Anda di halaman 1dari 12

PENDAHULUAN

Air merupakan komponen utama tumbuhan, dimana air


menyusun 60-90 % dari berat daun. Jumlah air yang dikandung
tiap tanaman berbeda-beda, hal ini bergantung pada habitat dan
jenis

tanaman

tersebut.

Tumbuhan

herba

lebih

banyak

mengandung air daripada tumbuhan perdu. Tumbuhan tebal


memiliki kadar air antara 59-90 % tumbuhan hidrofik 85- 98 %
dan tumbuhan mesofil mempunyai kadar air antara 100-300 %
(Dwidjoseputro, 2001).
Kuantitas air yang dibutuhkan oleh tanaman sangat berbeda-beda sesuai
jenis dan lingkungan dimana tumbuhan itu hidup. Tanaman herba menyerap air
lebih banyak dibandingkan tanaman perdu. Tumbuhan golongan efemera yang
hidup digurun, akan memanfaatkan hujan yang datang sekali dalam setahun untuk
memulai hidup dan berkecambah, berbunga, berbuah dan mati sebelum air yang
ada dalam tanah habis. Pertumbuhan yang cepat dan pendeknya umur tanaman
tersebut merupakan suatu usaha untuk menghindari diri dari kekurangan air yang
menimpanya (Dwidjoseputro, 2001).
Pentingnya air sebagai pelarut dalam organisme hidup tamapak amat jelas,
misalnya pada proses osmosis. Dalam suatu daun, volume sel dibatasi oleh
dinding sel dan relative hanya sedikit aliran air yang dapat diakomodasikan oleh
elastisitas dinding sel. Konsekuensi tekanan hidrostatis (tekanan turgor)
berkembang dalam vakuola menekan sitoplasma melawan permukaan dalam
dinding sel dan meningkatkan potensi air vakuola. Dengan naiknya tekanan
turgor, sel-sel yang berdekatan saling menekan, dengan hasil bahwa sehelai daun
yang mulanya dalam keadaan layu menjadi bertambah segar (turgid). Pada
keadaan seimbang, tekanan turgor menjadi atau mempunyai nilai maksimum dan
disini air tidak cenderung mengalir dai apoplast ke vakuola (Miftahudin, 2010).
Air yang digunakan untuk transpirasi tanaman sebanyak 99%, dan yang di
gunakan untuk hidrasi 1 %, termasuk untuk memelihara dan menyebabkan
pertumbuhan yang lebih baik. Bahan yang mempunyai kadar air yang tinggi akan
mempercepat pembusukan karena bakteri lebih menyukai tempat-tempat yang

lembab, sehingga bakteri dengan mudah dan cepatnya mengembang (Fardiaz,


Dkk, 1980).
Kadar air adalah perbedaan antara berat bahan sebelum dan sesudah
dilakukan pemanasan. Setiap bahan bila diletakkan dalam udara terbuka kadar
airnya akan mencapai keseimbangan dengan kelembaban udara di sekitarnya.
Kadar air bahan ini disebut dengan kadar air seimbang. Setiap kelembaban relatif
tertentu dapat menghasilkan kadar air seimbang tertentu pula. Dengan demikian
dapat dibuat hubungan antara kadar air seimbang dengan kelembaban relatif. Pada
istilah kadara air, terdapat juga kadar air keseimbangan. Kadar air keseimbangan
adalah kadar air dimana laju perpindahan air dari bahan ke udara sama dengan
laju perpindahan air dari udara ke bahan. Kadar air keseimbangan dapat
digunakan untuk mengetahui kadar air terendah yang dapat dicapai pada proses
pengeringan dengan tingkat suhu dan kelembaban udara relatif tertentu atau bias
juga disebut dengan kadar air minimum yang dapat dicapai pada kondisi udara
pengeringan yang tetap atau pada suhu dan kelembaban relatif yang tetap
(Sudarmadji, Dkk, 1989).
Sedangkan pada tanaman berat basah adakah berat mula-mula. Berat
kering adalah berat bahan setelah dilakukan pengeringan. Pengeringan ini dapat
dilakukan dengan cara mengoven bahan sehingga seluruh airnya menguap. Saat
air menguap, otomatis berat bahan akan berkurang. Jumlah pengurangan ini
dianggap sebagai selisih antar berat basah dan berat kering. Perbandingan dari
pengurangan berat dan berat awal inilah yang kemudian diubah menjadi persen
dan kadar air ditemukan. Pada organ tumbuhan, kadar air sangat bervariasi,
tergantng dari jenis tumbuhan, struktur dan usia dari jaringan organ (Ellya, 2009).
Relative water content daun adalah kadar air actual daun relative terhadap
kemampuan maksimal daun untuk menampung air. RWC dapat member petunjuk
tentang water deficit daun dan dapat member petunjuk tentang stress akibat panas
dan kekeringan. RWC merupakan gabungan antara potensial air dan mekanisme
pemeliharaan

air

sel.

Tumbuhan

yang

mampu

memelihara

turgiditas

(mempertahankan air) akan memiliki keunggulan fisiologi karena tetap dapat


melangsungkan

pertumbuhan

pada

kondisi

lingkungan

yang

tidak

menguntungkan. Oleh karena itu relative water content dapat digunakan untuk
mengestimasi apakah tanaman tersebut tahan terhadap lingkungan ekstrem.
Dimana tujuan dari pratikum tersebut adalah sebagai berikut :
Untuk mengetahui relative water content pada tanaman yang cukup air dan
tanaman yang kekurangan air.

MATERIAL DAN METODE


Alat yang digunakan dalam pratikum ini adalah gunting, tabung berlabel,
kotak pendingin, timbangan semi analitik, kertas pengering (blotting paper /
tissue), oven, dan amplop. Sedangkan bahan yang digunakan adalah aquadest / air
suling, daun jagung bali, jagung manis, jagung ketan.
Metode yang digunakan dalam pratikum ini adalah metode oven
pengering.
Prosedur pratikum yang di lakukan yaitu :
A. Tahap Persiapan
1. Beri nomor dan timbang tabung sampel (Tube W)
B. Tahap Pengambilan Sampel dari Lapangan
1. Petik 6 helai daun dari tumbuhan yang ada di lapangan.
2. Potong ujung dan pangkal daun secara bersamaan sehingga
tertinggal hanya 5 cm bagian tengah. Masukkan segera ke dalam
tabung dan tutup rapat. Selanjutnya dibawa ke lab.
C. Tahap Pengukuran di Lab
1. Timbang semua tabung sampel (tube W + FW)
2. Tambahkan aquadest ke dalam tabung setinggi 1 cm
3. Tempatkan tabung sampel dalam refrigerator selama 24 jam
4. Setelah 24 jam, keluarkan daun dari tabung, kemudian di blot
menggunakan kertas tissue
5. Timbang sampel daun (TW)
6. Masukkan sampel daun ke dalam amplop yang sudah di beri label
(pakai pensil) dan keringkan pada suhu 70o C selama 24 jam
7. Setelah 24 jam, timbang kembali daun untuk memperoleh berat
kering (DW)

HASIL PERCOBAAN
A. Masukkan data hasil pengamatan pada table berikut
Tabung kosong di timbang terlebih dahulu kemudian semua tabung sampel
di timbang setelah itu masukkan aquadest 1 cm dan selanjutnya tabung sampel
di masukkan ke dalam refrigerator selama 24 jam setelah 24 jam sampel di
blot dan di timbang kembali selanjutnya dimasukkan ke dalam amplop dan di
masukkan ke oven 70oC selama 24 jam, didapatkan data sebagai berikut :
Berat
Tanaman
Tube W
Tube W +
FW
TW
DW

Jenis Daun
Muda
10,5
11,3

Padi
Tua
10,5
11,2

1,3

Pucuk
10,5
11,1

Rumput
Ambengan Mutiara
10,5
10,5
10,8
10,7

Gajah
10,5
12,3

Bali
10,5
13,8

Jagung
Manis Ketan
10,5
10,5
13,7
13,4

0,9

0,5

2,5

4,4
1,1

3,7
0,9

0,4

Table : Kenaikan dan Penurunan Kadar Air Pada Daun


1. Perhitungan fresh weight dari sampel daun
1) Daun Padi
a. Muda
FW = (tube W + FW) tube W
= 11,3 10,5
= 0,8
b. Tua
FW = (tube W + FW) tube W
= 11,2 10,5
= 0,7
c. Pucuk
FW = (tube W + FW) tube W
= 11,1 10,5
= 0,6
2) Daun Rumput
a. Ambengan
FW = (tube W + FW) tube W
= 10,8 10,5
= 0,3
b. Mutiara
FW = (tube W + FW) tube W
= 10,7 10,5
= 0,2
c. Gajah
FW = (tube W + FW) tube W
= 12,3 10,5

3,4
0,6

Tali
10,5
12,3

Bamboo
Ampel Gading
10,5
10,5
11
11,6

2,3

0,7

1,6

= 1,8
3) Daun Jagung
a. Bali
FW = (tube W + FW) tube W
= 13,8 10,5
= 3,3
b. Manis
FW = (tube W + FW) tube W
= 13,7 10,5
= 3,2
c. Ketan
FW = (tube W + FW) tube W
= 13,4 10,5
= 2,9

4) Daun Bambu
a. Tali
FW = (tube W + FW) tube W
= 12,3 10,5
= 1,8
b. Ampel
FW = (tube W + FW) tube W
= 11 10,5
= 0,5
c. Gading
FW = (tube W + FW) tube W
= 11,6 10,5
= 1,1

2. Perhitungan relative water content


1) Daun Padi
a. Muda
FW DW
100
RWC = TW DW
1,3

= 0,8

=
=
b. Tua

100
100

RWC =

FW DW
TW DW

= 0,7

100
100

100

=
c. Pucuk
RWC =

FW DW
TW DW

0,9
= 0,6

100

100
100

2) Daun Rumput
a. Ambengan
RWC =

FW DW
TW DW

0,5
= 0,3

=
b. Mutiara
RWC =

100
100

FW DW
TW DW

0,4
= 0,2

=
=

100

100

100
100

c. Gajah
RWC =

FW DW
TW DW

2,5
= 1,8

100
100

100

=
3) Daun Jagung
a. Bali
RWC =

FW DW
TW DW

3,3 1,1
4,41,1

2,2
3,3

100
100

100

= 66,7
b. Manis
RWC =

FW DW
TW DW

3,2 0,9
3,70,9

2,3
2,8

100
100

100

= 82,1
c. Ketan
RWC =

FW DW
TW DW

2,9 0,6
3,40,6

2,3
2,8

= 82,1
4) Daun Bambu
a. Tali

100
100

100

RWC =

FW DW
TW DW

2,3
= 1,8

=
=
b. Ampel
RWC =

100
100

FW DW
TW DW

0,7
= 0,5

100

100
100

100

=
c. Gading
RWC =

FW DW
TW DW

1,6
= 1,1

B. Dokumentasi Praktikum

100
100

100

Ke 3 sampel
dimasukkan ke dalam
tabung

Sampel 1 ditimbang

Sampel ke 2
ditimbang

Ke 3 sampel
ditambahkan aquadest
setinggi 1 cm

Sampel ke 3
ditimbang

Ke 3 sampel
dimasukkan ke dalam
refrigerator selama 24
jam

Sampel ke 23
ditimbang

Ke 3 sampel
Ke 3 sampel
kemudian
didari
blot
dikeluarkan
refrigerator
setelah
menggunakan
kertas24
jam
tissue

Sampel 1 ditimbang

Sampel ke 2

kembali (TW)

ditimbang kembali

Sampel ke 3
ditimbang kembali
(TW)

(TW)
Ke
3 sampel
dimasukkan ke
masing masing
amplop

Masukkan ke 3
Keluarkan sampel 1
amplop
dalamkembali
oven
dan timbang
o
(DW)
setelah
24 jam
suhu 70
C selama
24
jam

Keluarkan sampel ke
2 dan timbang
kembali
(DW) setelah
DISKUSI
/ PEMBAHASAN
24 jam

Keluarkan sampel ke
3 dan timbang
kembali (DW) setelah
24 jam

KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro. 2001. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : PT. Gramedia
Ellya, H. 2009. Analisis Kadar Air Tanaman. http://leeyaa-leeyaa.blogspot.com/
Diakses pada tanggal 10 Desember 2016
Fardiaz, Dkk, 1980. Pengantar Teknologi Pangan. Jakarta : Gramedia

Miftahuddin, dkk.2010. Fisiologi Tumbuhan Dasar. Bogor; Departemen Biologi,


FMIPA, IPB.
Sudarmadji, Dkk, 1989. Analisis Bahan Makanan dan Pertanian.Yogyakarta :
Liberti Yogyakarta.\ Wikipedia. 2010. Air. Diakses tanggal 10 Desember
2016

Anda mungkin juga menyukai