Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENAHULUAN
A. Latar Belakang
Layanan

konseling

kelompok

merupakan suatu

proses

antar pribadi yang dinamis yang terpusat pada pemikiran dan


perilaku yang sadar dan melibatkan fungsi-fungsi terapi
seperti sifat permisif, berorientasi pada kenyataan, katarsis,
saling mempercayai, saling pengertian, saling menerima, dan
saling mendukung. Di mana di dalamanggota konseling
kelompok juga dapat menggunakan interaksi dalam kelompok
untuk meningkatkan pemahaman dan penerimaan terhadap
nilai-nilai dan tujuan-tujuan tertentu, untuk mempelajari atau
menghilangkan sikap-sikap dan perilaku tertentu.
Konseling kelompok merupakan upaya bantuan kepada
individu

dalam

perkembangan
pencegahan,

rangka
dan

konseling

memberikan

kemudahan

pertumbuhanya,
kelompok

dan

dapat

pula

dalam
bersifat
bersifat

penyembuhan. Masalah atu topik yang di bahas dalam


konseling kelompok ini bersifat pribadi yaitu masalah yang
di bahas merupakan masalah pribadi yang secara langsung di
alami, atau masalah kebutuhan yang sedang di alami oleh
para anggota kelompok yang menyampaikan topik atau
masalah.
Dengan

adanya

layanan

konseling

kelompok

yang

diberikan konselor atau guru BK kepada klien-klien dalam


suatu kelompok yang menghadapi berbagai macam masalah
maka diharapkan agar dapat membantu mengentaskan
permasalahan yang sedang dihadapi.
B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari konseling kelompok, tujuan, prinsip, dan


prosedur dasar konseling kelompok ?
2. Bagaimana terapi dalam konseling kelompok ?
3. Apa saja keterampilan yang harus dimiliki seorang guru BK
atau konselor dalam layanan konseling kelompok ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari konseling, kelompok,
dan konseling kelompok. Serta tujuan konseling kelompok,
prinsip yang ada di dalam konseling kelompok, dan
prosedur dasar yang digunakan dalam layanan konseling
kelompok.
2. Untuk mengetahui terapi yang digunakan dalam konseling
kelompok.
3. Untuk mengetahui berbagai keterampilan yang harus
dimiliki

oleh

seorang

konselor

atau

guru

BK

dalam

memberikan layanan konseling kelompok.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konseling Kelompok
1. Pengertian konseling
Secara etimologis, istilah konseling berasal dari bahasa
latin,

yaitu

bersama

conselium
yang

memahami.
istilah

dirangkai

Sedangkan

konseling

yang

berasal

berarti

dengan

dalam
dari

dengan

atau

menerima

atau

bahasa
sellan

Anglo-Saxon,
yang

berarti

menyerahkan atau menyampaikan.


Menurut (McDaniel, 1956) konseling adalah suatu
rangkaian pertemuan langsung dengan individu yang
ditujukan pada pemberian bantuan kepada untuk dapat
menyesuaikan dirinya secara lebih efektif dengan dirinya
sendiri dan dengan lingkungannya (Prayitno, 1999: 100).
Menurut Mortensen (1964) menyatakan bahwa
konseling

merupakan

proses

hubungan

antar

pribadi

dimana orang yang satu membantu yang lainnya untuk


meningkatkan pemahaman dan kecakapan menemukan
masalahnya. Dalam pengertian ini jelas menunjukkan
bahwa

konseling

merupakan

situasi

pertemuan

atau

hubungan antarpribadi (konselor dan konseli) dimana


konselor membantu konseli agar memperoleh pemahaman
dan kecakapan menemukan masalah yang dihadapinya.

2. Pengertian Kelompok
Menurut Hernert Smith, kelompok adalah suatu unit
yang

terdapat

beberapa

individu

yang

mempunyai

kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya dengan


cara dan atas dasar kesatuan persepsi. Dari pengertian
tersebut, secara singkat dapat diartikan bahwa kelompok
merupakan kumpulan dari orang-orang yang mengadakan
interaksi dengan sesamanya secara lebih sering daripada
mereka yang mengadakan interaksi perorangan. Jadi,
dalam

setiap

kelompok,

masing-masing

individu

mempunyai sikap dan tingkah laku yang sama dengan


anggota kelompok memiliki sikap dan tingkah laku yang
seragam.
Dari uraian tersebut, dapat diambil pemahaman bahwa
kelompok merupakan kumpulan individu yang mengadakan
interaksi secara mendalam antara satu sama lain. Mereka
memiliki persatuan persepsi untuk bertingkah laku di
dalam maupun luar kumpulan mereka. Sementara itu,
konseling
peserta

kelompok
didik

dalam

adalah

layanan

pembahasan

yang
dan

membantu

pengentasan

masalah pribadi melalui dinamika kelompok (Farid, 2012:


