Anda di halaman 1dari 6

E-ISSN : 2541-5794

P-ISSN :2503-216X

Journal of Geoscience,
Engineering, Environment, and Technology
Vol xx No xx 20xx

Analisis Struktur Geologi Berdasarkan Tektonik


Yang Berkembang Di Daerah Desa Talago
Gunung, Kota Sawahlunto, Provinsi Sumatra
Barat
Desi Wijayanti 1, Mhd Afhdal1, Dedet Kusnanda1, Sanja Pratama1,
Ramadhan Agung1, Singgih Triadi1, Dewandra Bagus Eka Putra, B.sc(Hons),
M.sc 2*.
1

Mahasiswa Teknik Geologi, Universitas Islam Riau. 2 Dosen Teknik Geologi, Universitas Islam Riau

* Corresponding author : dewandra.bagus@eng.uir.ac.id


Tel.:+62-8195-954-3306

Abstrak
Daerah Desa Talago Gunung Bagian Selatan dan Sekitarnya, Kecamatan Barangin, Kota Sawahlunto,
Provinsi Sumatra Barat, merupakan daerah yang membentuk rangkaian perbukitan yang didalamnya
berkembang struktur geologi yang dipengaruhi oleh proses tektonik . Struktur yang terdapat pada daerah
penelitian merukan struktur kekar , sesar dan lipatan . Dari hasil analisa stereografi struktur kekar didapat
dengan arah tegasan utama yang dominan yaitu Tenggara-Baratlaut. Struktur Sesar yang didapat didaerah
penelitian berdasarkan dengan arah tegasan utama dominan Tenggara-Baratlaut, sesar menurut analisa Rickard
tersebut adalah Sesar Normal. Struktur lipatan yang berkembang di daerah penelitian ditemukan pada stasiun
4, 8 dan 10. Kenampakan lipatan didapat arah tegasan utama Tenggara Baratlaut. Berdasarkan analisis lipatan
Fleuty 1964, maka nama lipatan yaitu steeply Indined Gently Plunging Fold (Lipatan Tertutup).
Keywords: Daerah desa Talago Gunung, struktur kekar, sesar dan lipatan.

1. Pendahuluan
Daerah penelitian termasuk ke dalam
Daerah Desa Talago Gunung, Bagian
Selatan,
Kecamatan
Barangin,
Kota
Sawahlunto,
Provinsi
Sumatra
Barat.
Daerah ini secara astronomi terletak pada
koordinat 0004025.0588 - 0003926.0080
Lintang Selatan dan 100 04329.7817 1000451545
Bujur
Timur.
Daerah
Penelitian memiliki luas 2 x 3 km dan
berada pada ketinggian 5001500 meter
dari permukaan laut. Kondisi daerah
penelitian sebagian besar terdiri dari hutan
yang lebat, perkebunan, dan pemukiman
penduduk. Ditinjau dari aspek sosial dan
ekonomi penduduk setempat umumnya
memiliki mata pencaharian sebagai petani.
Ditinjau dari aspek pendidikan didaerah
penelitian sudah cukup baik ditandai
dengan adanya sekolah tingkat SD negeri.
Penelitian dilakukan untuk mengetahui
jenis dan karakteristik struktur geologi
pada daerah penelitian, serta mengetahui
arah tegasan utama yang membentuk
struktur geologi tersebut berdasarkan
analisis-analisis struktur geologi.

2. Dasar Teori
Menurut
Tobler
(1922)
dan
Van
Bemmelen (1949), secara fisiografis daerah
Sumatra Tengah dibagi menjadi tujuh zona
fisiografi, yaitu Dataran Aluvial Pantai
Timur, Cekungan Tersier Sumatra Tengah,
Zona Depresi Tengah dari Daerah Barisan,
Pegunungan Barisan Depan, Sekis Barisan
atau Daerah Barisan Timur, Daerah
Dataran Tinggi Barisan, Dataran Aluvial
Pantai Barat. Sebagai perkembangan lebih
lanjut dari pembagian Tobler (1922), Van
Bemmelen (1949) membagi fisiografi
daerah Sumatra Tengah, yaitu Zona
Pegunungan Tiga Puluh, Zona Sesar
Semangko,
Zona
Pegunungan
Bukit
Barisan, Zona Dataran Rendah dan Zona
Dataran Bergelombang.
2.1 Geologi Regional
Secara
geologi
menurut
koesoemadinata (1981) daerah penelitian
merupakan bagain dari cekungan ombilin,
yang terdiri dari 3 formasi, yaitu:

First Author et al./ JGEET Vol xx No xx/20xx

1.

2.

Formasi Silungkang. Terdiri dari litologi


batuan vulkanik batugamping koral.
Batuan
vulkanik
terdiri
dari
lava
andesitik, basaltik serta tufa. Umur
formasi ini adalah Permo-Karbon.
Formasi Brani. Terdiri dari litologi batuan
konglomerat, berukuran kerikil sampai
kerakal dengan beraneka ragam jenis
fragmen berupa andesit, batugamping,
batusabak dan argilit, granit, kuarsit yang
berbutir kasar. formasi ini berumur
Paleosen - Eosen dan diendapkan tidak
selaras di atas batuan Pra-Tersier.
3.Formasi Sangkarewang. Terdiri dari
litologi batuan serpih. formasi ini
diperkirakan berumur Eosen atau praEosen. Batuan dari Zaman Pra- Tersier
yang terangkat ke permukaan dengan
cara struktur graben lalu diendapkan
dengan batuan-batuan sedimen yang
berumur Tersier pada cekungan dan
menghasilkan batuan intrusi tersier.

pemetaan geologi dilakukan dengan


mengamati,
manganalisis
aspek
struktur geologi berupa struktur garis
dan struktur bidang yang berada
dipermukaan.
Metode
analisis
yang
dilakukan
dengan cara analisis pola kelurusan
dari peta topografi, kinematik dan
dinamik struktur geologi.
4. Hasil dan Pembahasan
Struktur Geologi yang berkembang
pada daerah penelitian terdiri dari
struktur kekar, sesar dan lipatan.
4.1 Kekar
Pengukuran data kekar yang
terdapat pada daerah penelitian
dilakukan pada lima stasiun yaitu
pada stasiun 1, stasiun 5, stasiun 14,
stasiun 25, dan stasiun 32.

2.2 Struktur Regional


Menurut Situmorang, dkk (1991)
perkembangan
struktur
pada
Cekungan Ombilin dikontrol oleh
pergerakan sistem Sesar Sumatera
yang membuat sesar tua yang telah
terbentuk ditimpa oleh sesar yang
lebih muda dengan sistem sesar yang
sama. Secara lokal ada tiga bagian
struktur yang bisa dikenal pada
Cekungan Ombilin.
a.

b.

c.

Sesar dengan jurus berarah baratlaut tenggara yang membentuk bagian


dari sistem Sesar Sumatera. Bagian
utara dari cekungan dibatasi oleh
Sesar Sitangkai dan Sesar Tigojangko.
Sesar Tigojangko memanjang ke arah
tenggara menjadi Sesar Takung.
Bagian selatan dari cekungan dibatasi
oleh Sesar Silungkang.
Sistem sesar dengan arah umum utara
- selatan dengan jelas terlihat pada
timur laut dari cekungan. Sistem sesar
ini membentuk sesar berpola tangga
(step-like fault), dari utara ke selatan:
Sesar Kolok, Sesar Tigotumpuk, dan
Sesar Tanjung Ampalu. Perkembangan
dari sesar ini berhubungan dengan
fase tensional selama tahap awal dari
pembentukan cekungan dan terlihat
memiliki peranan utama dalam evolusi
cekungan.
Jurus sesar dengan arah timur - barat
membentuk sesar antitetik mengiri
dengan komponen dominan dip - slip.

a.

Dari hasil plotting data-data kekar


pada
stasiun
1
dengan
menggunakan analisis stereografi
maka didapatkan arah dominan
tegasan utama /

yaitu Utara-

Selatan (Gambar 1).

Gambar 1. Hasil analisis stereografi.

b.

Dari hasil plotting data-data kekar


pada
stasiun
5
dengan
menggunakan analisis stereografi
maka didapatkan arah dominan
tegasan

utama

yaitu

Selatan Utara, (Gambar 2).

3. Metodologi
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pemetaan geologi
dan analisis struktur geologi. Metode
First Author et al./ JGEET Vol xx No xx/20xx

Gambar 2. Hasil analisis stereografi.

c.

Dari hasil plotting data-data kekar


pada
stasiun
14
dengan
menggunakan analisis stereografi
maka didapatkan arah tegasan
utama /

yaitu Selatan-Utara,

( Gambar 3 ).

Gambar 4. Hasil analisis stereografi.

e.

Dari hasil plotting data-data kekar pada


stasiun
32
dengan
menggunakan
analisis stereografi, arah dominan
tegasan utama /

yaitu Tenggara -

Barat Laut, (Gambar 5).

Gambar 3. Hasil analisis stereografi.

d.

Dari hasil plotting data-data kekar pada


stasiun
25
dengan
menggunakan
analisis stereografi maka didapatkan
arah dominan tegasan utama /

yaitu Selatan-Utara, (Gambar 4).


Gambar 5. Hasil analsisis Stereografi.

Dari hasil analisis nilai kekar yang didapat


dilapangan berarah tegasan utama atau

ialah Tenggara Baratlaut.

4.2 Sesar
Struktur sesar di daerah penelitian
terdapat pada stasiun 43. Dari hasil
analisis stereografi didapat arah tegasan
barat-timur, kedudukan bidang sesar N
3500 E/500, pitch sesar 700. Penamaan
struktur sesar menurut Rickard 1971
yaiut sesar normal, ( Gambar 6 ).
First Author et al./ JGEET Vol xx No xx/20xx

Gambar 6. Gores garis pitch sesar 700.

Gambar 7.
Hasil analisis Fluety, 1964 ( lipatan tertutup).

4.3 Lipatan
Pengukuran data lipatan dilakukan
sebanyak 3 stasiun yaitu pada stasiun 4,
stasiun 8, stasiun 10.
a.

Pada stasiun 4 kenampakan lipatan


dilapangan dilihat dari adanya
perbedaan arah kemiringan lapisan,
dari hasil analisa didapatkan nilai
sayap kanan N 050
dan sayap kiri N 340
,, nilai hinge line 28

E/30

E/45

N 138

E, nilai hinge surface 80

E,

serta

tegasan

Gambar 8. Struktur lipatan di lapangan.

N 308
utama

berarah Tenggara Baratlaut,


penamaan struktur lipatan menurut
Fleuty 1964 yaitu steeply Indined
Gently Plunging (lipatan tertutup),
(Gambar 8).

Gambar 9. Hasil Analisis Fleuty, 1964 (lipatan tertutup).

b.

Pada stasiun 8 lipatan dilapangan


berupa
adanya
persamaan
kemiringan,
dari
hasil
analisa
didapatkan nilai sayap kananN 315

E/596

E/50

First Author et al./ JGEET Vol xx No xx/20xx

, dan sayap kiri N 143


,, nilai hinge line 4

N 318

E, nilai hinge surface 87


138

E,

serta

didapat

tegasan utama Tenggara Baratlaut,


maka nama lipatan menurut analisa
Fleuty 1964 yaitu Upright Horizontal
Fold (lipatan terbuka).

Gambar 12. Struktur lipatan di lapangan.

Gambar 10. Struktur Lipatan di Lapangan.

Gambar 13. Hasil analisis Fleuty, 1964 ( Lipatan Tertutup).

Dari hasil analisis nilai lipatan yang didapat


dilapangan dengan menggunakan metode
stereografi dapat ditarik kesimpulan bahwa
arah dominan tegasan utama atau

ialah Tenggara Baratlaut.


5.
Gambar 11.Hasil analisis Fleuty, 1964 ( lipatan
terbuka ).

c.

Pada stasiun 10 kenampakan lipatan


dilapangan
berupa
adanya
persamaan kemiringan, dari hasil
analisa didapatkan nilai sayap
kananN

023

sayap kiri N 280

nilai hinge line 32

nilai hinge surface 78

E/35

dan

E/70
N 50

,,
E,

N 262

E, serta didapat tegasan utama

Tenggara Baratlaut, maka nama


lipatan menurut analisa Fleuty 1964
yaitu steeply Indined Moderataly
Plunging Fold (lipatan tertutup).

KESIMPULAN

Struktur Geologi yang berkembang pada


daerah penelitian berupa kekar, sesar, dan
lipatan. Dari hasil analisa stereografi, struktur
kekar didapat dengan arah tegasan utama
Tenggara-Baratlaut. Penamaan struktur sesar
menurut Rikard 1971 dengan jenis sesar
normal dan arah tegasan utama yaitu
Tenggara-Baratlaut. Strutur lipatan yang
berkembang di daerah penelitian terdapat
pada Stasiun 4, 8 dan 10. Pada stasiun 4 dari
hasil analisa kenampakan lipatan menurut
Fleuty 1964 dengan jenis lipatan steeply
Indined Gently
Plunging Fold (lipatan
tertutup) dan arah tegasan utama TenggaraBaratlaut, Pada Stasiun 8 dari hasil analisa
kenampakan lipatan menurut Fleuty 1964
dengan jenis lipatan Upright Horizontal Fold
(Lipatan Terbuka) dan arah tegasan utama
Tenggara Baratlaut. Pada Stasiun 10 dari
hasil analisa kenampakan lipatan menurut
Fleuty 1964 dengan jenis lipatan steeply
Indined Moderataly Plunging Fold (Lipatan
Tertutup) dan arah tegasan utama Tenggara
Baratlaut.

First Author et al./ JGEET Vol xx No xx/20xx

Pettyjohn, F.J. 1975. Sedimentary Rock.


Marker and Bow Publisher. Third Edition.
Richard, M . J ., 1971, A Classification.
Geological Magazine, 108(1), pp. 23-26.
Silitonga P.H. & Kastowo, 1995. Peta Geologi
Lembar Solok, Sumatera, Peta Geologi
bersistem Sumatera, PPPG, Bandung.
Situmorang, B., Yulihanto, B., Guntur, A.,
Himawan, R.S., & Jacob, T.G., 1991,
Structural Basin Development of the
Ombilin Basin, Proceedings Indonesian
Petroleum
Association
21th
Annual
Convention, hal 1 15.
van Zuidam, R.A., 1985, Aerial Photo
Interpretation in Terrain Analysis and
Geomorphologic Mapping, The Hague:
Smits.

6. UCAPAN TERIMAKASIH
Terimakasih diucapkan kepada seluruh pihak
yang telah membantu dalam pembuatan
jurnal
ini.
Terutama
kepada
Dosen
Pembimbing Bapak Dewandra Bagus Eka
Putra, B.sc(Hons), M.sc dan teman-teman
Teknik Geologi.
REFERENSI
Dunham, R.J.1962. Spectral Subdivision of
Limestone Type. Dalam W.E Ham (Ed),
classification
of
carbonate
rocks,
Am.Assoc.Pet.Mem,1,hlm 62-84.
Fluety, M . J ., 1964, The Description of Fold :
Geological Association Proceedings, V. 75.
Koesoemadinata, R.P., dan Matasak, T., 1981,
Stratigraphy and Sedimentation Ombilin
Basin Central Sumatra (West Sumatra
Province),
Proceedings
Indonesian
Petroleum
Association
10th
Annual
Convetion, hal 217 249.

First Author et al./ JGEET Vol xx No xx/20xx

Anda mungkin juga menyukai