Anda di halaman 1dari 22

II.

METODOLOGI MAGANG
2.1 Waktu dan Tempat
Kunjungan dilaksanakan pada :
- Tempat

: Divisi I Balai Penelitian Sembawa

- Waktu

: 27 Oktober 2016 s/d 5 November 2016

2.2 Prosedur Kerja


1. Mahasiswa menerima arahan dari pembimbing lapangan
2. Mahasiswa mendengar dan mencatat materi yang diberikan oleh pembimbing
di Balai Penelitian Sembawa Tersebut
3. Mahasiswa mengikuti praktek kerja lapang dengan baik
4. Mahasiswa ikut mempraktekkan dan terjun langsung kelapangan, agar dapat
menambah wawasan dan ilmu.
5. Mahasiswa wajib mengikuti kegiatan yang berlangsung di Balai Penelitian
Sembawa
6. Mahasiswa mendokumentasikan setiap kegiatan yang berlangsung di Balai
penelitian Sembawa.
7. Mahasiswa diharuskan aktif selama kegiatan berlangsung

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan praktek kerja lapangan yang dilaksanakan di Divisi I, telah
dilakukan kegiatan Pemeliharaan TM meliputi pengendalian gulma, pemupukan
pengendalian penyakit, samapi dengan penyadapan. Berikut uraian dari kegiatan
yang dilakukan yaitu :
1. Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM)
1.1 Pengendalian gulma
Pengendalian gulma dilahan karet pada masa produksi bertujuan untuk
mengendalikan gulma agar tidak mengganggu tanaman utama. Gulma adalah
tumbuhan yang tumbuh pada suatu tempat yang keberadaanya tidak dikehendaki.
Hal ini karena dapat menimbulkan kerugian yang bearti bila tidak dikendalikan.
Di perkebunan karet, kerugian tersebut dapat berupa terhambatnya pertumbuhan
tanaman, terganggunya aktivitas pemeliharaan tanaman, dan penurunan produksi.
Tajuk tanaman karet menghasilkan umumnya telah saling menutup, sehingga
perkecambahan biji dan pertumbuhan gulma relatif terhambat.

Pengendalian

gulma dilakukan dengan cara mekanis dan kimiawi.


Pengendalian gulma secara mekanis dilakukan untuk mengendalikan
gulma berkayu dan gulma berdaun lebar. Pengendalian dilakukan dengan
pendongkelan

dan

tebas

rendahan.

Pendongkelan

merupakan

kegiatan

pembuangan gulma berkayu sampai ke akarnya dengan menggunakan cangkul.


Jenis gulma berkayu antara lain jambuan, senduduk, rumput merdeka, dan kayu
pelangas. Gulma berkayu jika tidak dibuang dapat menjadi pesaing dalam
memperoleh unsur hara sehingga berpengaruh terhadap produksi tanaman.
Kegiatan pendongkelan lebih baik dibandingkan dengan kimia karena
pertumbuhan gulma baru lebih lama dan kurang efektif menggunakan herbisida
karena kematiannya lebih kecil. Kegiatan ini membutuhkan 0,5 HOK/Ha.
Sedangkan tebas rendahan merupakan kegiatan membersihkan gulma dengan
parang untuk daerah yang berair/rawa. Kegiatan ini memiliki kekurangan yaitu
gulma yang tumbuh lebih cepat. Kegiatan tebas rendahan disesuaikan dengan
gulma yang tumbuh, untuk gulma yang lebat membutuhkan 5 HOK/Ha. Rotasi
pengendalian gulma secara mekanis ini dilakukan 3 bulan sekali.

Gambar 1 pengendalian gulma secara mekanik ( proses pendongkelan dan tebas


rendahan)
Pengendalian gulma secara kimia yaitu menggunakan herbisida sistemik.
Keberhasilan dan efisiensi aplikasi herbisida tergantung pada beberapa faktor
utama, antara lain ketepatan pemilihan herbisida, penguasaan teknik, dan
ketepatan aplikasi herbisida di lapang. Jenis hebisida yang digunakan yaitu round
up, herbisida ini digunakan untuk mengendalikan gulma berdaun sempit dan
rumput-rumputan dengan bahan aktif isopropilamina glifosfat. Dosis yang
digunakan tergantung keadaan gulma dilapangan, untuk gulma yang sedikit
menggunakan dosis 80 cc/15 liter sedangkan gulma yang lebat menggunakan
dosis 100 cc/15 liter. Alat yang digunakan yaitu sprayer yang digendong dengan
sistem tangan kanan memegang tangkai spraiyer dan tangan kiri memompa.
Kepala sprayer menggunakan nozel berwarna merah dengan lebar semprot 2 m.
penyemprotan dilakukan dua orang pekerja yakni sebelah kanan dan kiri tanaman
karet sehingga jarak penyemprotan 4 m. 1 sprayer untuk penyemprotan 50 batang
tanaman karet dan dosis untuk 1 hektar menggunakan 1 liter round up untuk 10
sprayer. Waktu aplikasi dilaksanakan pada saat gulma sedang tumbuh aktif, yaitu
daunnya masih hijau segar dan belum berbunga. Waktu penyemprotan sebaiknya
dilakukan pada pukul 08.00 WIB setelah tidak ada embun dipermukaan daun

