Pada bab ini akan membahas mengenai hasil penelitian secara sistematis
dimulai dari analisis geomorfologi daerah penelitian, stratigrafi daerah penelitian,
struktur geologi daerah penelitian, lingkungan pengendapan daerah penelitian,
geologi sejarah daerah penelitian, dan potensi geologi daerah penelitian.
4.1. Geomorfologi Daerah Penelitian
Analisa geomorfologi di daerah penelitian dikaji berdasarkan beberapa
aspek diantaranya pola aliran sungai, kelurusan, dan satuan geomorfologi daerah
penelitian. Daerah penelitian terletak di Lubukalai dan Sekitarnya, Kecamatan Kapur
IX, Kabupaten 50 Kota, Provinsi Sumatra Barat mempunyai ketinggian 125 – 525
meter diatas permukaan laut (mdpl).
4.1.1. Pola Pengaliran
Adapun pola pengaliran sungai yang berkembang pada daerah penelitian
memilki pola pengaliran parallel, pola pengaliran meander dan pola pengaliran
subdendritik dapat dilihat pada (Gambar 4.1).
4.1.1.1. Pola Pengaliran Paralel (Bagian A)
Ditunjukkan pada daerah yang berlereng agak curam dan dapat
ditemukan pada daerah bentuklahan perbukitan yang memanjang. Pola
pengaliran parallel menempati luas kurang lebih 53% terletak pada
bagian Baratdaya – Baratlaut daerah penelitian. Pola pengaliran
subdendritik merupakan pola pengaliran yang dicirikan dengan adanya
kesejajaran pada pola alirannya. Pada daerah penelitian aliran ini
bertopografi agakcuram. litologi batuan pada daerah penelitian yang
terdapat pada pola ini merupakan batuan dengan litologi yang memiliki
kekompakan keras - lunak yakni konglomerat, batupasir, batulempung
karbonatan.
51
4.1.1.2. Pola Pengaliran Meander (Bagian B)
Pola pengaliran meander menempati luas kurang lebih 17% terletak
pada bagian Utara dan Selatan daerah penelitian. Pola pengaliran
meander merupakan pola pengaliran yang dicirikan dengan bentukan pola
aliran berkelok-kelok. Pada daerah penelitian aliran ini bertopografi yang
relatif agaklandai - landai. litologi batuan pada daerah penelitian yang
terdapat pada pola ini merupakan batuan dengan litologi kasar sampai
halus yaitu batupasir kasar sampai sedang, batulanau, batulempung
karbonatan dan batulempung nonkarbonatan.
4.1.1.3. Pola Pengaliran Subdendritik (Bagian C)
Berkembang pada batuan yang resistensinya seragam homogen.
Pola pengaliran subdendritik menempati luas kurang lebih 30% terletak
pada bagian Timurlaut - Tenggara daerah penelitian. Pola pengaliran
subdendritik merupakan pola pengaliran yang dicirikan dengan adanya
bentukan menyerupai ranting pohon dan tersebar membentuk
percabangan. Pada daerah penelitian aliran ini bertopografi yang relatif
agaklandai. litologi batuan pada daerah penelitian yang terdapat pada pola
ini merupakan batuan dengan litologi yang memiliki kekompakan lunak
yakni batulempung karbonatan, batlanau, dan batu lempung.
52
C
Gambar 4.1 A).Pola Pengaliran Paralel; B). Pola Pengaliran Sungai Meander; dan
C). Pola Pengaliran Subdendritik
53
penelitian yaitu satuan geomorfologi pedataran agaklandai denudasional, satuan
geomorfologi pedataran landai denudasional dan satuan geomorfologi
perbukitan agakcuram struktural.
Tabel 4.1 Kolom Satuan Geomorfologi Daerah Penelitian
54
N340°E N160°E
N322°E N18°E
55
4.1.2.3. Satuan Geomorfologi Perbukitan Agakcuram Struktural
Satuan ini memiliki sebaran yang mendominasi di kawasan Barat
Daya dan sebagian di kawasan Baratdaerah penelitian (Gambar 4.4).
Berdasarkan pengukuran aspek morfografi, morfometrti, dan
morfogenetik secara berurutan, satuan ini merupakan bentuk asal lahan
struktural, berada pada elevasi 200 - 525 meter dari permukaan laut,
kemiringan lereng 15 - 30% , dan terdapat pola aliran parallel yang terdiri
dari litologi Konglomerat, Batupasir sedang – kasar , Batulempung
Karbonatan. Penyebaran satuan geomorfologi ini memiliki sebaran 26%
dari keseluruhan daerah penelitian.
