Anda di halaman 1dari 77

Oleh :

Maulan Saputra
J500080112
Pembimbing : Dr. Setyo Utomo, Sp.JP. FIHA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Hipertensi

Salah satu penyakit


tidak menular yang
menjadi masalah
kesehatan yang serius

Di amerika, 1 dari 4
orang dewasa
menderita hipertensi

7 x > stroke, 6 x >


congestive heart
failure, dan 3 x >
serangan jantung

serangan jantung,
stroke, gangguan
ginjal, kebutaan dll.

Jika tidak terkontrol


Target organ

Menurut WHO
dan the
International
Society of
Hypertension
(ISH)

600 juta
penderita
hipertensi di
seluruh dunia

3 juta
meninggal/tahu
nnya

7 dari 10
penderita tidak
mendapatkan
pengobatan
adekuat

Meningkatkan
insiden
penyakit
degeneratif

Harapan
hidup

Hipertensi =
morbiditas
dan
mortalitas
yang tinggi.

Hipertensi pada usia lanjut menjadi lebih


penting

patogenesis, perjalanan penyakit dan


penatalaksanaannya tidak seluruhnya sama
dengan hipertensi pada usia dewasa muda

Bertambahnya usia, TD akan tinggi tek darah


diastol akan menurun sedangkan tek sistol terus
meningkat.

Indonesia, jumlah penduduk usia > 60


thn 400%

TDS disertai TDD sampai usia 55 thn


TDD kekakuan arteri karena
aterosklerosis Hipertensi Sistolik
Terisolasi (HST)

Hipertensi Sistolik Terisolasi (HST)


2/3 pada usia > 60 thn.

Keberhasilan
pengobatan pada
usia lanjut rendah

>> banyak dokter


tidak mengobati
hipertensi usia
lanjut sampai
optimal (<140/90
mmHg)

kekuatiran
terjadinya efek
samping

Pada usia lanjut


prevalensi gagal
jantung dan stroke
tinggi.

pengobatan
hipertensi yang
optimal

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
The Joint National Community on Preventation
Detection evaluation and treatment of High Blood
Preassure
WHO dengan International Society of Hipertention

Tekanan darah seseorang dengan tekanan sistoliknya 140


mmHg atau lebih atau tekanan diastoliknya 90 mmHg atau
lebih atau sedang memakai obat anti hipertensi.

Insiden hipertensi
makin meningkat
dengan
meningkatnya usia

perubahan alamiah
di dalam tubuh yang
mempengaruhi
jantung, pembuluh
darah dan hormon

Hipertensi pada <35


thn penyakit
arteri koroner dan
kematian prematur

B. Etiologi
Hipertensi primer atau esensial

Adalah hipertensi yang tidak diketahui etiologinya.


Merupakan 90 % dari semua penyakit hipertensi.
Hipertensi sekunder

Terjadinya tekanan darah tinggi akibat penyakit tertentu.


Merupakan 10-20% dari semua hipertensi.

Penyebab hipertensi sekunder :


1. Penyakit ginjal
2. Penyakit endokrin
3. Koarktasio aorta
4. Hipertensi pada kehamilan
5. Stress akut
6. Volume intravaskuler meningkat

7. Penyakit neurologi

C. Klasifikasi
Klasifikasi tekanan darah oleh JNC 7 :

Klasifikasi hipertensi menurut WHO :

Krisis hipertensi :

Suatu keadaan klinis yang ditandai oleh tekanan darah yang


sangat tinggi yang kemungkinan dapat menimbulkan atau telah
terjadinya kelainan organ target.

ditandai oleh tekanan darah >180/120 mmHg, dikategotikan


sebagai hipertensi emergensi atau hipertensi urgensi.

Hipertensi
emergensi

Hipertensi
urgensi

tekanan darah yang


meningkat ekstrim disertai
dengan kerusakan organ
target akut yang bersifat
progresif

tingginya tekanan darah


tanpa disertai kerusakan
organ target yang progresif

Hipertensi
maligna

tekanan darah yang


sangat tinggi yang
datang tiba-tiba dan
cepat, biasanya TDD
>130.