gulma dan cuaca saat penyemprotan tidak berangin serta diperkirakan tidak hujan
mininal 4 jam setelah selesai penyemprotan. Penyemprotan dilakukan dengan
posisi nozel setinggi 30-40 cm dari atas permukaan gulma dengan berjalan normal
searah dengan arah angin, sambil menyemprot, sprayer dipompa secara teratur
agar tekanan udara didalang tangki tetap penuh. Kegiatan ini Membutuhkan 1
HOK/Ha. Hasil penyemprotan dapat dilihat 5 hari setelah aplikasi. Frekuensi
penyemprotan berdasarkan tingkat umur tanaman karet
Tabel 1 Frekuensi Pengendalian gulma dengan herbisida berdasarkan tingkat umur
tanaman karet
Umur

Aplikasi Herbisida

tanaman
(tahun)
6-8
9-15
>15

Kondisi Tajuk
Sudah menutup
Sudah menutup
Sudah menutup

Frekuensi
2-3 kali
2 kali
2 kali

Waktu
Maret, September, Juni
Maret, September
Maret, September

Lebar
piringan/
jalur
23m
23m
23m

Kendala untuk pengendalian kimia yaitu penggunaan herbisida akan


berbahaya untuk kesehatan bila tehirup atau tertelan kedalam tubuhdan sumber air
untuk mencampur herbisida yang reativ jauh.

Gambar 2 Proses pengendalian gulma secara kimia (dosis round up, proses
penyemprotan dan hasil penyemprotan)
1.2 Pemupukan
Menurut Lingga (1998) dalam Hasbi (2015) pupuk adalah zat yang berisi
satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis
terisap oleh tanaman dari tanah. Pemupukan adalah pengaplikasian bahan/unsur-

unsur kimia organik maupun anorganik yang ditujukan untuk memperbaiki


kondisi kimia tanah dan mengganti kehilangan unsur hara dalam tanah serta
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara bagi tanaman sehingga dapat
meningkatkan produktifitas tanaman. Secara umum tanaman karet yang kurang
pemupukan akan menunjukkan gejala tanaman kerdil, daun berwarna pucat
dengan ukuran kecil, ukuran lilit batang lebih kecil dari standar, produksi karet
kering jauh dibawah angka taksiran serta jika daun dan tanah dianalisis di
laboratorium angka N, P, K dan Mg pada taraf yang rendah.
Keberhasilan pupuk dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : jenis
pupuk, dosis pupuk, waktu dan frekuensi pemupukan, dan cara pemupukan. Dosis
pupuk seharusnya diberikan dalam jumlah yang cukup. Dosis pupuk yang terlalu
sedikit hanya akan dimanfaatkan oleh jasad renik dalam tanah serta gulma,
sedangkan tanaman utama kurang memanfaatkannya. Sebaliknya dosis yang
terlalu tinggi merupakan pemborosan.
1.2.1 Jenis Pupuk
Jenis pupuk yang diberikan adalah pupuk tunggal terdiri dari jenis yaitu
Urea (N), SP36 (P) dan KCL (K) dan Kieserit. Nitrogen merupakan salah satu
faktor kunci yang membatasi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Gejala
yang

tampak

pada

tanaman

akibat

kekurangan

hara

nitrogen

adalah

pertumbuhannya terhambat yang berdampak pada penampakannya yang kerdil,


daun-daun tanaman berwarna kuning pucat (gejala spesifik), dan kualitas hasilnya
rendah. Nitrogen dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang besar, umumnya
menjadi faktor pembatas pada tanah-tanah yang tidak dipupuk. Nitrogen
merupakan bagian utuh dari struktur khlorofil, warna hijau pucat atau kekuningan
disebabkan kekahatan Nitrogen, sebagai bahan dasar DNA dan RNA. Bentuk
NH3 (amoniak) diserap oleh daun dari udara atau dilepas dari daun ke udara,
jumlahnya tergantung kosentrasi di udara. Sebagian besar (Ditoapriyanto, 2012
dalam Hasbi, 2015 ).
Apabila pupuk N ditambahkan kedalam tanah maka pupuk akan
mengalami reaksi atau perubahan baik dalam bentuk fisik dan sifat kimianya.

