Class I (ringan)
Class II (ringan)
Class
(sedang)
Class IV (berat)
III
Sebetulnya, kalau kita telaah lebih lanjut dari sudut pandang keperawatan, konsep
NYHA di atas, berhubungan langsung dengan diagnosa Intoleransi Aktivitas. Yang
unik dalam pengklasifikasian ini adalah, dokter melihatnya dalam sudut pandang
pasien, melihat respon pasien. Yang mana, konsep seperti itu sebetulnya adalah
cara perawat dalam mengkaji dan diagnosa keperawatan.
Akan tetapi, kalau kita bandingkan, pada diagnosa Intoleransi Aktivitas, kita lihat
belum ada tingkatan-tingkatan yang membedakan antara pre Intoleransi aktivitas
dan mana yang sudah intoleransi aktivitas. Karena, berkaitan dengan konsep
batasan karakteristik yang ada dalam diagnosa NANDA, apabila dibandigkan
dengan NYHA, timbul pertanyaan, manakah diantara class di atas yang sudah
Intoleransi aktivitas dan belum Intoleransi Aktivitas
GAGAL JANTUNG
Posted: Oktober 3, 2010 in Uncategorized
3 Votes
GAGAL JANTUNG
I.
Definisi
Gagal jantung adalah kumpulan gejala yang kompleks dimana seorang pasien harus memiliki
tampilan berupa gejala gagal jantung (nafas pendek yang tipikal saat istirahat atau saat
melakukan aktivitas disertai / tidak kelelahan); tanda retensi cairan (kongesti paru atau edema
pergelangan kaki); adanya bukti obyektif dari gangguan struktur atau fungsi jantung saat
istirahat.
II.
Epidemiologi
Prevalensi gagal jantung pada keseluruhan populasi antara 2-30%. Angka prevalensi
meningkat tajam pada populasi usia 75 tahun sehingga prevalensi pada kelompok usia 70-80
tahun sekitar 10-20%.
Empat puluh persen yang datang ke rumah sakit dengan diagnosis gagal jantung, meninggal
atau mendapat perawatinapan kembali dalam waktu satu tahun pertama.
III.
Etiologi
Penyebab
Penyakit jantung
koroner
Beragam manifestasi
Hipertensi
Kardiomiopati
Obat-obat
Golongan sitotoksik
Toksin
Endokrin
Nutrisi
Infiltratif
Sarkoidosis, amiloidosis
Lain-lain
IV.
Klasifikasi
V.
Manifestasi Klinik
Gejala
Tanda
Edema perifer
/kongesti
Sesak nafas,
kelelahan, mudah
penat, anoreksia
Edema paru
Renjatan
Penurunan kesadaran,
Perfusi perifer yang buruk, tekanan darah
kardiogenik (gejala lemah, akral perifer
sistolik < 90mmHg, anuria atau oliguria
low output)
dingin
Tekanan darah yang
Sesak nafas
sangat tinggi
Gagal jantung kanan
VI.
Patofisiologi
Pada Ny. F diperkirakan terdapat gangguan berupa insufisiensi katup mitral, yaitu katup yang
membatasi antara ventrikel kiri dengan atrium kiri. Insufisiensi katup mitral ini
menyebabkan sebagian darah yang dipompa oleh ventrikel kiri saat berkontraksi masuk
kembali ke dalam atrium kiri. Hal ini menyebabkan terganggunya penutupan katup mitral
sesaat sebelum diastolic dimulai, hal ini menyebabkan bunyi bising yang disebut bisisng
diastoling. darah di atrium kiri ini lama kelamaan akan terakumulasi dan akhirnya darah
tersebut akan masuk ke vena pulmonal dan ke paru karena tidak tertampung lagi di jantung
kiri. Dara yang terakumulasi di paru ini menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan kapiler
paru, permeabilitas pembuluh darah paru meningkat dan sebagian plasma darah keluar dari
pembuluh darah. Hal ini menyebabkan edema pulmonal, sehingga pasien kesulitan bernafas.
