Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

MENGUKUR KADAR AIR DAN RELATIVE WATER


CONTENT (RWC) PADA TUMBUHAN

KADEK SATYAWAN
NPM 1603010305

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS HINDU INDONESIA
DENPASAR
2016

ABSTRAK
BAB I
PENDAHULUAN
Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang
diketahui sampai saat ini di bumi tetapi tidak di planet lain. Air tidak dapat dipisahkan dari
suatu kehidupan, baik itu manusia, hewan, maupun tumbuhan. Bagi tumbuhan air merupakan
unsur yang sangat penting. Dalam tubuh tumbuhan, terkandung air antara 5-95 %. Air
digunakan oleh tanaman untuk pelarut dan bagian penyusun utama dari sitolpasma.
Disamping itu air juga merupakan bahan mentah untuk fotosintesis dan tempat
berlangsungnya berbagai reaksi kimia dalam tumbuhan. Jumlah air yang terkandung dalam
tubuh tanaman bergantung pada jenis tanaman tersebut, misalnya tanaman herba lebih banyak
mengandung air bila dibandingkan dengan tanaman perdu (Prawiranata, 1981).
Kadar air adalah perbedaan antara berat bahan sebelum dan sesudah dilakukan
pemanasan. Setiap bahan bila diletakkan dalam udara terbuka kadar airnya akan mencapai
keseimbangan dengan kelembaban udara di sekitarnya. Kadar air bahan ini disebut dengan
kadar air seimbang. Setiap kelembaban relatif tertentu dapat menghasilkan kadar air
seimbang tertentu pula. Dengan demikian dapat dibuat hubungan antara kadar air seimbang
dengan kelembaban relatif. Pada istilah kadara air, terdapat juga kadar air keseimbangan.
Kadar air keseimbangan adaalah kadar air dimana laju perpindahan air dari bahan ke udara
sama dengan laju perpindahan air dari udara ke bahan. Kadar air keseimbangan dapat
digunakan untuk mengetahui kadar air terendah yang dapat dicapai pada proses pengeringan
dengan tingkat suhu dan kelembaban udara relatif tertentu atau bias juga disebut dengan
kadar air minimum yang dapat dicapai pada kondisi udara pengeringan yang tetap atau pada
suhu dan kelembaban relatif yang tetap (Sudarmadji, Dkk, 1989).
Pengukuran kadar air dalam suatu bahan sangat diperlukan dalam berbagai bidang.
Salah satu bidang yang memerlukan pengukuran kadar air adalah bidang pertanian. Komoditi
pertanian yang cukup penting untuk diketahui kadar airnya adalah beras. Mutu beras terutama
ditentukan oleh kadar airnya, semakin tinggi kadar air beras, mutunya semakin jelek.
Tingginya kadar air beras dapat berakibat tumbuhnya jamur-jamur penghasil mikotoksin
(racun) yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Kadar air juga perlu diketahui untuk
biji-bijian yang lain (Winarno, 1983).
Penentuan kadar air dalam bahan pangan dapat dilakukan dengan beberapa metode. Hal
ini tergantung pada sifat bahannya. Metode-metode penentuan kadar air diantaranya metode
pengeringan (dengan oven biasa), metode distilasi, metode kimia, dan metode khusus seperti

refraktometer. Penentuan kadar air sangat penting dalam banyak masalah industri, misalnya
dalam evaluasi materials balance atau kehilangan selama pengolahan (Irawati, 2007).
Pada umumnya penentuan kadar air dilakukan dengan mengeringkan bahan dalam oven
pada suhu 105 110 C selama 3 jam atau sampai didapat berat yang konstan. Untuk bahan
yang tidak tahan panas, seperti bahan berkadar gula tinggi, minyak, daging, kecap dan lainlain pemanasan dilakukan dalam oven vakum dengan suhu yang lebih rendah. Kadangkadang pengeringan dilakukan tanpa pemanasan, bahan dimasukkan ke dalam eksikator
dengan H2SO4 pekat sebagai pengering hingga mencapai berat yang konstan (Winarno, 2007).
Pengeringan adalah proses pemindahan panas dan uap air secara simultan, yang
memerlukan energi panas untuk menguapkan kandungan air yang dipindahkan dari
permukaan bahan, yang dikeringkan oleh media pengering yang biasanya berupa panas.
Tujuan pengeringan dilakukan untuk mengurangi kadar air bahan sampai batas dimana
perkembangan mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan pembusukan
terhambat atau terhenti (Sudarmadji, 2003).
Relative water content (RWC) daun adalah kadar air aktual daun relative terhadap
kemampuan maksimal daun untuk menampung air. RWC dapat memberi petunjuk tentang
water deficit daun dan dapat memberi petunjuk tentang kondisi stress akibat panas dan
kekeringan. RWC merupakan gabungan antara potensial air dan mekanisme pemeliharaan air
sel. Tumbuhan yang mampu memelihara turgiditas (mempertahankan air) akan memiliki
keunggulan fisiologi karena tetap dapat melangsungkan pertumbuhan pada kondisi
lingkungan yang tidak menguntungkan. Oleh karena itu RWC dapat digunakan untuk
mengestimasi apakah tanaman tersebut tahan terhadap lingkungan yang ekstrem.
Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan sebuah praktikum dengan menggunakan
sampel Daun Pandan, Sirih, Jambu Air, Pepaya, Rambutan, Padi (Muda, Tua, Pucuk),
Rumput (Ambengan, Mutiara, Gajah), Jagung (Bali, Manis, Ketan) dan Bambu (Tali, Ampel,
Gading) yang nanti akan dikeringkan dalam oven suhu 70 C. Sebagai tujuan dari praktikum
ini adalah untuk mengetahui kadar air dan RWC dalam persen pada suatu tumbuhan.

BAB II
MATERIAL DAN METODE

3.1. Praktikum I
a. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah amplop, oven, tissue, neraca
analitik (timbangan) dan pisau. Sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum
ini adalah daun pucuk, daun dewasa, dan daun tua dari daun jambu air, daun sirih,
daun pandan, daun rambutan, dan daun pepaya.
b. Metode yang digunakan dalam pratikum ini adalah metode oven pengering.
c. Prosedur Kerja
1) Alat dan bahan disiapkan
2) Daun tanaman dibedakan menjadi daun muda, dewasa, tua
3) Daun tanaman ditimbang sebanyak 1 gram
4) Lalu dimasukkan ke dalam amplop yang sudah berisi nama sesuai jenis tanaman
dan umur daun
5) Dimasukka ke dalam oven suhu 700C selama 12 jam
6) Ditimbang kembali berat daun setelah pengeringan diperoleh berat kering
7) Hasinya dicatat
3.2. Praktikum II
a. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah amplop, oven, refrigerator, tissue,
neraca analitik (timbangan) dan pisau. Sedangkan bahan yang digunakan pada
praktikum ini adalah Daun Padi (Muda, Tua, Pucuk), Rumput (Ambengan,
Mutiara, Gajah), Jagung (Bali, Manis, Ketan) dan Bambu (Tali, Ampel, Gading).
b. Metode
Metode yang digunakan dalam pratikum ini adalah metode oven pengering.
c. Prosedur Kerja
1) Tahap Persiapan
Beri nomor dan timbang tabung sampel (Tube W)
2) Tahap Pengambilan Sampel dari Lapangan
Petik 6 helai daun dari tumbuhan yang ada di lapangan.
Potong ujung dan pangkal daun secara bersamaan sehingga tertinggal
hanya 5 cm bagian tengah. Masukkan segera ke dalam tabung dan tutup
rapat. Selanjutnya dibawa ke lab.
3) Tahap Pengukuran di Lab
Timbang semua tabung sampel (tube W + FW)
Tambahkan aquadest ke dalam tabung setinggi 1 cm
Tempatkan tabung sampel dalam refrigerator selama 24 jam
Setelah 24 jam, keluarkan daun dari tabung, kemudian di blot
menggunakan kertas tissue

Timbang sampel daun (TW)


Masukkan sampel daun ke dalam amplop yang sudah di beri label (pakai
pensil) dan keringkan pada suhu 70o C selama 24 jam
Setelah 24 jam, timbang kembali daun untuk memperoleh berat kering
(DW)

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.

Hasil Pengamatan

4.1.1. Praktikum pertama (Kadar Air)


Kadar air pada tumbuhan sangat tergantung dari jenis tumbuhan, struktur dan usia dari
jaringan organ. Percobaan yang dilakukan berat awal semua sampel daun yang digunakan
adalah 1 gram. Dari hasil percobaan didapatkan bahwa daun papaya tua memiliki kadar air
yang paling besar yaitu 80 % dengan berat kering 0,2 gram. Sedangkan pada daun jambu air
dewasa memiliki kadar air yang paling kecil yaitu sebesar 30 % dengan berat kering 0,7
gram. Hasil pengukuran dan perhitungan kadar air pada sampel daun lainnya dapat dilihat
pada table 4.1 dan tabel 4.2.

Tabel 4.1. Berat sampel sebelum dan sesudah penguapan selama 12 jam
Jenis Daun

Berat Tanaman (g)


Muda

Tua

Pucuk

FW
(T0)

DW
(T12)

FW
(T0)

DW
(T12)

FW
(T0)

DW
(T12)

Pandan

0,6

0,5

0,5

Sirih

0,4

0,4

0,4

Jambu Air

0,7

0,5

0,6

Pepaya

0,3

0,2

0,4

Rambutan

0,4

0,5

0,5

Keterangan:
FW
: Fress Weight (Berat Basah)
DW : Dry Weight (Berat Kering)

T0
T12

: Waktu Awal (2 Desember 2016 pukul 20.00 Wita)


: Waktu Perlakuan Setelah 12 Jam (3 Desember 2016 pukul 08.00 Wita)
Dari data diatas didapat kadar air tumbuhan melalui rumus sebagai berikut:

Kadar Air=

(FW DW )
100
FW

4.1.2. Praktikum Kedua (Relative Water Content)


Tabung kosong di timbang terlebih dahulu kemudian semua tabung sampel di timbang
setelah itu masukkan aquadest 1 cm dan selanjutnya tabung sampel di masukkan ke dalam
refrigerator selama 24 jam setelah 24 jam sampel di blot dan di timbang kembali selanjutnya
dimasukkan ke dalam amplop dan di masukkan ke oven 70 oC selama 24 jam. Hasil
pengukuran dan perhitungan RWC pada sampel daun lainnya dapat dilihat pada table 4.3.

Tabel 4.3. Kadar RWC pada sampel daun


Berat Tanaman (g)
Sampel
Muda
Padi

Rumput

Jagung
Bambu

Tua
Pucuk
Ambengan
Mutiara
Gajah
Bali
Manis
Ketan
Tali
Ampel
Gading

Tube W

Tube W +

FW

TW

DW

10,5
10,5
10,5
10,5
10,5
10,5
10,5
10,5
10,5
10,5
10,5
10,5

FW
11,3
11,2
11,1
10,8
10,7
12,3
13,8
13,7
13,4
12,3
11,0
11,6

0,8
0,7
0,6
0,3
0,2
1,8
3,3
3,2
2,9
1,8
0,5
1,1

1,3
1,0
0,9
0,5
0,4
2,5
4,4
3,7
3,4
2,3
0,7
1,6

0,3
0,2
0,1
0,2
0,1
0,6
1,1
0,9
0,6
1,3
0,3
1,0

Keterangan:
1. Tube W+ : Berat Tube W + berat sampel
2. FW : Fress Weight (berat basah)
3. TW : Turgid Weight (berat setelah perendaman Aquadest)
4. DW : Dry Weight (berat kering)

4.2. PEMBAHASAN
4.2.1. Praktikum I (Kadar Air)
Pada praktikum pertama dilakukan pengamatan kadar air pada beberapa

jenis

tanaman yaitu pandan, sirih, rambutan papaya, dan jambu air. Pada praktikum ini dilakukan
untuk menbedakan kadar air pada daun muda, dewasa, dan tua pada masing-masing tanaman
tersebut. Pada praktikum ini diperoleh kadar air basah saat daun masih sega dan kadar air
kering saat daun sudah diberi perlakuan dikeringgkan di dalam oven dengan suhu 70oC.
Kadar air adalah perbedaan antara berat bahan sebelum dan sesudah dilakukan
pemanasan. Setiap bahan bila diletakkan dalam udara terbuka kadar airnya akan mencapai
keseimbangan dengan kelembaban udara di sekitarnya. Kadar air bahan ini disebut dengan
kadar air seimbang.
Sedangkan pada tanaman berat basah adalah berat mula-mula. Berat kering adalah
berat bahan setelah dilakukan pengeringan. Pengeringan ini dapat dilakukan dengan cara
mengoven bahan sehingga seluruh airnya menguap. Saat air menguap, otomatis berat bahan
akan berkurang. Jumlah pengurangan ini dianggap sebagai selisih antar berat basah dan berat
kering. Perbandingan dari pengurangan berat dan berat awal inilah yang kemudian diubah
menjadi persen dan kadar air ditemukan. Pada organ tumbuhan, kadar air sangat bervariasi,
tergantng dari jenis tumbuhan, struktur dan usia dari jaringan organ (Ellya, 2009).
Tabel 4.2. Kadar air pada sampel daun
Sampel Daun

Kadar Air (%)


Muda

Tua

Pucuk

Pandan

40

50

50

Sirih

60

60

60

Jambu Air

30

50

40

Pepaya

70

80

60

Rambutan

60

50

50

Dari hasil pengamatan pada beberapa jenis tanaman mengalami penurunan berat
setelah dioven, karena airnya menguap. Dari pengamatan yang dilakukan maka diperoleh
persentasi kadar air masing-masing daun sesuai dengan umunya. Dimana, kadar air tanaman
pandan muda diperoleh 40 % sedangkan tanaman dewasa dan tua diperoleh kadar air 50 %.

Kadar air daun sirih diperoleh 60 % baik pada daun muda, dewasa maupun tua. Kadar
air pada tanaman jambu air pada daun muda diperoleh kadar 30 %, pada daun dewasa 50 %
sedagkan daun tua dengan kadar air 40 %. Kadar air tanaman jambu air pada daum muda 30
%, daun dewasa 50 % dan pada dau tua 40 %.
Pada tanaman pepaya diperoleh kadar air 70 % pada daun muda, 80 % pada daun
dewasa dan 60 persen pada daun tua.
Daun muda pohon rambutan diperoleh kadar air 60 %, daun dewasa 50 % sedangkan
daun tua diperoleh kadar air 50%. Kadar air yang diperoleh baik daun muda, dewasa, tua
sangat bervariasi, dikarenakan pada masing-masing daun memmiliki kadar air yang berbedabeda sesuai dengan kondisi lingkungannya.

4.2.2. Relative Water Content


Sampel
Muda
Padi

Rumput

Jagung
Bambu

Tua
Pucuk
Ambengan
Mutiara
Gajah
Bali
Manis
Ketan
Tali
Ampel
Gading

RWC
(%)
50
62,5
62,5
33,3
33,3
63,2
66,7
82,1
82,1
50
50
16,7

BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum tersebut, dapat disimpulkan bahwa.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
A. Praktikum I (Perhitungan Kadar Air pada sampel daun)
1) Pandan
a. Muda
( FW DW )
Kadar Air=
100 %
FW
(10,6)
100 %
=
1
(0,4)
100 %
=
1
= 40 %
b. Tua
( FW DW )
Kadar Air=
100 %
FW
(10,5)
100 %
=
1
(0,5)
100 %
=
1
= 50 %
c. Pucuk
( FW DW )
Kadar Air=
100 %
FW
(10,5)
100 %
=
1
(0,5)
100 %
=
1
= 50 %
2) Sirih
a. Muda
( FW DW )
Kadar Air=
100 %
FW
(10,4 )
100 %
=
1
(0,6)
100 %
=
1
= 60 %
b. Tua
(FW DW )
K adar Air =
100 %
FW

(10,4 )
100 %
1
(0,6)
100 %
=
1
= 60 %
=

c. Pucuk
( FW DW )
100 %
FW
(10,4 )
100 %
=
1
(0,6)
100 %
=
1
= 60 %

Kadar Air=

3) Jambu Air
a. Muda
( FW DW )
100 %
FW
(10,7)
100 %
=
1
(0,3)
100 %
=
1
= 30 %

Kadar Air=

b. Tua
( FW DW )
100 %
FW
(10,5)
100 %
=
1
(0,5)
100 %
=
1
= 50 %

Kadar Air=

c. Pucuk
( FW DW )
100 %
FW
(10,6)
100 %
=
1
(0,4)
100 %
=
1
= 40 %

Kadar Air=

4) Pepaya
a. Muda
( FW DW )
100 %
FW
(10,3)
100 %
=
1
(0,7)
100 %
=
1
= 70 %

Kadar Air=

b. Tua

( FW DW )
100 %
FW
(10,2)
100 %
=
1
(0,8)
100 %
=
1
= 80 %

Kadar Air=

c. Pucuk
( FW DW )
100 %
FW
(10,4 )
100 %
=
1
(0,6)
100 %
=
1
= 60 %

Kadar Air=

5) Rambutan
a. Muda
( FW DW )
100 %
FW
(10,4 )
100 %
=
1
(0,6)
100 %
=
1
= 60 %

Kadar Air=

b. Tua
( FW DW )
100 %
FW
(10,5)
100 %
=
1
(0,5)
100 %
=
1
= 50 %

Kadar Air=

c. Pucuk
( FW DW )
100 %
FW
(10,5)
100 %
=
1
(0,5)
100 %
=
1
= 50 %

Kadar Air=

B. Praktikum II (Perhitungan fresh weight dari sampel daun )


1) Daun Padi
a. Muda
FW = (tube W + FW) - Tube W
= 11,3 10,5
= 0,8

b. Tua
FW = (tube W + FW) - Tube W
= 11,2 10,5
= 0,7
c. Pucuk
FW = (tube W + FW) - Tube W
= 11,1 10,5
= 0,6
2) Daun Rumput
a. Ambengan
FW = (tube W + FW) - Tube W
= 10,8 10,5
= 0,3
b. Mutiara
FW = (tube W + FW) - Tube W
= 10,7 10,5
= 0,2
c. Gajah
FW = (tube W + FW) - Tube W
= 12,3 10,5
= 1,8
3) Daun Jagung
a. Bali
FW = (tube W + FW) - Tube W
= 13,8 10,5
= 3,3
b. Manis
FW = (tube W + FW) - Tube W
= 13,7 10,5
= 3,2
c. Ketan
FW = (tube W + FW) - Tube W
= 13,4 10,5
= 2,9

4) Daun Bambu
a. Tali
FW = (tube W + FW) - Tube W
= 12,3 10,5
= 1,8
b. Ampel
FW = (tube W + FW) - Tube W
= 11 10,5
= 0,5
c. Gading
FW = (tube W + FW) - Tube W

= 11,6 10,5
= 1,1

C. Praktikum II (Perhitungan relative water content )


1) Daun Padi
a. Muda
FW DW
100 %
RWC =
TW DW
0,80,3
100 %
=
1,30,3
0,5
100 %
=
1
= 50 %
b. Tua
FW DW
100 %
RWC =
TW DW
0,70,2
100 %
=
10,2
0,5
100 %
=
0,8
= 62,5 %
c. Pucuk
FW DW
100 %
RWC =
TW DW
0,6 0,1
100 %
=
0,9 0,1
0,5
100 %
=
0,8
= 62,5 %

2) Daun Rumput
a. Ambengan
RWC =

FW DW
TW DW

100 %

0,3 0,2
100 %
0,5 0,2
0,1
100 %
=
0,3
= 33,3 %
b. Mutiara
FW DW
100 %
RWC =
TW DW
=

0,2 0,1
100 %
0,4 0,1
0,1
100 %
=
0,3
= 33,3 %
=

c. Gajah

FW DW
100 %
TW DW
1,8 0,6
100 %
=
2,5 0,6
1,2
100 %
=
1,9
= 63,2 %

RWC =

3) Daun Jagung
a. Bali

FW DW
100 %
TW DW
3,3 1,1
100 %
=
4,41,1
2,2
100 %
=
3,3
= 66,7 %

RWC =

b. Manis

FW DW
100 %
TW DW
3,2 0,9
100 %
=
3,70,9
2,3
100 %
=
2,8
= 82,1 %

RWC =

c. Ketan

FW DW
100
TW DW
2,9 0,6
100
=
3,40,6
2,3
100
=
2,8
= 82,1

RWC =

4) Daun Bambu
a. Tali

FW DW
100 %
TW DW
1,8 1,3
100 %
=
2,3 1,3
0,5
100 %
=
1

RWC =

= 50 %
b. Ampel
FW DW
100 %
RWC =
TW DW
0,5 0,3
100 %
=
0,7 0,3
0,2
100 %
=
0,4
= 50 %
c. Gading
FW DW
100 %
RWC =
TW DW
1,1 1,0
100 %
=
1,6 1,0
0,1
100 %
=
0,6
= 16,7%

Anda mungkin juga menyukai