Perubahan perubahan ini mulai terjadi apabila pupuk itu bereaksi dengan air
tanah. Setelah bereaksi dengan air pupuk akan melarut, sebagian pupuk akan
diserap akar tanaman, sebagian ada terfiksasi menjadi bentuk tidak tersedia untuk
tanaman, hilang melalui proses denitrifikasi (pupuk N), tercuci (leaching) tereosi
dan serta terjadinya penguapan (volatilisasi).
Fosfor (P) umumnya merupakan unsur hara nomor dua setelah nitrogen
yang paling terbatas untuk pertumbuhan tanaman. Walaupun sumber fosfor di
dalam tanah mineral cukup banyak, tanaman masih bisa mengalami kekurangan
fosfor, karena sebagian besar terikat secara kimia oleh unsur lain sehingga sukar
terlarut di dalam air. Bentuk dominan dari fosfat tersedia bagi tanaman adalah
H2PO4. Pupuk fosfor adalah pupuk yang unsurnya tidak dapat segera tersedia dan
sangat diperlukan pada stadia permulaan tumbuh, sehingga pupuk fosfat
dianjurkan untuk pupuk dasar yang digunakan pada waktu tanam atau pengolahan
tanah. Pupuk fosfor yang mudah tersedia bagi tanaman yaitu P yang mengandung
P2O5 yang larut dalam air dan ammonium sitrat netral. Fosfor memainkan
peranan yang sangat diperlukan seperti satu bahan bakar yang universal untuk
semua aktivitas biokimia dalam sel hidup. Fosfor merupakan komponen penting
penyusun senyawa untuk transfer energy (ATP dan nucleoprotein lain), untuk
system informasi genetik (DNA dan RNA) (Gardner dkk., 1991 dalam Hasbi,
2015).
Pada dasarnya, kalium (K) dalam tanah ditemukan dalam mineral-mineral
yang terlapuk dan melepaskan ion-ion kalium. Ion-ion diadsorbsi pada kation
tertukar dan cepat tersedia untuk diserap tanaman. Kalium diserap dalam bentuk
ion K+ dan di dalam tanah ion tersebut bersifat dinamis (Novisan, 2002 dalam
Hasbi, 2015). Unsur Kalium dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang besar,
yakni terbesar ketiga setelah hara Nitrogen. Pada tanah yang subur kadar Kalium
dalam jaringan hampir sama dengan Nitrogen. Fungsi utama Kalium adalah
mengaktifkan ensim-ensim dan menjaga air sel. ensim yang diaktifkan antara lain
sentetispati pembuatan ATP, fotosentesis, reduksinetrat, translokasigula ke biji,
buah, umbi atau akar. Unsur Kalium sangat lincah dalam tubuh tanaman, mudah
dipindahkan dari daun tua ke bagian titik tumbuh. Jika Kalium berlebihan tidak
secara langsung meracuni tanaman. Pupuk Kalium ini, biasanya digunakan oleh

petani bagi tumbuhan tanaman sayur jenis umbi-umbian, seperti : kacang tanah,
wortel, lobak, dan lain-lain (Ditoapriyanto, 2012 dalam Hasbi, 2015).
Kieserite adalah bahan tambang alami dengan rumus kimia MgSO4H2O
yang aslinya berupa deposit garam yang pertama sekali ditemukan di Jerman, kata
Kieserite sendiri adalah nama dalam bahasa Jerman yang diberikan untuk bahan
tambang tersebut. Pupuk Kieserite disebut juga dengan Pupuk Magnesium karena
kandungan Mg nya yang tinggi (28% s/d 30%). Pupuk ini merupakan sedimen
garam mineral dari air laut yang terkungkung, kemudian mengalami proses
evaporasi dan kristalisasi selama ratusan juta tahun. Mg untuk tumbuhan
mempunyai peran penting sebagai sentral atom dari molekul Klorofil (Hijau
Daun). Seperti juga bagi manusia, pada tumbuhan Mg ini berfungsi dalam proses
metabolisme dan berperan sangat besar dalam meningkatkan hasil dan kualitas
panen. Kekurangan Mg pada tanaman akan dapat terjadi pada musim kering yaitu
pada saat radiasi sinar matahari tinggi. Tanaman yang kekurangan Mg ini dapat
dilihat dari buramnya hijau daun-daun yang sudah dewasa terutama di area antara
urat-urat daun. Mg sebagai nutrisi di dalam tanah dapat bersifat terbaharui atau
tidak terbaharui. Tanah-tanah pertanian/perkebunan yang selama ini diberi Pupuk
Kimia (Non-Organik), maka zat-zat tanahnya (hara) menjadi keras, tanah tersebut
menjadi rusak dan tidak lagi bisa mengirimkan nutrisi yang cukup ke tanaman
yang tumbuh di atasnya. Kieserite adalah jawaban dari persoalan tersebut, karena
Kieserite ini mampu mengurai kembali residu-residu tanah atau memperbaiki
sifat-sifat kimia tanah, diantaranya meningkatkan kandungan Mg dalam tanah
yang mampu meningkatkan pH tanah, sekaligus meningkatkan Kapasitas Tukar
Kation (KTK) tanah, akibatnya adalah hara mikro tanah yang terikat liat dapat
dilepaskan secara perlahan, sehingga supplay nutrisi ke tanaman tercukupi
kembali, dan akhirnya tanaman tersebut dapat memberikan hasil sebagaimana
diharapkan.
1.2.2 Dosis Pupuk
Dosis pemupukan TM di Balai Penelitian Sembawa sesuai dengan SOP
yang telah dibuat dalam sabtabina usahatani karet rakyat. Berikut rekomendasi
umum pemupukan pada TM
Tabel 2 Rekomendasi umum pemupukan pada TM

Umur

Jenis pupuk
Urea
SP 36

(tahun)