Pada usia lanjut :

- Hipertensi Sistolik Terisolasi (HST)


Insiden
meningkat seiring
bertambahnya
umur

kehilangan
elastisitas arteri
karena proses
menua

Semakin besar
perbedaan TDS
dan TDD

kerusakan organ
target (jantung,
otak, dan ginjal)

resiko komplikasi
kardiovaskular

Hipertensi diastolic saja ((Diastolic hypertension):


- terdapat antara 12-14% penderita penderita di atas usia 60
tahun
- Pria>>wanita
- Insidensi menurun seiring bertambahnya umur

Hipertensi sistolik-diastolik :
- terdapat pada 6-8% penderita usia di atas 60 tahun
- Wanita >> Pria
- Meningkat dengan bertambahnya umur.

D. Faktor resiko
- Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol :

Jenis kelamin

Genetik/Keturu
nan

Umur

- Faktor resiko yang dapat di kontrol :


Obesitas

Kurang olah
raga

Merokok

Konsumsi kopi
berlebih

Kosumsi alkohol

Konsumsi
garam berlebih

Stres

E. Patofisiologi
Banyak faktor yang mengontrol tekanan darah
berkontribusi secara potensial dalam terbentuknya
hipertensi :

F. Tanda dan gejala

Hipertensi pada usia lanjut sering tidak


memberikan gejala apapun atau gejala yang
timbul tersamar (insidious) atau tersembunyi
(occult)

Sebagian besar timbul setelah mengalami hipertensi


bertahun-tahun dan berupa :
Nyeri kepala mual muntah peningkatan tekanan

darah intrakranial
Penglihatan kabur
Terjadi kerusakan sistem saraf pusat
Nokturia peningkatan aliran darah ginjal & filtrasi
glomerulus
Edema dependen & pembengkakan karena peningkatan
tekanan kapiler

Beberapa pasien mengeluhkan:


Mengeluh sakit kepala
Pusing
Lemas
Kelelahan
Sesak nafas
Gelisah
Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun

G. Pemeriksaan
- Canadian Hypertensi Education Program (CHEP,2009)
pengukuran 3 kali
pada posisi duduk
dengan jarak 1
menit

Ambil nilai rata2


dari pengukuran
ke 2 dan ke 3

Ukur tekanan
darah saat berdiri

Lakukan
pengukuran pada
kedua lengan

Pada usia lanjut terdapat beberapa keadaan yang

menjadi masalah saat pengukuran tekanan darah :


Pembuluh darah yang
kaku

aterosklerosis dan
barorefleks yang
berkurang

Pseudohipertensi

Tekanan darah yang


menurun berlebihan

Saat berdiri, setelah


makan dan setelah
aktifitas

- Pemeriksaan penunjang lain sbg tanda, faktor resiko,

komplikasi/prognosis dari hipertensi :


a. Hemoglobin/Hematokrit
b. Blood ureum nitrogen
c. Glukosa

d. Kalium dan kalsium serum


e. Kolesterol

Pemeriksaan tiroid
g. Kadar aldosteron urin/serum
h. Urinalisa
f.

Asam urat
j. Steroid urin
k. IVP
l. Foto dada
m. CT scan
n. EKG
i.

H. Komplikasi
- Hipertensi Kematian Penyakit jantung
a. Komplikasi pada sistem kardiovaskular
Hipertrofi
ventrikel
kiri

Penyakit
jantung
hipertensif.

Hipertensi

Infark
myokard

Gagal
jantung
kongetif

b. Efek neurologik
Retina

Sistem saraf
pusat

Sakit kepala
daerah
oksipital

Vertigo,
tinitus

Aperdarahan,
ensefalopati

Infark serebri

Oklusi
vaskular

C. Efek pada ginjal


Lesi aterosklerosis di ateriol aferen, eferen dan kapiler
glomerulus Penurunan filtrasi glumerulus dan
disfungsi tubuler gagal ginjal.

I. Penatalaksanaan Hipertensi pada usia lanjut

Tujuan penatalaksanaan :

mengurangi morbiditas dan


mortalitas sistem
kardiovaskuler dan ginjal

fokus utama
penatalaksanaan hipertensi
adalah mencapai target
tekanan sistol.

Penurunan
tekanan sistol
dan diastol <
140 / 90 mmHg

Pada pasien
dengan diabetes
militus

target tekanan
darah ialah <
130 / 80 mmHg

- Prinsip penatalaksanaan hipertensi


1.

Pengobatan hipertensi sekunder pengobatan kausal

2. Pengobatan hipertensi esensial menurunkan

tekanan darah
3. Upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan

menggunakan obat antihipertensi


4. Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka

panjang

- Pemakain obat pada lanjut usia perlu dipikirkan

kemungkinan adanya :
1.

Gangguan absorsbsi dalam alat pencernaan

2. Interaksi obat

3. Efek samping obat.


4. Gangguan akumulasi obat terutama obat yang

ekskresinya melalui ginjal.

- Pada pengobatan hipertensi ada tiga hal evaluasi

menyeluruh terhadap kondisi penderita adalah :


1.

Pola hidup dan indentifikasi ada tidaknya faktor resiko

kardiovaskuler.
2. Penyebab langsung hipertensi sekunder atau primer.
3. Organ yang rusak karena hipertensi.

hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan obat

antihipertensi, yaitu:
1.

Mempunyai efektivitas yang tinggi

2. Mempunyai toksisitas dan efek samping yang ringan

atau minimal
3. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.

4. Tidak menimbulkan intoleransi

Cont
5. Harga obat relatif murah sehingga terjangkau oleh
penderita.
6. Memungkinkan penggunaan obat dalam jangka
panjang

Kegagalan pemberian obat anti hipertensi :


1.

Ketidakpatuhan penderita

2.

Peningkatan volume peningkatan asupan natrium,


kerusakan ginjal, dan kurangnya pemberian diuretik

3.

Obesitas

4. Dosis yang tidak adekuat

Cont..
5. Interaksi obat
6. Kontrasepsi oral
7. Penggunaan obat-obat steroid
8. Hipertensi sekunder

BP

SBP

DBP (mmHg) Lifestyle

Initial Drug Therapy

Classification

(mmHg) *

Without

Modification

Compelling With

Indication

Compelling

Indication
Normal

< 120

Prehypertensio 120-139

and < 80

Encourage

or 80-89

Yes

No

antihypertensive Drug(s)

indicated

for

compelling

indications.
Stage

I 140-159

or 90-99

Yes

Hypertension

Thiazide-type
diuretics

Drug(s) for the

for

most. compelling

May consider ACEI , indications.

ARB, BB , CCB or Other

Stage
Hypertension

II 160

100

Yes

combination.

antihypertensiv

Two-drug

drugs

combination for most (diuretics,

(usually

thiazide- ACEI, ARB, BB,

type diuretic and ACEI CCB)


or ARB or BB or CCB)

needed.

as

* Treatment determined by highest BP category.


Initial combined therapy should be used cautiously

in those at risk for orthostatic hypotension.


Treat patients with chronic kidney disease or
diabetes or BP goal < 130/80 mmHg

Konsep Penatalaksanaan Hipertensi

Penatalaksanaan untuk hipertensi dibagi menjadi :

Non Farmakologis atau modifikasi gaya hidup.


2. Farmakologis
1.

1.

Non farmakologis atau modifikasi gaya hidup meliputi:

- Jaga berat badan ideal. Turunkan berat badan bila

IMT 27
- Membatasi alkohol.
- Olahraga teratur sesuai dengan kondisi tubuh.
- Mengurangi asupan natrium (<100 mmol Na, atau 2.4 g

Na , atau 6 g NaCl/hari)

- Mempertahankan asupan kalium (90 mmol/hari),

kalsium dan magnesium yang adekuat.