247-248).1
3. Pengertian Konseling Kelompok
Layanan konseling kelompok adalah layanan bimbingan
dan konseling yang memungkinkan siswa memperoleh
kesempatan
permasalahan

untuk
yang

pembahasan
dialaminya

dan

pengentasan

melalui

dinamika

kelompok. Dinamika kelompok ialah suasana yang hidup,


yang berdenyut, yang bergerak, yang ditandai dengan
adanya interaksi antar sesama anggota kelompok.
1Farid Mashudin, Psikologi Konseling, (Jakarta : IRCiSoID, 2012), h.247

Layanan konseling kelompok adalah suatu proses antar


pribadi yang dinamis, terpusat pada pikiran dan perilaku
yang

disadari,

dibina,

dalam

suatu

kelompok

kecil

mengungkapkan diri kepada sesama anggota dan konselor,


dimana

komunikasi

dimanfaatkan

untuk

antar

pribadi

tersebut

meningkatkan

dapat

pemahaman

dan

penerimaan diri terhadap nilai-nilai kehidupan dan segala


tujuan hidup serta untuk belajar perilaku tertentu ke arah
yang lebih baik.2
B. Tujuan Konseling Kelompok
Secara umum tujuan layanan konseling kelompok adalah
berkembangnya kemampuan sosialisasi siswa, khususnya
kemampuan

berkomunikasinya.Melalui

layanan

konseling

kelompok, hal-hal dapat menghambat atau mengganggu


sosialisasi

dan

komunikasi

siswa

diungkap

dan

di

dinamikakan melalui berbagai teknik, sehingga kemampuan


sosialisasi dan berkomunikasi siswa berkembang secara
optimal. Melalui konseling kelompok juga dapat dientaskan
masalah

klien

(siswa)

dengan

kelompok (Prayitno, 2004).


Tujuan khusus konseling
kelompok

terfokus

pada

memanfaatkan

kelompok

pembahasan

ialah

dinamika
konseling

masalah

pribadi

individu peserta kegiatan layanan. Melalui layanan kelompok


yang intensif dalam upaya pemecahan masalah tersebut para
peserta memperoleh dua tujuan sekaligus.
1. Terkembangkannya perasaan, pikiran, persepsi, wawasan
dan sikap terarah kepada tingkah laku khusunya dalam
bersosialisasi dan komunikasi.

2 http://www.kajianpustaka.com/2013/01/layanan-konseling-kelompok.html

2. Terpecahkannya masalah individu yang bersangkutan dan


diperolehnya imbasan pemecahan masalah tersebut bagi
individu-individu lain peserta layanan konseling kelompok.
Adapun tujuan konseling kelompok menurut Barriyah sebagai
berikut:
a. Membantu

individu

mencapai

perkembangan

yang

optimal.
b. Berperan mendorong munculnya motivasi kepada klien
untuk merubah perilakunya memanfaatkan potensi yang
dimilikinya.
c. Klien dapat mengatasi masalahnya lebih cepat dan tidak
menimbulkan gangguan emosi.
d. Menciptakan dinamika sosial yang berkembang intensif.
e. Mengembangkan keterampilan komunikasi dan interaksi
sosial yang baik dan hebat.
C. Prinsip Konseling Kelompok
konseling kelompok secara prinsip adalah sebagai berikut :
1. konseling kelompok merupakan hubungann antara
(beberapa)konselor dengan beberapa klien;
2. konseling kelompok berfokus pada pemikiran

dan

tingkahlaku yang disadari;


3. konseling kelompok bermaksud memberikan dorongan dan
pemahaman kepada klien, untuk memecahkan masalah
yang dihadapi klien.
D. Prosedur Dasar Konseling Kelompok
Berangkat

dari

tapak

filosofis

tersebutlah

kelompok

konseling itu ada, sebagaimana Landerh dan Fall, (2006)


memaparkan secara detail beberapa rasional penggunaan
kelompok sebagai salah satu prosedur konseling diantaranya:
1. Kelompok sebagai lingkungan pencegahan
Kebanyakan konselor dalam setting pendidikan dan
hampir

pada

semua

lembaga

bantuan

psikologis,

berkonsentrasi

pada

konseli

yang

telah

mengalami

kesulitan emosional atau akademis. Padahal bagi sebagian


siswa baik masalah emosional maupun akademik yang
dialaminya merupakan pradisposisi kebiasaan belajar maladaptif

