PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis,
perubahan psikologis dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah
mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita menganggap
bahwa
berbagai reaksi
Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
1.3
Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.
1.4
Manfaat
Kita bisa mengetahui apa yang disebut postpartum blues sehingga
kita dapat menghilangkan atau mengurangi faktor-faktor yang
menyebabka postpartum blues sehingga ibu tidak mengalami postpartum
blues kemudian kita juga dapat mengetahui gejala-gejala yang terjadi pada
ibu yang mengalami postpartum blues sehingga kita dapat melakukan
tindakan segera sehingga postpartum blues tidak lebih buruk.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Taking in
2
Dimana pada fase ini ibu ingin merawat dirinya sendiri, banyak
bertanya dan bercerita tentang pengalamannya selama persalinan yang
berlangsung 1 sampai 2 hari.
Taking hold
Dimana pada fase ini ibu merasa khawatir akan
ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi.
Fase ini berlangsung 3-10 hari.
Fase letting-go
Dimana ibu sudah dapat menyesuaikan diri,merawat diri dan
bayinya,serta kepercayaan dirinya sudah meningkat(menerima tanggung
jawab). Fase ini berlangsung 10 hari seteah melahirkan.(dewi;2013)
Perubahan tersebut merupakan perubahan psikologi yang normal terjadi
pada seorang ibu yang baru melahirkan
2.2
pada seorang ibu yang baru melahirkan. Namun, kadang-kadang terjadi perubahan
psikologi yang abnormal. Gangguan psikologi pascapartum dibagi menjadi tiga
kategori yaitu postpartum blues atau kesedihan pascapartum, depresi pascapartum
nonpsikosis, dan psikosis pascapartum.
Postpartum blues dapat terjadi sejak hari pertama pascapersalinan atau
pada saat fase taking in, cenderung akan memburuk pada hari ketiga sampai
kelima dan berlangsung dalam rentang waktu 14 hari atau dua minggu pasca
persalinan. Postpartum blues merupakan gangguan suasana hati pascapersalinan
yang bisa berdampak pada perkembangan anak karena stres dan sikap ibu yang
tidak tulus terus-menerus bisa membuat bayi tumbuh menjadi anak yang mudah
menangis, cenderung rewel, pencemas, pemurungdan mudah sakit. Keadaan ini
sering disebut puerperium atau trimester keempat kehamilan yang bila tidak
segera diatasi bisa berlanjut pada depresi pascapartum yang biasanya terjadi pada
bulan pertama setelah persalinan. Saat ini postpartum blues yang sering juga
disebut maternity blues atau baby blues diketahui sebagai suatu sindrom gangguan
afek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan.
3
2.3
belum diketahui. Namun, banyak faktor yang diduga berperan terhadap terjadinya
postpartum blues, antara lain:
1. Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen,
progesteron, prolaktin dan estradiol. Penurunan kadar estrogen setelah
melahirkan sangat berpengaruh pada gangguan emosional pascapartum
karena estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim monoamine oksidase
yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi noradrenalin dan
serotonin yang berperan dalam perubahan mood dan kejadian depresi.
2. Faktor demografi yaitu umur dan paritas.
3. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.
4. Latar belakang psikososial ibu
5. Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.
Ada beberapa hal yang menyebabkan post partum blues, diantaranya :
1. Lingkungan melahirkan yang dirasakan kurang nyaman oleh si ibu.
2. Kurangnya dukungan dari keluarga maupun suami.
3. Sejarah keluarga atau pribadi yang mengalami gangguan psikologis.
4. Hubungan sex yang kurang menyenangkan setelah melahirkan
5. Tidak ada perhatian dari suami maupun keluarga
6. Tidak mempunyai pengalaman menjadi orang tua dimasa kanak-kanak
atau remaja. Misalnya tidak mempunyai saudara kandung untuk dirawat.
7. Takut tidak menarik lagi bagi suaminya
8. Kelelahan, kurang tidur
9. Cemas terhadap kemampuan merawat bayinya
10. Kekecewaan emosional (hamil,salin)
11. Rasa sakit pada masa nifas awal
Cycde (Regina dkk, 2001) mengemukakan bahwa depresi postpartum
tidak berbeda secara mencolok dengan gangguan mental atau gangguan
4
kalau dulu hanya memikirkan diri sendiri begitu bayi lahir jika ibu tidak paham
perannya ia akan menjadi bingung sementara bayinya harus tetap dirawat.
2. Faktor fisik. Perubahan fisik setelah proses kelahiran dan memuncaknya
gangguan mental selama 2 minggu pertama menunjukkan bahwa faktor fisik
dihubungkan dengan kelahiran pertama merupakan faktor penting. Perubahan
hormon secara drastis setelah melahirkan dan periode laten selama dua hari
diantara kelahiran dan munculnya gejala. Perubahan ini sangat berpengaruh
pada keseimbangan. Kadang progesteron naik dan estrogen yang menurun
secara cepat setelah melahirkan merupakan faktor penyebab yang sudah pasti.
