi, Kepala Pelaksana Badan penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Bantul Dwi Daryanto mengakui adanya kemunculan cacing tersebut di
wilayah Karangjati, Kasihan, Bantul. Namun dirinya melihat fenomena ini terjadi karena
adanya fenomena hujan saat musim kemarau. "Memang kemarin saat liburan saya bersama

istri saya jalan-jalan, melihat banyak cacing muncul, jumlahnya memang banyak. Dan
kemarin kan sempat hujan, dan saat ini panas. Kemungkinan karena kepanasan mereka
muncul di permukaan,"kata dia Rabu ( 3/6/2015).
Daryanto mengakui ada beberapa laporan dari warga terkait fenomena ini. Ia
berharap masyarakat tidak mempercayai fenomena itu berkaitan dengan gempa.
Namun, ia tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada karena DIY merupakan
daerah yang rawan gempa bumi. "Sampai saat ini belum ada penelitian yang membuktikan
jika kemunculan cacing tersebut akan muncul gempa. Jadi masyarakat jangan sampai resah
dengan fenomena tersebut, namun tetap waspada karena kita memang hidup di wilayah
rawan bencana," katanya.
Sementara itu Kabag Pemerintahan Kelurahan Bangunjiwo Kasihan Bantul Sutadi
mengatakan pihaknya belum mendengar adanya fenomena itu di wilayahnya. "Belum
melihat itu di daerah saya yang juga di Karangjati," kata dia. Hal senada juga diungkapkan
Widayati warga Karangjati yang juga kader PKK di Karangjati Bangunjiwo. "Belum
dengar info itu. Biasanya ada sesuatu yang heboh pasti dengar," ujarnya.
Penjelasan BNPB
Dari Jakarta, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho angkat bicara mengenai
fenomena tersebut. "Menurut saya, cacing dan semut merespons perubahan musim hujan
ke musim kemarau," kata dia, Rabu (3/6/2015). Bagaimana dengan kemungkinan kaitan
dengan gempa di wilayah DIY, dan khususnya Bantul?
Sutopo menjelaskan, sejarah mencatat gempa terjadi di wilayah tersebut pada 1943.
"Dan ini tahun 2015, apakah mungkin dalam waktu 9 tahun dapat mengumpulkan energi
untuk terjadinya gempa seperti 2006 dan 1943? kok rasanya sulit," kata dia.
Sementara, dia menambahkan, Merapi dalam kondisi normal, tak ada tanda-tanda
peningkatan aktivitas. "Semoga hewan-hewan hanya menyesuaikan diri dari transisi
musim hujan ke musim kemarau saja," tambah dia. (Ein/Yus)
Tinjauan Pustaka

Habitat Cacing Tanah


Cacing tanah hidup didalam liang tanah yang lembab, subur dan suhunya tidak terlalu
dingin. Untuk pertumbuhannya yang baik, cacing ini memerlukan tanah yang sedikit asam
sampai netral atau pH 6-7,2. Kulit cacing tanah memerlukan kelembabancukup tinggi agar
dapat berfungsi normal dan tidak rusakyaitu berkisar 15% - 30%. Suhu yang diperlukan
untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan antara 15oC-25oC.
1. Pengaruh pH
Cacing tanah memiliki sistem pencernaan yang kurang sempurna, karena
sedikitnya enzim pencernaan. Oleh karena itu cacing tanah memerlukan bantuan bakteri
untuk merubah/memecahkan bahan makanan. Aktivitas bakteri yang kurang dalam
makanannya menyebabkan cacing tanah kekurangan makanan dan akhirnya mati karena
tidak ada yang membantu pencernaan senyawa karbohidrat dan protein. Namun bila
makanan terlalu asam sehingga aktivitas bakteri berlebihan. Hal ini akan menyebabkan
terjadinya pembengkakan tembolok cacing tanah dan berakhir dengan kematian pula.
Keadaan makanan atau lingkungan yang terlalu basah, mengakibatkan cacing tanah
kelihatan pucat dan kemudian mati. Untuk pertumbuhan yang baik dan optimal diperlukan
pH antara 6,0 sampai 7,2.
2. Pengaruh Kelembaban
Sebanyak 85 % dari berat tubuh cacing tanah berupa air, sehingga sangatlah
penting untuk menjaga media pemeliharaan tetap lembab (kelembaban optimum berkisar
antara 15 - 30 %). Tubuh cacing mempunyai mekanisme untuk menjaga keseimbangan air
dengan mempertahankan kelembaban di permukan tubuh dan mencegah kehilangan air
yang berlebihan. Cacing yang terdehidrasi akan kehilangan sebagian besar berat tubuhnya
dan tetap hidup walaupun kehilangan 70 - 75 % kandungan air tubuh. Kekeringan yang
berkepanjangan memaksa cacing tanah untuk bermigrasi ke lingkungan yang lebih cocok.
Kelembaban sangat diperlukan untuk menjaga agar kulit cacing tanah berfungsi
normal. Bila udara terlalu kering, akan merusak keadaan kulit. Untuk menghindarinya
cacing tanah segera masuk kedalam lubang dalam tanah, berhenti mencari makan dan
akhirnya akan mati. Bila kelembaban terlalu tinggi atau terlalu banyak air, cacing tanah
segera lari untuk mencari tempat yang pertukaran udaranya (aerasinya) baik. Hal ini terjadi
karena cacing tanah mengambil oksigen dari udara bebas untuk pernafasannya melalui
kulit. Kelembaban yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan cacing tanah
adalah antara 15% sampai 30%.
3. Pengaruh Suhu
Suhu yang terlalu rendah maupun terlalu tinggi akan mempengaruhi proses-proses
fisiologis seperti pernafasan, pertumbuhan, perkembangbiakan dan metabolisme. Suhu
rendah menyebabkan kokon sulit menetas. Suhu yang hangat (sedang) menyebabkan cepat
menetas dan pertumbuhan cacing tanah setra perkembangbiakannya akan berjalan

sempurna. Suhu yang baik antara 15oC-25oC. Suhu yang lebih tinggi dari 25 oC masih baik
asalkan ada naungan yang cukup dan kelembaban yang optimal.
KOMENTAR
Cacing tanah keluar dari dalam tanah disebabkan kondisi di atas permukaaan tanah
lebih menguntungkan. Cacing tanah tidak memiliki sistem pernapasan sendiri. Cacing
tanah bernapas dengan cara menyerap oksigen secara langsung dari udara bebas melalui
permukaan kulitnya. Untuk dapat melakukan pernapasan tersebut, cacing perlu menjaga
agar permukaan kulitnya selalu basah. Baik itu dari lendir yang dihasilkan oleh cacing itu
sendiri maupun dengan cara membasahi permukaan kulitnya dengan air agar permukaan
kulitnya selalu lembab.
Dalam menjaga kelembaban kulitnya, cacing juga memerlukan tempat atau habitat
yang mendukung untuk melakukan hal tersebut. Salah satunya adalah tanah yang lembab.
Tanah yang lembab akan senantiasa menjaga kelembaban pada permukaan kulit cacing
tanah. Selain itu di tanah yang lembab, juga menyediakan zat-zat organik yang dapat
menjadi makanannya, yang jarang ditemukan di tanah yang kering.
Selain untuk menjaga kelembaban permukaan kulit cacing, tanah yang lembab juga
sebagai pendukung kehidupan cacing tanah. Kelembaban ini sangat berpengaruh pada
pertumbuhan dan daya reproduksi cacing tanah. Kelembaban yang ideal untuk cacing
tanah adalah sekitar 15-50% sedangkan kelembaban optimum tanah yang dapt ditempati
cacing tanah adalah sekitar 42-60%.
Terkait dengan fenomena keluarnya cacing dari tanah dalam kondisi lemas , cacing
tersebut menyesuaikan perubahan musim hujan ke musim kemarau. Pada musim hujan,
penyerapan air yang tidak maksimal menyebabkan habitat hidup cacing lembab namun
berair. dan makanan yang tersedia cukup, namun sebagian besar larut ke dalam air. Hal ini
membuat cacing hanya memperoleh sedikit makanan saja. Sedangkan di musim kemarau,
makanan yang tersedia tidak mencukupi dan menyulitkan pergerakan cacing tanah karena
tanah yang kering cenderung keras.Itulah sebabnya cacing tanah lebih menyukai tanah
yang lembab dari pada tanah yang kering ataupun basah.
Kaitannya fenomena cacing yang keluar dengan gempa di Yogyakarta pada tahun
2006 tidak ada sama sekali. Apabila dilihat dari sejarah, gempa 2006 terjadi begitu dahsyat
dikarenakan tersimpan energi yang dikumpulkan sejak gempa sebelumnya yaitu tahun
1943 . Sehingga sangat mustahil jika dalam kurun waktu 9 tahun untuk mengumpulkan

energi yang sama untuk terjadi gempa. Selain itu pada saat gempa 2006 terjadi sedang
berlangsung pergantian musim sehingga cuacanya tidak menentu, terkadang panas lalu tiba
tiba hujan.
Kondisi tanah yang tidak menentu akibat pergantian musim hujan ke musim
kemarau menjadi factor penting penyebab fenomena keluarnya cacing dari tanah dalam
kondisi lemas. Disinilah peran kita sebagai sarjana Teknik Pertanian dan Biosistem untuk
merekayasa alat atau lingkungan yang dapat menjaga stabilitas kelembaban tanah. Dengan
ekologis yang baik,cacing sebagai komponen penting dalam biosistem dapat tumbuh dan
berkembang biak dengan baik pula.
KESIMPULAN
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa cacing lebih menyukai tanah yang
lembab untuk sebagai tempat hidup yang ideal. Kondisi tanah yang tidak menentu akibat
pergantian musim hujan ke musim kemarau menjadi factor penting penyebab fenomena
keluarnya cacing dari tanah dalam kondisi lemas.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. http://biosejati.wordpress.com/2011/12/15/cacing-tanah-habitat/. Diakses
tanggal 18 Juni 2015.
Anonim. 2012. http://jurnalpdf.info/pdf/biologi-cacing-tanah.html. Diakses tanggal 18
Juni 2015.
Dwidjoseputro, D, dkk. 1979. Makhluk Hidup Susunan dan fungsi Bagian-Bagian Tubuh.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Mahmud, F. 2015. http://www.Liputan6.com. Diakses tanggal 18 Juni 2015.

Anda mungkin juga menyukai