dan

sikap

buruk,

yang

pada

gilirannya

menyebabkan prestasi rendah. Bahkan pada akhirnya


secara psikologis mereka cenderung hyper resistant, yakni
seperangkat

karakteristik

memunculkan
masyarakat

reaksi
Konseling

mental

yang

cenderung

penolakan

terhadap

harapan

kelompok

seyogianya

bersifat

preventif dan pengembangan dengan penekanan pada


pencegahan

therapeutik

masalah

emosional

atau

penyesuaian siswa.
Pencegahan atas kebiasaan akademis mal-adaptif dan
sikap yang mungkin berasal dari masalah tersebut akan
memungkinkan siswa memperoleh pengalaman pendidikan
yang diperlukan sebagai kontribusi positif bagi diri dan
masyarakat. Penerapan prosedur konseling kelompok yang
dapat

memenuhi

kebutuhan

individu

cenderung

berkembang, dirangsang oleh penerimaan yang lebih baik


dari pendekatan preventif untuk menghadapimasalah dan
pengakuan yang terus meningkat atas efektivitas konseling
kelompok.
Penelitian dan pengalaman yang cukupdenganprosedur
konseling kelompok terakumulasikan untuk mendukung
penggunaan pendekatan ini sebagai bagian dari proses
membantu

individu

untuk

tumbuh.Sebagai

hasil

dari

penelitian yang luas danpengalaman dalam konseling


kelompok, Ward (2004) mengomentaridukungan empiris
dan

anekdot

efektivitas

mengusulkan

bahwa

kelompok,

dan

konseling

Gazda(1989)
kelompok

memungkinkandijadikan modus pilihan treatment bagi


banyak individu.
2. Kelompok sebagai peluang untuk menemukan diri
Pada saat manusia berada dalam konteks kelompok, ia
tidakbisa terus mengandalkan hanya pada dirinya sendiri
untuk

melihatdirinya

mengalami

kontak

sendiri.

Melalui

kelompokyang

kelompok

membawanya

ia

pada

kesadaran diri bahwa ada cara pandangyang berbeda


dengan

dirinya

mengenai

dirinya

sendiri.

Ia

dihadapkandengan persepsi lain tentang dirinya. Melalui


sifat

katalitik

reaksikelompok

membawa

manusia

mempertimbangkan persepsi lain daridirinya juga. lni


terjadi dalam kesadaran yang tulus, yang difasilitasioleh
interaksi kelompok. Melalui proses ini manusia lebih
diperkaya dari dirinya yang memungkinkan manusia untuk
melepaskan potensi penuh positif kepada masyarakat
(Cohn, 1967:1).
Jika ini terjadimaka kelompok dapat menjadi peluang
untuk menemukan diri siapa aku dan harus bagaimana aku
sesungguhnya.

Proses

memfasilitasi

masing-masing

anggota dalam menemukan diri dapat terjadi melalui


pengungkapan
Konseling

kepada

kelompok

orang

lain

menyediakan

dalam
individu

kelompok.
dengan

kesempatan untuk mengeksplorasi pola perilaku sendiri.


3. Kelompok sebagai sarana penemuan hal lain
Bagi orang-orang yang merasa terancam oleh konseling
individual, kelompok menyediakan tingkat anonimitas.
Dalam kelompokmereka bisa menemukan bahwa bukan
hanya

dirinya

yangbermasalah,

sehingga

anggota

kelompok merasa bahwa masalah mereka tidak khusus

untuk dirinya saja, tetapi juga bisa berbagaidengan orang


lain. Mereka bisa bersantai dan menjadi kurang defensif
karena mereka bisa terlepas oleh isolasi anggapan yang
salahselama ini. Yang paling menakutkan dari perasaan
terisolasi dankesepian adalah khayalan bahwa tidak ada
orang lain memiliki kesulitan yang sama.
Namun, ketika individu memahami bahwa anggota lain
juga memiliki masalah, perasaan empati dan rasa memiliki
mulai

berkembang

bahkan

meski

masalah

yang

disampaikan berbeda (Kline, 2003). Kesadaran bahwa


masalah pribadi sebagaimasalah umum merupakan proses
yang

membantu

anggota.

kelompok

untuk

mengakui

masalah mereka sendirikesadaran penuh dan berurusan


dengan mereka dalam konteks hubungan peduli. Dengan
demikian, para anggota masalah tidak lagi khusus bagi
mereka,

dan

mereka

menemukan

bahwa

orang

lain

masing-masing saling berbagi perjalanan sendiri.