Darah yang tidak sepenuhnya masuk ke aorta dan sistemik menyebabkan curah jantung
menurun dan kebutuhan jaringan sistemik akan darah tidak terpenuhi, sehingga tubuh
berusaha mengkompensasi dengan cara meretensi air dan natrium. Awalnya retensi ini bisa
menstabilkan keaadaan, tetapi lama kelamaan retensi ini terus terjadi sehingga aliran balik
vena meningkat, ini menyebabkan permeabilitas sistemik meningkat dan terjadilah edema
tungkai.VII.
V. Diagnosis
Algoritma diagnosis gagal jantung pada pasien yang belum diterapi
Keterangan
BNP
NT-proBNP
VIII.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan EKG harus dikerjakan pada semua pasien diduga gagal jantung. Abnormalitas
EKG memiliki nilai prediktif yang kecil dalam mendiagnosis gagal jantung, jika EKG
normal, diagnosis gagal jantung khususnya dengan disfungsi sistolik sangat kecil (< 10%).
Abnormalitas EKG yang umum ditemukan pada gagal jantung
Abnormalitas
Penyebab
Implikasi klinis
Sinus takikardia
Sinus bradikardi
Atrial takikardia/
flutter/ fibrilasi
Aritmia ventrikel
Iskemia/ infark
Ekokardiografi, troponin,
angiografi koroner, revaskularisasi
Gelombang Q
Hipertrofi ventrikel
kiri
Keterangan
LBBB: Left Bundle Branch Block
ICD: Implantable Cardioverter Defibrilator
CRT-P: Cardiac Resynchronization Therapy-Pacemaker
CRT-D: Cardiac Resynchronization Therapy-Defibrillator
2. Rontgen thoraks
Penyebab
Implikasi klinis
Kardiomegali
Hipertrofi
ventrikel
Ekokardiografi, Doppler
Tampak paru
normal
Kongesti vena
paru
Edema
interstitial
Efusi pleura
Garis Kerley B
Area paru
hiperlusen
Infeksi paru
Tatalaksana kedua
penyakit:ngagal jantung dan
infeksi paru
Infiltrate paru
Penyakit sistemik
Pemeriksaan diagnostic
lanjutan
3. Pemeriksaan Laboratorium
Abnormalitas pemeriksaan laboratorium yang sering dijumpai pada gagal jantung
Abnormalitas
Penyebab
Implikasi klinis
Peningkatan
kreatinin serum
(>150 mol/L
Anemia (Hb<13
gr/dl pada laki-laki,
<12 gr/dl pada
perempuan
Hiponatremia
(<135 mmol/L)
Hipernatremia
(>150 mmol/L)
Hiperglikemia, dehidrasi
Hiperurisemia
(>500 mol/L)
BNP >400pg/mL,
NT pro BNP>2000 Tekanan dinding ventrikel meningkat
pg/mL
Kadar albumin
tinggi (>45 g/L)
Dehidrasi, myeloma
Rehidrasi
Kadar albumin
rendah (<30 g/L)
Cari penyebab
Peningkatan
transaminase
Peningkatan
troponin
Urinalisis
Singkirkan kemungkinan
infeksi
INR >2,5
Infeksi, inflamasi
Cari penyebab
4. Ekokardiografi
5. Cardiac Magnetic Resonance Imaging (CMR)
6. Cardiac CT Scan
7. Radionuclie Ventriculography
Penatalaksanaan
Indikasi: fraksi ejeksi ventrikel kiri < 40% dengan atau tanpa gejala
b. Penyekat
Indikasi pemberian penyekat
ACEI/ARB ( dan antagonis aldosteron jika indikasi) sudah mencapai dosis optimal
Pasien stabil secara klinis (tidak ada perubahan dosis diuretic, tidak ada kebutuhan
inotropik i.v. dan tidak ada tanda retensi cairan berat
c. Antagonis Aldosteron
Indikasi pemberian antagonis aldosteron
Dosis optimal penyekat dan ACEI atau ARB (tetapi tidak ACEI dan ARB)
Sebagai pilihan alternative pada pasien dengan gejala ringan sampai berat (kelas
fungsional II-IV NYHA) yang toleran ACEI
Pada pasien dengan gejala menetap (kelas fungsional II-IV NYHA) walaupun sudah
mendapatkan pengobatan dengan ACEI dengan penyekat
Sebagai terapi tambahan ACEI jika ARB atau antagonis aldosteron tidak dapat
ditoleransi
Jika gejala pasien menetap walaupun sudah diterapi dengan ACEI, penyekat dan
ARB atau antagonis aldosteron
f. Digoksin
Indikasi pemberian digoksin
Fibrilasi atrial, dengan irama ventricular saat istirahat >80 x/menit atau saat aktifitas
>110-120 x/menit
Irama sinus, fraksi ejeksi ventrikel kiri < 40% ; gejala ringan sampai berat (kelas
fungsional II-IV NYHA); dosis optimal ACEI dan/atau ARB, penyekat dan
antagonis aldosteron jika ada indikasi
g. Diuretik
Direkomendasikan pada pasien gagal jantung dengan tanda klinis atau gejala kengesti.
