DEFINISI
Batasan klinis infark myocard adalah suatu keadaan infark/ nekrose otot jantung
karena kurangnya suplai darah dan oksigen pada myokard (ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen myokard). Myokard infark adalah keadaan yang
mengancam kehidupan dengan tanda khas terbentuknya jaringan nekrosis otot
permanen karena otot jantung kehilangan suplai oksigen. Myokard infark juga diketahui
sebagai serangan jantung atau serangan koroner. Dapat menjadi fatal bila terjadi
perluasan area jaringan yang rusak. Myokard infark terjadi sebagai akibat dari suatu
gangguan mendadak yang timbul karena suplai darah yang kurang akibat oklusi atau
sumbatan pada arteri koronaria. Fungsi otot jantung pada dasarnya terus-menerus
memerlukan keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen, tergantung pada kebutuhan
otot. Suatu gangguan dalam keseimbangan ini menyebabkan kerusakan jaringan secara
permanen dengan perluasan area nekrose yang membahayakan.
Myokard infark yang merupakan hasil dari atherosclerosis CAD (Coronary Artery
Disease) adalah kasus tersering. Pada kebanyakan klien dengan CAD, thrombus atau
bekuan di atas plaque atherosclerosis arteri koronaria, memperbesar gangguan aliran
darah pada myokard.
Tipe myokard infark didasarkan pada lokasi dari infark dan meliputi lapisanlapisan otot jantung. Myokard infark dikelompokkan sebagai anterior, inferior, lateral,
atau posterior. Area infark dapat meliputi subendocardium, epicardium, atau pada
seluruh lapisan (3 lapisan) otot jantung (transmural). Kebanyakan myokard infark
terjadi pada ventrikel kiri karena suplai oksigen terbesar di tempat tersebut. Sekitar
sepertiga myokard infark meliputi permukaan inferior dari ventrikel kiri dan ventrikel
kanan. Hasil autopsi mengungkapkan suatu presentase yang kecil dari infark ventrikel
kanan. Infark septum dan atrial dapat terjadi pada ventrikel kiri. Atrium kanan terlibat
lebih sering daripada atrium kiri.
Infark Miokardium Akut (IMA) didefinisikan sebagai nekrosis miokardium yang
disebabkan oleh tidak adekuatnya asupan darah akibat sumbatan akut pada arteri
koroner. Sumbatan ini sebagian besar disebabkan oleh rupture plak ateroma pada arteri
koroner yang kemudian diikuti oleh terjadinya thrombosis, vasokonstriksi, reaksi
inflamasi, dan mikroembolisasi distal. Kadang-kadang sumbatan akut ini dapat pula
disebabkan oleh spasme arteri koroner, emboli, atau vaskulitis (Perki, 2004).
Infark Miokardium Akut (IMA) adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh
karena sumbatan pada arteri koroner. Sumbatan akut terjadi karena adanya
aterosklerotik pada dinding arteri koroner, sehingga menyumbat aliran darah ke jaringan
otot jantung (Nanda, 2013)
B.
ETIOLOGI
1.
Coronary Arteri Disease: aterosklerosis, artritis, trauma pada koroner,
2.
penyempitan arteri koroner karena spasme atau desecting aorta dan arteri koroner
Coronary Artery Emboli: infektive endokarditis, cardiac myxoma,
3.
4.
5.
C.
FISIOLOGI JANTUNG
Menurut Hudak dan Gallo (1997), prinsip fisiologi dari jantung adalah:
1.
Peningkatan frekuensi jantung
Ketika jantung mengalami stress, respon pertama kali adalah peningkatan
frekuensi jantung yang terjadi dengan cepat dan dialami oleh tiap orang selama
periode latihan atau ansietas. Peningkatan frekuensi jantung merupakan upaya
untuk meningkatkan dengan cepat curah jantung dan memenuhi kebutuhan tubuh
terhadap darah. Penggunaan dan keefektifitasnya berfungsi sesuai dengan usia,
2.
3.
secara efektif membuat lebih besar suplai darahnya dan menjadi iskemik. Bila ini
terjadi, hipertrofi berhenti menjadi suatu mekanisme kompensasi yang bermanfaat
4.
D.
E.
FASE INFARK
1.
Hiperakut berlangsung beberapa jam, pola ECG didapatkan ST elevasi tinggi,
2.
3.
4.
