Anda di halaman 1dari 4

1. Tujuan perawatan pulp capping !

a. Mengisolasi pulpa
b. Proteksi pulpa pada kasus lesi karies yang dalam
c. Mencegah microleakage
d. Menghalangi bakteri dan racun menginfeksi pulpa
(Garg N and Garg A, 2013)
2. Mekanisme pembentukan dentin reparatif pada pulp capping !
Dentin yang terinfeksi mengandung berbagai macam bahan patogen atau irritant,
termasuk tingkat keasaman yang tinggi, enzim hidrolitik, bakteri, dan debris selular
bakteri
Pulpa cukup teriritasi dari tingkat keasaman yang tinggi atau produksi enzim bakteri yang
menyebabkan pembentukan (dari sel mesenkimal yang berbeda) sebagai pengganti
odontoblast (odontoblas sekunder)
Sel tersebut yang kemudian akan memproduksi dentin reparatif (dentin reaksioner) pada
bagian yang terkena dari dinding ruang pulpa
Dentin reparatif ini merupakan pertahanan yang efektif sebagai difusi bahan melalui
tubulus dan merupakan langkah penting dalam perbaikan dentin
(Heymann et al., 2014).
Dentin reparatif terbentuk dari odontoblast atau odontoblast-like cells yang membedakan
dari sel-sel pulpa setelah kematian sel odontoblast primer. Mineralisasi intratubular
dentin terbentuk seiring perubahan usia dan dapat menyebabkan obturasi lengkap dari
tubulus. Proses ini dapat dipercepat oleh rangsangan eksternal dari berbagai jenis,
termasuk bahan restorative tertentu (Orstavik, 2009).
Respon yang baik terhadap pembentukan dentin reparatif adalah mampu menstimulasi
organ periodontal untuk membentuk sclerotic dentin yang diikuti dengan adanya dentin
sekunder normal yang terdiri dari dentinal tubuli (Garg N and Garg A, 2013).
Jalan masuk bakteri umumnya berhubungan dengan respon pulpa. Tekanan yang lebih
besar diperlukan untuk menutup dentinal tubuli. Penutupan tubuli yang efektif dapat
mencegah penetrasi bakteri pada tubuli dan membatasi difusi toksik bakteri terhadap
pulpa (Heymann et al., 2014).

3. Bahan sub base


Indikasi

Ca(OH)2
Dapat digunakan sebagai

ZnOE
Tidak disarankan sebagai

Keunggulan / kelebihan
bahan

Kerugian / kekurangan
bahan

liner pada preparasi yang


cukup dalam (Garg N and
Garg A, 2013)
1. Dapat menghasilkan
mineralisasi dentin
dengan mengaktifkan
enzim ATPase
2. Menstimulasi
pembentukan dentin
reparatif
3. Dapat membentuk
pertahanan mekanik
ketika diaplikasikan pada
dentin
4. Karena pH tinggi, dapat
menetralisir asam dari
silikat dan zinc phosphate
semen
5. Ca(OH)2 memisahkan ion
Ca2+ dan ion OH-, OHakan menetralisir
hydrogen ion dari semen
yang asam
6. Biokompatibel
7. Bactericidal krn pH
tinggi
(Garg N and Garg A, 2013)
1.
Kekuatannya
rendah krn tidak dapat
diterapkan bila
ketebalannya >0.5mm
(Weiner, 2011)

liner tetapi disarankan


sebagai base (Weiner, 2011)
1. Eugenol digunakan
untuk mengurangi rasa
sakit pada inflamasi
pulpa dari ringan sampai
sedang
2. Pada konsentrasi yang
rendah dapat bertindak
sebagai obtundant
(Garg N and Garg A, 2013)

1.Pada konsentrasi yang


tinggi bertindak sebagai
iritan kimia
2. Terdapat pelepasan
eugenol selama beberapa
hari setelah setting. Oleh
karena itu, liner ini tidak
disukai terutama pada
preparasi gigi yang cukup
dalam
3. ZnOE tidak boleh
digunakan dibawah
restorasi komposit karena
menghalangi polimerisasi
saat bonding dan
komposit (Garg N and
Garg A, 2013)
4. Meskipun memiliki pH
sekitar 7 dan memiliki

efek asedative pada pulpa.