Dosis:
Mulai dengan dosis kecil dan tingkatkan sampai perbaikan gejala dan tanda kongesti
Dosis harus disesuaikan, terutama setelah tercapai berat badan kering (tanpa retensi
cairan), untuk mencegah risiko gangguan ginjal dan dehidrasi
Pada pasien rawat jalan, edukasi diberikan agar pasien dapat mengatur dosis diuretic
sesuai kebutuhan berdasarkan pengukuran berat badan harian dan tanda-tanda klinis
dari retensi cairan
X.
1. Usia lanjut*
2. Etiologi iskemia*
3. Pasca resusitasi pada kasus mati mendadak*
4. Kepatuhan buruk
5. Disfungsi ginjal
6. Diabetes
7. Anemia
8. PPOK
9. depresi
10. Klinis, meliputi:
1. Hipotensi*
2. Kelas fungsional III-IV NYHA*
3. Riwayat rawat rumah sakit sebelumnya karena gagal jantung*
4. Takikardia ronki paru
5. Gangguan nafas yang berhubungan dengan tidur
6. Indeks massa tubuh rendah
7. Stenosis aorta
8. Elektrofisiologik, meliputi:
1. Kompleks QRS lebar*
2. Aritmia ventrikel kompleks*
3. Hipertrofi ventrikel kiri
4. Gelombang Q
5. Takikardia
6. Gelombang T berubah-ubah (alternans)
7. Variasi laju jantung rendah
8. Fibrilasi atrial
9. Fungsional
1. Kemampuan kerja berkurang*
2. Puncak konsumsi oksigen rendah*
3. Hasil buruk pada uji jalan enam menit
4. Pernafasan periodik
5. Laboratorium
1. Peningkatan nyata kadar BNP/ NT proBNP*
2. Hiponatremia*
3. Peningkatan biomarker aktivasi neurohormonal*
4. Peningkatan troponin*
5. Peningkatan asam urat
6. Peningkatan bilirubin
7. Peningkatan kreatinin/BUN
8. anemia
9. Pencitraan
1. Fraksi ejeksi ventrikel kiri rendah*
2. Hipertensi pulmonal
3. Tekanan pengisisan ventrikel kiri yang
tinggi
4. Gangguan fungsi ventrikel kanan
5. Peningkatan volume ventrikel kiri
Keterangan
* : predictor kuat
DAFTAR PUSTAKA
Hippocrates Emergency Team (HET): Prosedur Tetap, 2010
PERKI : Pedoman diagnosis & Tatalaksana Gagal Jantung, Jakarta, 2009, MED
Price, Sylvia A, Lorraine M Wilson: Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit,
Jakarta, 2005, EGC
1. DEFINISI
Penyakit Gagal Jantung yang dalam istilah medisnya disebut dengan
"Heart Failure atau Cardiac Failure", merupakan suatu keadaan darurat medis
dimana jumlah darah yang dipompa oleh jantung seseorang setiap menitnya
{curah jantung (cardiac output)} tidak mampu memenuhi kebutuhan normal
metabolisme tubuh.
Gagal jantung kongestif terjadi sewaktu kontraktilitas jantung berkurang
dan vetrikel tidak mampu memompa keluar darah sebanyak yang masuk selama
diastole. Hal ini menyebabkan volume diastolic akhir ventrikel secara progresif
bertambah. (Elizabeth J. Corwin)
Gagal jantung adalah suatu keadaan dimana jantung tidak mampu lagi
memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi untuk
metabolisme jaringan tubuh, sedangkan tekanan pengisian ke dalam jantung
masih cukup tinggi. (http//:www,askepgagaljantung,com)
Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah
dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap nutrien
dan oksigen. Mekanisme yang mendasar tentang gagal jantung termasuk
kerusakan sifat kontraktil dari jantung, yang mengarah pada curah jantung
kurang dari normal. Kondisi umum yang mendasari termasuk aterosklerosis,
hipertensi atrial, dan penyakit inflamasi atau degeneratif otot jantung. Sejumlah
faktor sistemik dapat menunjang perkembangan dan keparahan dari gagal
jantung. Peningkatan laju metabolic ( misalnya ;demam, koma, tiroktoksikosis),
hipoksia dan anemia membutuhkan suatu peningkatan curah jantung untuk
memenuhi kebutuhan oksigen.(Diane C. Baughman dan Jo Ann C. Hockley, 2000)
berakibat
jantung
gagal
memompakan
darah
untuk
memenuhi
jantung yang
berkurang dan vetrikel tidak mampu memompa keluar darah sebanyak yang
masuk selama diastole. Hal ini menyebabkan volume diastolic akhir ventrikel
secara progresif bertambah. Hal yang terjadi sebagai akibat akhir dari gangguan
jantung ini adalah jantung tidak dapat mencukupi kebutuhan oksigen pada
sebagi organ.
2. EPIDEMIOLOGI
Insiden penyakit gagal jantung semakin meningkat sesuai dengan
meningkatnya usia harapan hidup, salah satunya gagal jantung kronis sebagai
penyakit utama kematian di negara industri dan negara-negara berkembang.
Penyakit gagal jantung meningkat sesuai dengan usia, berkisar kurang dari l %
pada usia kurang dari 50 tahun hingga 5% pada usia 50-70 Tahun dan 10% pada
usia 70 tahun ke atas. Penyakit gagal jantung sangatlah buruk jika penyebab
yang mendasarinya tidak segera ditangani, hampir 50% penderita gagal jantung
meninggal dalam kurun waktu 4 Tahun. 50% penderita stadium akhir meninggal
dalam kurun waktu 1 Tahun, di Indonesia prevalensi gagal jantung secara
nasional belum ada sebagai gambaran di Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo
Jakarta, pada tahun 2006 diruang rawat jalan dan inap didapat 3,23% kasus
gagal jantung dari total 11,711 pasien, sedangkan di Amerika pada tahun 1999
terdapat kenaikan kasus gagal jantung dari 577.000 pasien menjadi 871.000
pasien. Gagal jantung merupakan penyebab kematian kardiovaskuler, dan
kondisi seperti ini juga menurunkan kualitas hidup, karena itu peburukan akut
pada gagal jantung kronik harus di cegah secara dini, pada lansia diperkirakan
10% pasien di atas 75 Tahun menderita gagal jantung, angka kematian pada
gagal jantung kronik mencapai 50% dalam 5 tahun setelah pertama kali penyakit
itu terdiagnosis, (Kompas, 9 juni 2007).
3. ETIOLOGI
Penyebab
gagal
jantung
mencakup
apapun
yang
menyebabkan
meregangkan
serat-serat
ventrikel
melebihi
panjang
optimumnya.
Penyebab tersering adalah cedera pada jantung itu sendiri yang memulai siklus
kegagalan dengan mengurangi kekuatan kontraksi jantung. Akibat buruk dari
menurunnya kontraktilitas, mulai terjadi akumulasi volume darah di ventrikel.
Penyebab gagal jantung yang terdapat di jantung antara lain :
Terjadinya gagal jantung dapat disebabkan :
a.
b.
