Anda di halaman 1dari 26

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan membahas mengenai hasil penelitian secara sistematis
dimulai dari analisis geomorfologi daerah penelitian, stratigrafi daerah penelitian,
struktur geologi daerah penelitian, lingkungan pengendapan daerah penelitian,
geologi sejarah daerah penelitian, dan potensi geologi daerah penelitian.
4.1. Geomorfologi Daerah Penelitian
Analisa geomorfologi di daerah penelitian dikaji berdasarkan beberapa
aspek diantaranya pola aliran sungai, kelurusan, dan satuan geomorfologi daerah
penelitian. Daerah penelitian terletak di Lubukalai dan Sekitarnya, Kecamatan Kapur
IX, Kabupaten 50 Kota, Provinsi Sumatra Barat mempunyai ketinggian 125 – 525
meter diatas permukaan laut (mdpl).
4.1.1. Pola Pengaliran
Adapun pola pengaliran sungai yang berkembang pada daerah penelitian
memilki pola pengaliran parallel, pola pengaliran meander dan pola pengaliran
subdendritik dapat dilihat pada (Gambar 4.1).
4.1.1.1. Pola Pengaliran Paralel (Bagian A)
Ditunjukkan pada daerah yang berlereng agak curam dan dapat
ditemukan pada daerah bentuklahan perbukitan yang memanjang. Pola
pengaliran parallel menempati luas kurang lebih 53% terletak pada
bagian Baratdaya – Baratlaut daerah penelitian. Pola pengaliran
subdendritik merupakan pola pengaliran yang dicirikan dengan adanya
kesejajaran pada pola alirannya. Pada daerah penelitian aliran ini
bertopografi agakcuram. litologi batuan pada daerah penelitian yang
terdapat pada pola ini merupakan batuan dengan litologi yang memiliki
kekompakan keras - lunak yakni konglomerat, batupasir, batulempung
karbonatan.

51
4.1.1.2. Pola Pengaliran Meander (Bagian B)
Pola pengaliran meander menempati luas kurang lebih 17% terletak
pada bagian Utara dan Selatan daerah penelitian. Pola pengaliran
meander merupakan pola pengaliran yang dicirikan dengan bentukan pola
aliran berkelok-kelok. Pada daerah penelitian aliran ini bertopografi yang
relatif agaklandai - landai. litologi batuan pada daerah penelitian yang
terdapat pada pola ini merupakan batuan dengan litologi kasar sampai
halus yaitu batupasir kasar sampai sedang, batulanau, batulempung
karbonatan dan batulempung nonkarbonatan.
4.1.1.3. Pola Pengaliran Subdendritik (Bagian C)
Berkembang pada batuan yang resistensinya seragam homogen.
Pola pengaliran subdendritik menempati luas kurang lebih 30% terletak
pada bagian Timurlaut - Tenggara daerah penelitian. Pola pengaliran
subdendritik merupakan pola pengaliran yang dicirikan dengan adanya
bentukan menyerupai ranting pohon dan tersebar membentuk
percabangan. Pada daerah penelitian aliran ini bertopografi yang relatif
agaklandai. litologi batuan pada daerah penelitian yang terdapat pada pola
ini merupakan batuan dengan litologi yang memiliki kekompakan lunak
yakni batulempung karbonatan, batlanau, dan batu lempung.

52
C

Gambar 4.1 A).Pola Pengaliran Paralel; B). Pola Pengaliran Sungai Meander; dan
C). Pola Pengaliran Subdendritik

4.1.2. Satuan Geomorfologi


Satuan Geomorfologi dibagi berdasarkan analisis peta topografi dan
observasi langsung ke lapangan dengan memperhatikan aspek-aspek
morfografi, morfometri, dan morfogenetik serta litologi penyusun yang terdapat
pada daerah penelitian. Satuan geomorfologi yang berkembang pada daerah

53
penelitian yaitu satuan geomorfologi pedataran agaklandai denudasional, satuan
geomorfologi pedataran landai denudasional dan satuan geomorfologi
perbukitan agakcuram struktural.
Tabel 4.1 Kolom Satuan Geomorfologi Daerah Penelitian

4.1.2.1. Satuan Geomorfologi Pedataran Agaklandai Denudasional


Satuan ini memiliki sebaran yang mendominasi di kawasan timur
dan menyebar di kawasan Timur laut daerah penelitian (Gambar
4.2).Berdasarkan pengukuran aspek morfografi, morfometri, dan
morfogenetik secara berurutan, satuan ini bentuk asal lahan denudasional,
berada pada elevasi 125 - 131.25 meter dari permukaan laut, kemiringan
lereng 2-7 %, dan terdapat 2 yaitu Pengaliran Paralel yang terdiri dari
litologi batulanau, batulempung karbonatan dan batulempung tidak
karbonat. Sungai meander yang terdiri dari litologi batulanau dan
batupasir sedang. Penyebaran satuan geomorfologi ini memiliki sebaran
40 % dari keseluruhan daerah penelitian.

54
N340°E N160°E

Gambar 4.2 Foto Geologi menunjukkan Satuan Geomorfologi Pedataran Agak


Landai Denudasional
4.1.2.2. Satuan Geomorfologi Pedataran Landai Denudasional
Satuan ini memiliki sebaran di kawasan Barat Laut dan Tenggara
dan daerah penelitian (Gambar 4.3). Berdasarkan pengukuran aspek
morfografi, morfometri, dan morfogenetik secara berurutan, satuan ini
merupakan bentuk asal lahan denudasional, berada pada elevasi 131.25 -
200 meter dari permukaan laut, kemiringan lereng 7 - 15% , dan terdapat
2 pola pengaliran yaitu parallel dan Sungai Meander. Sungai Meander
terdiri dari litologi batu lempung karbonatan, batupasir kasar. Penyebaran
satuan geomorfologi ini memiliki sebaran sebanyak 34 % dari
keseluruhan daerah penelitian.

N322°E N18°E

Gambar 4.3 Fotogeologi menunjukkan Satuan Geomorfologi Pedataran Landai


Denudasional

55
4.1.2.3. Satuan Geomorfologi Perbukitan Agakcuram Struktural
Satuan ini memiliki sebaran yang mendominasi di kawasan Barat
Daya dan sebagian di kawasan Baratdaerah penelitian (Gambar 4.4).
Berdasarkan pengukuran aspek morfografi, morfometrti, dan
morfogenetik secara berurutan, satuan ini merupakan bentuk asal lahan
struktural, berada pada elevasi 200 - 525 meter dari permukaan laut,
kemiringan lereng 15 - 30% , dan terdapat pola aliran parallel yang terdiri
dari litologi Konglomerat, Batupasir sedang – kasar , Batulempung
Karbonatan. Penyebaran satuan geomorfologi ini memiliki sebaran 26%
dari keseluruhan daerah penelitian.
N130°E N330°E

Gambar 4.4 Foto Geologi menunjukkan Satuan Geomorfologi Agakcuram


Struktural

4.2. Stragrafi Daerah Penelitian


Berdasarkan hasil penelitian dilapangan serta interpretasi dan analisis
laboratorium, diperoleh tatanan stratigrafi dan litologi penyusun daerah penelitian
dari yang tua hingga yang muda yaitu Satuan batupasir (TMbp), dan Satuan
batulempung karbonatan (TMblk),(Tabel 4.1). Dimana kedua satuan batuan tersebut
memiliki hubungan stratigrafi yang selaras. Adapun karakteristik ciri fisik yang
diamati dilapangan seperti ukuran, ketebalan, kedudukan, hubungan antar satuan
batuan, serta umur, dan lingkungan pengedapannya.

56
Tabel 4.2 Kolom Stratigrafi Daerah Penelitian

4.2.1. Satuan Batupasir (TmBp)


Satuan batupasir terendapkan terlebih dahulu dan menjadi batuan
tertua pada daerah penelitian.
a. Penyebaran
Satuan Batupasir memiliki persentase sebanyak 62%, memiliki sebaran
pada kawasan Selatan hingga Baratlaut di daerah penelitian.
b. Litologi Daerah Penelitian
Litologi yang ditemukan pada satuan batupasir berupa sedimen klastik
diantaranya Konglomerat areniteLithic dan batupasir Sublitharenite,metode
pemberian nama litologi batuan tersebut menggunakan metode analisa petrologi
yang diamati secara makroskopis dan metode petrografi yang diamati secara
mikroskopis.
1. Analisa Petrologi (Makroskopis)
Berdasarkan analisis petrologi yang di dapat dilapangan, batupasir
konglomerata ini memiliki warna lapuk abu - abu kecoklatan, warna segar
kuning keputihan, besar butir batupasir konglomeratan, kebundara membundar
tanggung - membundar, kemas terbuka, struktur sedimen masif, pemilahan
medium, permeabilitas baik, tidak karbonatan, kekompakan keras dan kontak
masif, (Gambar 4.5).Berdasarkan analisis petrologi yang di dapat dilapangan,