3. Faktor psikologis. Peralihan yang cepat dari keadaan dua dalam satu pada
akhir kehamilan menjadi dua individu yaitu ibu dan anak bergantung pada
penyesuaian psikologis individu. Klaus dan Kennel (Regina dkk, 2001),
mengindikasikan pentingnya cinta dalam menanggulangi masa peralihan ini
untuk memulai hubungan baik antara ibu dan anak..
4. Faktor sosial. Paykel (Regina dkk, 2001) mengemukakan bahwa pemukiman
yang tidak memadai lebih sering menimbulkan depresi pada ibu ibu, selain
kurangnya dukungan dalam perkawinan.
Menurut Kruckman (Yanita dan zamralita, 2001), menyatakan terjadinya
depresi pascasalin dipengaruhi oleh faktor :
1. Biologis. Faktor biologis dijelaskan bahwa depresi postpartum sebagai akibat
kadar hormon seperti estrogen, progesteron dan prolaktin yang terlalu tinggi
atau terlalu rendah dalam masa nifas atau mungkin perubahan hormon tersebut
terlalu cepat atau terlalu lambat.
2. Karakteristik ibu, yang meliputi :
a.
Faktor umur. Sebagian besar masyarakat percaya bahwa saat yang tepat
bagi seseorang perempuan untuk melahirkan pada usia antara 2030 tahun,
dan hal ini mendukung masalah periode yang optimal bagi perawatan bayi
oleh seorang ibu. Faktor usia perempuan yang bersangkutan saat
kehamilan dan persalinan seringkali dikaitkan dengan kesiapan mental
perempuan tersebut untuk menjadi seorang ibu.
6
b.
c.
d.
e.
2.4
Tidak sabar,
Penakut,
Tidak bergairah,
Merasa tidak mempunyai ikatan batin dengan si kecil yang baru saja
dilahirkan,
akan menghilang dalam waktu antara beberapa jam sampai beberapa hari. Namun
jika masih berlangsung beberapa minggu atau beberapa bulan itu dapat disebut
postpartum depression.
2.5
Mintalah bantuan pada keluarga atau suami untuk merawat ibu dan
bayinya.
Rekreasi
Cukup istirahat
Bersikap tulus serta ikhlas terhadap apa yang telah dialami dan
berusaha melakukan peran barunya sebagai seorang ibu dengan baik.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Perubahan fase psikologi postpartum dapat dibagi menjadi empat yaitu
taking in yatu fase 1-2 hari dimana ibubanyak bercerita tentang pengalamannya,
9
taking hold fase berlangsung 3-10 hari dimana ibu merasa khawatir tidak bisa
merawat bayi dengan baik, dan fase letting-go fase yang berlangsung 10 hari
dimana ibu sudah dapat menyesuaikan diri .
Postpartum blues merupakan gangguan suasana hati pascapersalinan yang
bisa berdampak pada perkembangan anak karena stres dan sikap ibu yang tidak
tulus terus-menerus bisa membuat bayi tumbuh menjadi anak yang mudah
menangis, cenderung rewel, pencemas, pemurungdan mudah sakit, bila tidak
segera diatasi bisa berlanjut pada depresi, sering tampak dalam minggu pertama
persalinan.
Faktor yang diduga menyebabkan postpartum blues adalah faktor
hormonal. faktor demografi, faktor pengalaman, faktor latar belakang, faktor
psikologis seperti takut kehilangan bayi atau kecewa dengan bayinya, lingkungan,
kurangnya support, riwayat keluarga, hubungan keluarga, suami, kelelahan,
kurang tidur, cemas, rasa sakit dan sebagainya
Gejala-gejala postpartum blues yaitu sering tiba-tiba menangsi, tidak
sabar, penakut, tidak mau makan dan bicara, sakit kepala, sering berganti mood,
mudah tersinggung, tidak bergairah, merasa tidak meyayanggi bayinya dan
sebagainya. postpartum blues bisa diatasi dengan rekreasi, istirahat yang cukup,
support keluarga dan sebagainya
3.2
Saran
Dengan pembuatan makalah ini diharapkan pembaca bisa memahami konsep
dasar postpartum blues dan bagaimana penerapan asuhan yang tepat diberikan
kepada pasien yang menderita masalah tersebut. Setelah diketahui bagaimana
asuhan yang benar maka diharapkan postpartum blues ini berkurang atau dapat
ditangani dengan benar. Selain itu, diharapkan pembaca dapat membagi informasi
10
DAFTAR PUSTAKA
Gant, N.F & Cunningham, F.G. 2011. Dasar-Dasar Ginekologi & Obstetri.
Jakarta: EGC.
Adele Pilliters. 2002. Perawatan Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: EGC.
Ambarwati. 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
11
12