Beban
volume
berlebihan-pembebanan
diastolic
(diastolic
overload)
overload)
g.
Aterosklerosis Koroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot
jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark
miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal
jantung.
h.
i.
j.
Penyakit jantung
Penyakit jantung lain seperti stenosis katup semilunar, temponade perikardium,
perikarditis konstruktif, stenosis katup AV.
k.
Faktor sistemik
Faktor sistemik seperti hipoksia dan anemia yang memerlukan peningkatan
curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia atau
anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis dan
abnormalitas elektrolit juga dapat menurunkan kontraktilitas jantung.
Semua situasi diatas
Hipertensi paru
PPOM
4. Patofisiologi
Kelainan fungsi otot jantung disebabkan oleh aterosklerosis koroner,
hipertensi arterial dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi. Aterosklerosis
koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah
ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat).
Infark Miokardium biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Hipertensi
sistemik/ pulmonal (peningkatan afterload) meningkatkan beban kerja jantung
dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek tersebut
(hipertrofi miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena
akan meningkatkan kontraktilitas jantung. Tetapi untuk alasan tidak jelas,
hipertrofi otot jantung tadi tidak dapat berfungsi secara normal, dan akhrinya
terjadi gagal jantung.
Peradangan dan penyakit miokarium degeneratif berhubungan dengan
gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung,
menyebabkan kontraktilitas menurun.
Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah.
Gagal ventrikel kiri paling sering mendahului gagal ventrikel kanan. Gagal
ventrikel kiri murni sinonim dengan edema paru akut. Karena curah ventrikel
berpasangan/
sinkron,
maka
kegagalan
salah
satu
ventrikel
dapat
melemah. Letak suatu infark miokardium akan menentukan sisi jantung yang
pertama kali terkena setelah terjadi serangan jantung.
Karena ventrikel
maka
jelaslah
bahwa
gagal
jantung
kiri
akhirnya
akan
5. KLASIFIKASI
Menurut derajat sakitnya:
1. Derajat 1: Tanpa keluhan - Anda masih bisa melakukan aktivitas fisik sehari-hari
tanpa disertai kelelahan ataupun sesak napas
2. Derajat 2: Ringan - aktivitas fisik sedang menyebabkan kelelahan atau sesak
napas, tetapi jika aktivitas ini dihentikan maka keluhan pun hilang
3. Derajat 3: Sedang - aktivitas fisik ringan menyebabkan kelelahan atau sesak
napas, tetapi keluhan akan hilang jika aktivitas dihentikan
4. Derajat 4: Berat - tidak dapat melakukan aktivitas fisik sehari-hari, bahkan pada
saat istirahat pun keluhan tetap ada dan semakin berat jika melakukan aktivitas
walaupun aktivitas ringan.
6. Manifestasi klinis
Paroxymal noctural dipsneu (PND) yaitu sesak nafas tiba-tiba pada malam hari
disertai batuk
Berdebar-debar
Lekas lelah
Batuk-batuk
Peningkatan desakan vena pulmonal (edema pulmonal) ditandai oleh batuk dan
sesak nafas.
Peningkatan desakan vena sistemik seperti yang terlihat pada edema perifer
umum dan penambahan berat badan.
7.
Komplikasi
Komplikasi yang bisa terjadi ialah :
Trombosis vena dalam, karena pembentukan bekuan vena karena stasis darah.
8.
1.
Pemeriksaan Fisik
Auskultasi nadi apikal, biasanya terjadi takikardi (walaupun dalam keadaan
berustirahat)
2.
3.
Palpasi nadi perifer, nadi mungkin cepat hilang atau tidak teratur untuk
dipalpasi dan pulsus alternan (denyut kuat lain dengan denyut lemah) mungkin
ada.
4.
Tekanan darah
5.
Pemeriksaan kulit : kulit pucat (karena penurunan perfusi perifer sekunder) dan
sianosis (terjadi sebagai refraktori Gagal Jantung Kronis). Area yang sakit sering
berwarna biru/belang karena peningkatan kongesti vena
9. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
1.
