Anda di halaman 1dari 2

NAMA : HANIFAH SHOLIHAH

NIM : 1671OO67
PRODI : PSIKOLOGI
FAKULTAS SOSIAL DAN HUMONIORA
UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

Ringkasan Buku
Studi Islam Agama Normativitas atau Historisitas
Fenomena keberagaman manusia dapat dilihat dari berbagai sudut pendekatan yang tidak
lagi dilihat dari sudut dan semata-mata terkait dengan normativitas ajaran wahyu walaupun
fenomena ini sampai kapanpun adalah ciri khas dari agama-agama yang ada tetapi dapat dilihat
dari sudut dan terkait erat dengan historitas pemahaman dan interpretasi orang-perorang atau
kelompok-perkelompok terhadap norma-norma ajaran agama yang dilakukan dalam kehidupan
sehari-hari. Pada umumnya, normativitas ajaran wahyu dibangun, diramu, dibakukan dan
ditelaah lewat pendekatan doktrinal-teologis, sedangkan historisitas keberagamaan manusia
ditelaah lewat dari segala sudut pendekatan keilmuan social-keagamaan yang memiliki sifat
multi dan inter discipliner, baik melalui pendekatan historis, filosofis, psikologis, sosiologis,
cultural atau antropologis. Pendekatan dan pemahaman terhadap fenomena keberagamaan yang
bercorak normatif dan historis tidak bisa akur dan seirama. Hubungan itu seringkali diwarnai
dengan tension atau ketegangan, baik bersifat kreatif atau destruktif.
Pendekatan pertama, karena normativitas dan historisitas dari teks yang sudah tertulis
dalam kitab suci masing-masing agama sampai batas-batas tertentu adalah bercorak literalis,
tekstualis atau skriptualis. Pendekatan dan pemahaman ini tidak sepenuhnya menyetujui untuk
tidak menolak alternasi pemahaman yang dikemukakan oleh pendekatan kedua. Pendekatan
kedua, sebagai pendekatan dan pemahaman keagamaan yang bersifat reduksionis yaitu
pemahaman keagamaan yang hanya terbatas pada aspek eksternal-lahiriah dari keberagamaan
manusia dan kurang begitu memahami, menyelami dan menyentuh aspek batiniah-eksoteris serta
makna terdalam dan moralitas yang terkandung didalam ajaran agama itu sendiri. Sedangkan
studi agama yang kedua, lebih bersifat historis berbanding terbalik corak pendekatan yang
pertama sebagai jenis pendekatan dan pemahaman keagamaan yang cenderung bersifat
absolutis. Karena para pendukung, pendekatan pertama ini cenderung mengabsolutkan teks
yang sudah tertulis, tanpa memahami lebih dahulu apa yang melatarbelakangi berbagai teks
keagamaan yang sudah ada. Pendekatan kedua menggarisbawahi pentingnya telaah yang
mendalam tentang asbab al-nuzul baik bersifat kulturan, psikologis ataupun sosiologis.
Pada era skolastik, ilmu-ilmu teologi yang dirancang dan dibangun semata-mata diatas
kebenaran wahyu pernah disebut sebagai the queen of sciences, tetapi setelah berkembangnya
berbagai macam pendekatan dan pemahaman yang bercorak historis-empiris terhadap fenomena
keberagamaan manusia yang tidak dapat mengklaim demikian. Perebutan klaim validitas dan
otoritas keilmuan dalam bidang studi agama tersebut yang akan menjadi titik fokus. Kontroversi
antara absolutis dan relativis dalam arti reduksionis kurang begitu relevan untuk melihat realitas
konkret fenomena keberagamaan manusia secara utuh. Menentukan bentuk hubungan yang
favorable antara keduanya adalah separoh jalan untuk mengurangi ketegangan hubungan antara
kedua corak pendekatan tersebut. Ketegangan bisa terjadi, jika msing-masing pendekatan saling
menegaskan eksistensi dan menghilangkan nilai manfaat yang melekat pada pendekatan
keilmuan yang dimiliki oleh masing-masing tradisi keilmuan. Jika keduanya mengandaikan
hubungan yang bersifat dikhotomis dan berhadap-hadapan, yaitu hubungan yang terpisah secara

otomatis hubungan antara keduanya akan bersifat kaku dan tegang. Ketegangan ini muncul ke
permukaan semata-mata karena klaim validitas dan otoritas keilmuan yang melekat pada diri
masing-masing dengan saling mengecilkan arti dan manfaat yang dimliki oleh masing-masing
pihak. Hubungan antara keduanya tidak harus mengambil posisi berhadap-hadapan dan bersifat
dikhotomis seperti itu. Menurut ijtihad, penulis yang masih harus diuji lanjut oleh masyarakat
peneliti pada wilayah studi islam.
Islam biasanya didefinisikan sebagai berikut: al-islam wahyun ilahiyun unzila ila nabiyyi
muhammadin Salallahualaihi wassalama lisa adati al-dunya wa al-akhirah (Islam adalah wahyu
yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW sebagai pedoman untuk kebahagiaan hidup di
dunia dan akhirat). Wahyu itu terdiri dari dua macam yaitu Al-Quran dan Hadis, sunnah nabi
Muhammad SAW. Islam yang terkait dengan studi falsafah mempunyai banyak arti sehingga
menimbulkan kekacauan makna karena semua kepentingan ikut campur dan melibatkan diri di
situ. Sebagian ada yang mengartikan bahwa Islam yang melekat di situ adalah sebagai ajaran
agama wahyu. Tetapi ternyata ada bagian dari Islam yang merupakan produk sejarah, teori
Syiah adalah bagian dari wajah Islam produk sejarah. Konsep Khulafa al-Rasyidin adalah
produk sejarah. Seluruh bangunan sejarah Islam klasik, tengah, dan modern adalah produk
sejarah.

Anda mungkin juga menyukai