N130°E N330°E
56
Tabel 4.2 Kolom Stratigrafi Daerah Penelitian
57
batupasir ini memiliki warna lapuk coklat kekuningan sedangkan warna segar
kuning kehitaman, besar butirpasir sedang, tidak karbonatan,kebundaran sangat
membundar,kemas terbuka,pemilahan baik,permeabilitas baik, porositas
buruk,struktur sedimen masif, kekompakan agak lunak, ditunjukkan
pada(Gambar 4.5)
58
Batuan 15%, Feldsfar 5%, Kuarsa 60%, Mineral Opak 1%, Lempung Silika
39%,ditunjukan pada (Gambar 4.7)
Berdasarkan hasil analisis sayatan tipis pada batuan ini, dengan melihat
komposisi mineral yang terkandung didalam batuan, didapat nama
Batupasirkonglomeratan yaitu batupasir Lithic areniteyang memiliki komposisi
Pecahan Batuan 20%, Feldspar 5%, Kuarsa 75% dan Matriks 30%ditunjukan pada
(Gambar 4.8)
59
Gambar 4.8 Foto Geologi Sayatan tipis Batupasir Kolongmeratan
Atau Sublitharenite Stasiun 17
60
d. Umur
Merujuk pada kesebandingan stratigrafi regional menurut N.M.S Rock,
M.C.G Clarke, dkk (1983) satuan batupasir berumur Miosen awal.
e. Kesebandingan Regional Daerah Penelitian
Satuan Batupasir memiliki kesebandingan regional dengan Formasi
Sihapas yang diendapkan secara tidak selaras diatas Instrusi Rokan menurut
N.M.S Rock, M.C.G Clarke, dkk (1983), dapat dilihat pada (Tabel 4.2).
Kelompok Sihapas
Satuan Batupasir
Formasi Manggala
Batupasir Terdiri atas batupasir halus-
Litologi Sublitharenite,Konglomerat kasar yang bersifat
Lithic arenite. konglomeratan.
Terendapkan secara tidak
Terendapkan secara tidak
Posisi Stratigrafi selarasdiatas satuan
selaras diatas batulempung
batulempung
Umur Miosen Awal Miosen Awal (N4)
Lingkungan Pengendapan Braided River Braided River
61
(Gambar 4.12). Adapun metode pemberian nama litologi batuan tersebut
menggunakan metode analisa petrologi (makroskopis) dan metode petrografi
(mikroskopis).
1. Analisa Petrologi (Makroskopis)
Berdasarkan analisis petrologi data yang didapat di lapangan,
batulempung karbonatan ini memiliki, warna lapuk abu-abu kemerahan, warna
segar kelabu, besar butir lempung, kebundaran membundar baik, kemas
tertutup, struktur sedimen masif, pemilahan baik, porositas sedang,
permeabilitas sedang, karbonatan, kekompakan keras dan kontak masif,
ditunjukkan pada (Gambar 4.13).
62
Gambar 4.12 Foto Geologi Menunjukkan Singkapan Batulanau Stasiun 23
Gambar 4.13 Foto Geologi Sayatan Tipis Batulempung Karbonatan dengan Pemerian
Petrografi Mudsrock ST 15
63
c. Lingkungan Pengendapan Daerah Penelitian
Berdasarkan sampel fosil dua spesies foraminira bentonik Bolivina,Sp dan
Nodosaria, Sp satuan batulempung karbonatan diendapkan pada lingkungan
neritik tengah.
d. Umur
Berdasarkan sampel fosil tiga spesies foraminira Planktonik
Globigerinoides trilobus REUSS, Globigerinoides immaturus BOLLI dan
Orbulina bilobata D”Orbigny satuan batulempung karbonatan berumur Miosen
Tengah (N9-N14)
64
Tabel 4.5 Tabel Umur Relatif Berdasarkan Sampel Fosil Foraminifera Planktonik
(Blow,1969)
65
Tabel 4.6 Perbandingan Antara Satuan Batulempuung Karbonatan dengan Formasi Telisa
66
mempunyai arah umum yang relatif berarah Tenggara - Baratlaut yang di
interpretasikan sebagai kelurusan dari arah umum dari sesar ekstensional
selama Tersier Awal yang menghasilkan struktur graben geologi regional
Sumatra.
67
4.3.2. Lipatan Daerah Penelitian
Lipatan didaerah penelitian yang ditarik interpretasi berdasarkan nilai
strike dan dip yang didapatkan dilapangan dengan nama yaitu Antiklin Steeply
Imclined Gentle Plunging Fold, dengan arah penunjaman barat dauya.
ditemukan dibagian Tennggara daerah penelitian. Lipatan ini diketahui
berdasarkan interpretasiarah Strike/dip, dengan nilai Strike/dip adalah
N200 /34E dan N311 /45 E,dari Strike/dip yang diperoleh dilapangan dan
diproyeksikan dalam streionet, didapatkan tegasan berarah Timurlaut-Baratdaya
dengan nilai T1=01,N256ᵒE T2=21, N348ᵒE T3=68, N164ᵒE, Sudunt antara
sayap 60ᵒ (Tertutup), Dilihat pada (Gambar 4.15).
68
Gambar 4.16 Stereografi Sesar Normal Mengiri Daerah Penelitian
69
Gambar 4.18 Foto Geologi Sesar Normal Mengiri dengan Indikasi Airterjun dan
Gores garis pada bidang sesar
70
Gambar 4.20 Foto Geologi Singkapan Data Kekar Stasiun 39
71
Gambar 4.21 Lingkungan Pengendapan Daerah Penelitian
72
Gambar 4.22 Fase Pertama Geologi Sejarah
Daerah Penelitian Terendapkan Satuan Batupasir
73
Gambar 4.24 Fase Ketiga Geologi Sejarah
Daerah Penelitian Kenaikan Muka Airlaut
74
4.5.5. Fase Kelima
Pada fase ini terjadi penurunan muka air laut dan terbentuklah
kenampakan seperti sekarang ini, dilihat pada (Gambar 4.26).
75
4.2 Foto Geologi Air Terjun Sebagai Potensi Geowisata
Gambar 4.28
Daerah Penelitian
76