4. Kelompok sebagai wahana mendefinisikan kembali tentang
diri
Sebelum mengikuti konseling kelompok individu sering
kali mengalami distorsi diri. Melalui proses hubungan
konseling kelompok,anggota menemukan makna memberi
dan menerima dukungan emosional dan pemahaman
dalam beragam perbedaan. Persepsi diri kemudian dapat
didefinisikan kembali dalam konteks yang sama dengan
yang awalnya. lni terjadi karena proses kelompok memiliki
kekuatan rekapitulasi yang dapat menjadi "pengalaman
emosional korektif".
5. Kelompok

sebagai

wahana

untuk

mengembangkan

kesadaran interpersonal

Sebagian besar masalah pada dasarnya sosial dan


interpersonal.

Dalam

hubungan

konseling

kelompok,

anggota dapat mengidentifikasi dengan orang lain dan


mengembangkan pemahaman ke dalam kesulitan mereka
sendiri dengan mengamati perilaku orang lain. Kelompok
ini memberikan kesempatan langsung untuk menemukan
hal baru dan lebih memuaskan cara berhubungan dengan
orang. Ketika individu mulai merasa aman, dipahami, dan
diterima, mereka akan mencoba kontak sosial.
Anggota
kelompok
kemudian
dihadapkan

pada

hubungan interpersonal yang memberikan umpan balik.


Melalui pengalaman ini, individu mengenali dan mengalami
kemungkinan perubahan. Pada prinsipnya memiliki rekan
anggota

kelompok

yang

berefek

memfasilitasi

pada

perilaku sosial mereka. Untuk melihat dan mendengar


orang lain memperluas dirinya sendiri secara terbuka
sesungguhnya sebagai upaya untuklebih memahami diri
sendiri agar dapat mendorong kata hati untuk mencoba
perilaku serupa. Dalam hubungan konseling kelompok,
perasaan dan sikap tentang diri dan orang lain mendesak
individu memahami dan meningkatkan keterampilan sosial
dan interpersonal.
6. Kelompok sebagai realitas pengujian laboraturium sosial
Kelompok ini mewakili realitas sosial langsung dan
memungkinkan anggota untuk menguji perilaku mereka.
Akibatnya, kelompok berfungsi sebagai lapangan latihan di
mana anggota dapat menjadi sadar akan perasaan sendiri,
bagaimana mereka merasa dan bertindak terhadap orang
lain, dan bagaimana orang lain memandang dan bertindak
ke arah mereka.Oleh sebab itu kelompok dipandang
sebagai minisociety langsung,

yang

memberikan

10

kesempatan
sendiri

untuk bereksperimen dengan

dengan

realitas

seperti

yang

cara

mereka

dirasakan

oleh

mereka.
7. Pengalaman hubungan yang bermakna
Hubungan
kelompok

bermakna

merupakan

yang

berkembang

kontribusi

di

terhadap

dalam

perubahan

perilaku. Anggota kelompok masuk pada proses kelompok


dengan

fungsi

ganda

yakni

sebagai

konseli

terapis/konselor. Melalui proses pengalaman ini, anggota


kelompok tampaknya belajar untuk menjadi pembantu
yanglebih baik atau anggota terapis. Oleh sebab itu ada
semacam kesepakatan umum bahwa dalam hubungan
konseling

kelompok,anggota

kelompok

belajar

untuk

memberi serta menerima bantuan.


8. Tekanan dinamis terhadap pertumbuhan
Dalam hubungan konseling kelompok muncul suatu
keharusan

untuk

pertumbuhan

meningkatkan,

dan

pendorong

untuk

kelompok.

Tekanan

yakni

perkembangan.

menuju

lni

kesehatan

kelompok

meningkatkan

untuk

merupakan

mental

anggota

mengubah

atau

memperbaiki perilaku anggota kelompok yang berasal dari


interaksi dengan anggota lain. Dalam mekanisme ini
anggota

kelompok

memberikan
mendorong

mengamati

umpan
orang

lain

balik,
untuk

perilaku
dan

anggota

dengan

mengomentari

lain,

demikian
perilaku

mereka.Sistem umpan balik memberikan dorongan untuk


tumbuh kembang terhadap anggota kelompok. Tekanan ini
diarahkan untuk bergerak maju ke arah positif yang secara
kreatif mendorong anggota terhindar dari defensif dan
rasionalisasi.

11

9. Dukungan lingkungan dalam kelompok sebagai terapi bagi


individu
Sebagai

anggota

kelompok

dalam

hubungan

membantu, mereka menyadari nilai hubungan manusiawi.


Mengalami

realitas

yang

dipahami

oleh

orang

lain,

mengurangi hambatan dan mekanisme pertahanan diri.