57
batupasir ini memiliki warna lapuk coklat kekuningan sedangkan warna segar
kuning kehitaman, besar butirpasir sedang, tidak karbonatan,kebundaran sangat
membundar,kemas terbuka,pemilahan baik,permeabilitas baik, porositas
buruk,struktur sedimen masif, kekompakan agak lunak, ditunjukkan
pada(Gambar 4.5)

Gambar 4.5 Foto Geologi Singkapan Batupasir Konglomeratan Stasiun 17

Gambar 4.6 Foto Geologi Singkapan Batupasir Stasius 28


2. Analisa Petrografi (Mikroskopis)
Berdasarkan hasil analisis sayatan tipis pada batuan ini, dengan melihat
komposisi mineral yang terkandung didalam batuan, didapat nama Batupasir
yaitu batupasir Sublitharenite yang memiliki komposisi mineral Pecahan

58
Batuan 15%, Feldsfar 5%, Kuarsa 60%, Mineral Opak 1%, Lempung Silika
39%,ditunjukan pada (Gambar 4.7)

Gambar 4.7 Foto Geologi Sayatan Tipis Batupasir Sublitharenite Stasiun 28

Berdasarkan hasil analisis sayatan tipis pada batuan ini, dengan melihat
komposisi mineral yang terkandung didalam batuan, didapat nama
Batupasirkonglomeratan yaitu batupasir Lithic areniteyang memiliki komposisi
Pecahan Batuan 20%, Feldspar 5%, Kuarsa 75% dan Matriks 30%ditunjukan pada
(Gambar 4.8)

59
Gambar 4.8 Foto Geologi Sayatan tipis Batupasir Kolongmeratan
Atau Sublitharenite Stasiun 17

c. Lingkungan Pengendapan Daerah penelitian


Lingkungan pengendapan satuan batupasir berupa Braided River
dibuktikan dengan ditemukannya struktur sedimen berupa silang siur (cross
lamination), dimana struktur sedimen cross lamination ini memperlihatkan
struktur perlapisan yang saling memotong. Terbentuk karena pengaruh arus
pada saat sedimentasi berlangsung. Dilihat pada (Gambar 4.9).

Gambar 4.9 Foto Geologi Menunjukkan Stuktur Sedimen Cross


Lamination

60
d. Umur
Merujuk pada kesebandingan stratigrafi regional menurut N.M.S Rock,
M.C.G Clarke, dkk (1983) satuan batupasir berumur Miosen awal.
e. Kesebandingan Regional Daerah Penelitian
Satuan Batupasir memiliki kesebandingan regional dengan Formasi
Sihapas yang diendapkan secara tidak selaras diatas Instrusi Rokan menurut
N.M.S Rock, M.C.G Clarke, dkk (1983), dapat dilihat pada (Tabel 4.2).

Tabel 4.3 Perbandingan Antara Satuan Batupasir dengan Formasi Sihapas


Satuan Batuan N.M.S Rock, M.C.G
Keterangan Clarke, dkk (1983)

Kelompok Sihapas
Satuan Batupasir
Formasi Manggala
Batupasir Terdiri atas batupasir halus-
Litologi Sublitharenite,Konglomerat kasar yang bersifat
Lithic arenite. konglomeratan.
Terendapkan secara tidak
Terendapkan secara tidak
Posisi Stratigrafi selarasdiatas satuan
selaras diatas batulempung
batulempung
Umur Miosen Awal Miosen Awal (N4)
Lingkungan Pengendapan Braided River Braided River

4.2.2. Satuan Batulempung Karbonatan (TmBlk)


Satuan batulempung karbonatan terendapkan secara selaras diatas satuan
batupasir pada daerah penelitian.
a. Penyebaran
Satuan ini memiliki sebaran pada kawasan Utara hingga Tenggara di
daerah penelitian. Memiliki persentase sekitar 38% daerah penelitian.
b. Litologi Daerah Penelitian
Litologi yang ditemukan pada satuan batulempung karbonatan berupa
sedimen klastik diantaranya batu lempung karbonatan (Gambar
4.10),batulempung tidak karbonatan (Mudsrock),(Gambar 4.11), dan batulanau

61
(Gambar 4.12). Adapun metode pemberian nama litologi batuan tersebut
menggunakan metode analisa petrologi (makroskopis) dan metode petrografi
(mikroskopis).
1. Analisa Petrologi (Makroskopis)
Berdasarkan analisis petrologi data yang didapat di lapangan,
batulempung karbonatan ini memiliki, warna lapuk abu-abu kemerahan, warna
segar kelabu, besar butir lempung, kebundaran membundar baik, kemas
tertutup, struktur sedimen masif, pemilahan baik, porositas sedang,
permeabilitas sedang, karbonatan, kekompakan keras dan kontak masif,
ditunjukkan pada (Gambar 4.13).

Gambar 4.10 Foto Geologi Menunjukkan Singkapan Batulempung Karbonatan


Stasiun 5

Gambar 4.11 Foto Geologi Menunjukkan Singkapan Batulempung Tidak


Karbonatan Stasiun 15

62
Gambar 4.12 Foto Geologi Menunjukkan Singkapan Batulanau Stasiun 23

2. Analisa Petrografi (Mikroskopis)


Berdasarkan hasil analisis sayatan tipis pada batuan ini, dengan melihat
komposisi mineral yang terkandung didalam batuan nama batuan batulempung
ini yaitu Mudrock dengan komposisi mineral Kuarsa (17%), Feldspar <1%,
matrik berupa lumpur 80%,mineral opak (3%). Ditunjukkan pada (Gambar
4.13).

Gambar 4.13 Foto Geologi Sayatan Tipis Batulempung Karbonatan dengan Pemerian
Petrografi Mudsrock ST 15

63
c. Lingkungan Pengendapan Daerah Penelitian
Berdasarkan sampel fosil dua spesies foraminira bentonik Bolivina,Sp dan
Nodosaria, Sp satuan batulempung karbonatan diendapkan pada lingkungan
neritik tengah.

Tabel 4.4 Zona Bathymetri Satuan Batulempung Karbonatan

d. Umur
Berdasarkan sampel fosil tiga spesies foraminira Planktonik
Globigerinoides trilobus REUSS, Globigerinoides immaturus BOLLI dan
Orbulina bilobata D”Orbigny satuan batulempung karbonatan berumur Miosen
Tengah (N9-N14)

64
Tabel 4.5 Tabel Umur Relatif Berdasarkan Sampel Fosil Foraminifera Planktonik
(Blow,1969)

e. Kesebandingan Regional Daerah Penelitian


Satuan lempung karbonatan memiliki kesebandingan regional dengan
Formasi Telisa yang diendapkan secara selaras diatas Formasi Sihapas menurut
N.M.S Rock, M.C.G Clarke, dkk (1983), dan berumur Miosen Tengah dapat
dilihat pada (Tabel 4.10).

65
Tabel 4.6 Perbandingan Antara Satuan Batulempuung Karbonatan dengan Formasi Telisa

Satuan Batuan Heandrick & Aulia (1996)


Keterangan
Satuan Batulempung Kelompok Sihapas Formasi
Karbonatan Telisa
Batulempung Karbonatan, Terdiri dari litologi serpih
Litologi Batu Lempung Tidak dengan sisipan batulanau
Karbonatan, Batulanau gampingan. Lingkungan.
Terendapkan secara
Terendapkan secara selaras
Posisi Stratigrafi tidakselaras dengan
tidak dengan satuan batupasir
batupasir
Miosen Awal - Miosen Miosen Awal – Tengah (N6
Umur
Tengah – N11)
Lingkungan Pengendapan Neritik Tengah Neritik sampai non marine

4.3. Struktur Geologi Daerah Penelitian


Struktur geologi yang berkembang didaerah penelitian terdiri dari sesar, lipatn
dan kekar. Struktur geologi dilihat berdasarkan pengamatan langsung dilapangan.
Dari pengukuran data struktur di lapangan yang bersifat primer seperti didapatkan
gores garis (Slicken Side), pitch, dan nilai jurus / kemiringan untuk menentukan
struktur geologi apa yang terjadi pada daerah penelitian, sedangkan data sekunder
diambil dari data kekar yang berkembang di lapangan. Metode yang digunakan dalam
penentuan arah tegasan yaitu dengan metode jaring streografi. Adapun hasil
interpretasi dan analisis struktur geologi yang didapat yaitu sebagai berikut :
4.3.1. Kelurusan Daerah Penelitian
Penarikan kelurusan-kelurusan struktur geologi berdasarkan kenampakam
citra DEM (Digital Elevation Model) dan peta topografi pada daerah penelitian
(Gambar 4.14). Hal ini juga dijadikan sebagai salah satu indikasi terhadap
proses tektonik yang terjadi dengan menghasilkan struktur geologi yang
berkembang di daerah penelitian. Kelurusan - kelurusan yang terbentuk

66
mempunyai arah umum yang relatif berarah Tenggara - Baratlaut yang di
interpretasikan sebagai kelurusan dari arah umum dari sesar ekstensional
selama Tersier Awal yang menghasilkan struktur graben geologi regional
Sumatra.

Gambar 4.14 Citra DEM Daerah Penelitian

Penentuan kelurusan daerah penelitian dilihat dari data citra satelit


DEMdan nilai strike yang diperoleh dilapangan, kemudian dianalisis
menggunakan diagram rose untuk mengetahui arah kelurusan yang dominan
pada daerah penelitian yaitu berarah Baratlaut-Tenggara.

67
4.3.2. Lipatan Daerah Penelitian
Lipatan didaerah penelitian yang ditarik interpretasi berdasarkan nilai
strike dan dip yang didapatkan dilapangan dengan nama yaitu Antiklin Steeply
Imclined Gentle Plunging Fold, dengan arah penunjaman barat dauya.
ditemukan dibagian Tennggara daerah penelitian. Lipatan ini diketahui
berdasarkan interpretasiarah Strike/dip, dengan nilai Strike/dip adalah
N200 /34E dan N311 /45 E,dari Strike/dip yang diperoleh dilapangan dan
diproyeksikan dalam streionet, didapatkan tegasan berarah Timurlaut-Baratdaya
dengan nilai T1=01,N256ᵒE T2=21, N348ᵒE T3=68, N164ᵒE, Sudunt antara
sayap 60ᵒ (Tertutup), Dilihat pada (Gambar 4.15).

Gambar 4.15 Streonet Data Lipatan Antiklin Daerah Penelitian (Fluety,1994)


4.3.3. Sesar Normal Mengiri Lubukalai Daerah Penelitian
Sesar normal ditemukan di stasiun 39 dengan litologi batupasir dengan
nilai bidang sesar N220°E/70° dan pitch 45°. Sesar ini berarah Timurlaut -
Baratdaya dengan menghalus kekiri. Berdasarkan analisis data yang di dapatkan
dari lapangan maka di hasilkan streografi dan untuk penamaan sesar, dilihat
pada (Gambar 4.16)

68
Gambar 4.16 Stereografi Sesar Normal Mengiri Daerah Penelitian

Dari analisis yang dilakukan dengan stereografi di dapatkan nilai


penunjaman35° dan arah penujaman 231°E sehingga diketahui arah tegasan
Timurlaut - BaratDaya dan berdasarkan diagram analisis menurut Rickard
(1972) dinamakan sebagai sesar normal Normal left Slip Fault, dilihat pada
(Gambar 4.17).

Gambar 4.17 Diagram Analisis Sesar (Rickard,1972)

69
Gambar 4.18 Foto Geologi Sesar Normal Mengiri dengan Indikasi Airterjun dan
Gores garis pada bidang sesar

4.3.4. Kekar Daerah Penelitian


Pada stasiun 39 pada koordinat N 00°10'59.00"/E100°34'53.90"
/E100°34'53.90" dengan
litologi batupasir yang termasuk dalam satuan batupasir diambil 15 pasang data
kekar.Dari data kekar yang dihitung dilapangan telah diproyeksikan kedalam
stereonet, didapatkan hasil arah tegasan utama yaitu Barat Daya – Timur
Laut.Dan didapatkan nilai :50⁰N16⁰E, :2⁰N110⁰E, :40⁰N202
N202⁰E. Dilihat
pada (Gambar 4.19)
4.19 dan gambar singkapan pada (Gambar 4.20).
).

Gambar 4.19 Streonet Dan Diagram Rosset Data Kekar Stasiun 39

70
Gambar 4.20 Foto Geologi Singkapan Data Kekar Stasiun 39

4.4. Lingkungan Pengendapan


Berdasarkan bukti data lapangan berupa struktur sedimen dan sampel fosil
foraminifera bentonik, daerah penelitian memiliki lingkungan pengendapan yang
terbagi atas :
4.4.1. Lingkungan Pengendapan Satuan Batupasir
Lingkungan pengendapan satuan batupasir berupa Braided River
dibuktikan dengan ditemukannya struktur sedimen berupa silang siur (cross
lamination).
4.4.2. Lingkungan Pengendapan Satuan Batulempung Karbonatan
Berdasarkan sampel fosil dua spesies foraminira bentonik Bolivina,Sp dan
Nodosaria, Sp satuan batulempung karbonatan diendapkan pada lingkungan
neritik tengah.

71
Gambar 4.21 Lingkungan Pengendapan Daerah Penelitian

4.5. Sejarah Geologi Daerah Penelitian


Berdasarkan data-data lapangan, data-data sekunder berupa umur dan
lingkungan pengendapan, didukung oleh pola stuktur yang berkembang didaerah
penelitian dan ditambah dengan penafsiran berupa interpretasi, maka dapat dibuat
interpretasi sejarah geologi daerah penelitian. Penentuan sejarah geologi juga
mengacu pada sejarah geologi peneliti-peneliti terdahulu. Geologi sejarah daerah
penelitian dimulai pada kala saat satuan batuan tertua terbentuk di daerah penelitian.
Pada daaerah penelitian sejarah geologi dibagi menjadi beberapa fase, yaitu :
4.5.1. Fase Pertama
Pada fase ini terendapkan satuan batupasir yangberada pada lingkungan
darat, berdasarkan struktur sedimen berupa crosslamination satuan batuan ini
terendapkan pada lingkungann Braided River, adapun litologi pada satuan ini
berupa konglomerat dan batupasir, dilihat pada (Gambar 4.22).

72
Gambar 4.22 Fase Pertama Geologi Sejarah
Daerah Penelitian Terendapkan Satuan Batupasir

4.5.2. Fase Kedua


Pada fase ini terjadi aktifitas tektonik berupa mengalami reaktivitas
sehingga terbentuklah sesar normal yang berarah timurlaut – baratdaya, dilihat
pada (Gambar 4.23).

Gambar 4.23 Fase Kedua Geologi Sejarah


Daerah Penelitian Terjadi Lipatan dan Pensesaran

4.5.3. Fase Ketiga


Pada fase ini terjadi perubahan lingkungan pegendapan dari darat kelaut
yang ditandain dengan proses transgresi, dilihat pada (Gambar 4.24).

73
Gambar 4.24 Fase Ketiga Geologi Sejarah
Daerah Penelitian Kenaikan Muka Airlaut

4.5.4. Fase Keempat


Pada fase ini terbentuk satuan batulempung karbonatan secara selaras
diatas satuan batupasir, berdasarkan penarikan umur pada fosil plantonik
didapan umur Miose Tengah (N9-N14) dan dari penarikan fosil bentonik Zona
Batimetrinya berada pada lingkungan Neretik Tengah, dilihat pada (Gambar
4.25).

Gambar 4.25 Foto Geologi Fase Keempat Geologi Sejarah


Daerah Penelitian Terendapkan Satuan Batulempung Karbonatan

74
4.5.5. Fase Kelima
Pada fase ini terjadi penurunan muka air laut dan terbentuklah
kenampakan seperti sekarang ini, dilihat pada (Gambar 4.26).

Gambar 4.26 Fase Kelima Geologi Sejarah


Daerah Penelitian Pada Saat Sekarang

Gambar 4.27 Foto Geologi Penampang Geologi Dearah


Penelitian

4.6. Potensi Geologi Daerah Penelitian


Berdasarkan pengamatan dilapangan, daerah Lubukalai dan Sekitarnya
memiliki potensi geologi berupa geowisata. Adapun geowisata yang ditemukan pada
daerah penelitian berupa air terjun. Pada daerah penelitian proses struktur geologi
yang terjadi menghasilkan bentang alam yang beragam dan indah, akibat dari peroses
geologi terbentuk air terjun pada stasiun 39 di daerah penelitian (Gambar 4.28) .

75
4.2 Foto Geologi Air Terjun Sebagai Potensi Geowisata
Gambar 4.28
Daerah Penelitian

76

Anda mungkin juga menyukai