2.
3.
Foto
rontgen
dada:
untuk
mengetahui
adanya
pembesaran
jantung,
Tes darah BNP: untuk mengukur kadar hormon BNP (B-type natriuretic peptide)
yang pada gagal jantung akan meningkat.
5.
6.
7.
10.
Therapy
Diuretik: Untuk mengurangi penimbunan cairan dan pembengkakan
Penghambat ACE (ACE inhibitors): untuk menurunkan tekanan darah dan
mengurangi beban kerja jantung
Sedati:
Pemberian
sedative
untuk
mengurangi
kegelisahan
bertujuan
a.
Tirah baring
Tirah baring mengurangi kerja jantung, meningkatkan tenaga cadangan jantung
dan menurunkan tekanan darah dengan menurunkan volume intra vaskuler
melalui induksi diuresis berbaring.
b. Oksigen
Pemenuhan oksigen akan mengurangi demand miokard dan membantu
memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.
c. Diet
Pengaturan diet membuat kerja dan ketegangan otot jantung minimal. Selain itu
pembatasan natrium ditujukan untuk mencegah, mengatur, atau mengurangi
edema.
d. Revaskularisasi koroner
e. Transplantasi jantung
f. Kardoimioplasti
12.
Pencegahan
Kunci untuk mencegah gagal jantung adalah mengurangi faktor-faktor risiko
Anda. Anda dapat mengontrol atau menghilangkan banyak faktor-faktor risiko
penyakit jantung - tekanan darah tinggi dan penyakit arteri koroner, misalnya dengan melakukan perubahan gaya hidup bersama dengan bantuan obat apa
pun yang diperlukan.
Perubahan gaya hidup dapat Anda buat untuk membantu mencegah gagal
jantung meliputi:
Tidak merokok
Pada gagal jantung akibat PJB yang kurang berat, pendekatan awal adalah
dengan terapi medis adekuat, bila ini terlihat menolong maka dapat
diteruskan sambil menunggu saat yang bik untuk koreksi bedah. (1,4)
Pada pasien penyakit jantung rematik yang berat yang disertai gagal
jantung, obat-obat gagal jantung terus diberikan sementara pasien
memperoleh profilaksis sekunder, pengobatan dengan profilaksis sekunder
mungkin dapat memperbaiki keadaan jantung. (1)
A.
Pengkajian
Gagal serambi kiri/kanan dari jantung mengakibtkan ketidakmampuan
memberikan keluaran yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan dan
menyebabkan terjadinya kongesti pulmonal dan sistemik . Karenanya diagnostik
dan teraupetik berlnjut . GJK selanjutnya dihubungkan dengan morbiditas dan
mortalitas.
1.
Aktivitas/istirahat
a.
insomnia, nyeri
Tanda : Gelisah, perubahan status mental mis : letargi, tanda vital berubah pad
aktivitas.
2.
Sirkulasi
a.
b.
Tanda :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
3.
a.
Integritas ego
Gejala : Ansietas, kuatir dan takut. Stres yang berhubungan dengan
penyakit/keperihatinan finansial (pekerjaan/biaya perawatan medis)
b.
Tanda
mudah tersinggung.
4.
Eliminasi
Gejala
5.
Makanan/cairan
a.
Gejala
Tanda
Higiene
a.
Gejala
b.
Tanda
7.
Neurosensori
a.
b.
8.
Nyeri/Kenyamanan
a.
Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas dan
9.
Pernapasan
a.
Gejala
Tanda
1)
2)
3)
4)
5)
6)
10. Keamanan
Gejala : Perubahan dalam fungsi mental, kehilangan kekuatan/tonus otot.
11. Interaksi sosial
Gejala : Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa dilakukan.
12. Pembelajaran/pengajaran
a.
Gejala
Tanda
B.
1.
Diagnosa Keperawatan
Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
miokardial/perubahan inotropik.
2.
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan reflek batuk,
penumpukan secret.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Rencana keperawatan
No.
Diagnosa keperawatan
Tujuan
dan
criteria Intervensi
hasil
1.