Anggota kelompok kemudian didorong untuk menangani
masalah mereka karena mereka merasa diterima oleh
orang lain sebagai hasil yang layak untuk melihat dirinya
sendiri dengan cara yang lebih positif, untuk memahami
diri sebagai sesuatu yang berharga dan dapat diterima.
Pengalaman merasa percaya dan dipercaya dapat sangat
efektif memenuhikebutuhan individu itu sendiri.
Kelompok memberikan jangka dengan realitas dan
sistem umpan balik dimana anggota kelompok belajar hal
yang berbeda dan bereaksi dengan cara yang berbeda
pula. Memberi dan menerima penghargaan, jaminan, dan
dukungan dari orang lain dalam kelompok adalah bagian
dari terapi.3
E. Terapi dalam Konseling Kelompok
Istilah terapi kelompok merujuk
pengalaman-pengalaman

mendalam

pada
bagi

penyediaan

individu

yang

memerlukan bantuan bagi penyesuaian diri, gangguan emosi


atau hambatan perkembangan yang serius. Kelompok terapi
biasanya dibedakan dari kelompok-konseling oleh panjangnya
waktu atau kedalaman pengalaman individu-individu yang
terlibat. Ada beberapa terapi atau teknik yang digunakan
dalam konseling kelompok, antara lain:
3http://hamdimuhamad.blogspot.co.id/2016/01/konsep-dasar-prosedurkelompok-dalam.html

12

1. Terapi Psikoanalisa
a. Asosiasi bebas
Asosiasi bebas merupakan teknik utama psikoanalisis.
Pasien diminta untuk mengatakan (mengungkapkan) apa
saja yang berada dalam fikirannya (perasaannya). Tidak
menjadi masalah, apakah yang dikatakannya itu katakata cabul, tidak logis, atau kata-kata yang tidak
penting. Menggunakan teknik ini memang tidak mudah
dan sering memakan waktu lama. Menurut Rochman
Natawidjaja

(1987)

asosiasi

bebas

merupakan

komunikasi mengenai apapun yang melintas dalam


ingatan, meskipun hal itu sangat menyakitkan, tidak
logis dan tidak relevan. Dalam konteks kelompok teknik
ini digunakan untuk memajukan spontanitas, interaksi,
dan perasaan kesatuan dalam kelompok. Dalam suatu
kelompok, asosiasi bebas merupakan tipe free Floating
discussion

(mengadakan

diskusi

bebas)

anggota

kelompok melaporkan perasaan dan kesan mereka


dengan segera. Salah satu cara untuk memajukan
kelompok asosiasi bebas adalah melalui go-around
technique. Prosedur ini mengajukan semua anggota
untuk membagi perasaan dan kesan (feelings and
impressions) mereka tentang yang lain dalam proses
kelompok dan tidak hanya diberikan kesan personal, tapi
juga

menerima

Persepsi

informasi

interpersonal

interpersonal
sangat

yang

penting

baik.
dalam

pengembangan kepribadian manusia.


b. Analisis mimpi
Teknik analisis mimpi sangat terkait dengan asosiasi
bebas. Ketika pasien tidur, ego menjadi lemah untuk

13

mengontrol dorongan-dorongan Id atau hal-hal yang


tidak disadari. Akhirnya dorongan-dorongan tersebut
dapat mendesak ego untuk memuaskannya. Proses
pemuasan dilambangkan dalam bentuk mimpi. Untuk
menelusuri akar masalah yang dialami pasien, maka
para

analis

dapat

mengungkapnya

dengan

cara

menganalisis mimpi tersebut. Dalam hal ini, pasien


diminta

untuk

menceritakan

isi

mimpinya

kepada

konselor.
c. Interpretasi
Setelah masalah pasien diketahui secara jelas, kemudia
konselor

menginterpretasi

Melalui

interpretasi

terdorong
terkait

untuk

psikoanaisis
terlalu

pikiran,

kelompok

dan

tidka

pasien

menjadi

ketidaksadarannya,
dari

adalah

diri

ini,

kegiatan,

Kelemahan

melibatkan

kelompok

konselor

mengakui

dengan

keinginannya.

masalah pasien tersebut.

atau

keinginan-

interpretasi
pemimpin

dengan

memberikan

baik

seorang

dalam

kelompok
anggota

kebutuhan

bagi

anggota kelompok yang lain.


d. Resistensi
Resistensi dalam proses bimbingan terjadi dalam bentuk:
tidak menempati janji, menolak interpretasi, dan banyak
menghabiskan waktu untuk diskusi.
e. Transferensi. Transferensi atau pengalihan merupakan
cara memproyeksikan emosi yang tidak tepat kepada
pemimpin atau anggota kelompok yang lain.
2. Terapi Cognitive-Behavior Therapy
a. Menantang keyakinan irrasional
b. Bibliotherapy, menerima kondisi emosional
sebagai

sesuatu

internal

yang menarik ketimbang sesuatu

yang menakutkan.