(g/p/th)
6 15
350
16-25
300
> 25 sampai 2 200

(g/p/th)
260
190
-

Frekuensi
KCL

Kieserit

(g/p/th)
300
250
150

(g/p/th)
75
75
-

pemupukan
2 kali/th
2 kali/th
2 kali/th

tahun sebelum
peremajaan

1.2.3 Waktu dan cara Pemupukan


Waktu, frekuensi dan cara pemupukan juga harus tepat sehingga tanaman
dapat memanfaatkan hara yang diberikan secara optimum. Waktu pemupukan
disesuaikan dengan umur tanaman dan kelembaban tanah. Pemupukan sebaiknya
dilakukan pada awal musim hujan atau akhir musim hujan. Satu minggu sebelum
pemupukan perlu dilakukan pengendalian gulma untuk mengurangi kompetisi
terhadap pupuk. Jari-jari piringan pohon atau lebar jalur tanaman yang
dibersihkan disesuaikan umur tanaman. Untuk tanaman TM jalur pemupukan 150
cm. Cara pemupukan dilakukan dengan dibenamkan didalam tanah dengan
kedalaman 10 cm, jarak lubang pupuk antara 90 150 cm dari tanaman karet dan
dibuat 2 lubang pupuk Setelah pupuk dimasukkan kedalam lubang maka ditutup
kembali dengan tanah. Cara ini lebih aman ditinjau dari kemungkinan hilangnya
hara melalui erosi permukaan tanah karena hanyut oleh air hujan. Pembuatan 2
lubang pupuk dilakukan dikanan dan kiri tanaman atau dalam baris tanaman
sehingga didapat dalam setahun ada 4 lubang disekitar tanaman. Hal ini dilakukan
untuk memberikan keseimbangan hara disekitar tanaman. Kegiatan pemupukan
membutuhkan 3 HOK/Ha dibagi tugas menggali lubang, menabur dan mencampur
serta menyediakan pupuk dilokasi.

Gambar 3 Pemupukan (dosis pupuk dan proses pemupukan)


1.3 Pengendalian Penyakit
Penyakit karet dapat menyebabkan kerugian ekonomis, akibat kerusakan
tanaman dan juga bertambahnya biaya pengendaliannya. Penyakit di perkebunan
karet dapat dikelompokkan berdasarkan nilai kerugian yang ditimbulkan yakni:
a. Penyakit sangat penting. Penyakit yang menimbulkan kerugian ekonomis
yang cukup tinggi. Jenis penyakit kelompok ini adalah penyakit jamur
akar putih, kering alur sadap, penyakit gugur daun.
b. Penyakit penting, penyakit ini menimbulkan kerugian ekonomis secara
terbatas pada suatu klon, tingkat umur tanaman, dan daerah perkebunan
tertentu. Jenis penyakit ini adalah jamur akar merah, mouldy rot, nekrosis
kulit dan jamur upas.
c. Penyakit agak penting, penyakit ini hanya kadang-kadang menimbulkan
kerugian ekonomis pada tanaman dalam waktu dan lokasi tertentu. Jenis
penyakit yang termasuk kelompok ini adalah kanker bercak, kanker lump,
dan fussarium.
d. Penyakit kurang penting, penyakit ini menimbulkan kerusakan tanaman
tetapi tidak menimbulkan kerusakan tanaman tetapi tidak mengakibatan
kerugian ekonomis yang cukup berarti. Jenis penyakit ini adalah penyakit
akar coklat, penyakit akar hitam, ganggang.

1) Penyakit Jamur Akar Putih/JAP (Rigidoporus microporus)

JAP merupakan salah satu penyakit yang dapat mengakibatkan kematian


tanaman dengan intensitas yang sangat tinggi terutama pada tanaman karet.
Penyakit akar putih disebabkan oleh jamur yang lazimnya disebut jamur akar
putih (JAP). Nama ilmiah jamur ini adalah Rigidoporus microporus (Rigidoporus
lignosus). ciri-ciri tanaman karet yang terserang Jamur akar putih antara lain pada
daun terlihat kuning pucar dan tepi atau ujung daun terlipat kedalam, lalu daun
gugur dan ujung ranting menjadi mati. Ada kalanya terbentuk daun muda, atau
bunga dan buah lebih awal. Pada perakaran tanaman sakit tampak benang-benang
jamur berwarna putih dan agak tebal. Jamur kadang-kadang membentuk badan
mirip topi berwarna jingga kekuning-kuningan pada pangkal akar tanaman. Pada
serangan berat, akar tanaman menjadi busuk sehingga tanaman mudah tumbang
dan mati. Kematian tanaman sering merambat pada tanaman tetangganya.
Penularan jamur biasanya berlangsung melalui kontak berlangsung melalui kontak
akar tanaman sehat dengan tunggul-tunggul, sisa akar tanaman atau perakaran
tanaman sakit.
Pengendalian dilakukan dengan fungisida yang disiramkan sekeliling
pangkala akar, yaitu bayleton 250 EC dan isolasi tanaman. Penggunaan fungisida
dengan penyiraman merupakan cara pengobtaan yang praktis karena waktu,
tenaga dan biaya lebih hemat dari pada cara pengolesan. Sebelum penyiraman
fungisida dilakukan pembongkaran tanaman sedalam 10 cm dengan lebar 10 cm
disekeliling perakaran tanaman sakit. Larutan fungisida dengan konsentrasi sesuai
anjuran sebanyak 2-3 liter dengan membasahi perakaran dan batang tanaman
sampai 20 cm diatas permukaan tanah. Penyiraman fungisida juga dilanjutkan
pada tanaman tetanggaanya jika telah terserang jamur. Pemberian tersebut
diulangi setiap 6 bulan sampai tanaman sehat. Untuk isolasi tanaman teknik
pelaksanaannya yaitu dengan cara menggali lubang mengelilingi tanaman yang
terserang JAP jarak 1 m kedalaman 50 cm. tanah yang digali diletakkan didalam
lingkungan tanaman untuk mengurangi resiko penyebaran pada tanaman lain,
kemudian lubang yang telah digali ditabur blerang 200 gram untuk mematikan
bibit jamur.

