File Naskah Publikasi PDF
File Naskah Publikasi PDF
NASKAH PUBLIKASI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Sarjana Kedokteran
Diajukan Oleh :
NURUL ATIKA
J500100109
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
ABSTRAK
Latar Belakang: Stroke iskemik adalah kematian jaringan otak karena pasokan
darah yang tidak adekuat. Stroke juga penyebab kematian utama di RS sebesar 15%,
artinya 1 dari 7 kematian disebabkan oleh stroke dengan tingkat kecacatan mencapai
65%. Fisioterapi merupakan salah satu upaya untuk meminimalkan angka kecacatan
pada orang yang menderita stroke iskemik.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik observasional dengan
rancangan cross sectional. Jumlah sampel penelitian sebanyak 37 pasien stroke
iskemik yang berada di RS PKU Muhammadiyah Surakarta dengan teknik
pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Data dianalisis
dengan uji dengan program SPSS 17.0 for windows.
Hasil: karakterisktik pasien Stroke Iskemik sebagian besar berjenis kelamin laki-laki
(62,2%). Proporsi rentang usia terbanyak adalah 56-65 tahun. Rerata perbaikan nilai
MMT (Manual Muscle Test) ekstremitas atas berkisar antara 0,718 sampai 1,227
(IK95%), sedangkan nilai MMT ekstremitas bawah 0,738 sampai 1,316 (IK95%).
Analisis Uji T menunjukkan bahwa nilai p = 0,001 (p < 0,05) yang menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara dua variabel yang di uji dengan
statistik sebesar 0,0001.
Simpulan: Ada hubungan yang bermakna antara fisioterapi dengan peningkatan
kemampuan fungsi motorik pada pasien stroke iskemik di RS PKU Muhammadiyah
Surakarta.
PENDAHULUAN
Stroke merupakan urutan ketiga penyebab kematian setelah jantung dan
kanker di Amerika Serikat (Rikesdas, 2007). Prevalensi meningkat sesuai kelompok
usia yaitu terbanyak pada usia 65 tahun atau lebih tua (8,1%). Pria dan wanita
memiliki prevalensi yang tidak jauh berbeda yaitu pria 2,7% dan wanita 2,5%
(Satyanegara, 2010).
Stroke diklasifikasikan menjadi dua, yaitu stroke iskemik dan stroke
hemoragik. Sekitar 80-85% merupakan stroke iskemik dan sisanya adalah stroke
hemoragik (Price & Wilson, 2006).
Data Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia (PERSI) tahun 2009 menunjukkan
bahwa penyebab kematian utama di RS akibat stroke adalah sebesar 15%, artinya 1
dari 7 kematian disebabkan oleh stroke dengan tingkat kecacatan mencapai 65%
(DepKes, 2013).
Pemulihan kekuatan ekstremitas masih merupakan masalah utama yang
dihadapi oleh pasien stroke yang mengalami hemiparesis. Sekitar 80% pasien
mengalami hemiparesis akut di bagian ekstremitas atas dan hanya sekitar sepertiga
yang mengalami pemulihan fungsional penuh (Beebe & Lang, 2009). Untuk
meminimalkan angka kecacatan pada orang yang menderita stroke maka dapat
dilakukan fisioterapi.
Hasil meta analisis menyimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan untuk
latihan kekuatan pada fungsi ekstremitas (American Heart Association, 2009).
Penelitian menggunakan latihan intensif, tugas khusus dan latihan berulang
memberikan hasil yang signifikan dalam perbaikan fungsi motorik (Stein, 2006).
Terdapat kontroversi pada rehabilitasi stroke menggunakan treadmill yaitu
terjadi penurunan kemampuan berjalan sekitar 52% (Duncan, 2011).
TINJAUAN PUSTAKA
Fisioterapi
Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada
individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara, dan memulihkan
gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan
secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis)
pelatihan fungsi dan komunikasi (Menkes, 2001).
Latihan pada anggota gerak atas (upper extremity) diantaranya adalah fleksi
dan ekstensi bahu, abduksi bahu, fleksi dan ektensi siku, fleksi dan ekstensi
pergelangan tangan serta jari tangan serta latihan pada anggota gerak bawah (lower
extremity) (National Stroke Association, 2013; Irfan, 2010).
Stroke Iskemik
Stroke iskemik didefinisikan sebagai kematian jaringan otak karena pasokan
darah yang tidak adekuat. Definisi klinisnya adalah defisit neurologis fokal yang
timbul akut dan berlangsung lebih lama dari 24 jam dan tidak disebabkan oleh
pendarahan (WHO, 2003).
Etiologi dari stroke iskemik adalah: trombus, aterotromboembolisme, emboli
otak. Sedangkan faktor risiko terbanyak adalah hipertensi (Lumbantobing, 2004).
Hubungan Fisioterapi dengan Peningkatan Kemampuan Fungsi Motorik
Salah satu penurunan fungsi yang dialami oleh pasien stroke iskemik adalah
fungsi motorik dimana terjadi kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai di
salah satu sisi tubuh (Junaidi, 2011).
dan mendorong asetilkolin keluar dan berikatan dengan membrana sisterna sehingga
terjadi potensial aksi. Disini terjadi pompa kalsium, kalsium keluar melalui tubulus T
berikatan dengan troponin di filamen tipis (aktin) untuk membuka rantai ganda pada
filamen tersebut kemudian berikatan dengan troponin di filamen tebal (miosin)
sehingga timbul kontraksi (Guyton, 2007).
Fisioterapi berperan dalam merangsang otot kembali normal sehingga ketika
dilakukan perangsangan yang berulang-ulang akan terjadi penyampaian informasi ke
otak sehingga terjadi gerak yang terintegrasi dan menjadi gerakan-gerakan pola
fungsional (Rujito, 2007).
Pemulihan yang didapatkan tergantung dengan kepatuhan dalam mengikuti
fisioterapi dan kondisi tubuh. Rehabilitasi tidak dapat menyembuhkan efek-efek yang
ditimbulkan akibat stroke, akan tetapi dapat membantu mengoptimalkan fungsi
tubuh. Dalam sebuah meta analisis menunjukkan fisioterapi dapat memberikan
perbaikan fungsional, terutama jika ditambah 16 jam dalam enam bulan pertama
setelah stroke (American Heart Association, 2004).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan
cross sectional. Peneitian ini dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Surakarta pada
bulan Oktober 2013. Sampel pada penelitian ini adalah pasien stroke iskemik yang
mengikuti fisioterapi di RS PKU Muhammadiyah Surakarta. Teknik pengambilan
sampel menggunakan purposive sampling dengan sampel sebanyak 37 pasien.
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah Data rekam medik pasien stroke
iskemik pertama yang didiagnosis oleh dokter spesialis saraf, Pria dan wanita, usia >
45 tahun, Mengalami hemiparesis pada ekstremitas , Diberikan terapi medikamentosa
yang sama dalam pengobatan stroke, Diberikan fisioterapi dalam bentuk yang sama
yaitu latihan ROM. kriteria ekslusi terdiri dari Pasien stroke iskemik yang tidak
sesuai dengan kriteria penelitian, Pasien yang mengalami hemiparesis bukan
disebabkan oleh penyakit stroke iskemik, Afasia sensorik, TIA (Transient Ischemic
Attack)
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah fisioterapi pada pasien
stroke iskemik sebagai variabel bebas, kemampuan fungsi motorik ekstremitas pada
pasien stroke iskemik sebagai variabel terikat, variabel rak terkendali adalah usia,
jenis kelamin, ras, kelainan bawaan, dll.
HASIL
Penelitian ini dilakukan dengan melihat register atau catatan pasien di bagian
rekam medik RS PKU Muhammadiyah Surakarta. Penentuan sampel yang digunakan
adalah dengan menggunakan purpossive sampling. Sampel yang diambil berasal dari
data bulan Januari-September 2013 dimana pasien tersebut telah didiagnosa dokter
spesialis syaraf mengalami stroke iskemik. Berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi
diperoleh sebanyak 37 orang pasien.
Jumlah
Persentase (%)
Perempuan
14
37,8
laki-laki
23
62,2
Total
37
100,0
Jumlah
Persentase (%)
45-55
24,3
56-65
18
48,6
66-75
21,6
76-85
5,4
Total
37
100,0
Jumlah
Persentase (%)
Hipertensi
27
73,0
Diabetes Melitus
18,9
Penyakit Jantung
8,1
Hiperlipidemia
13,5
Dll
5,4
Mean
Pair
MMT
Awal
MMT
37
2,32
1,156
0,718-
0,0001
1,227
37
3,30
1,266
Akhir
Mean
Pair
MMT 37
Awal
MMT 37
Akhir
2,41
1,301
0,7381,316
3,43
1,385
0,0001
PEMBAHASAN
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa pasien stroke iskemik terbanyak
adalah pria 23 orang (62,2%). Penelitian ini sesuai dengan penelitian LeBrasseur et
all bahwa laki-laki memiliki persentase sebanyak 74,1% dan perempuan 25,8%
(LeBrasseur et all, 2006). Data lain juga menyebutkan bahwa insiden stroke 1,25 kali
lebih sering pada laki-laki dibandingkan perempuan (Lumbantobing, 2004). Pria dan
wanita memiliki prevalensi yang kurang lebih sama yaitu 2,7% dan 2,5%
(Satyanegara, 2010). Penelitian lain mengenai hubungan jenis kelamin dan usia
menyebutkan bahwa kejadian stroke meningkat pada perempuan di usia 72 tahun
dengan persentase 41%. Hal ini terjadi karena pada usia tersebut wanita telah
mengalami menopause, sehingga terjadi penurunan estrogen yang menyebabkan
peningkatan kolesterol, kemudian terbentuk emboli dan trombus yang dapat
menyebabkan stroke iskemik (Appelros et all, 2008).
Berdasarkan tabel 2, rentang usia tersering adalah 56-65 tahun (48,6%).
Prevalensi yang terjadi di Amerika tahun 2005 menunjukkan bahwa usia 65 tahun
atau lebih memiliki proporsi kejadian stroke terbesar yaitu 8,1% (Satyanegara, 2010).
Penelitian lain yang dilakukan American Physical menyimpulkan bahwa pria lebih
banyak mengalami stroke dan rata-rata pasien yang mengalami stroke adalah usia 57
tahun (Physical Theraphy Journal, 2008).
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa proporsi faktor risiko adalah
hipertensi (73,0%), diabetes melitus (18,9%), penyakit jantung koroner (8,1%),
hiperlipidemia (13,5%), dan lain-lain seperti kebiasaan merokok, penyakit paru
sekitar 5,4%. Tidak jauh berbeda dari data 28 rumah sakit di Indonesia, hipertensi
sebesar
73,9%,
diabetes
melitus
17,3%,
penyakit
katup
jantung
3,4%,
Analisis uji statistik pada tabel 4 dan 5 menunjukkan bahwa rerata nilai MMT
37 subjek di awal penelitian adalah 2,32 (SD 1,156) dan di akhir adalah 3,30 (SD
1,266) untuk ektremitas atas, sedangkan ekstremitas bawah memiliki rerata MMT
awal 2,41 (SD 1,301) dan rerata MMT akhir 3,43 (1,385). Pada ekstremitas atas
rerata perbaikan nilai MMT awal dan akhir adalah 0,781- 1,227 (IK95%).
Ekstremitas bawah memiliki rerata nilai MMT awal dan akhir 0,738-1,316 (IK95%)
dengan nilai p masing- masing 0,0001.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sunderland et all,
dalam meneliti 132 pasien stroke dengan pengobatan rutin atau ditingkatkannya
fungsi lengan termasuk peningkatan durasi dan metode perilakunya menunjukkan
perbaikan yang secara statistik signifikan. Penelitian ini dilakukan dalam waktu enam
bulan pada pasien dengan gangguan ringan (Duncan et all, 2005).
Penelitian Hasil meta analisis dalam rancangan randomized control dari tahun
1950- april 2009 menyimpulkan bahwa dari 650 percobaan terdapat perbedaan yang
signifikan untuk latihan kekuatan pada fungsi ekstremitas, yaitu pada kerusakan
ektremitas sedang Standardized Mean Difference (SMD) = 0,45; p = 0,03 dan
kerusakan ekstremitas ringan (SMD = 0,26; p = 0,01) (American Heart Association,
2009).
KESIMPULAN
Ada hubungan yang bermakna antara fisioterapi dengan peningkatan
kemampuan fungsi motorik pada pasien stroke iskemik di RS PKU Muhammadiyah
Surakarta.
SARAN
1.
2.
3.
DAFTAR PUSTAKA
After
Therapy.
http://www.stroke.about.com/od/livingwithstroke/a/livingwithstrok.html
Diakses pada tanggal 7 April 2013.
American
Physical
Therapy
Association.,
2008.
Lower-Extremity
Strength
et
all.,
2008.
Sex
Differences
in
Stroke
Epidemiology.
Bruno,
Pertiana
A.,
2007.
Motor
Recovery
in
Stroke.
Do
Lee,
et
all.,
2003.
Physical
Activity
and
Stroke
Risk.
Diakses
pada
et
all.,
2005.
Management
Of
Adult
Stroke
Rehabilitation.
Haris J E, Eng J J., 2006. Paretic Upper- Limb Strength Best Explains Arm Activity In
People With Stroke
http://ptjournal.apta.org/content/87/1/88.full.pdf+html.
Kesehatan
Republik
Indonesia.,
2013.
Menteri
kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor:
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia.
Menteri
kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor:
and
disability
following
stroke.
Kesehatan
Jawa
tengah.,
2007.
Laporan
Provinsi
Jawa
Tengah.
S.,
2007.
Penatalaksanaan
fisioterapi
pada
stroke
http://www.stroke-theraphy.co.org/articles_health.details.php
tanggal 8 juli 2013.
fase
akut.
Diakses
pada
Satyanegara, dkk., 2010. Ilmu Bedah Saraf Edisi IV. Jakarta: Kompas Gramedia. Pp.
227: 257.
Sidharta, P., 2010. Tata Pemeriksaan Klinis dalam Neurologi. Jakarta: Dian Rakyat.
Pp 391-392.
Stein, J., 2006. Exercise To Stimulate Recovery of Motor Function After Stroke.
http://neurology.jwatch.org/cgi/content/full/2006/905/2. Diakses pada tanggal
28 April 2013.
Steven., 2008. Hubungan Derajat Spastisitas Maksimal Berdasarkan Modified
Ashworth Scale dengan Gangguan Fungsi Berjalan pada Penderita Stroke
Iskemik. Tesis. Semarang: Fakultas Kedokteran; Universitas Diponegoro.
Suardika, I W G., 2009. Fisioterapi pada Stroke Akut. Dalam Stroke Aspek
Diagnosis, patofisiologi, Manajemen, Jakarta: balai Penerbit FK UI. Pp 351354.
Suryamiharja, A., 2009. Terapi Medik pada Gangguan Peredaran Darah Otak
Sepintas. Dalam Penuntun Neurologi, Tangerang: Binarupa Aksara Publisher.
Pp 188-189.
Vodder
Schools
internarional.,
2013.
Manual
Lyphe
Drainage.