14

c. Mengulang kembali pengunaan beragam pernyataan


diri dalam role play dengan konselor.
d. Mencoba pengunaan berbagai pernyataan diri yang
berbeda dalam situasi real.
e. Mengukur perasaan, misalnya

dengan

mengukur

perasaan cemas yang dialami saat ini dengan skala 0100.


f. Menghentikan
menghentikan

pikiran,

individu

pikirannegatif

dan

belajar

untuk

mengubahnya

menjadi pikiran positif.


g. Desentisisasi Sistematis, digantinya respon takut dan
cemas dengan respon relaksasi yang telah dipelajari.
h. Pelatihan keterampilan sosial
Melatih konseli untuk dapat menyesuaikan dirinya
dengan lingkungan sosialnya.
i. Assertiveness Skill Training atau pelatihan keterampilan
supaya bisa bertindak tegas.
j. Penugasan rumah, mempraktikan perilaku baru dan
strategi kognitif antara sesi terapi.
k. In vivo Exposure
Mengatasi situasi yang menyebabkan masalah dengan
memasuki situasi tersebut.
l. Covert Conditioning, teknik yang menekankan pada
struktur kognitif yang terlihat melalui cara berfikir dan
tingkah laku terhadap permasalahan yang dihadapi.
3. Terapi RET (Rational Emotive Therapy)
a. Teknik Assertive Training: yaitu teknik yang digunakan untuk melatih,
mendorong dan membiasakan konseli untuk secara terus menerus
menyesuaikan dirinya dengan perilaku tertentu yang diinginkan.
Latihan-latihan yang diberikan lebih bersifat pendisiplinan diri konseli.
b. Teknik Sosiodrama: yang digunakan untuk mengekspresikan berbagai
jenis perasaan yang menekan (perasaan-perasaan negatif) melalui suatu
suasana yang didramatisasikan sedemikian rupa sehingga konseli dapat
secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri secara lisan, tulisan
ataupun melalui gerakan-gerakan dramatis.

15

c. Teknik Self Modeling atau diri sebagai model, yakni teknik yang
digunakan untuk meminta konseli agar "berjanji" atau mengadakan
"komitmen" dengan konselor untuk menghilangkan perasaan atau
perilaku tertentu. Dalam self modeling ini, konseli diminta untuk tetap
setia pada janjinya dan secara terus menerus menghindarkan dirinya
dari perilaku negatif.
d. Teknik Imitasi, yakni teknik yang digunakan dimana konseli diminta
untuk menirukan secara terus menerus suatu model perilaku tertentu
dengan maksud menghadapi dan menghilangkan perilakunya sendiri
yang negatif.
4. Terapi Gestalt
a. Selanjutnya Vander, dkk, (Adhiputra, N (2015: 131 132) beberapa
jenis latihan dalam konseling kelompok Gestalt diuraikan sebagai
berikut
b. Membuat giliran merupakan permainan pemanasan dalam kelompok
Gestalt, yaitu saat konfrontasi ditingkatkan. Dalam latihan ini, anggota
kelompok diminta untuk mengatakan sesuatu yang biasanya tidak
diucapkannya.
c. Bahasa tubuh merupakan latihan lain bagi anggota kelompok. Latihan
ini ditekankan pada apa yang sedang dilakukan tubuh seseorang,
seperti tangan memegang kursi atau kaki menendang. Hasil yang
diharapkan adalah integrasi pikiran dan kesadaran tubuh.
d. Mengubah pertanyaan menjadi pernyataan, anggota kelompok
diharapkan mengubah pertanyaan menjadi pernyataan
e. Kursi kosong merupakan suatu teknik yang didesain untuk membantu
anggota kelompok menyesuaikan aspek-aspek yang berbeda dari
kepribadian mereka. Teknik ini selalu dipakai dalam sesi individual
tapi juga efektif dalam adegan kelompok Gestalt.
F. Berbagai Keterampilan dalam Konseling Kelompok
Keterampilan-keterampilan

dasar

yang

harus

dimiliki

konselor dalam layanan konseling kelompok sebagai berikut :


1. Active Listening ( Mendengar Aktif )

16

Menjadi seorang konselor yang memiliki keterampilan


mendengarkan secara aktif berarti memberikan perhatian
yang total terhadap pembicara dan sensitif terhadap apa
yang dikomunikasikannya baik secara verbal maupun nonverbal. Menjadi pemimpin kelompok yang terampil harus
mampu menangkap isyarat yang tidak tampak yang
dikemukakan oleh anggota melalui gaya bicara, posisi
tubuh, gerakan, kualitas suara dan kelakuannya.
2. Reflectig feeling( merefleksikan perasaan)
Merupakan keterampilan untuk merespon
pembicaraan

konseli.

