PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Polimer sudah menjadi material yang memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari manusia. Polimer dapat menjadi bahan bermacam-macam alat
kebutuhan manusis seperti botol, tali, plastik, dan lainnya. Penggunaannya
semakin digemari karena sifatnya yang ringan, tahan korosi, beberapa bahan
relatif tahan asam dan tahan sampai temperatur tinggi, dan kuat. Polimer adalah
senyawa yang bermassa molekul relatif besar dan terdiri atas monomer-monomer.
Resin urea-formaldehid adalah hasil kondensasi urea (CO(NH 2)2) dengan
formaldehid (CH2O). Resin jenis ini termasuk dalam kelas resin thermosetting
yang mempunyai sifat tahan terhadap asam, basa, tidak dapat melarut dan tidak
dapat meleleh. Karena sifat-sifat di atas, aplikasi resin urea-formaldehid yang
sangat luas sehingga industri urea-formaldehid berkembang pesat. Contoh aplikasi
urea-formaldehid yaitu sebagai bahan penyambung saluran listrik, asbak,
pegangan panci, steker, tombol listrik bercahaya, stop kontak, dan berbagai
peralatan listrik yang lain
Pembuatan resin urea-formaldehid secara garis besar dibagi menjadi 3,
yang pertama adalah reaksi metiolasi, yaitu penggabungan urea dan formaldehid
membentuk monomer-monomer yang berupa monometilol dan dimetil urea.
Reaksi kedua adalah penggabungan monomer yang terbentuk menjadi polimer
yang lurus dan menghasilkan uap air. Tahap ini disebut tahap kondensasi. Proses
ketiga adalah proses curing, dimana polimer membentuk jaringan tiga dimensi
dengan bantuan pemanasan dalam oven.
Mengingat banyaknya penggunaan resin tersebut, maka perlu kiranya
dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memperoleh resin urea-formaldehid yang
lebih banyak dan lebih baik kualitasnya dengan cara memvariasikan variabel yang
mempengaruhi jalannya reaksi pembentukan resin.
1.2 Tujuan Percobaan
Mempelajari pengaruh perubahan kondisi reaksi pada kecepatan reaksi dan
hasil reaksi, pada tahap intermediate.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Polimer
Nama polimer berasal dari bahasa Yunani, yaitu poly = banyak dan
meros = unit/bagian. Jadi, polimer adalah suatu senyawa yang besar dan terbentuk
dari dua molekul atau lebih dengan rantai yang panjang . Proses pembentukan
polimer disebut polimerisasi. Berdasarkan jenis reaksinya, terdapat dua macam
polimerisasi, yaitu :
- Polimerisasi adisi , yang terjadi jika monomer monomer mengalami reaksi
adisi tanpa terbentuk zat lain. Jadi yang terbentuk hanya polimer yang
merupakan penggabungan monomer monomernya.
- Polimerisasi kondensasi , yaitu penggabungan dari dua buah atau lebih suatu
gugus fungsi, biasanya terjadi pada senyawa organik yang membentuk
molekul yang lebih besar dan melepaskan molekul yang lebih kecil yaitu air.
Polimer digolongkan berdasarkan pada asalnya, jenis monomer
pembentukannya, dan sifat dari polimer tersebut.
1. Berdasarkan Asal Polimer
a.
Polimer alam : Jenis polimer ini terdapat pada makhluk hidup. Contoh
dari polimer alam adalah protein, amilum, selulosa, karet alam, wol, sutera
dan katun. Polimer alam mudah mengalami kerusakan yang disebabkan
oleh mikroorganisme atau ulap/rayap.
b.
Polimer sintesis : Jenis polimer ini terbentuk sebagai hasil reaksi dari
bahan-bahan kimia. Contoh dari polimer sintesis ini adalah
polivinilklorida (PVC), teflon, dan karet sintesis.
2. Berdasarkan jenis monomernya
a. Homopolimer yaitu polimer yang terbentuk dari monomer monomer
yang sejenis .
b. Kopolimer yaitu polimer yang terbentuk dari monomer monomer tak
sejenis.
3. Berdasarkan Sifat Polimer
a. Polimer thermosetting adalah polimer yang mempunyai sifat tahan
terhadap panas. Jika polimer ini dipanaskan, maka tidak dapat meleleh.
Sehingga tidak dapat dibentuk ulang kembali. Susunan polimer ini bersifat
permanen pada bentuk cetak pertama kali (pada saat pembuatan). Bila
polimer ini rusak/pecah, maka tidak dapat disambung atau diperbaiki lagi.
Polimer termoseting memiliki ikatan ikatan silang yang mudah dibentuk
pada waktu dipanaskan. Hal ini membuat polimer menjadi kaku dan keras.
Semakin banyak ikatan silang pada polimer ini, maka semakin kaku dan
2
mudah patah. Bila polimer ini dipanaskan untuk kedua kalinya, maka akan
menyebabkan rusak atau lepasnya ikatan silang antar rantai polimer.
Bentuk struktur ikatan silang sebagai berikut :
Gambar
Polipropilena
Polistirena
Polivinil klorida
Polivinil dienklorida
Plastik wrap
Politetraetilena
(teflon)
Poliakrilonitril
Polivinilasetat
Polimetilmetakrilat
Tahap intermediate
Merupakan suatu tahap untuk mendapatkan resin yang masih berupa larutan
dan larut dalam air atau pelarut lainnya. Karena pada tahap intermediete masih
berupa larutan,maka pada tahap ini mudah untuk melakukan analisa..
Tahap persiapan
Pada tahap ini resin merupakan produk dari tahap intermediate yang
dicampurkan dengan bahan lain . Penambahan bahan akan menentukan produk
akhir dari polimer.
Tahap curing
Tahap curing merupakan tahap akhir dari polimerisasi . Pada tahap ini
dilakukan pemanasan dan akhirnya resin diubah sifatnya menjadi thermosetting.
Perbandingan umpan
Umumnya , Perbandingan mol umpan (formalin/urea) yang digunakan pada
percobaan ini adalah 2 dimana perbandingan umpan berada pada batas standar
yang ditentukan, perbandingan umpan harus berada dalam range antara 1,25 2,0.
Sehingga mempermudah analisis baik analisis densitas, viskositas, kadar resin dan
formalin bebas. Adapun berlebihnya perbandingan mol umpan (>2), hal ini akan
menaikan jumlah senyawa metilol yang mengakibatkan semakin cepat
terbentuknya senyawa ikatan silang dengan hasil polimernya akan keras.
Sebaliknya, berkurangnya perbandingan mol umpan (<1,25) akan mengurangi
kekuatan yang disebabkan oleh belum terbentuknya polimer struktur 3 dimensi
sehingga memperkecil kekuatan dan tekanan.
Pengaruh pH
Reaksi formaldehid yang berlangsung pada pH antara 10 sampai 7 merupakan
reaksi metilolasi , yaitu reaksi formaldehid pada gugus amino dari urea yang
menghasilkan metilol urea . Reaksi ini berlangsung dalam suasana basa lemah,
karena itu harus dilakukan pengontrolan pH yang hati hati karena turunan
metilol berkondensasi secara cepat dalam suasana asam . Pengaturan suasana basa
ini dapat dilakukan dengan penambahan amonia , larutan NaOH dalam air .
Kondisi reaksi sangat berpengaruh terhadap reaksi atau hasil reaksi selama
proses kondensasi polimerisasi terjadi . Dalam suasana asam akan terbentuk
senyawa Goldsmith dan senyawa lain yang tidak terkontrol sehingga molekul
polimer yang dihasilkan rendah .
Senyawa Goldsmith :
H
CH2
CH2OH
CH2
+ OHbasa kuat
H CO O + CH3O
asam karboksilat alkohol
8
Katalis
Katalis merupakan senyawa yang ditambahkan sedikit untuk mempercepat
reaksi. Menurut JJ. Berjelius, katalis merupakan senyawa yang ditambahkan
untuk mempercepat reaksi tanpa ikut bereaksi. Sedangkan menurut W.Ostwald,
katalis merupakan senyawa yang ditambahkan untuk mempercepat reaksi tanpa
tergabung dalam produk. Artinya katalis dapat mempercepat laju reaksi dan ikut
aktif dalam reaksi. Untuk proses ini digunakan katalis NH 3 yang dapat
menurunkan energi aktivasi dengan menyerap panas pada saat curing, fungsinya
adalah untuk mengatur penguapan agar tidak gosong. Energi aktivasi adalah
energi minimum yang dibutuhkan agar molekul molekul yang di dalam larutan
bertumbukan, sehingga reaksi menjadi cepat.
NH3 yang digunakan sebagai katalis yaitu NH3 yang sudah larut dalam air
(NH4OH). Pada fasa gas NH3 bersifat asam, namun pada fasa cair dengan kadar
17% sifat NH4OH adalah basa. Sehingga dengan sifat basanya akan mengatur pH
reaksi metilolisasi yang berkisar 10 > x > 8 berjalan baik.
Temperatur reaksi
Temperatur reaksi tidak boleh melebihi titik lelehnya karena dimetilol urea
yang terjadi akan kehilangan air dan formaldehid . Menurut Kadowaki dan
Hasimoto , temperatur optimum reaksi adalah 85oC . Sedangkan titik lelehnya
menurut De Chesne adalah 150 oC . Dan menurut Einhorn adalah 126 oC .
Kenaikan temperatur akan mempercepat laju reaksi ,Semakin tinggi temperature
maka laju reaksi akan cepat , hal ini berdasarkan dengan persamaan Arrhenius
yaitu :
K = A e-Ea/RT
Buffer
Buffer (larutan penyangga) atau yang disebut larutan garam digunakan untuk
mengkonstankan kondisi operasi pada pH yang diinginkan. Dalam hal ini pH yang
diinginkan antar 8 sampai 10. Buffer yang digunakan pada percobaan ini adalah
Na2CO3.H2O.
Laju Reaksi
Laju reaksi atau kecepatan reaksi ialah laju atau kecepatan berkurangnya
pereaksi atau terbentuknya produk reaksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju
reaksi ialah : konsentrasi,temperatur,katalis,dan luas permukaan. Persamaan yang
9
menyatakan laju sebagai fungsi konsentrasi setiap saat yang mempengaruhi laju
reaksi disebut hukum laju atau persamaan laju reaksi.
Konsentrasi merupakan salah satu faktor yang memepengaruhi laju
reaksi,dimana sebagai contoh pada reaksi A + B
C . Dimana pada waktu
reaksi berlangsung, zat C terbentuk dan semakin lama jumlahnya semakin banyak
sebaliknya zat A dan zat B berkurang, dan semakin lama semakin sedikit. Orde
reaksi adalah jumlah pangkat konsentrasi dalam hukum laju bentuk diferensial.
Persamaan umum laju reaksi:
1. Jika diasumsikan reaksi mengikuti orde 1 terhadap konsentrasi, persamaan
kinetika laju reaksinya adalah:
10
Integrasi
persamaan
tersebut
adalah
sebagai
berikut:
11
12