Di Balai Penelitian Sembawa divisi 1 pengendalian hanya dilakukan


secara kimia, pengendalian secara hayati dilakukan hanya sebatas penelitian
karena menyulitkan pelaksanaan penyadapan.

Gambar 4 Penyakit JAP (Tanaman mati terserang JAP, Penyiraman dengan


bayleton dan pengendalia dengan isolasi)
2) Penyakit Kering Alur Sadap/KAS (Tapping Panel Dryness, Brown
Bast)
Penyakit kering alur sadap mengakibatkan keringnya alur sadap sehingga
tidak menghasilkan lateks namun penyakit ini tidak mematikan tanaman. Kering
alur sadap disebabkan oleh penyadapan yang terlalu sering disertai penggunaan
bahan perangsang lateks. Kering alur sadap ditandai dengan tidak mengalirnya
lateks pada sebagian alur sadap. Ketika dibiarkan maka keseluruhan alur sadap
akan mengering dan berubah warna menjadi coklat karena terbentuk gum
(blendok). Gejala lain yang timbul dari penyakit ini adalah terjadinya pecah-pecah
pada kulit dana pembengkakan pada batang tanaman. Kering alur sadap tidak
ditularkan dari satu pohon ke pohon yang lain. Kerign alur sadap dapat meluas
pada kulit yang seumuran pada pohon yang sama. Tanaman yang berasal dari biji
(seedling) dan tanaman yang membentuk daun baru sering mendapatkan
gangguan kering alur sadap. Kekeringan alur sadap tidak menular dari pohon yang
sakit kepohon yang sehat, tetapi kekeringan alur sadap dapat meluas pada kulit
yang seumur pada pohon yang sama. Biasanya kebun-kebun yang disadap terlalu
sering dan disertai dengan penggunaan bahan perangsang lateks ethepon, tanaman
yang berasal dari biji (seedling).

Beberapa langkah untuk mencegah atau mengendalikan penyakit kering


alur sadap adalah sebagai berikut:

menghindari penyadapan yang terlalu sering dan mengurangi pemakaian


perangsang. Terutama klon-klon yang peka seperti BPM 1, PB 235, PB

260, PB 330, PR 261 dan RRIC 100.


Menurunkan intensitas penyadapan, dari yang semula S2/d2 menjadi
S2/d3 atau S2/d4 dan menghentikan penyadapan ketika lebih dari 10%

tanaman di kebun mengalami kering alur sadap.


Mengupas kulit yang kering 3-4 mm dari batas kambium dengan memakai
pisau sadap atau parang. Bekas luka diberi perangsang pertumbuhan kulit
NoBB sekali sebulan dengan 3 ulangan. Pengolesan NoBB harus diikuti
dengan penyemprotan pestisida matador 25 EC pada bagian yang dioles
sekali seminggu untuk mencegah masuknya kumbang penggerek.
Penyadapan dapat dilanjutkan di bawah kulit yang kering atau di panel

lainnya yang sehat dengan intensitas rendah.


Hindari penggunaan Ethepon pada pohon yang terkena KAS
Pohon yang mengalami kekeringan alur sadap perlu diberikan pupuk

ekstra untuk mempercepat pemulihan kulit.


3) Penyakit Mouldy Rot
Penyakit Mouldy rot (Ceratocystis fimbriataEllis and Halsf) merupakan
penyakit penting pada bidang sadap tanaman karet. Gangguan penyakit ini
mengakibatkan kerusakan pada kulit pulihan bidang sadap. Serangan yang berat,
secara langsung dapat memutuskan pembuluh lateks, sehingga menyebabkan
produksi turun. Kerugian yang diakibatkan dapat mencapai 30%, yaitu berupa
penurunan produksi dan umur ekonomis tanaman tidak tercapai . Gejala khas
penyakit Mouldy rot terlihat pada bidang sadap berupa selaput tipis berwarna
putih, tepat berada diatas alur sadapan Spora Mouldy rot akan muncul pada
musim hujan, atau banyak dijumpai pada kebun-kebun yang mempunyai
kelembaban yang tinggi Selaput ini kemudian berkembang membentuk lapisan
seperti beludru berwarna kelabu, sejajar alur sadap. Jika bagian yang sakit tampak
membusuk dan berwarna hitam kecoklatan, maka serangan sudah parah. Faktor
penyebab timbul dan berkembangnya serangan penyakit Mouldy rot Tanaman

disadap terlalu sering dan terlalu dalam Penggunaan pisau sadap yang
mengandung jamur penyebab penyakit.
Pengendalian dilakukan dengan Tidak sering dan terlalu dalam saat
melakukan

penyadapan

untuk

mempercepat

pemulihan

kulit.

Intensitas

penyadapan diturunkan dari semula, misalnya : s, d/2 menjadi s, d/3 atau


menjadi s, d/4. Bila perlu penyadapan dihentikan sementara bila intensitas
serangan berat dan pelumasan fungisida langsung ke permukaan kulit yang
terserang. Untuk mencegah penularan penyakit dari satu pohon ke pohon yang
lain, sebaiknya pisau sadap yang digunakan disterilkan terlebih dahulu dengan
mencelupkan ke dalam larutan clorox 2%. Larutan clorox 2% ditaruh di suatu
wadah dan dibaur penyadap saat melakukan penyadapan.
4) Penyakit Fusarium
Hingga saat ini, Fusarium diketahui sebagai penyebab lapuk cabang dan
batang. Kerusakan oleh penyakit ini sudah mencapai taraf mengkuatirkan
pekebun. Jamur Fusarium dapat mengakibatkan turunnya potensi produksi hingga
30%. Penurunan produksi tersebut disebabkan karena rusaknya bidang sadap
(nekrosis kulit), patahnya cabang utama dan lapuk serta tumbangnya pohon.
Gejala di lapangan biasanya terlihat pada sesudah tahun sadap kedua, dan gejala
timbul pada kulit perawan (virgin bark) di balik bidang sadap. Pada kulit batang
mula-mula timbul bercak setempat berwarna coklat kehitaman dengan ukuran 2-5
cm dan bagian kambium berwarna coklat. Bercakbercak makin membesar,
bergabung satu sama lain, basah dan akhirnya sebagian atau seluruh kulit batang
dan cabang mengalami pembusukan. Serangan lanjut dapat mengakibatkan
patahnya cabang, tumbang atau patah di tengah/patah pinggang di bagian panel
sadap. Cara penularan penyakit ini berlangsung dengan penyebaran spora yang
dibawa oleh angin. Penularannya berlangsung pada kulit batang/cabang (melalui
luka kulit dan melalui akar) bahkan penyakit dapat terjadi secara serentak pada
areal yang terbatas.
Pengobatan tanaman sakit dilakukan dengan pengolesan fungisida berbasis
minyak. Hal ini disebabkan letak bagian yang sakit, tegak lurus (vertikal).

Fungisida yang berbasis minyak adalah Antico F-96. Fungsida berpelarut air dapat
digunakan asal dicampur dengan perekat (stiker), seperti: Benlate 50 WP atau
Agrosid 50 SD. Obat dioleskan dengan kuas pada bagian kulit sakit, 4 kali
ulangan pertahun

Gambar tanaman karet terserang fusarium sp

2. Penyadapan
Penyadapan merupakan suatu tindakan pembukaan pembuluh lateks, agar
lateks yang terdapat didalam tanaman karet keluar. Cara penyadapan yang telah
dikenal luas adalah dengan mengiris sebagian dari kulit batang. Sistem
penyadapan sebaiknya hendaknya mampu menghasilkan lateks yang banyak,
biaya rendah, dan tidak mengganggu kesinambungan produksi tanaman.
2.1 Penentuan Matang Sadap
1. Matang sadap pohon
Tanaman karet akan siap disadap apabila sudah matang sadap pohon,
artinya tanaman sudah menunjukkan kesanggupan untuk disadap tanpa
menyebabkan gangguan yang berarti terhadap pertumbuhan dan kesehatannya.
2. Umur Tanaman
Dalam pertumbuhan normal tanaman karet akan siap disadap pada umur 56 tahun. Namun sering dijumpai tanaman siap sadap lebih dari 6 tahun karena
pemeliharaan dan lingkungan yang kurang optimal. Umur tanaman tidak daat
dijadikan pedoman untuk menentukan waktu sadap namun digunakan untuk
waktu pengukuran lilit batang.
3. Pengukuran lilit batang
Tanaman karet dikatakan matang sadap apabila lilit batangnya sudah
mencapai 45 cm. pengukuran lilit batang dilakukan pada tanaman berumur 4
tahun, yang diukur pada ketinggian 100 cm dari pertautan okulasi. Alat yang
digunakan adalah meteran kain dan kayu dengan panjang 100 cm.

Gambar Pengukuran lilit batang (proses pengukuran 100 cm dari pertautan


okulasi, proses pengukuran lilit batang 45 cm)
4. Matang sadap kebun
Penyadapan dapat dimulai setelah kebun karet memenuhi kriteria matang
sadap kebun. Kriteria matang sadap apabila jumlah tanamanyang matang sadap
mencapai 60%.
2.2 Persiapan Buka Sadap
Penggambaran bidang sadap hanya dilakukan pada tanaman yang sudah
matang sadap. Alat yang dibutuhkan dalam penggambaran bidang sadap adalah
mal sadap. Mal sadap berupa sepotong kayu sepanjang 130 cm yang pada
ujungnya dilengkapi plat seng selebar 6 cm dengan panjang 50-60 cm. plat seng
dipakukan pada ujung kayu dengan posisi 30-400 terhadap garis horizontal. Pisau
mal terbuat dari kayu yang ujungnya terdapat paku. Alat ini digunakan untuk
menoreh kulit pada bidang sadap. Pada penggambaran bidang sadap dibutuhkan 1
HOK/Ha. Tinggi bukaan sadap adalah 130 cm diatas pertautan okulasi tertinggi
karena memberikan tempat sadapan sampai 5 cm diatas pertautan okulasi untuk 5
tahun penyadapan.
Arah dan sudut kemiringan irisan sadap berpengaruh terhada produksi.
Sudut kemiringan yang paling baik antara 30-400 terhadap bidang datar untuk
bidang sadap bawah. Irisan sadap diharapkan dapat memotong pembuluh lateks
sebanyak mungkin agar lateks yang keluar maksimal. Posisi pembuluh lateks agak
miring dari kanan atas ke kiri bawah. Agar pembuluh yang terpotong maksimal

jumlahnya maka arah irisan sadap harus dari kiri atas kekanan bawah. Panjang
irisan dasap yang dianjurkan adalah S/2 (irisan miring sepanjang spriral).
Bidang sadap harus diletakkan pada arah yang sama dengan arah pergerakan
penyadap sehingga bidang sadap diletakkan dalam baris tanaman.

Gambar Persiapan buka sadap ( proses pengukuran bukaan sadap 130 cm dan
penggambaran bidang sadap)
2.3 Pemasangan Alat Sadap
Talang dan mangkuk sadap dipasang setelah penggambaran bidang sadap
selesai. Pemasangannya diletakkan d bawah irisan sadap bagian bawah. Talang
sadap terbuat dari seng selebar 2,5 cm dengan panjang 8 cm. Talang sadap
dipasang pada jarak 5 10 cm dari ujung irisan sadap bagian bawah, tepat diatas
garis sandar depan yang juga berfungsi sebagai parit untuk aliran lateks.
Pemasangan talang sadap bagian ini bertujuan supaya tdak mengganggu
pelaksanaan penyadaan, lateks dapat mengalir dengan baik dan tidak terlalu
banyak meninggalkan getah bekuan pada batang.

Mangkuk sadap umumnya

terbat dari plastik atau allumunium. Mangkuk sadap dipasang pada jarak 15 20
cm di bawah talang sadap bertujuan supaya lateks dapat mengalir sampai ke
mangkukdan tidak mengalami kesulitan menggambilnya sewaktu penggumpalan
lateks. Mangkuk sadap diletakkan diatas cincin mangkuk yang diikat dengan tali
pada pohon, cincin mangkuk terbuat dari kawat.

Gambar Alat Sadap (proses pengikatan tali dan proses pemasangan mangkuk)
2.3 Pelaksanaan Penyadapan
Kedalam irisan sadap,semakin kedalam jumlah pembuluh lateks semakin
banyak. Kedalaman irisan sadap adalah 1 mm 1,5 mm dari kambium. Pengirisan
kulit dilakkan dengan pisau sadap. Ketebalan irisan sadap yang dianjurkan adalah
1,5 2 mm setiap penyadapan agar pohon dapat disadap selama 25-30 tahun.
Frekuensi penyadapan adalah jumlah penyadapan yang dilaukan dalam jangka
waktu tertentu. Penentuan frekuensi erat dengan panjang irisan dan intensitas
penyadapan. Panjang irisan spiral dianjurkan satu kali dalam 3 hari (d3) untuk 2
tahun pertama, dan dubah satu kali dalam 2 hari (d2) untuk tahun selanjutnya.
Waktu penyadapan dilakukan saat menjelang fajar karena tekanan turgor
mencapai maksimum.

Gambar pelaksanaan penyadapan ( alat sadap dan proses penyadapan)


2.4 Pengumpulan Hasil
Tanaman karet yang telah disadap ditunggu hasil lateks 2 Jam. Lateks
yang telah terisi didalam mangkuk di kumpulkan dalam ember untuk diletakkan

dalam plastik. Setelah semua lateks dikumpulkan kemudian di pindahkan ke


Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) untuk dilakukan penimbangan dan
pemindahan ke bak. Hasil tanaman karet yang dikumpulkan tidak hanya berupa
lateks cair namun lateks yang telah beku didalam mangkok yang disebut cup
lump. Cup lump dikumpulkan pada saat proses penyadapan dan dikumpulkan
untuk ditimbang setelah semua tanaman karet selesai disadap. Untuk kegiatan di
TPH 3 terdapat 34 HOK

Gambar pengumpulan Hasil ( proses pengumpulan lateks, penimbangan lateks


dan pemindahan ke bak)
2.5 Pengukuran KKK dengan Metode Hidrometri
Dalam metode hidrometri penentuan KKK lateks di dasarkan pada berat
jenis lateks. Alat yang digunakan adalah : metrolaks, gelas ukur atau potongan
tabung paralon diameter 2,5 inci (volume 1500 ml) dan ember, sedangkan bahan
yang diperlukan adalah air bersih. Prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut:
1. Satu bagian lateks (0,5 L) dicampur dengan air ( 1 L) didalam ember dan
diaduk.
2. Seluruh campuran lateks dan air tersebut dimasukkan ke dalam
gelas/tabung paralon hingga penih.
3. Metrolak di celupkan kedalam lateks dan dibaca skala miniskusnya.
Nilai KKK dapat dihitung dengan rumus berikut:
KKK = Skala miniskusn x 30%

Metode ini dapat dilakukan dengan cepat, biaya sedikit, tetapi kurang
teliti. Banyak faktor yang mempengaruhi ketepatan pengukuran, antara lain:
tekanan udara, suhu, keadaan lateks, dan adanya bahan pencemar didalam lateks.

Gambar Pengukuran KKK ( sampel lateks 0,5 L, air 1 L, dan pengukuran KKK
dengan metrolak

Hasil di TPH 3
Total lateks

: 2140 Kg

Cup Lump

: 724 Kg

HOK

: 34

Pengukuran KKK
Lateks
KKK = 80 x 30 % = 24
Karet Kering
2140 x 24 = 513,6 Kg
Cup Lump Kering
724 x 41,5 % = 300,4 Kg
Total = 814 kg
2.6 Pemindahan Lateks ke Tangki
Kegiatan akhir pada proses penyadapan adalah pemindahan lateks
kedalam tangki yang diangkut dengan truk dan dikirim ke pabrik untuk di olah
lebih lanjut. Lateks karet akan menggumpal secara alami akibat aktivitas mikroba
yang menyebabkan terbentuknya asam pada fraksi karet. Dengan terbentuknya

asam, partikel-partikel pada fraksi karet akan saling berinteraksi sehingga karet
akan menggumpal. Proses ini bukan merupakan proses reversible. Artinya setelah
menggumpal, karet tidak dapat dikembalikan menjadi lateks. Permasalahan akan
terjadi ketika proses penampungan dan pengangkutan lateks karet memakan
waktu cukup lama. Lateks akan menggumpal menjadi karet padat dan mengurangi
nilai ekonominya. Salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah
dengan menambahkan larutan amonia, NH4OH, ke dalam lateks dengan dosis 1
L/1000 L lateks.. Amonia dapat mengawetkan lateks dengan dua cara. Pertama
sifat basa dari amonia akan menetralkan asam yang terbentuk dari proses
enzimatik mikroorganisme. Cara kedua ialah dengan membunuh mikroorganisme
pada lateks sehingga tidak dapat mengeluarkan enzim yang dapat menyebabkan
karet menjadi asam.

Gambar proses pemindahan lateks ke dalam tangki

3. Pemberian stimulan
Stimulan merupakan zat yang digunakan untuk menstimulasi atau
merangsang

produksi

lateks.Secara

umum

stimulant

digunakan

untuk

meningkatkan produksi lateks dan mengontrol Kering Alur Sadap. Adapun syarat
yang harus dipenuhi dalam menggunakan stimulant adalah sebagai berikut:
tanaman sehat dengan per daun tidak meranggas, daun pada saat dorman/tua,
status hara tanaman baik, tanaman tidak mengalami Kering Alur Sadap dan tidak
dilakukan pada musim kemarau, stimulasi dilakukan pada sistem penyadapan
dengan frekuensi rendah, tanaman berumur sekitar 15 tahun atau ketika mulai

sadap ke arah atas. Pemberian stimulant berpengaruh terhadap 3 fisiologis


tanaman karet. Ketiganya adalah semakin membuat elastis dinding sel,
mempercepat dan meningkatkan aktivitas enzimetik dalam biosintetis lateks, dan
membuat daerah pengatusan lateks menjadi semakin luas. Ketiganya berpengaruh
terhadap peningkatan kecepatan aliran lateks sehingga hasil lateks yang
dihasilakan menjadi lebih besar.
Stimulant yang digunakan biasanya Ethrel Bahan aktif untuk stimulan ini
adalah etefon (2-chloroethylphosponicacid) dengan konsentrasi 10%. Konsentrasi
stimulan yang digunakan adalah 2,5% atau perbandingan etherl dan aquadest 1 L :
3 L.
Pengaplikasiannya dilakukan 2 minggu sekali dengan frekuensi dalam
setahun 14 kali aplikasi. Pemberian stimulan ini baru dapat disadap setelah 3 hari
atau menggunakan sistem sadap D3. Dosis yang digunakan 5 ml/batang atau 2750
ml/Ha untuk populasi 550 batang. Teknis yang dilakukan dengan mengoleskan
etrhel pada panel bidang sadap secara merata dengan alat kuas yang telah
dimodifiaksi. Kegiatan ini membutuhkan 1HOK/3Ha dalam kondisi normal.

Gambar pemberian stimulant ( alat pemberian strimulan, jenis stimulant


dan proses pemberian stimulant)

Anda mungkin juga menyukai