Anda di halaman 1dari 18

HUBUNGAN FISIOTERAPI DENGAN PENINGKATAN KEMAMPUAN

FUNGSI MOTORIK PADA PASIEN STROKE ISKEMIK DI


RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Sarjana Kedokteran

Diajukan Oleh :
NURUL ATIKA
J500100109
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

HUBUNGAN FISIOTERAPI DENGAN PENINGKATAN KEMAMPUAN


FUNGSI MOTORIK PADA PASIEN STROKE ISKEMIK DI RUMAH SAKIT
PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Nurul Atika, J 500100109

ABSTRAK
Latar Belakang: Stroke iskemik adalah kematian jaringan otak karena pasokan
darah yang tidak adekuat. Stroke juga penyebab kematian utama di RS sebesar 15%,
artinya 1 dari 7 kematian disebabkan oleh stroke dengan tingkat kecacatan mencapai
65%. Fisioterapi merupakan salah satu upaya untuk meminimalkan angka kecacatan
pada orang yang menderita stroke iskemik.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik observasional dengan
rancangan cross sectional. Jumlah sampel penelitian sebanyak 37 pasien stroke
iskemik yang berada di RS PKU Muhammadiyah Surakarta dengan teknik
pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Data dianalisis
dengan uji dengan program SPSS 17.0 for windows.
Hasil: karakterisktik pasien Stroke Iskemik sebagian besar berjenis kelamin laki-laki
(62,2%). Proporsi rentang usia terbanyak adalah 56-65 tahun. Rerata perbaikan nilai
MMT (Manual Muscle Test) ekstremitas atas berkisar antara 0,718 sampai 1,227
(IK95%), sedangkan nilai MMT ekstremitas bawah 0,738 sampai 1,316 (IK95%).
Analisis Uji T menunjukkan bahwa nilai p = 0,001 (p < 0,05) yang menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara dua variabel yang di uji dengan
statistik sebesar 0,0001.
Simpulan: Ada hubungan yang bermakna antara fisioterapi dengan peningkatan
kemampuan fungsi motorik pada pasien stroke iskemik di RS PKU Muhammadiyah
Surakarta.

Kata Kunci : fisioterapi, fungsi motorik, stroke iskemik

PHYSIOTHERAPY RELATIONSHIP WITH CAPACITY OF MOTORS


FUNCTION IN PATIENTS WITH ISCHEMIC STROKE IN RS PKU
MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Medical Faculty Of Muhammadiyah Of Surakarta
Nurul Atika, J 500100109
ABSTRACT
Background: Ischemic stroke is the death of brain tissue due to inadequate blood
suply. Stroke is also a major cause of death in hospital by 15 %, meaning that 1 of 7
deaths caused by strokes with a defect rate reached 65 %. Physiotherapy is an effort
to minimize the number of disability in people with ischemic stroke.
Method: This research uses analytic methods observational study with cross cestional
design. amount of research as much as 37 ischemic stroke patients who were in in the
RS PKU Muhammmadiyah Surakartao sampling technique using purposive sampling
technique. Data were analyzed with SPSS test with 17.0 for windows.
Result: The results showed that the value of p = 0.001 ( p < 0.05 ) which indicates
that there is a significant relationship between the two variables in the statistical test
of 0.0001.
Conclusion: There is a significant relationship between physiotherapy with an
increased ability of motor function in patients with ischemic stroke in the RS PKU
Muhammadiyah Surakarta.

Keywords: physiotherapy, motor function, ischemic stroke

PENDAHULUAN
Stroke merupakan urutan ketiga penyebab kematian setelah jantung dan
kanker di Amerika Serikat (Rikesdas, 2007). Prevalensi meningkat sesuai kelompok
usia yaitu terbanyak pada usia 65 tahun atau lebih tua (8,1%). Pria dan wanita
memiliki prevalensi yang tidak jauh berbeda yaitu pria 2,7% dan wanita 2,5%
(Satyanegara, 2010).
Stroke diklasifikasikan menjadi dua, yaitu stroke iskemik dan stroke
hemoragik. Sekitar 80-85% merupakan stroke iskemik dan sisanya adalah stroke
hemoragik (Price & Wilson, 2006).
Data Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia (PERSI) tahun 2009 menunjukkan
bahwa penyebab kematian utama di RS akibat stroke adalah sebesar 15%, artinya 1
dari 7 kematian disebabkan oleh stroke dengan tingkat kecacatan mencapai 65%
(DepKes, 2013).
Pemulihan kekuatan ekstremitas masih merupakan masalah utama yang
dihadapi oleh pasien stroke yang mengalami hemiparesis. Sekitar 80% pasien
mengalami hemiparesis akut di bagian ekstremitas atas dan hanya sekitar sepertiga
yang mengalami pemulihan fungsional penuh (Beebe & Lang, 2009). Untuk
meminimalkan angka kecacatan pada orang yang menderita stroke maka dapat
dilakukan fisioterapi.
Hasil meta analisis menyimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan untuk
latihan kekuatan pada fungsi ekstremitas (American Heart Association, 2009).
Penelitian menggunakan latihan intensif, tugas khusus dan latihan berulang
memberikan hasil yang signifikan dalam perbaikan fungsi motorik (Stein, 2006).
Terdapat kontroversi pada rehabilitasi stroke menggunakan treadmill yaitu
terjadi penurunan kemampuan berjalan sekitar 52% (Duncan, 2011).

Berdasarkan uraian diatas, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian


lebih lanjut untuk mengetahui hubungan fisioterapi dengan peningkatan kemampuan
fungsi motorik pada pasien stroke iskemik di RS PKU Muhammadiyah
Untuk mengetahui apakah ada hubungan fisioterapi dengan peningkatan kemampuan
fungsi motorik pada pasien stroke iskemik di RS PKU Muhammadiyah.

TINJAUAN PUSTAKA
Fisioterapi
Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada
individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara, dan memulihkan
gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan
secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis)
pelatihan fungsi dan komunikasi (Menkes, 2001).
Latihan pada anggota gerak atas (upper extremity) diantaranya adalah fleksi
dan ekstensi bahu, abduksi bahu, fleksi dan ektensi siku, fleksi dan ekstensi
pergelangan tangan serta jari tangan serta latihan pada anggota gerak bawah (lower
extremity) (National Stroke Association, 2013; Irfan, 2010).
Stroke Iskemik
Stroke iskemik didefinisikan sebagai kematian jaringan otak karena pasokan
darah yang tidak adekuat. Definisi klinisnya adalah defisit neurologis fokal yang
timbul akut dan berlangsung lebih lama dari 24 jam dan tidak disebabkan oleh
pendarahan (WHO, 2003).
Etiologi dari stroke iskemik adalah: trombus, aterotromboembolisme, emboli
otak. Sedangkan faktor risiko terbanyak adalah hipertensi (Lumbantobing, 2004).
Hubungan Fisioterapi dengan Peningkatan Kemampuan Fungsi Motorik
Salah satu penurunan fungsi yang dialami oleh pasien stroke iskemik adalah
fungsi motorik dimana terjadi kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai di
salah satu sisi tubuh (Junaidi, 2011).

Penurunan fungsi motorik ini membutuhkan proses kesembuhan yaitu


fisioterapi dengan tujuan memperbaiki fungsi motorik dan fungsi lain yang terganggu
sehingga diharapkan mampu melakukan aktivitas kegiatan sehari-hari (Suardika,
2011).
Prinsip penatalaksanaan fisioterapi adalah redukasi gerakan otot, yang
diharapkan menjadi redukasi fungsi otot. Dalam fisioterapi, program latihan dibagi
menjadi tiga tahapan:
1. Rehabilitasi I
Latihan di tempat tidur
2. Rehabilitasi II
Latihan keluar dari tempat tidur
3. Rehabilitasi III
Latihan di luar tempat tidur, meliputi:
a. Duduk di kursi
b. Belajar berdiri
c. Belajar berjalan.
(Suardika, 2011)
Durasi yang dibutuhkan penderita stroke dalam mendapatkan fisioterapi
tergantung dari jenis dan berat ringan stroke yang diderita. Rata-rata penderita yang
dirawat inap di unit rehabilitasi stroke selama 16 hari, kemudian dilanjutkan dengan
rawat jalan selama beberapa minggu (American Heart Association, 2006). Duncan
melaporkan dari hasil penelitiannya, perbaikan fungsi motorik dan aktivitas seharihari paling cepat dilakukan 30 hari pertama pasca stroke. Wade mengatakan bahwa
50% pasien mengalami perbaikan fungsi paling cepat dalam dua minggu pertama
(Steven, 2008).
Fisioterapi dalam hal mengembalikan kekuatan fungsi motorik harus
menimbulkan kontraksi otot melalui stimulasi atau rangsangan (Rujito, 2007).
Dimana rangsangan ini menimbukan potensial aksi (Na+ masuk ke dalam sel dan K+
keluar). Kemudian terjadi pompa kalsium yang mendorong kalsium masuk ke dalam

dan mendorong asetilkolin keluar dan berikatan dengan membrana sisterna sehingga
terjadi potensial aksi. Disini terjadi pompa kalsium, kalsium keluar melalui tubulus T
berikatan dengan troponin di filamen tipis (aktin) untuk membuka rantai ganda pada
filamen tersebut kemudian berikatan dengan troponin di filamen tebal (miosin)
sehingga timbul kontraksi (Guyton, 2007).
Fisioterapi berperan dalam merangsang otot kembali normal sehingga ketika
dilakukan perangsangan yang berulang-ulang akan terjadi penyampaian informasi ke
otak sehingga terjadi gerak yang terintegrasi dan menjadi gerakan-gerakan pola
fungsional (Rujito, 2007).
Pemulihan yang didapatkan tergantung dengan kepatuhan dalam mengikuti
fisioterapi dan kondisi tubuh. Rehabilitasi tidak dapat menyembuhkan efek-efek yang
ditimbulkan akibat stroke, akan tetapi dapat membantu mengoptimalkan fungsi
tubuh. Dalam sebuah meta analisis menunjukkan fisioterapi dapat memberikan
perbaikan fungsional, terutama jika ditambah 16 jam dalam enam bulan pertama
setelah stroke (American Heart Association, 2004).

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan
cross sectional. Peneitian ini dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Surakarta pada
bulan Oktober 2013. Sampel pada penelitian ini adalah pasien stroke iskemik yang
mengikuti fisioterapi di RS PKU Muhammadiyah Surakarta. Teknik pengambilan
sampel menggunakan purposive sampling dengan sampel sebanyak 37 pasien.
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah Data rekam medik pasien stroke
iskemik pertama yang didiagnosis oleh dokter spesialis saraf, Pria dan wanita, usia >
45 tahun, Mengalami hemiparesis pada ekstremitas , Diberikan terapi medikamentosa
yang sama dalam pengobatan stroke, Diberikan fisioterapi dalam bentuk yang sama
yaitu latihan ROM. kriteria ekslusi terdiri dari Pasien stroke iskemik yang tidak
sesuai dengan kriteria penelitian, Pasien yang mengalami hemiparesis bukan

disebabkan oleh penyakit stroke iskemik, Afasia sensorik, TIA (Transient Ischemic
Attack)
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah fisioterapi pada pasien
stroke iskemik sebagai variabel bebas, kemampuan fungsi motorik ekstremitas pada
pasien stroke iskemik sebagai variabel terikat, variabel rak terkendali adalah usia,
jenis kelamin, ras, kelainan bawaan, dll.

HASIL
Penelitian ini dilakukan dengan melihat register atau catatan pasien di bagian
rekam medik RS PKU Muhammadiyah Surakarta. Penentuan sampel yang digunakan
adalah dengan menggunakan purpossive sampling. Sampel yang diambil berasal dari
data bulan Januari-September 2013 dimana pasien tersebut telah didiagnosa dokter
spesialis syaraf mengalami stroke iskemik. Berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi
diperoleh sebanyak 37 orang pasien.

Tabel 1. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin


Jenis kelamin

Jumlah

Persentase (%)

Perempuan

14

37,8

laki-laki

23

62,2

Total

37

100,0

Tabel 2. Distribusi Sampel Berdasarkan Usia


Usia

Jumlah

Persentase (%)

45-55

24,3

56-65

18

48,6

66-75

21,6

76-85

5,4

Total

37

100,0

Tabel 3. Distribusi Sampel Berdasarkan Faktor Risiko


Faktor Risiko

Jumlah

Persentase (%)

Hipertensi

27

73,0

Diabetes Melitus

18,9

Penyakit Jantung

8,1

Hiperlipidemia

13,5

Dll

5,4

Tabel 4. Uji T- paired pada ektremitas atas


N

Mean

Std.Deviation 95%CI of Nilai


Difference P

Pair

MMT

Awal
MMT

37

2,32

1,156

0,718-

0,0001

1,227
37

3,30

1,266

Akhir

Tabel 5. Uji T- paired pada Ektremitas Bawah


N

Mean

Std.Deviation 95%CI of Nilai P


Difference

Pair

MMT 37

Awal
MMT 37
Akhir

2,41

1,301

0,7381,316

3,43

1,385

0,0001

PEMBAHASAN
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa pasien stroke iskemik terbanyak
adalah pria 23 orang (62,2%). Penelitian ini sesuai dengan penelitian LeBrasseur et
all bahwa laki-laki memiliki persentase sebanyak 74,1% dan perempuan 25,8%
(LeBrasseur et all, 2006). Data lain juga menyebutkan bahwa insiden stroke 1,25 kali
lebih sering pada laki-laki dibandingkan perempuan (Lumbantobing, 2004). Pria dan
wanita memiliki prevalensi yang kurang lebih sama yaitu 2,7% dan 2,5%
(Satyanegara, 2010). Penelitian lain mengenai hubungan jenis kelamin dan usia
menyebutkan bahwa kejadian stroke meningkat pada perempuan di usia 72 tahun
dengan persentase 41%. Hal ini terjadi karena pada usia tersebut wanita telah
mengalami menopause, sehingga terjadi penurunan estrogen yang menyebabkan
peningkatan kolesterol, kemudian terbentuk emboli dan trombus yang dapat
menyebabkan stroke iskemik (Appelros et all, 2008).
Berdasarkan tabel 2, rentang usia tersering adalah 56-65 tahun (48,6%).
Prevalensi yang terjadi di Amerika tahun 2005 menunjukkan bahwa usia 65 tahun
atau lebih memiliki proporsi kejadian stroke terbesar yaitu 8,1% (Satyanegara, 2010).
Penelitian lain yang dilakukan American Physical menyimpulkan bahwa pria lebih
banyak mengalami stroke dan rata-rata pasien yang mengalami stroke adalah usia 57
tahun (Physical Theraphy Journal, 2008).
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa proporsi faktor risiko adalah
hipertensi (73,0%), diabetes melitus (18,9%), penyakit jantung koroner (8,1%),
hiperlipidemia (13,5%), dan lain-lain seperti kebiasaan merokok, penyakit paru
sekitar 5,4%. Tidak jauh berbeda dari data 28 rumah sakit di Indonesia, hipertensi
sebesar

73,9%,

diabetes

melitus

17,3%,

penyakit

katup

jantung

3,4%,

hiperkolesterolemia 16,4% (Misbach, 2011). Hasil meta analisis tahun 1966-2002


menyimpulkan bahwa hipertensi adalah faktor risiko utama baik stroke iskemik
maupun stroke hemoragik dan ada hubungan langsung antara peningkatan tekanan
darah dengan kejadian stroke (Lee et all, 2003).

Analisis uji statistik pada tabel 4 dan 5 menunjukkan bahwa rerata nilai MMT
37 subjek di awal penelitian adalah 2,32 (SD 1,156) dan di akhir adalah 3,30 (SD
1,266) untuk ektremitas atas, sedangkan ekstremitas bawah memiliki rerata MMT
awal 2,41 (SD 1,301) dan rerata MMT akhir 3,43 (1,385). Pada ekstremitas atas
rerata perbaikan nilai MMT awal dan akhir adalah 0,781- 1,227 (IK95%).
Ekstremitas bawah memiliki rerata nilai MMT awal dan akhir 0,738-1,316 (IK95%)
dengan nilai p masing- masing 0,0001.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sunderland et all,
dalam meneliti 132 pasien stroke dengan pengobatan rutin atau ditingkatkannya
fungsi lengan termasuk peningkatan durasi dan metode perilakunya menunjukkan
perbaikan yang secara statistik signifikan. Penelitian ini dilakukan dalam waktu enam
bulan pada pasien dengan gangguan ringan (Duncan et all, 2005).
Penelitian Hasil meta analisis dalam rancangan randomized control dari tahun
1950- april 2009 menyimpulkan bahwa dari 650 percobaan terdapat perbedaan yang
signifikan untuk latihan kekuatan pada fungsi ekstremitas, yaitu pada kerusakan
ektremitas sedang Standardized Mean Difference (SMD) = 0,45; p = 0,03 dan
kerusakan ekstremitas ringan (SMD = 0,26; p = 0,01) (American Heart Association,
2009).

KESIMPULAN
Ada hubungan yang bermakna antara fisioterapi dengan peningkatan
kemampuan fungsi motorik pada pasien stroke iskemik di RS PKU Muhammadiyah
Surakarta.
SARAN
1.

Perlu dilakukan pencatatan yang lebih sistematis

2.

Fisioterapi sangat dianjurkan oleh pasien stroke iskemik yang mengalami


hemiparesis untuk memperbaiki fungsi motorik yang mengalami kemunduran.

3.

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan fisioterapi dengan


peningkatan kemampuan fungsi motorik pada pasien stroke iskemik yang
dibandingkan kelompok kontrol atau dengan memperpanjang waktu penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

American Heart Association., 2009. Strength Training Improves Upper-Limb


Function in Individuals With Stroke. http://www.strokeaha.org. Diakses pada
tanggal 20 April 2013.
American Heart Association., 2006. Exercise for Stroke Survivors- Home Exercise
Program

After

Therapy.

http://www.stroke.about.com/od/livingwithstroke/a/livingwithstrok.html
Diakses pada tanggal 7 April 2013.
American

Physical

Therapy

Association.,

2008.

Lower-Extremity

Strength

Differences Predict Activity Liminations In People With Chronic Stroke.


http://ptjournal.apta.org/content/89/1/73.long Diakses pada tanggal 1Desember
2013.
Appelros,

et

all.,

2008.

Sex

Differences

in

Stroke

Epidemiology.

http://www.americanheartassociation.com. Diakses pada tanggal 4 Desember


2013
Beebe J A, Lang C E 2009., Active Motor Range of Motion Predicts Upper Extremity
Function 3 Months After Stroke.
http://stroke.ahajournals.org/content/40/5/1772.full?sid=58f4920f-e1a1-410bb5cf-cfc95fbaa1d9. Diakses pada tanggal 21 April 2013.
Blackweell., 2011. Epidemiology of Stroke in Italy. International Journal of Stroke,
Volume 6, Number 3, June 2011, pp. 219-227(9). http://www.intagentaconnect
Diakses pada tanggal 7 April 2013.

Bruno,

Pertiana

A.,

2007.

Motor

Recovery

in

Stroke.

http://emedicine.medscape.com/article/324386-overview. Diakses pada tanggal


14 Juli 2013
Bustami, M., 2011. Manajemen Faktor Risiko Stroke. Dalam Stroke Aspek
Diagnosis, Patofisiologi, Manajemen. Jakarta: Badan Penerbit FK UI. Pp. 136137.
Bustan, M., 2007, Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta. Pp
93-94.
Chong

Do

Lee,

et

all.,

2003.

Physical

Activity

and

Stroke

Risk.

http://www.americanheartassociation.com. Diakses pada tanggal 25 maret


2013.
Dahlan, M S., 2012. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba
Medika. Pp 4.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah., 2010. Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2009. http://dinkesjatengprov.go.id. Diakses pada tanggal 27
April 2013.
Duncan, et all., 2011. Body- Weight- Supported Treadmill rehabilitation after Stroke.
http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMoa1010790#t.

Diakses

pada

tanggal 22 April 2013.


Duncan,

et

all.,

2005.

Management

Of

Adult

Stroke

Rehabilitation.

http://www.ahajournal.org/content/36/9/e.100.full. Diakses pada tanggal 29


November 2013
Fathoni, M., 2011. Penyakit Jantung Koroner. Surakarta: UNS PRESS. Pp 60.
Ginsberg, L., 2008. Lecture Notes Neurologi Edisi Kedelapan. Jakarta: EMS.
Pp 95.
Gofir, A., 2009. Manajemen Stroke. Yogyakarta: Pustaka Cendekia Press. Pp 56-57:
86-87.
Guyton, A., 2007. Buku Ajar Fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC. Pp 74-86.

Haris J E, Eng J J., 2006. Paretic Upper- Limb Strength Best Explains Arm Activity In
People With Stroke

http://ptjournal.apta.org/content/87/1/88.full.pdf+html.

Diakses pada tanggal 16 April 2013.


Harsono (ed.)., 2009. Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press. Pp 81.
Hernata, I., 2013. Ilmu Kedokteran Lengkap tentang Neurosains. Yogyakarta: XDMedika. Pp 114-115.
Irdawati., 2008. Perbedaan Pengaruh Latihan Gerak Terhadap Kekuatan Otot Pada
Pasien Stroke Non-Hemoragik Hemiparesis Kanan Dibandingkan Dengan
Hemiparesis Kiri. Semarang: Universitas Diponegoro dan Ikatan Dokter
Indonesia Wilayah Jawa Tengah.
Irfan, M., 2010. Fisioterapi bagi Insan Stroke. Jakarta: Graha Ilmu. Pp 1-2: 92-104:
129-148.
Junaidi, I., 2011. Stroke Waspadai Ancamannya. Yogyakarta: Penerbit Andi. Pp 37:
55: 59: 71-72.
Kementrian

Kesehatan

Republik

Indonesia.,

2013.

http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/2220-menkes-lakukansoft-opening-rumah-sakit-pusat-otak-nasional.html. Diakses pada tanggal 10


maret 2013
Keputusan

Menteri

kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor:

778/MENKES/SK/VIII/2008 tentang Pedoman Pelayanan Fisioterapi di Sarana


Kesehatan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia.

http://www.hukor.depkes.go.id. Diakses pada tanggal 27 Juni 2013


Keputusan

Menteri

kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor:

1363/MENKES/SK/XII/2001 tentang Registrasi dan Izin Praktik Fisioterapis.


http://www.hukor.depkes.go.id. Diakses pada tanggal 27 Juni 2013
Kwakkel, et all., 2004. Effect of Augmented Exercise Therapy Time Afret stroke.
http://www.stroke.ahajournals.org/cgi/content/full/35/11/2529. Diakses pada
tanggal 20 April 2013.

LeBrasseur, et all., 2006. Muscle impairments and behavoral factors mediate


functionallimitations

and

disability

following

stroke.

http://www.ptjournals.com. Diakses pada tanggal 4 Desember 2013


Lumbantobing, S M., 2004. Neurogeriatri, Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Pp 97-100: 106.
Lumbantobing, S M., 2009. Faktor Risiko pada Gangguan Peredaran Darah Otak
Sepintas. Dalam Penuntun Neurologi, 170-177. Tangerang: Binarupa Aksara
Publisher. Pp 176.
Mardjono M, Sidartha P., 2009. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat. Pp
274-280
Misbach J, Soertidewi L., 2011. Stroke Aspek Diagnosis, Patofisiologi, Manajemen.
Jakarta: Badan Penerbit FKUI. Pp 3-10.
National Stroke Asssociation., 2013. Information Rehabilitation Prevention Self
Advocacy recovery. http://www.stroke.org. Diakses pada tanggal 14 Juli 2013.
Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Pp
44: 124-125: 127.
Price S A, Wilson L M., 2005. Patofisiology Konsep Klinis Proses- proses Penyakit.
Jakarta: EGC. Pp 1111: 1118.
Ranakusuma, T A S., 2009. Pengelolaan Diagnostik Penyakit Peredaran Darah Otak.
Dalam Penuntun Neurologi. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher. Pp 146148.
Riset

Kesehatan

Jawa

tengah.,

2007.

Laporan

Provinsi

Jawa

Tengah.

http://www.rikesdasjaten2007.pdf Diakses pada tanggal 10 maret 2013.


Ropper A H dan Brown R H., 2005. Adams and Victors Principles Of Neurology.
United States of America: McGraw-Hill. Pp 663-664.
Rujito,

S.,

2007.

Penatalaksanaan

fisioterapi

pada

stroke

http://www.stroke-theraphy.co.org/articles_health.details.php
tanggal 8 juli 2013.

fase

akut.

Diakses

pada

Satyanegara, dkk., 2010. Ilmu Bedah Saraf Edisi IV. Jakarta: Kompas Gramedia. Pp.
227: 257.
Sidharta, P., 2010. Tata Pemeriksaan Klinis dalam Neurologi. Jakarta: Dian Rakyat.
Pp 391-392.
Stein, J., 2006. Exercise To Stimulate Recovery of Motor Function After Stroke.
http://neurology.jwatch.org/cgi/content/full/2006/905/2. Diakses pada tanggal
28 April 2013.
Steven., 2008. Hubungan Derajat Spastisitas Maksimal Berdasarkan Modified
Ashworth Scale dengan Gangguan Fungsi Berjalan pada Penderita Stroke
Iskemik. Tesis. Semarang: Fakultas Kedokteran; Universitas Diponegoro.
Suardika, I W G., 2009. Fisioterapi pada Stroke Akut. Dalam Stroke Aspek
Diagnosis, patofisiologi, Manajemen, Jakarta: balai Penerbit FK UI. Pp 351354.
Suryamiharja, A., 2009. Terapi Medik pada Gangguan Peredaran Darah Otak
Sepintas. Dalam Penuntun Neurologi, Tangerang: Binarupa Aksara Publisher.
Pp 188-189.
Vodder

Schools

internarional.,

2013.

Manual

Lyphe

Drainage.

http://www.vodderschool.com. Diakses pada tanggal 30 Desember 2013.


Widorini, E., 2012. Peran Rehabilitasi Medik dalam Proses Pemulihan Pasca Stroke.
http://www.rsupfatmawati.com. Diakses pada tanggal 30 Desember 2013.
World Confederation for Physical Therapy., 2013. Policy statement: Description of
physical therapy. http://www.wcpt.org/policy/ps-descriptionPT. Diakses pada
tanggal 31 Agustus 2013.
World Health Organization., 2006. Avoiding Hearth Attacks and Strokes.
http://www.who.int/healthinfo/statistcs/bod_cerebrovasculardiseasestroke.pdf.
Diakses pada tanggal 27 Juni 2013.
Yulinda, W., 2009.Pengaruh Empat Minggu Terapi Latihan Pada Kemampuan
Motorik Penderita Stroke Iskemik Di RSUP H.Adam Malik Medan. Skripsi.
Medan: Fakultas kedokteran; Universitas Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai