Anda di halaman 1dari 16

MATA KULIAH

: KEPERAWATAN JIWA

DOSEN PENGAJAR :

SYAIFUL, S.Kep.Ns.M.Pd

DISUSUN OLEH :
MUH. MAHMUDIN
M. DIDI AKBAR
MUFRI PRATIWI

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
PERIODI KEPERAWATAN BIMA
TAHUN AKADEMIK 2013/201

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas ijinnyalah kami dapat
meyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Dengan Klien
Marah.Makalah ini ditulis dengan tujuan sebagai tugas awal mata kuliah
Keperawatan Jiwasemester IV. Tujuan yang lebihkhusus dari penulisan
makalah ini ialah untuk menambah pengetahuan tentang Asuhan
Keperawatan Dengan Klien Marah

Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen Mata


Kuliah yang telah memberikan tugas untuk menulis makalah ini,dan tidak
lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah
membantu dalam proses penyelesaian penulisan makalah ini, sehinga
makalah ini dapat dikumpulkan tepat pada waktunya.

Akhirnya,harapan penulis semoga makalah yang berjudulAsuhan


Keperawatan Dengan Klien Marah ini bermanfaat bagi pembaca. Penulis
telah berusaha sebisa mungkin untuk menyelesaikan makalah ini, namun
penulis menyadari makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapakan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
menyempurnakan makalah ini.

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KLIEN MARAH


A.

PENGERTIAN

Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon


terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman. Pengungkapan
kemarahan dengan langsung dan konstruktif pada waktu terjadi akan
melegakan individu dan membantu orang lain untuk dapat mengerti
perasaan yang sebenarnya.
Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan
mempersulit klien sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal.
Banyak situasi kehidupan yang menimbulkan kemarahan,misalnya fungsi
tubuh yang terganggu sehingga harus masuk rumah sakit, control diri
yang diambil alih oleh orang lain, menderita sakit, peran yang tidak dapat
dilakukan karena dirawat di rumah sakit, pelayanan perawat yang
terlambat dan banyak hal lain yang meningkatkan emosi klien.

B.

FUNGSI POSITIF MARAH


Fungsi energi : Marah dapat meningkatkan energi
Fungsi ekspresi : Ekspresi marah yang aseratif sehat
Self Promotional Function : Marah untuk menunjukan harga
diri memproyeksikan konsep diri
Fungsi
defensif :
Kemarahan
merupakan
pertahanan
ego
dalammenanggapi
kecemasan
yang
meningkat
karena
konflik eksternal setelah marah lega.
Potentiating Function : Kemarahan dapat meningkatkan potensi
Fungsi Diskriminasi : Membedakan ekspresi seseorang : marah,
sedih atau gembira

C.

ETIOLOGI

Kebutuhan tidak terpenuhi.


Menyinggung harga diri.
Harapan yang tidak sesuai kenyataan.
Diancam/disakiti.
Kegagalan,keadaan yang tidak mengenakkan.

D.

RENTANG RESPON KEMARAHAN


Respon kemarahan dapat berfungsi dalam rentang adaptif maladaptif
Rentang respon kemarahan

Assertionadalah kemarahan atau rasa tidak setuju yang


dinyatakan atau diungkapkan tanpa menyakiti orang laen akan
memberi kelegaan pada individu dan tidak akan menimbulkan
masalah.
Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan
karena yang tidak realistis atau hambatan dalam proses pencapaian
tujuan. Dalam keadaan ini tidak ditemukan alternatif lain.
selanjutnya individu merasa tidak mampu mengungkapkan
perasaan dan terlihat pasif.
Pasif adalah individu tidak mampu mengungkapkan perasaannya,
klien tampak pemalu, pendiam, sulit diajak bicara karena rendah diri
dan merasa kurang mampu.
Agresif adalah prilaku yang menyertai marah dan merupakan
dorongan untuk bertindak konstruktif dan masih terkontrol. Prilaku
yang tampak dapat berupa: muka masam, bicara kasar, menuntut,
kasar disertai disertai kekerasan .
Ngamuk adalah perasaan marah dan bermusuhan kouat disertai
kehilangan kontrol diri. Individu dapat merusak dirir sendiri orang
lain dan lingkungan.
E.

PROSES KEMARAHAN
Respon terhadap marah dapat diungkapkan melalui 3 cara yaitu

Mengungkapkan perasaan verbal


Menekan
Menantang.
Kemarahan diawali oleh adanya stressor yang berasal dari internal
atau eksternal. Hal tersebut akan mengakibatkan kehilangan atau
gangguan pada system individu(Disruptionand Loss). Untuk itu bagaimana
seorang individu memaknai setiap kejadian yang menyedihkan atau
menjengkelkan tersebut (personal meaning).
Bila seseorang mempunyai personal meaning positif, maka dia akan
dapat melakukan kegiatan secara positif(compensatory act) dan tercapai

perasaan lega (resolution). Namun bila dia gagal dalam memberikan


makna/ personal meaning negatif maka akan muncul perasaan tidak
berdaya dan sengsara (helplessness). Perasaan itu akan memicu
timbulnya
kemarahan (anger).
Kemarahan
yang
diekspresikan
keluar (expressed
outway) dengan
kegiatan
yang
kontruktif (contructiveaction) dapat menyelesaikan masalah.Kemarahan
yang
diekspresikan
keluar (expressed
outway) dengan
kegiatan
destruktif (destrcutive action)dapat menimbulkan perasaan bersalah dan
menyesal (guilt). Kemarahan yang dipendam (ekspressed inward ) akan
menimbulkan gejala psikosomatis (painful symptom).
F.

CARA-CARA MENGENDALIKAN MARAH


Beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengendalikan marah
antara lain:
1. Kenali kemarahan.
2. Ketahui penyebab.
3. Memikirkan akibat.
4. Mengedalikan marah.
Beberapa tips untuk mengendalikan marah antara lain :
1. Relaksasi.
2. Humor.
3. Mengubah cara pandang.
4. Selesaikan masalah secara tuntas.
5. Berkomunikasi.
6. Modifikasi lingkungan.
7. Konsultasi.

Peran Perawat Pada Klien Marah


1. Pengkajian
Pada dasarnya pengkajian pada klien marah ditujukan pada semua
aspek yang meliputi :
Aspek Biologis
Respon fisiologis timbul karena kegiatan system syaraf otonom
bereaksi terhadap sekresi epineprin, sehingga tekanan darah
meningkat, takhikardi, wajah merah, pupil melebar, dan frekuansi
pengeluaran urin meningkat.Hal ini disebabkan energy yang dikeluarkan
saat marah bertambah.
Aspek Emosional
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya,
jengkel, frustasi, dendam, ingin bekelahi, ngamuk, bermusuhan, sakit hati,
menyalahgunakan dan menuntut. Perilaku menarik perhatian dan
timbulnya konflik pada diri sendiri perlu dikaji seperti melarikan diri, bolos
dari sekolah, mencuri, menimbulkan kebakaran, dan penyimpangan
seksual.
Aspek Intelektual
Sebagian besar pengalaman kehidupan individu didapatkan melalui
proses intelektual. Peran pancaindera sangat penting untuk beradaptasi
pada lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai
suatu pengalaman.
Aspek Social
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan
ketergantungan. Emosi marah sering merangsang kemarahan dari orang
lain.
Aspek Spiritual

Kepercayaan, nilai, dan moral mempengaruhi ungkapan marah


individu.aspek tersebut mempengarui hubungan individu dengan
lingkungan. Individu yang percaya kepada Tuhan Yang Maha esa, selalu
meminta kebutuhan dan bimbingan kepada-Nya.

2. Diagnosa Keperawatan
Beberapa kemungkinan diagnosa keperawatan :
1. Kesulitan mengungkapkan kemarahan tanpa menyakiti orang lain,
sehubungan dengan tidak mengetahui cara ungkapan yang dapat
diterima, dimanifestasikan dengan marah disertai dengan suara
keras pada orang sekitar.
2. Gangguan komunikasi sehubungan dengan perasaan marah
terhadap
situasi dan
pelayanan
yang
diterimanya
yang
dimanifestasikan dengan menghina atau menyalahkan perawat,
seperti Anda seharusnya disini sejak sejam yang lalu.
3. Penyesuaian yang tidak efektif sehubungan dengan tidak mampu
mengkonfrontasikan
kemarahan,
dimanifestasikan
dengan
mengucapkan kata-kata kasar berlebihan.
4. Penyasuaian yang tidak efektif sehubungan dengan penolakan rasa
marah yang dimanifestasikan dengan kata-kata : Saya tidak pernah
marah.
5. Mempunyai potensi untuk mengamuk pada orang lain sehubungan
dengan keinginan yang bertolak belakang dengan perawatan rumah
sakit, dimanifestasikan dengan menolak mengikuti peraturan rumah
sakit dan ingin memukul orang lain.
6. Resiko berprilaku Kekerasan berhubungan dengan Harga Diri
Rendahdimanifestasikan dengan bingung dan hipersensitif terhadap
rangsangan interpersonal.
7. Kekuatan marah yang berkepanjangan sehubungan dengan
diagnosa baru, situai baru dan informasi yang kurang.

3. Fase-Fase Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat-Klien


Proses berhubungan perawat klien dapat dibagi dalam 4 fase: Fae
prainteraksi, fase perkenalan (Orientasi), Fase kerja dan fase terminasi..
1. Fase Prainteraksi
Pra interaksi merupakan masa persiapan sebelum berhubungan
dan
berkomunikasi
dengan
klien.Seorang
perawat
perlu
mengevaluasi dirinya tentang kemampuan yang dimilikinya.Jika
merasa ada ketidaksiapan maka perlu membaca kembali, diskusi
dengan teman.Jika sudah siap perlu membuat rencana interaksi
dengan klien.
a.

Evaluasi diri
Coba jawab pertanyaan berikut :
1)

Apa pengetahuan yang saya miliki tentang teknik


komunikasi pada klien dengan kemarahan?

2)

Apa yang akan saya ucapkan saat bertemu dengan klien?

3)
Bagaimana
saya
menolak,dan marah?

bersikap

4)
Adakah pengalaman interaksi
negative/tidak menyenangkan?
5)
b.

jika
dengan

klien
klien

Bagaimana tingkat kecemasan saya?


Penetapan tahapan hubungan

Yang perlu ditetapkan tahapan hubungan perawat klien :


1)

Apakah kontrak pertama?

2)

Apakah kontrak lanjutan?

3)

Apa tujuan pertemuan?

4)

Apa tindakan yang akan saya lakukan?

5)

Bagaimana cara melakukan?

diam,
yang

c.

Rencana interaksi
Siapkan secara
dilakukan!

tertulis

rencana

percakapan

yang

akan

1)
Tentukan tehnik komunikasi sesuaikan dengan tujuan
yang akan dicapai!
2)

Tentukan tehnik observasiyang akan dilakukan!

3)

Buat langkah-langkah prosedur yang akan dilakukan!

2. Fase Perkenalan (Orientasi)


Fase ini dimulai dengan pertemuan dengan klien. Hal utama yang
perlu dikaji adalah alasan klien minta pertolongan yang akan
mempengaruhi
terbinanya
hubungan
perawat-klien.Dalam
membina hubungan, tugas utama adalah membina rasa saling
percaya, penerimaan dan pengertian, komunikasi yang terbuka
dan perumusan kontak dengan klien.
Elemen-elemen kontrak perlu diuraikan dengan jelas pada klien
sehingga kerjasama perawat klien dapat optimal.Diharapkan klien
berperan serta secara penuh dalam kontrak, namun pada kondisi
tertentu, misalnya klien dengan gangguan realita, maka kontrak
dilakukan sepihak dan perawat perlu mengulang kontrak jika
kontrak realitas klien meningkat.
Perawat dan klien mungkin kan mengalami perasaan tak nyaman,
bimbang karena memulai hubungan baru. Klien yang mempunyai
pengalaman hubungan interpersonal yang menyakitkan adan sukar
menerima dan terbuka pada orang asing.Klien anak memerlukan
rasa aman untuk mengekspresikan perasaan tanpa dikritik atau
dihukum.
Tugas perawat adalah mengeksplorasi pikiran, perasaan,
perbuatan klien dan mengidentifikasi masalah, serta merumuskan
tujuan bersama klien.
Elemen kontrak perawat-klien :
a)

Nama individu (perawat dan lien)

b)

Peran perawat dan klien

c)

Tanggung jawab perawat dan klien

d)

Harapan perawat dan klien

e)

Tujuan hubungan

f)

Tempat pertemuan

g)

Waktu pertemuan

h)

Situasi terminasi

i)

Kerahasiaan

Hal-hal yang perlu dilakukan pada fase perkenalan :


Perkenalan dilakukan pada pertemuan pertama
1)

Memberi salam

2)

Memperkenalkan diri perawat

3)

Menanyakan nama pasien

4)

Menyepakati pertemuan/kontrak

5)

Menhadapi kontrak

6)

Memulai percakapan awal


Fokus percakapan adalah pengkajian keluhan utama atau
alasan masuk rumah sakit.Kemudian dilanjutkan dengan hal-hal
yang terkait dengan keluhan utama. Jika mungkin melengkapi
format pengkajian proses keperawatan.

7)

Menyepakati masalah klien

8)

Mengakhiri perkenalan

3. Fase Kerja
Pada fase kerja, perawat dan klien mengeksplorasi stressor yang
tepat dan mendorong perkembangan kesadaran diri dengan
menghubungkan persepsi, pikiran, perasaan dan perbuatan
klien.Perawat
membantu
klien
mengatasi
kecemasan,

meningkatkan kemandirian dan tanggung jawab diri sendiri dan


mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif.Perubahan
perilaku maladaftif menjadi adaftif merupakan fokus fase ini.

4. Fase Terminasi
Terminasi adalah fase yang amat sulit dan penting dari hubungan
terapeutik.Rasa percaya dan hubungan akrab sudah terbina dan
berada pada tingkat oprimal.
Keduanya, perawat dan klien akan merasakan kehilangan.
Terminasi dapat terjadi pada saat perawat mengakhiri tugas pada
unit tertentu atau klien pulang.
Apapun alasan terminasi, tugas perawat pada fase ini adalah
menghadapi realitas perpisahan yang dapat diingkari. Klien dan
perawat bersama-sama meninjau kembali proses perawatan yang
telah dilalui dan pencapaian tujuan. Perasaan marah, sedih dan
penolakan perlu dieksplorasidan diekspresikan.
Fase terminasi harus diatasi dengan memakai konsep proses
kehilangan. Proses terminasi yang sehat akan memberikan
pengalaman positif dalam membantu klien mengembangkan
koping untuk perpisahan. Reaksi klien dalam menhadapi terminasi
dapat bermacam cara. Klien mungkin mengingkari manfaat
hubungan.Klien dapat mengekspresikan perasaan marah dan
permusuhannya dengan tidak menghadiri pertemuan atau bicara
dangkal.
Terminasi yang mendadak dan tanpa persiapan mungkin
dipersepsikan klien sebagai penolakan. Atau perilaku klien kembali
pada perilaku sebelumnya, dengan harapan perawat tidak akan
mengakhiri hubungan karena klien masih memerlukan bantuan.

a.

Terminasi sementara
Terminasi sementara adalah setiap akhir dari pertemuan perawat
klien. Sehingga perawat masih akan bertemu lagi dengan klien.
1) Evaluasi

2) Tindak lanjut
3) Kontrak yang akan datang
b. Terminasi akhir
Evaluaasi akhir terjadi jika pasien akan pulang
1)
2)
3)
4)

Evaluasi
Tindak lanjut
Kontrak yang akan datang
Hal yang sama dengan 1,2,3 dilakukan pada keluarga.

3. Intervensi dan Implementasi Keperawtan


1. Resiko berprilaku Kekerasan berhubungan dengan Harga Diri
Rendah
Tujuan
TUM :
Klien tidak
melakukan perilaku
kekerasan.
TUK :

Kriteria Hasil
Klien mau membalas

Intervensi
Beri salam/panggil

salam.
Klien mau menjabat

nama
Sebutkan nama

tangan.
Klien mau

perawat
Jelaskan maksud

menyebutkan nama.
hubungan interaksi
1. Klien dapat
Klien mau tersenyum. Jelaskan akan kontrak
Klien mau kontak mata.
membina hubungan
yang akan dibuat
Klien mau mengetahui
Beri rasa aman dan
saling percaya.
nama perawat.
sikap empati
Lakukan kontak
2. Klien dapat
mengidentifikasi
penyebab perilaku
kekerasan.

Klien dapat
mengungkapkan
perasaannya.
Klien dapat
mengungkapkan

3. Klien dapat
mengidentifikasi

singkat tapi sering


Berikan kesempatan
klien untuk
mengungkapkan
perasaan
Bantu klien untuk

penyebab perasaan

mengungkapkan

jengkel/kesal (dari diri

penyebab perasaan

sendiri, lingkungan atau

jengkel/kesal

orang lain).
Klien dapat
mengungkapkan

Anjurkan klien

mengungkapkan apa

tanda dan gejala

perasaan saat

perilaku kekerasan.

marah/jengkel.
Klien dapat

yang dialami dan


dirasakan saat masih

jengkel
menyimpulkan tanda dan Observasi tanda dan
gejala perilaku kekerasan.

gejala perilaku
kekerasan pada klien
Simpulkan bersama
klien tanda dan gejala
jengkel/kesal yang akan
dialami

Klien dapat

4. Klien dapat

Anjurkan klien untuk

mengidentifikasi

mengungkapkan perilaku

mengungkapkan

perilaku kekerasan

kekerasan yang biasa

perilaku kekerasan yang

yang biasa

dilakukan.
Klien dapat bermain

dilakukan.

peran sesuai perilaku

biasa dilakukan klien


(verbal, pada orang lain,
pada lingkungan dan diri

kekerasan yang biasa

sendiri)
dilakukan.
Bantu klien bermain
Klien dapat mengetahui
peran sesuai dengan
cara yang biasa dilakukan
perilaku kekerasan yang
untuk menyelesaikan
biasa dilakukan oleh
masalah.
klien
Bicarakan dengan
klien apakah dengan
cara yang klien lakukan
5. Klien dapat
mengidentifikasi
akibat perilaku
kekerasan.

Klien dapat

masalahnya selesai
Bicarakan akibat/

menyelesaikan akibat dari kerugian dari cara yang


cara yang digunakan klien dilakukan klien
Bersama klien
:
Akibat pada klien
menyimpulkan akibat
-

sendiri
Akibat pada orang lain
Akibat pada
lingkungan

dari cara yang dilakukan


oleh klien
Tanyakan kepada
klien apakah ia ingin

mempelajari cara baru


yang sehat?
Aspek Biologis
Memberikan cara menyalurkan energi kemarahan dengan cara yang
konstruktif melalui aktivitas fisik seperti : lari pagi, angkat berat, dan
aktivitas lain yang membantu relaksasi otot seperti olahraga
Aspek Emosional
Perawat dapat membantu klien yang belum mengenal kemarahannya
dengan menyatakan seperti Bapak tidak tenang atau ibu marah. Hal
ini mendorong klien mengenal perasaan marahnya.
Aspek Intelektual
Ketika seseorang tiba-tiba marah ia perlu diarahkan pada batas
orientasi kini dan di sini, pada situasi seperti ini perawat dapat ;
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Menghadapi intensitas kemarahan klien


Mendorong ungkapan rasa marah klien
Membuat kontak fisik dengan klien
Menyertakan klien dalam kelompok
Memeriksa keadaan fisik klien
Kalau perlu menjaga jarak untuk melindungi diri
Memberikan laporan pada perawat yang dinas berikutnya.

Aspek Sosial
Bermain peran memungkinkan klien mengeksplorasi perasaan marah
dengan melakukan :
1.
2.
3.
4.
5.

Mengkaji pengalaman marah masa lalu


Bermain peran dalam mengungkapkan marah
Mengembangkan cara pengungkapan marah yang konstruktif
Mempelajari cara menintegrasikan pengalaman
Membagi perasaan deengan anggota kelompok bermain

Aspek Spiritual
Bila klien marah kepada Tuhan atau kekuatan supranatural karena yakin
bahwa penyakitnya adalah hukuman dari Tuhan, maka perawat
memberi dorongan agar klien mengungkapkan perasaannya atau
memanggil pemimpin agama bila perawat merasa tidak adekuat.

4. Evaluasi
Fokus evaluasi adalah cara ungkapan kemarahan, ketepatan marah,
kesesuaian objek, kesamaan derajat ungkapan marah dengan faktor
pencetus.

DAFTAR PUSTAKA

http://sumbarsehat.blogspot.com/2012/07/asuhan-keperawatanpada-klien-marah.html
http://tensoulgroup.blogspot.com/2008/12/asuhan-keperawatandengan-klien-marah.html

Anda mungkin juga menyukai