Eugenol dpt menjadi toxic
pada pulpa, terutama saat
konsentrasinya tinggi shg
ZnOE tidak harus
bersentuhan langsung
dengan pulpa (Weiner,
2011)
4. Bahan basis
Indikasi

Keunggulan / kelebihan
bahan

Kerugian / kekurangan
bahan

GIC Tipe 3
Baik ditempatkan dibawah
restorasi amalgam, gold,
ceramic, dan komposit
(Heymann et al., 2014)
1. Antikariogenik karena
dapat mengeluarkan
fluor selama restorasi
2. Dapat mengikat enamel
dan dentin pada gigi
melalui ikatan kimia
3. Memiliki toleransi yang
baik terhadap pulpa
(Heymann et al., 2014)
4. Memiliki kekuatan yang
tinggi
5. Lebih mudah
diaplikasikan dan
dikontur
6. Adanya ikatan kimia
dan ikatan
mikromekanikal pada
struktur gigi, maka
preparasi yang retentive
tidak wajib dibutuhkan
(Garg N and Garg A,
2013)
1.
2.
3.
4.

Working time : pendek


Setting time : panjang
Brittleness (rapuh)
Kekuatan fraktur :
rendah
5. Resistensi : rendah
6. Rentan terhadap

ZnPO4
Baik ditempatkan dibawah
restorasi metal (Garg N and
Garg A, 2013)
1. Untuk mengurangi
konduktivitas thermal dari
restorasi metal
2. Untuk menutup undercut
pada dinding preparasi
restorasi tuang
3. Aplikasi selapis tipis
untuk meminimalisasi
iritasi pulpa dan
kebocoran marginal
4. Ketebalan dari semen
sekitar 0,5-1mm untuk
melindungi efektivitas
thermal
5. Semen tidak seharusnya
mengcover dinding
enamel / kontak dengan
cavosurface margin. Jika
dibutuhkan makan dapat
digunakan fissure bur
dengan kecepatan lambat
(Garg N and Garg A, 2013)
1.

Kekuatan tarik :
rendah
2.
Tidak ada ikatan
kimia
3.
Solubility dalam
cairan rongga mulut
4.
pH awal yang

kontaminasi
kelembapan atau
dehidrasi selama tahap
awal dalam reaksi
setting (Upadhya and
Kishore, 2005)

rendah shg berpotensi


dalam resiko kerusakan
pulpa (Weiner, 2011)

Referensi :
Garg N and Garg A, 2013. Textbook of Operative Dentistry 2nd . New Delhi: Jaypee Brothers
Medical Publishers (P) Ltd
Heymann HO, Swift JE, Ritter AV, 2014. Sturdevants Art and Science of Operative Dentistry A
South Asian Edition. Chennai India: Elsevier
Heymann HO, Swift JE, Ritter AV, 2014. Sturdevants Art and Science of Operative Dentistry
Sixth Edition. Canada: Elsevier
Orstavik Dag, 2009. Pulp Responses. Available at
http://www.odont.uio.no/iko/om/organisasjon/fagavd/endodonti/undervisning/spesialutd/Pulpares
ponser3.pdf
Upadhya N and Kishore, 2005. Glass Ionomer Cement The Different Generation. Trends
Biomater. Artif. Organs, Vol 18(2), January. Available at
http://medind.nic.in/taa/t05/i2/taat05i2p158.pdf
Weiner R, 2011. Liner and Bases in General Dentistry. Australian Dental Journal Vol 56.
Available at http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1834-7819.2010.01292.x/epdf

Anda mungkin juga menyukai