Buah yang cocok digunakan dalam pembuatan sari buah jernih, tentunya buah
yang mengandung kadar pektin rendah. Adanya kandungan pektin yang tinggi pada
buah akan menyebabkan viskositas sari buah menjadi lebih
viscous
. Untuk itu dalam pembuatan sari buah diperlukan tahap penjernihan atau filtrasi,
agar produk sari buah menjadi lebih jernih (Nugraha, 2008). Kotoran yang melekat
pada kulit buah dihilangkan dengan cara mencuci buah menggunakan air bersih
yang mengalir. Bila perlu buah dicuci dalam larutan yang mengandung chlorine
0,1%. Fungsi chlorine di sini untuk membunuh mikroba yang mungkin menempel
pada permukaan kulit buah (Satuhu, 2004). Sari buah yang dijual dipanaskan
mengandung vitamin yang tinggi yang berasal dari ekstrak buah, namun ada pula
sari buah yang memiliki kandungan vitamin C yang sedikit diakibatkan oleh proses
pengolahan. Pemanasan merupakan salah satu faktor terpenting dalam pengolahan
vitamin khususnya vitamin C karena vitamin C mempunyai sifat yang mudah
teroksidasi oleh panas (Ishak, 2009). Menurut Nugraha (2008), jenis-jenis sari buah
yang beredar di pasar adalah : 1. Sari buah segar kemasan. Umumnya hanya boleh
disimpan 7 hingga 10 hari karena tidak terdapat bahan tambahan dan pengawet.
Produk ini jarang terdapat di pasar. 2. Sari buah murni. Kebanyakan adalah sari
buah murni yang kental dan dilarutkan dengan air. Setelah melalui proses steril
dengan cara pemanasan, akan hilang sebagian vitaminnya dan rasanya juga
berubah sedikit. 3. Konsentrat sari buah. Sari buah semacam ini mengandung
banyak zat gula dan bahan tambahan. Rasanya dapat diatur menurut selera
peminumnya. 4. Minuman sari buah. Ada yang mengandung dan yang tidak
mengandung gas, kadar sari buahnya juga berlainan. Menurut Sudarmatoso (2012),
bahwa Faktor penentu aspek kualitas dari produk sari buah yang akan dibuat
adalah
1.
Sortasi dan pengupasan. Sortasi dilakukan sebagai pemilihan ulang agar dapat hasil
yang seragam. Serta dilakukan pengupasan dengan tujuan untuk bagian-bagian
yang tidak dikehendaki maupun bagian yang tidak bisa dimanfaatkan. 2.
sebagai perekat antar dinding sel; bercampur dengan sellulosa dan hemisellulosa.
Pada jaringan yang masih relatif muda dan segar, pada buah mentah, senyawa
pektin tersebut tidak larut dalam air atau cairan jaringan sehingga fungsi sebagai
perekat sangat kuat. Pada buah yang matang (
ripening
), senyawa pektin mulai larut sehingga daya perekatan antar sel lemah dan tekstur
melunak. Pektin juga dikenal karena lemampuannya membentuk gel (Rosaeka,
2008). Menurut SNI 01-6019-1999, sari buah jeruk jeruk adalah produk minuman
yang diperoleh secara mekanis dari buah jeruk ( Citrus sinensis L. Osbeck, Citrus
reticulate Blanco atau varietas lainnya) matang atau dari pengenceran konsentrat
sari buah jeruk, tanpa fermentasi, diawetkan, dan dengan atau tanpa
I.3
Vitamin C
Vitamin yang tergolong larut dalam air adalah vitamin C. Asam askorbat sangat
mudah teroksidasi secara revesibel menjadi asam L-dehidroaskorbat. Asam Ldehidroaskorbat secara kimia sangat labil dan dapat mengalami perubahan lebih
lanjut menjadi asam L-diketogulonat yang tidak memiliki keaktifan vitamin C lagi.
Vitamin C adalah nutrien dan vitamin yang larut dalam air dan penting untuk
kehidupan serta untuk menjaga kesehatan. Vitamin ini juga dikenal dengan nama
kimia dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat. Vitamin C termasuk golongan
antioksidan karena sangat mudah teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam, oleh
penggunaaan vitamin C sebagai antioksidan semakin sering dijumpai (Winarno,
2004). Keasaman atau pH vitamin C tergolong asam. Vitamin C sangat sensitif
terhadap pemanasan, bahkan pemanasan yang tergolong ringan (sedikit diatas
suhu kamar). Vitamin C juga sensitif terhadap sinar, senyawa oksidator (seperti :
iodium, Hydrogen Peroksida dll) dan logamserta pemanasan yang tinggi dapat
mempercepat laju oksidasi pada vitamin C yang menyebabkan kerusakan pada sari
buah. Vitamin C teroksidasi dalam larutan oleh oksigen, dengan memberikan 2
elektron pada senyawa oksidator (Anonim, 2011). Penentuan vitamin C dapat
dikerjakan dengan titrasi iodin. Hal ini berdasarkan bahwa vitamin dapat bereaksi
dengan iodin. Indikator yang dipakai adalah amilum. Akhir titrasi ditandai dengan
terjadinya warna biru dari iod-amilum. Perhitungan kadar vitamin C dengan
standarisasi larutan iodin yaitu tiap 1 ml 0.01 N iodin ekivalen dengan 0,88 mg
asam askorbat. Vitamin C dengan iod akan membentuk ikatan dengan atom C
nomor 2 dan 3 sehingga ikatan rangkap hilang (Anonim, 2010). Jeruk merupakan
sumber vitamin C yang berguna untuk kesehatan manusia. Kandungan vitamin C
sangat beragam antarvarietas, tetapi berkisar antara 27-49 mg/100 g daging buah.