LEAD
II, III, aVF
I, aVL, V5, V6
PERUBAHAN
Q, ST, T
Q, ST, T
Anterior
Posterior
I, aVL, V1-V4
V1-V2
Q, ST, T, R (-)
R>S
ST depresi
T elevasI
Q, ST, T, R (-)
Apical
V3-V6
ARTERI
RCA
Circumflex
LAD
LCA
RCA
Circumflex
LAD
RCA
RECIPROCAL
I, aVL
V1, V2
II, III, aVF
Anterolateral
Anteroseptal
Sub endokardial
I, aVL, V4-V6
Q, ST, T
V1-V3
Dimanapun
Q, ST, T, R (-)
ST, T depresi >
3 hari, dan
enzyme (+)
LAD
Circumflex
LAD
Keterangan:
LAD = Left Anterior Descending Coronary Artery
RCA = Right Coronary Artery
LCA = Left Coronary Artery
F.
3.
4.
G.
MANIFESTASI KLINIS
1.
Nyeri hebat pada dada kiri menyebar ke bahu kiri, leher kiri dan lengan atas kiri
2.
Takhikardi
3.
Keringat dingin
4.
Kadang mual bahkan muntah
5.
Dipsnea
H.
TRIAS DIAGNOSTIK
1.
Riwayat nyeri dada yang khas
a. Lokasi nyeri dada di bagian dada depan (bawah sternum) dengan/ tanpa
penjalaran, kadang berupa nyeri dagu, leher atau seperti sakit gigi, penderita
tidak bisa menunjuk lokasi nyeri dengan satu jari, tetapi ditunjukkan dengan
telapak tangan
b. Kualitas nyeri, rsa berat seperti ditekan atau rasa panas seperti terbakar
sublingual
Adanya perubahan ECG
a. Gelombang Q (signifikan infark) atau Q patologis
b. Segmen ST elevasi
c. Gelombang T (meninggi atau menurun)
Perubahan ECG pada infark myocardium. Inversi gelombang T, elevasi segmen,
gelombang Q yang menonjol. Gelombang Q menunjukkan nekrosis myocardium
dan bersifat irreversible. Perubahan pada segmen ST dan gelombang T
3.
diakibatkan karena iskemia dan akan menghilang sesudah jangka waktu tertentu.
Kenaikan enzim otot jantung
a. CK-MB merupakan enzim yang spesifik sebagai penanda terjadinya kerusakan
pada otot jantung, enzim ini meningkat 6-10 jam setelah nyeri dada dan
kembali normal dalam 48-72 jam
b. Walaupun kurang spesifik, pemeriksaan Aspartate Amino Transferase (AST)
dapat membantu bila penderita datang ke rumah sakit sesudah hari ke-3 dari
nyeri dada atau laktat dehydrogenase (LDH) akan meningkat sesudah hari ke-4
dan menjadi normal setelah hari ke 10.
I.
PATOFISIOLOGI (terlampir)
J.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
Sel darah putih
Leukositosis (10.000-20.000 mm3) muncul hari kedua setelah serangan infark
2.
3.
karena inflamasi
Sedimentasi
Meningkat pada hari ke 2-3 setelah serangan yang menunjukkan adanya inflamasi
Cardiac iso-enzim
Menunjukkan pola kerusakan khas, untuk membedakan kerusakan otot jantung
dengan otot lain
a. CPK (Creatinin Phosphokinase) > 50 U/L
b. CK-MB (Creatinin Kinase-MB) > 10 U/L
c. LDH (Lactate Dehydrogenase) > 240 U/L
d. SGOT (Serum Glutamic Oxalo Transaminase) > 18 U/L
e. Cardiac troponin: positif
Enzim
CK
CK-MB
Meningkat
Puncak
3-8 jam
3-6jam
10-30 jam
10-24 jam
Kembali
Normal
2-3 hari
2-3 hari
CK-MB 2
LDH
LDH 1
4.
1-6 jam
14-24jam
14-24 jam
4-8 jam
48-72 jam
48-72 jam
12-48 hari
7-14 hari
1-14 hari
5.
curah jantung
Analisa gas darah
Menilai oksigenasi jaringan (hipoksia) dan perubahan keseimbangan asam-basa
6.
darah
Kadar elektrolit
Menilai abnormalitas kadar natrium, kalium, atau kalsium yang membahayakan
7.
8.
9.
10.
11.
K.
PENATALAKSANAAN
1. Istirahat total
2. Diit makanan lunak/ saring serta rendah garam (bila gagal jantung)
3. Pasang infus dekstrosa 5% untuk persiapan pemberian obat intravena
4. Atasi nyeri :
a. Morphin 2,5-5 mg IV atau petidine 25-50 mg IM
b. Lain-lain: nitrat antagonis kalsium dan betabloker
5. Oksigen 2-4 Lpm
6.
7.
8.
Sedatif sedang seperti diazepam 4-3 x 2-5 mg peroral. Pada insomnia dapat
ditambahkan flurazepam 15-30 mg.
Anti koagulan :
a. Heparin 20.000-40.000 u/24 jam IV tiap 4-6jam atau drip IV atas indikasi
b. Diteruskan asetakumarol atau warfarin
Steptokinase/ trombolisis
Pengobatan ditujukan untuk sedapat mungkin memperbaiki kembali aliran
pembuluh darah koroner, bila ada tenaga terlatih trombolisis dapat diberikan
sebelum dibawa ke rumah sakit. Dengan trombolisis kematian dapat diturunkan
9.
sebesar 40%. Dosis pemberian 1,5 juta iu diberikan dalam tempo 30-60 menit.
Anti platelet
a.
Aspirin
Menghambat siklo oksigenase platelet secara irreversible, diberikan dosis awal
b.
L.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri
2.
3.
koronaria
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai O2 otot
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10. Resiko
tinggi
penurunan
curah
jantung
berhubungan
dengan
gangguan
h.
2.
berkurang
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
R/ : Diharapkan dapat mengetahui tingkat nyeri pasien
Berikan tindakan kenyamanan (perubahan posisi, gosokan punggung selama
dalam toleransi)
R/: Diharapkan dapat meningkatkan relaksasi
Kaji ulang seri EKG
R/: Diharapkan dapat menunjukkan informasi berhubungan dengan kemajuan
infark
i. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik
R/: Diharapkan pasien mendapatkan terapi analgesik yang tepat
Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan kontraktilitas otot
jantung
a. Jelaksan rencana tindakan beserta tujuannya pada pasien dan keluarga
R/ : Diharapkan pasien dan keluarga dapat lebih kooperatif
b. Observasi TTV pasien
R/ : Diharapkan dapat mengetahui kondisi jantung pasien
c. Dorong tirah baring dalam posisi semi fowler
R/ : Diharapkan dapat menurunkan beban jantung dan memaksimalkan curah
d.
e.
f.
g.
jantung
Catat adanya murmur/ gesekan
R/ : Diharapkan dapat mengetahui aliran darah normal dalam jantung
Berikan makanan dalam porsi kecil dan mudah dikunyah
R/ : Diharapkan dapat mencegah peningkatan kerja otot jantung
Kaji ulang output dan input
R/ : Diharapkan dapat mengetahui kemampuan jantung memompa darah
keseluruh tubuh
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat (digitalis dan deuretik)
sesuai indikasi
R/: Diharapkan dapat meningkatkan kontraktilitas dan menurunkan beban kerja
jantung
3.
e.
f.
N.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Kurniadi, Helmanu. 2013. Stop Jantung Koroner. Yogyakarta: Familia
2.
Mubarak, Wahit Iqbal. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC
3.
Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
4.
5.
6.
7.
pustaka utama
Udjianti, Wajan J. 2010. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika
PATOFISIOLOGI
faktor resiko : obesitas, ras, kebiasaan merokok, umur >40 tahun, jenis kelamin laki-laki
endapan lipoprotein di tunika intima
cidera endotel : interaksi antara fibrin dan platelet, proliferasi otot tunika media
invasi dan akumulasi dari lipit
flague fibrosa
lesi komplikata
ruptur plague
perdarahan
arterosiderosa
trombus
penyumbatan pembuluh darah
iskemi pembuluh darah
Resiko tinggi
penurunan curah jantung
pe perfusi perifer
pe perfusi koroner
Kelemahan fisik
Gangguan intoleransi
aktivitas
kondisi dan
prognosis penyakit
hipotensi, asidosis
metabolik dan hipoksemia
Gangguan perfusi
Jaringan
Syok kardiogenik
kematian
kongesti pulmonalis
mekanisme kompensasi
mempertahankan curah
jantung dan perfusi perifer
tekanan hidrostatik
melebihi tekanan osmotik
refleks simpatis
vasokonstriksi sistem
retensi Na dan air
edema paru
denyut jantung
daya kontraksi jantung
Kecemasan
Kurang pengetahuan