Penurunan
curah
jantung Setelah
diberikan
1.
Auskultasi
nadi
apic
kontraktilitas
diharapkan
tanda jantung
miokardial/perubahan inotropik.
vital
batas
dalam
terkontrol
2.
atau
hilang)
dan
bebas
gejala
gagal
jantung.
Kriteria hasil:
Melaporkan
penurunan
episode
dispnea, angina.
Ikut
serta
aktivitas
mengurangi
dalam
3.
yang
beban
kerja jantung
4.
Pantau TD
5.
6.
7.
2.
diberikan
askep
kepatenan
Auskultasi
bunyi
naf
RR
dalam
batas
normal
Irama nafas dalam
batas normal
Pantau
frekue
Catat
ra
Pergerakan sputum pernafasan.
keluar
dari
jalan inspirasi dan ekspirasi.
nafas
Bebas
dari
nafas tambahan
suara
peninggian
kep
Dorong/bantu latihan na
abdomen atau bibir.
3.
Kerusakan
pertukaran
gas Setelah
diberikan
1.
Kaji
frekuensi,kedalam
pasien
dapat
Mempertahankan
2.
unt
keperluan
Kriteria hasil :
sesak napas.
Tanda-tanda
secara
perlah
sesuai
pasien
kebutuhan/toleransi
individu.
vital
deng
warna
membra
mukosa.
sianosis.
4.
Auskultasi
bu
udara
/bu
tambahan.
5.
Awasi
tingk
kesadaran/status
mental.selidiki
adan
perubahan.
6.
Kolaborasi
7.
8.
GDA
dan
tolera
pasien.
3.
Gangguan
pola
nafas
Setelah
diberikan
1.
asuhan keperawatan
diharapkan
hasil
RR
kedalam
pernafasan, frekuensi, d
Monitor
Normal
tak
bunyii
ada
2.
tambahan
penggunaan
Bantu
otot
3.
pernafasan.
4.
Kolaborasi
pemberi
5.
nadi,
frekuen
pernafasan).
4.
Penurunan
perfusi
jaringan
Setelah
diberikan
1.
gangguan
sistolik
seca
di
RS
Daerah
hangat
perifer
3.
Tak sianosis
Gambaran EKG tak
adanya
Tacikardia
Bradikar
atau
bent
Disritmia lainnya.
Pantau
pernapas
menunjukan
perluasan infark
RR 16-24 x/ menit
4.
tak terdapat clubbing
finger kapiler refill 35
detik,
100x
nadi
60-
menit.
TD
Catat
status
dengan
neurolo
teratur
120/80 mmHg
5.
Nyeri
berhubungan
dengan
Setelah diberikan
asuhan keperawatan
diharapkan nyeri
hemodinamik (meringis,
menangis, gelisah,
Pasien mampu
berkeringat, mencengkera
mendemonstrasikan
penggunaan teknik
TD/frekwensi jantung
relaksasi.
Pasien
berubah).
menunjukkan
menurunnya
tegangan, rileks dan
mudah bergerak.
(dangkal/menyebar), dan
penyebarannya.
3. Observasi ulang riwayat
angina sebelumnya, nyeri
menyerupai angina, atau
Kolaborasi :
8. Berikan obat sesuai
indikasi, contoh:
Antiangina, seperti
nitrogliserin (Nitro-
Penyekat-B, seperti
atenolol (tenormin);
pindolol (visken);
propanolol (inderal)
Analgesik, seperti
morfin, meperidin
(demerol)
Penyekat saluran
kalsium, seperti
verapamil (calan);
6,
Kelebihan
volume
berhubungan
menurunnya
glomerulus,
produksi
natrium/air.
ADH
cairan Setela
diberikan
filtrasi
diharapkan
diltiazem (prokardia
1. Pantau
pengeluar
urine,
catat
dan
warna
meningkatnya Keseimbangan
dimana
dan
terjadi.
retensi
juml
sa
diure
dipertahankan
selama
dilakukan
tindakan
keperawatan selama
di RS
2. Pantau/hitung
Kriteria
hasil:
keseimbangan
Mempertahankan
pemaukan
keseimbangan cairan
pengeluaran
seperti
24 jam.
dibuktikan
selam
vena
dan
3. Pertahakan
dud
edema
dependen,
atau
tirah
dengan
badan
semifowler
ideal
BB
idealTB 100 10 %)
bari
pos
selam
fase akut.
4. Pantau TD dan C
(bila ada)
5. Kolaborasi pemberi
diuretic
sep
furosemid
(las
bumetanide (bumex
7.
Gangguan
nutrisi,
kurang
kebutuhan
tubuh
berhubungan
dari
Setelah
diberikan
1. Observasi kebiasaan
asuhan keperawatan
diet, masukan
diharapkan
pola
Catat derajat
dilakukan
kesulitan makan.
tindakan
keperawatan selam di
RS,
RR Normal
Tak ada bunyii nafas
tambahan
Penggunaan
otot
bantu pernafasan.
3. Berikan perawatan
oral sering, buang
Berikan makanan
minuman karbonat.
6. Hindari makanan
yang sangat panas
atau sangat dingin.
8.
Setelah
diberikan
dengan fatigue
Kaji
respon
pasi
aktifit
Terjadi perhatikan
frekuensi
na
klien
dilaksanakan
tindakan
selama/
sesudah
aktifit
RS 40
Kriteria hasil :
mmHg
diastolik
atau
tekan
meningkat
TD 120-80 mmHg
pusing
at
pingsan.
Instruksikan
pas
tentang
teh
penghematan energi, m
menggunakan
kursi
sa
aktivit
ditoleransi,
berik
Sindrom
perawatan
diri
Setelah diberikan
1.
Observasi kemampuan
asuhan keperawatan
diharapkan terdapat
sehari-hari
perilaku peningkatan
dalam pemenuhan
perawatan diri
dengan kriteria hasil :
2.
klien tampak bersih
Pertahankan
dan segar
Klien dapat
tugasnya.
memenuhi kebutuhan
nutrisi sesuai dengan
batas kemampuan
3.
toleransi
4.
6.
Kerusakan
berhubungan
edema.
integritas
dengan
kulit Setelah
pitting
diberikan
1.
kelembaba
dapat ekskresi.
3.
mencegah kerusakan
kulit.
ku
meminimalk
dengan
Mendemonstrasikan
perilaku/teknik
perawatan
sering,
Kriteria hasil:
klien
Berikan
dan
ubah
dengan kebutuhan.
sesu
Mempertahankan
integritas kulit,
4.
Pantau
kulit,
ca
area
sirkulasin
terganggu/pigmentasi
at
kegemukan/kurus.
5.
11.
Cemas
berhubungan
dengan
Setelah diberikan
1.
asuhan keperawatan
diharapkan pasien
ancaman/situasi. Dorong
menyatakan
pasien mengekspresikan
penurunan cemas
dengan KH:
perasaan marah,
mengenal
perasaannya
mengidentifikasi
penyebab dan faktor
2.
yang
mempengaruhinya
secara tepat.
Mendemonstrasikan
pemecahan masalah
3.
positif.
4.
5.
6.
8.
mengkomunikasikan deng
seseorang, berbagi
pertanyaan dan masalah.
.
9.
Kolaborasi
Berikan
anticemas/hipno
sesuai
indikasi
conto
diazepam
fluarazepam
(valium
(dalman
lorazepam (ativan).
EVALUASI
Diagnosa 1 :
Diagnosa 2 :
Diagnosa 3 :
RR Normal ,
Tak ada bunyi nafas tambahan dan penggunaan otot Bantu pernafasan.
GDANormal
Diagnosa4:
RR 16-24 x/ menit tak terdapat clubbing finger kapiler refill 3-5 detik, nadi 60100x / menit.TD120/80mmHg
Tak sianosis
Diagnosa5:
Diagnosa6:
Paru bersih
Diagnosa7:
RR Normal
Diagnosa8:
TD 120-80 mmHg
Diagnosa9:
Diagnosa10:
Diagnosa11:
Mengenal perasaannya