Maksudnya

bahwa

esensi
konseli

mengetahui bahwa dirinya didengar dan dipahami. Refleksi


sangat

tergantung

pada

atensi,

minat,

pemahaman-

pemahaman serta respek untuk individu. Apabila refleksi


dilakukan dengan baik maka bisa membantu kontak dan
keterlibatan lebih lanjut.
3. Klarifikasi dan Bertanya
Keterampilan ini merupakan keterampilan konselor
dalam menjawab kebingungan dan aspek-aspek yang tidak
jelas dan suatu pesan yang terfokus pada isu-isu pokok dan
membantu konseli untuk mengorganisasikan isi yang
menjadi konflik perasaan konseli. Konselor membantu
konseli untuk memilah dan memilih pesan yang penting
dan menghilangkan pesan-pesan yang tidak penting, yang
membingungkan

perasaannya.

Sedangkan

bertanya

merupakan keterampilan yang bertujuan untuk menggali


dan mengarahkan konseli tentang apa yang dialami,
dirasakan, sehingga dapat menggali perasaan konseli
dengan lebih mendalam dan bagaimana dia harus berbuat
selanjutnya.
4. Meringkas

17

Merupakan

keterampilan

dalam

mengumpulkan

elemen-elemen penting secara bersamaan dari suatu


interaksi atau bagian dari sesi. Keterampilan ini berguna
terutama pada saat pergantian dari satu topik ke topik
yang lain. Meringkas secara khusus diperlukan ketika
konselor hendak mengakhiri suatu sesi.
5. Menafsirkan (Interpreting)
Konselor menawarkan bantuan pada konseli untuk
memberi

penjelasan

tentang

perilaku,

perasaan

dan

pemikiran konseli, dengan menawarkan hipotesis tentatif


tentang

pola-pola

perilaku

tertentu,

menafsirkan,

membantu individu untuk melihat perspektif dan alternatif


yang baru.
6. Mengkonfrontasi (Confronting)
Keterampilan mengkonfrontasi dapat menjadi cara yang
kuat menantang anggota untuk jujur melihat dirinya
sendiri. Keterampilan ini untuk mendorong konseli melihat
potensi-potensi yang dimilikinya dan memanfaatkannya
secara

optimal

dan

untuk

memahami

hal-hal

yang

bertentangan dalam dirinya.


7. Menghubungkan ( Linking )
Suatu cara untuk meningkatkan interaksi diantara
anggota adalah dengan mencari tema yang muncul dalam
kelompok dan kemudian menghubungkan pekerjaan yang
sedang dikerjakan anggota dengan tema ini.
8. Mendorong dan Pendukung
Memberikan dukungan berarti memberikan dorongan
dan penguatan kepada anggota kelompok. Khususnya
ketika

mereka

mengungkap

informasi

pribadi,

ketika

mereka menyelidiki perasaan yang menyakitkan, dan


ketika

mereka

mengambil

resiko.

Konselor

dapat

memberikan dukungan sepenuhnya pada saat yang tepat.

18

9. Memberi Saran (Sugesting)


Memberi saran/nasihat
Intervensi

yang

merupakan

dirancang

untuk

satu

bentuk

membantu

anggota

kelompok dalam alternatif tentang arah berpikir atau


bertindak.
10.
Berempati (Empathizing)
Berempati secara efektif,

seorang

konselor

perlu

kepedulian dan respek kepada anggota kelompok.


11.
Memberi Kemudahan (Facilitating)
Tujuan memberi kemudahan adalah untuk memberi
kemudahan kepada anggota kelompok untuk mencapai
tujuan

mereka

di

dalam

kegiatan

kelompok

dan

meningkatkan komunikasi yang efektif antar anggota


kelompok. Keterampilan memberi kemudahan, membantu
konseli untuk menerima tanggungjawab tentang arah
kegiatan kelompok.
12.

Kemampuan

Menggerakkan

Anggota

Kelompok

(Initiating)
Konselor kelompok harus terampil untuk menggerakkan
anggota kelompok dalam interaksi supaya tidak terjadi
kemacetan komunikasi. Termasuk menggunakan katalisator
membuat anggota untuk fokus pada pekerjaan yang
bermakna.
13.
Mengevaluasi (Evaluating)
Evaluasi dilakukan secara terus menerus. Setiap selesai
sesi konselor kelompok menilai apa yang terjadi dalam
kelompok

dan

dalam

diri

masing-masing

anggota

kelompok.
14.
Menata Tujuan (Setting Goals)
Konselor tidak menata tujuan untuk anggota kelompok,
tetapi

anggota

kelompok

sendiri

yang

memilih

dan

menjelaskan tujuan khusus mereka sendiri secara konkrit.


15.
Memberikan Umpan Balik (Giving Feedback)

19

Umpan balik harus dilakukan dengan jujur berdasarkan


hasil observasi dan reaksi terhadap perilaku anggota dan
mendorong

anggota

untuk

melakukan

umpan

balik

terhadap anggota lain. Umpan balik ini bertujuan untuk


memberikan penilaian yang nyata tentang bagaimana
seseorang kelihatannya dalam pandangan orang lain.
Umpan balik yang khusus dan deskriptif akan lebih
bermakna dari pada yang dilakukan secara global.
16.
Memberikan Perlindungan (Protecting)
Memberikan perlindungan ini berarti bahwa konselor
harus dapat memberikan perlindungan pada anggota
kelompok dari resiko baik secara psikologis yang tidak
perlu dari kegiatan kelompok.
17.
Mengungkap Diri Sendiri (Disclosing Oneself)
Ketika pemimpin mengungkap dirinya sendiri biasanya
memberi

pengaruh

pada

kelompok.

Keterampilan

mengungkap diri sendiri terdiri dari pengetahuan tentang


apa, kapan bagaimana dan seberapa banyak informasi
yang harus diungkap.
18.

Pemodelan
Seorang pemimpin harus terampil menjadi panutan

bagi kelompoknya. Keteladanan ini dipelajari kelompok


dengan

cara

mengobservasi

perilaku

pemimpinnya.

Seorang pemimpin akan menjadi panutan apabila dia


memiliki

nilai-nilai:

kejujuran,

hormat/

menghargai,

keterbukaan, berani mengambil resiko untuk kebenaran


dan tegas. Yang diperlihatkan dalam praktek kehidupan
mereka sehari-hari.
19.

Menghadang (Blocking)

20

Menghadang agar tidak terjadi pertikaian sesama


anggota kelompok, konselor diharapkan peka supaya jika
terjadi pertikaian konselor langsung menghalang.
20.
Mengakhiri Kegiatan Kelompok (Terminating)
Keterampilan yang diperlukan dalam menutup sesi
dengan berhasil termasuk memberikan saran kepada
anggota anggota untuk menerapkan apa yang telah
dipelajari dalam kelompok pada kehidupan sehari-hari,
mempersiapkan

anggota

untuk

menangani

masalah

mereka yang dihadapi di luar kelompok, mempersiapkan


beberapa tipe evaluasi dan tindak lanjutnya, menyarankan
sumber

bantuan

selanjutnya

dan

menyediakan

kemungkinan untuk konsultasi individual bila diperlukan.4

BAB III
PENUTUP
D. Kesimpulan
Layanan konseling kelompok adalah layanan bimbingan
dan

konseling

yang

memungkinkan

siswa

memperoleh

4http://www.slideshare.net/yayuzuliantini25/keterampilan-yang-harus-dimiliki-olehkonselor-kelompok-dalam

21

kesempatan

untuk

permasalahan

pembahasan

yang

dialaminya

dan

pengentasan

melalui

dinamika

kelompok.Secara umum tujuan layanan konseling kelompok


adalah

berkembangnya

khususnya

kemampuan

kemampuan

sosialisasi

berkomunikasinya.

siswa,

Konseling

kelompok secara prinsip adalah sebagai berikut: konseling


kelompok merupakan hubungann antara (beberapa) konselor
dengan beberapa klien; konseling kelompok berfokus pada
pemikiran dan tingkahlaku yang disadari; konseling kelompok
bermaksud memberikan dorongan dan pemahaman kepada
klien, untuk memecahkan masalah yang dihadapi klien.
Prosedur dasar Konseling Kelompok: kelompok sebagai
lingkungan pencegahan; kelompok sebagai peluang untuk
menemukan diri; kelompok sebagai sarana penemuan hal
lain; kelompok sebagai wahana mendefinisikan kembali
tentang

diri;

kelompok

sebagai

wahana

untuk

mengembangkan kesadaran interpersonal; kelompok sebagai


realitas pengujian laboraturium social; pengalaman hubungan
yang bermakna; tekanan dinamis terhadap pertumbuhan;
dukungan lingkungan dalam kelompok sebagai terapi bagi
individu.
Berbagai keterampilan dalam konseling kelompok: active
listening (Mendengar Aktif); reflectig feeling (merefleksikan
perasaan); klarifikasi dan bertanya; klarifikasi dan bertanya;
meringkas;

enafsirkan

(Interpreting);

mengkonfrontasi

(Confronting); menghubungkan (Linking); mendorong dan


pendukung, dan masih ada lagi yang lainnya.

22

Anda mungkin juga menyukai