- Berhenti merokok.

- Kurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam

makanan

Modification

Recommendation

Approximate SBP Reduction (Range)

Weight reduction

Maintain normal body weight (BMI 5-20 mmHg / 10 kg weight loss


18,5 24,9 kg/m2)

Adopt DASH eating plan

Consume a diet rich in fruits, 8-14 mmHg


vegetables and low fat dairy products
with a reduced content of saturated
and total fat

Dietary sodium reduction

Reduced dietary sodium intake to no 2-8 mmHg


more than 100 mmol per day (2,4 g
sodium or 6 g sodium chloride)

Physical activity

Engage in regular aerobic physical 4-9 mmHg


activity such as brisk walking (at least
30 min per day, most days of the
week)

Moderation of alcohol consumption

Limit consumption to no more than 2 2-4 mmHg


drinks (1 oz or 30 ml ethanol; e.g. 24
oz beer, 10 oz wine, or 3 oz 80-proof
whiskey) per day in most men and to
no more thsn 1 drink per day in

women and lighter weight persons

DASH, Dietary Approaches to Stop Hypertension


* For overall cardiovascular risk reduction, stop smoking.
The effects of implementing these modifications are

dose and time dependent, and could be greater for some


individuals.

2. Farmakologis
Obat-obat antihipertensi :
a) Diuretik
Cara kerja : meningkatkan ekskres natrium, klorida dan air
menurunkan cairan plasma dan ekstrasel
Terdapat beberapa golongan, yaitu :
Diuretik Tiazid dan sejenisnya (paling luas digunakan) ,
contoh :
Hidroklorotiazid (HCT) tab 25 dan 50 mg
Klortalidonn tab 50 mg

Diuretik kuat :
Furosemid tab 40 mg

Diuretik hemat kalium :


Amilorid tab 5 mg
Spironolakton tab 25 dan 100 mg

Efek samping : hipotensi dan hipokalemia.

b). Penghambat Adrenergik

Efektif untuk menurunkan denyut jantung dan curah


jantung, serta menurunkan sekresi renin

Kontraindikasi : gagal jantung kongestif

Terdiri dari golongan :

penghambat adrenoreseptor / bloker : terazosin,


doxazosin, prazosin

penghambat adrenoreseptor / -bloker : propanolol,

asebutolol, atenolol, bisoprolol


penghambat adrenoreseptor dan : labetalol
adrenolitik sentral : klonidin, metildopa, reserpin,

guanfasin

c). Vasodilator

Bekerja langsung pada pembuluh darah relaksasi


otot polos penurunan resistensi pembuluh darah

natrium nitroprusid, hidralazin, doksazosin, prazosin,

minoksidil, diaksozid.

efek samping : hipotensi ortostatik.

d). Penghambat Enzim Konversi Angiotensin

Menghambat sistem renin-angiotensin, menstimulasi


sintesis prostaglandin dan juga mengurangi aktivitas
saraf simpatis

Captopril, diberikan 1 jam sebelum makan. Pada


gagal ginjal dosis dikurangi.

Efek samping : batuk kering , eritema, gangguan


pengecap, proteinuria, gagal ginjal dan
agranulositosis.

e). Antagonis Kalsium

mengurangi tekanan darah vasodilatasi perifer yang


berkaitan dengan refleks takikardi dan retensi cairan.

nifedipin, nikardipin, felodipin, amilodipin, verapamil


dan diltiazem.

F). Antagonis Reseptor Angiotensin II (AIIRA / ARB)

tidak mempengaruhi produksi Angiotensin II tetapi


memblok di tempat kerja pada organ target.

Kelebihannya tidak menimbulkan batuk karena tidak


mempengaruhi metabolisme bradikinin.

Prinsip pemberian obat anti hipertensi pada lansia :

Dimulai dengan 1 macam obat dengan dosis kecil


(START LOW GO SLOW)

Penurunan tekanan darah perlahan

Regimen obat harus sederhana dan dosis sebaiknya

sekali sehari

Antisipasi efek samping obat-obat antihipertensi

Pemantauan tekanan darah untuk evaluasi efektivitas


pengobatan

Setelah tercapai target maka pemberian obat harus


disesuaikan kembali untuk maintenance

pasien dengan payah jantung, obat penghambat


ACE dan diuretik merupakan obat pilihan
pertama

pasien pascainfark miokard pemakaian


penyebat di anjurkan.

perburukan penyakit vaskuler perifer dan


bronkospastik

penyakit jantung
koronerAntagonis
kalsium

diabetes dan
proteinuria
penghambat ACE

Obat simpatolitik sentral seperti


metildopa, klonidin dan guanfasin tidak
efektif pada usia lanjut sedasi, mulut
kering dan hipotensi ortostatik

Pemberian antihipertensi pada lansia harus hati-hati karena


pada lansia terdapat :

Penurunan refleks baroreseptor risiko hipotensi


ortostatik.

Gangguan autoregulasi otak iskemia serebral mudah


terjadi.

Penurunan fungsi ginjal dan hati sehingga terjadi

akumulasi obat.

Pengurangan volume intravaskular sehingga sensitif


terhadap deplesi cairan.

Sensitivitas terhadap hipokalemi sehingga mudah terjadi


aritmia dan kelemahan otot.

penyakit komorbid pada lansia


efek samping yang dapat
memperberat gejala penyakit

komorbid.

Terapi kombinasi
- Terapi 1 obat gagal mencapai sasaran tambahkan terapi ke 2

dengan dosis rendah tanpa mengurangi dosis obat pertama.


- Dalam JNC-VII, menganjurkan terapi antihipertensi

kombinasi langsung pada penderita yang ada pada stadium 1

Menurut European Society of Hypertension 2003

BAB III
KESIMPULAN
- Penatalaksanaan hipertensi pada lansia tidak berbeda

dengan penatalaksanaan hipertensi pada umumnya, yaitu


merubah pola hidup dan pengobatan anti hipertensi

- Pemakaian berbagai obat tersebut bisa disesuaikan dengan

penyakit komorbid yang menyertai keadaan hipertensi


tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Heller, Jacob L. 2011. Malignant Hypertension.Medline Plus: A service of the US
National Library of Medicine. Diakses pada: 2 februari 2013.
Martono, H. (2004). Penatalaksanaan Hipertensi pada Usia Lanjut, Buku Ajar
Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) Edisi Ke-3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Chobanian A . 2003. JNC VII Report 18th Annual Scientific Meeting and Exposotion
of American Society of Hypertension. New York, USA.
Geratosima, Salma 2004. Buku Ajar GERIATRI (ilmu kesehatan usia lanjut) edisi 3.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Kowalski, Robert E. 2010. Terapi Hipertensi. Bandung : Mizan Pustaka.
Dosh SA. The diagnosis of essential and secondary hypertension in adults.J.Fam
Pract 2001;50:707-712
World Health Organization (WHO) / International Society of Hypertension
Statement on Management of Hypertension. J Hypertens 2003;21:1983-1992
Oparil S et al. Pathogenesis of Hypertension. Ann Intern Med 2003;139:761-776
Canadian Hypertension Education Program. 2009 CHEP Recommendation for the
management of hypertension. Available from : http:// www.hypertension.ca
ACC/AHA 2002 Guideline Update For The Management Of Patients With Unstable
Angina And Non-St- Segment-Elevation Myocardial Infarction. A report of the
American College of Cardiology/American Heart Association Task Force on Practice
Guidelines (Committee on the Management of Patients with Unstable Angina)

Anda mungkin juga menyukai