Sari buah jeruk mengandung 40-70 mg vitamin C per 100 ml tergantung pada
jenisnya. Makin tua kandungan vitamin C-nya, tetapi semakin manis rasanya.
Vitamin C terdapat pada sari buah, daging, dan kulit. Seperempat bagian dari total
kandungan vitamin C
Pembahasan
Aroma Jeruk pada perlakuan A3 sebelum dan sesudah pemanasan adalah tetap
aroma khas. Sebelum pemanasan sari buah jeruk, aroma khas jeruk masih sangat
kuat tapi setelah pemanasan aroma khas jeruk menjadi berkurang. Hal ini sesuai
dengan Anonim (2010) bahwa aroma sari buah akan mengalami perubahan akibat
pemanasan yang lama yaitu penurunan atau kerusakan karena oksidasi dan proses
penguapan saat pemanasan. Warna sari buah jeruk pada perlakuan A3, sebelum
pemanasan adalah kuning cerah. Setelah pemanasan selama 15 menit pada warna
orange pada jeruk tetap kuning cerah tapi kadar kecerahannya berkurang. Hal ini
disebabkan karena sari buah mudah terdegradasi oleh pengaruh panas sehingga
pigmen karotenoid menjadi rusak selama proses pemanasan. Hal ini sesuai dengan
Anonim (2010) yang menyatakan bahwa pigmen-pigmen sari buah dapat berubah
oleh pengolahan. Sari buah mudah terdegradasi oleh pengaruh panas, asam, alkali
atau enzim. Karotenoid mudah rusak oleh pemanasan kering dan oksidasi.
Hasil pratikum mutu sari buah terhadap kejernihan dengan perlakuan A3 yang
telah dipanaskan selama 15 menit yaitu keruh (tidak jernih) disebabkan oleh
adanya kandungan pektin yang tinggi pada buah akan menyebabkan viskositas sari
buah menjadi lebih viscous, sehingga kenampakan sari buah menjadi lebih keruh.
Hal ini sesuai dengan atkinz (1951) yang menyatakan bahwa pektin yang terdapat
pada sari buah mempunyai daya tahan yang relatif kurang terhadap pemanasan
sehingga dibutuhkan enzim pektinase untuk menurunkan kandungan pektinnya.
Hasil uji total vitamin C pada mutu sari buah jeruk pada perlakuan A3 sebelum
pemanasan adalah 0.05 %. Setelah pemanasan total vitamin C nya adalah 0.045 %.
Kandungan vitamin C yang terdapat pada sari buah mengalami pernurunan. Hal ini
dikarenakan karena sifat vitamin C yang mudah teroksidasi oleh panas, cahaya dan
logam. Perlakuan pemanasan maupun pengeringan akan merusak ataupun
menurunkan kandungan vitamin C dalam bahan. Hal ini sesuai dengan Anonim
(2010) yang menyatakan bahwa vitamin C yang terdapat dalam sari buah akan
lebih mudah larut dengan pemanasan, tanpa pemanasan sebagian dari vitamin
masih tertinggal dalam ampas. Kandungan vitamin C yang sedikit kemudian
dilakukan pemanasan maka kadar vitamin C yang dihasilkan akan semakin kecil.
V.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh pada praktikum ini adalah:
1.Pemanasan terhadap sari buah dapat menurunkan vitamin C di tiap tingkat
pemanasan karena vitamin C dan vitamin lainnya mudah rusak karena
pemanasan.
2.Pemanasan terhadap sari buah menyebabkan penurunan mutu sari buah secara
organoleptik yang meliputi warna, aroma, rasa, dan kenampakan sari buah tiap
tingkat pemanasan. 3.
Faktor penyebab kekeruhan pada mutu sari buah karna adanya kandungan pektin
yang tinggi pada buah akan menyebabkan viskositas sari buah menjadi lebih
viscous
, sehingga kenampakan sari buah menjadi lebih keruh
V.2 Saran
Saran untuk praktikum Evaluasi Mutu Sari Buah adalah praktikan harus lebih teliti
sehingga kesalahan-kesalahan dalam praktikum seperti kesalahan titrasi iod bisa
diminimalisir sehingga hasil yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan.