Anda di halaman 1dari 22

1

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Berdasarkan Statistik Kesehatan World Health Organization (WHO) tahun

2009, setiap tahun dipewrkirakan sebanyak 536.000 wanita meninggal dunia


akibat masalah persalinan dan 99% kematian ibu akibat masalah persalinanterjadi
dinegara negara berkembang, rasio kematian ibu secara global 400 per 100.000
kelahiran hidup.1
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Neonatus (AKN) di
Indonesia saat ini telah berhasil diturunkan. Berdasarkan Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI), dari 307 per 100.000 kelahiran hidup (KH) pada
tahun 2002, menjadi 228 per 100.000 Kelahiran Hidup pada tahun 2007. Tetapi,
angka tersebut masih jauh dari tujuan pembangunan Millenium Development
Goals yaitu angka kematian ibu menjadi 102 per 100.000 Kelahiran Hidup pada
tahun 2015.1
Dalam upaya mempercepat penurunan AKI dan AKN tersebut, pada
tanggal 26 januari 2012 kementrian Kesehatan meluncurkan program Expanding
Maternal dan Neonatal Survival (EMAS) yang bertujuan untuk menurunkan AKI
dan AKN di Indonesia sebesar 25%. Yang dilaksanakan di provinsi dan kabupaten
dengan jumlah kematian yang besar yaitu Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi selatan.2
Terjadinya kematian ibu terkait dengan faktor penyebab langsung dan
penyebab tidak langsung. Faktor penyebab langsung kematian ibu di Indonesia
masi didominasi oleh Perdarahan, pre eklampsia / eklampsia, dan infeksi.
Sedangkan faktor tidak langsung penyebab kematian ibu adalah seperti EMPAT
TERLALU (terlalu muda 2,6%, terlalu tua 27%, terlalu sering melahirkan 11,8%
dan terlalu dekat jarak kelahiran) menurut SDKI 2002 sebanyak 22,5%,
maupunyang mempersulit proses penanganan kedaruratan kehamilan, persalinan
dan nifas seperti TIGA TERLAMBAT (terlambat mengenali tanda bahaya dan
mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan dan terlambat
1

dalam penanganan darurat), serta faktor lain yang terkait dengan akses, sosial
budaya, pendidikan, dan ekonomi. 1,2
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2013 yang dilakukan
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Badan Litbangkes) Kementerian
Kesehatan menunjukan bahwa cakupan program kesehatan ibu dan reproduksi
umumnya rendah pada tingkat pendidikan dan ekonomi rendah, secara umum,
posisi perempuan juga masih relatif kurang menguntungkan sebagai pengambil
keputusan dalam mencari pertolongan untuk diri sendiri dan anaknya. Ada budaya
dan kepercayaan di daerah tertentu yang tidak mendukung kesehatan ibu dan
anak. Rendahnya pendidikan dan ekonomi keluarga berpengaruh terhadap masih
banyaknya kasus 3 Terlambat dan 4 Terlalu, yang pada akhirnya terkait dengan
kematian ibu dan bayi.1,2
Menurut United Nations Emergency Children Fund (UNICEF) Sekitar 61
persen perempuan usia 10-59 tahun melakukan empat kunjungan pelayanan
antenatal yang disyaratkan selama kehamilan terakhir mereka. Kebanyakan
perempuan hamil (72 persen) di Indonesia melakukan kunjungan pertama, tetapi
putus sebelum empat kunjungan yang direkomendasikan oleh Kementrian
Kesehatan.
Terkait dengan pelayanan kesehatan ibu hamil, hasil Riskesdas 2013
menunjukkan cakupan pelayanan antenatal bagi ibu hamil semakin meningkat.
Hal ini memperlihatkan semakin membaiknya akses masyarakat terhadap
pelayanan antenatal oleh petugas kesehatan. Cakupan pelayanan antenatal pertama
kali tanpa memandang trimester kehamilan (K1 akses) meningkat dari 92,7% pada
tahun 2010 menjadi 95,2% pada tahun 2013. Peningkatan akses ini juga sejalan
dengan cakupan ibu hamil yang mendapat pelayanan antenatal pertama pada
trimester pertama kehamilan (K1 Trimester 1), yaitu dari 72,3% pada tahun 2010
menjadi 81,3% pada tahun 2013. Demikian pula pada tahapan selanjutnya,
cakupan pelayanan antenatal sekurang-kurangnya empat kali kunjungan (K4) juga
meningkat dari 61,4% pada tahun 2010 menjadi 70,0% pada tahun 2013.1,2

1.2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian ringkas dalam latar belakang masalah di atas, yang

menjadi rumusan masalah adalah bagaimana hubungan karakteristik ibu hamil


trimester III dengan kunjungan pemeriksaan kehamilan.
1.3.

Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum


Mengetahui hubungan karakteristik ibu hamil trimester III dengan
kunjungan pemeriksaan kehamilan.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui hubungan umur dengan kunjungan pemeriksaan kehamilan.
2. Mengetahui hubungan pendidikan dengan kunjungan pemeriksaan
kehamilan.
3. Mengetahui hubungan paritas dengan kunjungan pemeriksaan kehamilan.
1.4

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

1.4.1

Bagi Bidang Penelitian


Dengan adanya penelitian ini penulis berharap hasil penelitian dapat

digunakan sebagai data dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai hubungan
karakteristik ibu hamil trimester III dengan kunjungan pemeriksaan kehamilan.
1.4.2

Bagi Peneliti
Dengan adanya penelitian ini bermanfaat dalam memperluas wawasan

mengenai hubungan karakteristik ibu hamil trimester III dengan kunjungan


pemeriksaan kehamilan.
1.4.3

Bagi Institusi Kesehatan


Dengan adanya penelitian ini dapat memberikan masukan dalam

perawatan antenatal dalam membantu menurunkan angka kematian ibu sesuai


target pemerintah Indonesia.

1.4.4

Bagi Institusi Pendidikan


Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih lanjut, dan

dapat menambah koleksi kepustakaan di perpustakaan Universitas Islam Sumatera


Utara.
1.4.5

Bagi Ilmu Pengetahuan


Menambah khazanah ilmu pengetahuan dan data dasar bagi ilmu

pengetahuan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Kehamilan

2.1.1

Definisi
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional (FIGO), kehamilan

didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.
2.1.2

Proses Kehamilan
Untuk terjadi kehamilan harus ada spermatozoa, ovum, pembuahan ovum

(fertilisasi), nidasi (implantasi), plasentasi.


a. Spermatozoa
Spermatozoa terdiri atas tiga bagian yaitu kaput atau kepala yang
berbentuk lonjong agak gepeng dan mengandung bahan nukleus, ekor, dan bagian
yang silindrik (leher) menghubungkan kepala dengan ekor, dengan getaran
ekornya spermatozoa dapat bergerak cepat.
Jutaan spermatozoa ditumpahkan di forniks vagina dan disekitar porsio
pada waktu koitus, hanya beberapa ratus ribu spermatozoa dapat terus ke kavum
uteri dan tuba, dan hanya beberapa ratus dapat sampai kebagian ampula tuba di
mana spermatozoa dapat memasuki ovum yang dapat dibuahi, hanya satu
spermatozoa yang mempunyai kemampuan (kapisitasi) untuk membuahi, pada
spermatozoa ditemukan peningkatan konsentrasi DNA di nukleusnya, kaputnya
lebih mudah menembus dinding ovum oleh karena diduga dapat melepaskan
hialuronidase.
b.

Ovum
Pertumbuhan embrional oogonium yang kelak menjadi ovum terjadi di

genital ridge, tiap bulannya wanita melepaskan 1 atau 2 sel telur (ovum) dari
indung telur, ovum dilepas oleh ovarium disapu oleh mikrofilamen-mikrofilamen
fimbria infundibulum kearah ostium tuba abdominale, dan disalurkan terus kearah
medial, pada waktu dilahirkan, bayi mempunyai sekurang-kurangnya 750.000
5

oogonium, jumlah ini berkurang akibat pertumbuhan dan degenerasi folikelfolikel, pada anak berumur 6 15 tahun ditemukan 439.000 oogonium dan pada
umur 6 15 tahun ditemukan 439.000 oogonium dan pada umur 16 25 tahun
hanya 34.000 oogonium, pada masa menopause semua oogonium menghilang.
c.

Fertilisasi
Fertilisasi (pembuahan) adalah penyatuan ovum (oosit sekunder) dan

spermatozoa yang biasanya berlangsung di ampula tuba, fertilisasi meliputi


penetrasi spermatozoa ke dalam ovum, fusi spermatozoa dan ovum, diakhiri
dengan fusi materi genetik, hanya satu spermatozoa yang telah mengalami proses
kapisitasi mampu melakukan penetrasi membran sel ovum, untuk mencapai ovum
sperma harus melewati

korona radiate (lapisan sel di luar ovum) dan zona

pleusida (suatu bentuk glikoprotein ekstraselular), yaitu dua lapisan yang


menutupi dan mencegah ovum mengalami fertilisasi lebih dari satu spermatozoa.
Suatu komplemen khusus di permukaaan kepala spermatozoa kemudian mengikat
glikoprotein di zona pelusida, pengikatan ini memicu akrosom melepaskan enzim
yang membantu spermatozoa menembuas zona pelusida.
Pada saat spermatozoa menembus zona pelusida terjadi reaksi korteks
ovum. Granula korteks di dalam ovum berfusi dengan membrane plasma sel,
sehingga enzim di dalam granula-granula dikeluarkan secara eksositosis ke zona
pelusida.
Spermatozoa yang telah masuk ke vitelus kehilangan membrane
nukleusnya yang tinggal hanya pronukleusnya, sedangkan ekor spermatozoa dan
mitokondrianya berdegenerasi, masuknya spermatozoa membangkitkan nukleus
ovum yang masih dalam metafase untuk proses pembelahan selanjutnya
(pembelahan meiosis kedua), ovum sekarang hanya mempunyai pronukleus yang
haploid, pronukleus spermatozoa juga telah mengandung jumlah kromosom yang
haploid.
Kedua pronukleus saling mendekati dan bersatu membentuk zigot yang
terdiri atas bahan genetik dari perempuan dan laki-laki. Dari

penyatuan itu

mungkin menghasilkan:
a. XX zigot akan menghasilkan bayi perempuan
b. XY zigot akan menghasilkan bayi laki-laki

Dalam beberapa jam setelah pembuahan, mulailah pembelahan zigot yang


berjalan lancar dan dalam 3 hari sampai dalam stadium morula, hasil konsepsi ini
dengan ukuran tetap bergerak kearah rongga rahim oleh arus dan getaran silia
serta kontraksi tuba, selama dalam perjalanan ke kavum uteri morula mengalami
pembelahan pembelahan menjadi blastula.
d. Nidasi
Nidasi adalah peristiwa tertanamnya atau bersarangnya sel telur yang telah
dibuahi ke dalam endometrium, sel telur yang telah dibuahi (zigot) akan segera
menjadi blastomer, rada hari ketiga 16 blastomer disebut morula. Pada hari
keempat di dalam morula akan terbentuk rongga, bangunan ini disebut blastula.
Dua struktur penting di dalam blastula adalah:
a) Lapisan luar disebut trofoblast, yang akan menjadi plasenta
b) Emblastu (inner cell mass) yang akan menjadi janin
Pada hari ke-4 blastula masuk kedalam endrometrium dan pada hari ke-6
menempel pada endrometrium, pada hari ke-10 seluruh blastula sudah terbenam
dalam endometrium dengan demikian nidasi sudah selesai tempat nidasi biasanya
pada dinding belakang didaerah fundus uteri.
e.

Plasentasi
Plasentasi adalah proses pembentukan struktur dan jenis plasenta. setelah

nidasi embrio kedalam endometrium, plasentasi dimulai, pada manusia plasentasi


berlangsung sampai 12 -18 minggu setelah fertilisasi.
Terjadinya implantasi mendorong sel blastula mengadakan deferensiasi,
sel yang dekat dengan ruang eksoderm membentuk entoderm dan yolk sac
(kantung yolk) sedangkan sel yang lain membentuk ectoderm dan ruangan
amnion. Plat embrio (embryonal plate) terbentuk diantara dua ruangan yaitu
ruangan amnion dan kantung yolk, plat embrio terdiri dari unsur ektoderm,
endoderm, dan mesoderm, ruangan amnion

dengan cepat mendekati korion

sehingga jaringan yang terdapat antara amnion dan embrio padat dan berkembang
menjadi tali pusat.
Pada permulaan kantung yolk berfungsi sebagai pembentuk darah bersama
dengan hepar, limfe, dan sumsum tulang, pada minggu kedua sampai ketiga
terbentuk bakal jantung dengan pembuluh darahnya yang menuju body stalk
7

(bakal tali pusat), jantung bayi mulai dapat dideteksi pada minggu keenam sampai
delapan dengan mempergunakan ultrasonografi atau doppler, pembuluh darah
pada body stalk terdiri dari arteri umbilikalis dan vena umbilikalis. Cabang arteri
dan vena umbilikalis masuk ke vili korialis sehingga dapat melakukan pertukaran
nutrisi dan sekaligus membuang hasil metabolisme yang tidak diperlukan.
Vili korialis menghancurkan desidua sampai pembuluh darah, mulai
dengan pembuluh darah vena pada hari ke-10 sampai ke-11 setelah konsepsi.
Bagian desidua yang tidak dihancurkan membagi plasenta menjadi sekitar 15
sampai 20 kotiledon maternal, sedangkan dari sudut fetus, maka plasenta dibagi
menjadi 200 kotiledon fetus, setiap kotiledon fetus terus bercabang dan bercabang
di tengah aliran darah untuk menjalankan fungsinya memberikan nutrisi,
pertumbuhan, dan perkembangan janin dalam rahim ibu tetapi dipisahkan
langsung oleh lapisan trofoblas dinding pembuluh darah janin, fungsinya
dilakukan berdasarkan sistem osmosis dan enzimatik serta pinositosis, situasi
plasenta demikian disebut system plasenta-hemokorial.3,4
2.1.3 Tanda-tanda kehamilan
1. Tanda-tanda presumptif :
a. Amenorea (tidak mendapat haid). wanita harus mengetahui tanggal hari
pertama haid terakhir (HT) supaya dapat ditaksir umur kehamilan dan
taksiran tanggal persalinan (TTP).
b. Mual dan muntah (nausea and vomiting). biasanya terjadi pada bulanbulan pertama kehamilan hingga akhir triwulan pertama.karena sering
terjadi pada pagi hari, disebut morning sickness.
c. Mengidam (ingin makanan khusus). ibu hamil sering meminta makanan
dan minuman tertentu terutama pada bulan-bulan triwulan pertama.
mereka juga tidak tahan dengan suatu bau-bauan.
d. Pingsan. jika berada pada tempat-tempat ramai yang sesak dan padat,
e.

seorang wanita yang hamil dapat pingsan.


Tidak ada selera makan (anoreksia). Hanya berlangsung pada triwulan

pertama kehamilan, kemudian nafsu makan timbul kermbali.


f. Lelah (fatigue).

g.

Payudara membesar, tegang, dan sedikit nyeri, disebabkan oleh pengaruh


estrogen dan progesteron yang merangsang ductus dan alveoli payudara.

h.

Kelenjar montgomery terlihat membesar.


Sering miksi. Karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang membesar.
Gejala itu akan menghilang pada triwulan kedua kehamilan. Pada akhir
kehamilan, gejala tersebut muncul kembali karena kandung kemih ditekan

i.

oleh kepala janin.


Konstipasi/obstipasi karena tonus otot-otot usus menurun oleh pengaruh

hormon steroid.
j. Pigmentasi kulit oleh pengaruh hormon kortikosteroid plasenta, dijumpai
dimuka (chloasma gravidarum), areola payudara, leher, dan dinding perut
(linea nigra=grisea)
k. Epulis : hipertropi papila gingivalis.
l. Pemekaran vena-vena (varises) dapat terjadi dikaki, betis, dan vulva.
biasanya dijumpai pada triwulan akhir.
2. Tanda-Tanda Kemungkinan Hamil :
a. perut membesar.
b. Uterus membesar : terjadi perubahan dalam bentuk, besar dan konsistensi
c.

rahim.
Tanda Hegar : ditemukannya serviks dan isthmus uteri yang lunak dalam

d.

pemeriksaan bimanual saat usia kehamilan 4-6 minggu.


Tanda Chadwick : perubahan warna jadi kebiruan yang terlihat di porsio,
vagina, dan labia. Tanda tersebut timbul akibat pelebaran vena karena

peningkatan kadar estrogen.


e. Tanda piskacek : pembesaran dan pelunakan rahim ke salah satu sisi
rahim yang berdekatan dengan tuba uterina. Biasanya, tanda ini ditemukan
pada usia kehamilan 7-8 minggu.
f. Kontraksi-kontraksi kecil uterus jika dirangsang.
g. Teraba ballotement.
h. Reaksi kehamilan positive.
3. Tanda pasti (tanda positive)
a.

b.

Gerakan janin yang dapat dilihat, dirasa, atau diraba juga bagianbagian
janin.
Denyut jantung janin:
9

10

c.
d.

2.2

1. Didengar dengan stetoskop .


2. Dicatat dan didengar dengan alat doppler.
3. Dicatat dengan feto-elektrokardiogram.
Dilihat secara USG.
Terlihat Tulang tulang dalam foto Rontgen.5
Antenatal Care

2.2.1

Definisi
American Academy Of Pediatrics dan American Collage Of Obstrtericians

and Gynecologists mendifinisikan asuhan perinatal merupakan suatu program


perawatan antepartum komprehensif yang melibatkan pendekatan terpadu
perawatan medis dan dukungan psikososial yang sudah optimal dimulai sebelum
konsepsi dan meluas ke periode antepartum.5
Antenatal care adalah pengawasan kehamilan untuk mengetahui kesehatan
umum ibu, menegakkan secara dini penyakit yang menyertai kehamilan,
menegakkan secara dini komplikasi kehamilan, dan menetapkan risiko kehamilan
( risiko tinggi, risiko meragukan, risiko rendah).Asuhan antenatal juga untuk
menyiapkan persalinan menuju well born baby dan well health mother,
mempersiapkan perawatan bayi dan laktasi, serta memulihkan kesehatan ibu yang
optimal saat akhir kala nifas.6,7
Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan
obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian
kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan.3
2.2.2. Tujuan Antenatal Care
Tujuan pengawasan wanita hamil ialah mencegah hal-hal yang kurang
baik bagi ibu maupun anak yang dikandungnya sehingga keadaan mereka post
partum sehat dan normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental. Ini berarti
dalam antenatal care harus diusahakan agar :
a)

Wanita hamil sampai akhir kehamilan sekurang kurangnya harus sama


sehatnya atau lebih sehat;

10

11

b)

Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita sedini


mungkin.

c)

Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak.

d)

Wanita melahirkan tanpa kesulitan dan bayi yang dilahirkan sehat fisik dan
mental.

e)

Memberikan nasihat-nasihat tentang cara hidup sehari-hari dan keluarga


berencana, kehamilan, persalinan, nifas dan laktasi.3,8

2.2.3

Kunjungan Asuhan Antenatal


Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan secara berkala dan teratur.

Jumlah kunjungan minimal empat kali: satu kali pada trimester I, satu kali pada
trimester II, dan dua kali pada trimester III. Kunjungan ibu hamil dilakukan secara
berkala yang dibagi menjadi beberapa tahap, seperti :
a) Kunjungan ibu hamil yang pertama (K1)
Kunjungan K1 adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas
kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan
trimester I, dimana usia kehamilan 1 sampai 12 minggu.
b) Kunjungan ibu hamil yang keempat (K4)
Kunjungan K4 adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih dengan
petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan
kesehatan pada trimester III, usia kehamilan >24 minggu.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kunjungan antenatal
sebaiknya dilakukan paling sedikit empat kali selama masa kehamilan dengan
distribusi kontak sebagai berikut :
a. Minimal 1 kali pada trimester I (K1), usia kehamilan 1-12 minggu.
b. Minimal 1 kali pada trimester II, usia kehamilan 13-28 minggu.
c. Minimal 2 kali pada trimester III, (K3-K4), usia kehamilan > 28
minggu.
2.2.4

Jadwal pemeriksaan
Pemeriksaan kehamilan berdasarkan kunjungan antenatal dibagi atas:

11

12

a) Kunjungan Pertama (K1)


Meliputi: (1) Identitas/biodata, (2) Riwayat kehamilan, (3) Riwayat
Kebidanan, (4) Riwayat kesehatan, (5) Riwayat sosial ekonomi, (6) Pemeriksaan
kehamilan dan pelayanan kesehatan, (7) Penyuluhan dan konsultasi.
b) Kunjungan Kedua ( K2 )
Meliputi: (1) Identitas/biodata, (2) Riwayat kehamilan, (3) Imunisasi TT,
(4) Pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan, (5) Penyuluhan dan
konsultasi.
c)

Kunjungan Ketiga ( K3 )
Meliputi: (1) Anamnesa (keluhan/masalah), (2) Pemeriksaan kehamilan

dan pelayanan kesehatan, (3) Konseling biaya dan kondisi kegawat daruratan.
d) Kunjungan Keempat (K4)
Meliputi : (1) Anamnese (keluhan/masalah) (2) Pemeriksaan kehamilan
dan pelayanan kesehatan. (3) Pemeriksaan Psikologis. (4) Pemeriksaan
laboratorium bila ada indikasi/diperlukan. (5) Diagnosa akhir (kehamilan normal,
terdapat penyulit, terjadi komplikasi, atau tergolong kehamilan risiko tinggi), (6)
Sikap dan rencana tindakan (persiapan persalinan dan rujukan).
Jadwal pemeriksaan antenatal yang dianjurkan adalah:
a)
Pemeriksaan pertama kali yang ideal yaitu sedini mungkin ketika haid
b)
c)
d)
e)

terlambat satu bulan.


Periksa ulang 1 kali sebulan sampai kehamilan 7 bulan.
Periksa ulang 2 kali sebulan sampai kehamilan 9 bulan.
Pemeriksaan ulang setiap minggu sesudah kehamilan 9 bulan.
Periksa khusus bila ada keluhan atau masalah.6,9
Pelayanan/asuhan standar minimal termasuk 7 T

a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)

Timbang Berat Badan


Ukur (Tekanan) Darah
Ukur (Tinggi) Fundus Uteri
Pemberian Imunisasi (Tetanus Toxoid)
Pemberian Tablet Zat Besi, Minimum 90 Tablet Selama Kehamilan
Tes Terhadap Penyakit Menular Seksual
Temu Wicara Dalam Rangka Persiapan Rujukan.3

12

13

2.2.5

Edukasi Kesehatan Bagi Ibu Hamil


Tidak semua ibu hamil dan keluarganya mendapat pendidikan dan

konseling kesehatan yang memadai tentang kesehatan reproduksi, terutama


tentang kehamilan dan upaya untuk menjaga agar kehamilan tetap sehat dan
berkualitas, kunjungan antenatal memberi kesempatan bagi petugas kesehatan
untuk memberikan informasi kesehatan esensial bagi ibu hamildan keluarganya
termasuk rencana persalinan (di mana, penolong, dana, pendamping, dan
sebagainya) dan cara merawat bayi, beberapa informasi penting tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Nutrisi yang adekuat
a. Kalori
Jumlah kalori yang diperlukan bagi ibu hamil untuk setiap harinya
adalah 2.500 kalori, jumlah kalori yang berlebih dapat menyebabkan
obesitas dan hal ini merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya
preeklamsia, jumlah pertambahan berat badan sebaiknya tidak
melebihi 10-12 kg selama hamil.
b. Protein
Jumlah protein yang diperlukan ibu hamil adalah 85 gram per hari,
defisiensi protein dapat menyebabkan prematur, anemia, dan edema.
c. Kalsium
Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 1,5 gram per hari, kalsium
dibutuhkan untuk pertumbuhan janin, terutama bagi pengembangan
otot dan rangka.
d. Zat Besi
Untuk menjaga konsentrasi hemoglobin yang normal, diperlukan
asupan zat besi bagi ibu hamil dengan jumlah 30 mg/ hari terutama
setelah trimester kedua.
e. Asam Folat
Selain zat besi, sel-sel darah merah juga memerlukan asam folat bagi
pematangan sel, jumlah asam folat yang dibutuhkan bagi ibu hamil
adalah 400 mikrogram per hari.
2. Perawatan Payudara
Payudara perlu disiapkan sejak sebelum bayi lahir sehingga dapat
segera berfungsi dengan baik pada saat diperlukan, masase payudara
13

14

untuk mengeluarkan sekresi, sebaiknya dilakukan secara hati-hati dan


benar karena masase yang salah dapat menimbulkan kontraksi pada
rahim. Basuhan lembut pada aerola dan puting susu akan dapat
mengurangi retak dan lecet pada area tersebut. Untuk sekresi yang
mengering pada puting susu, lakukan pembersihan dengan menggunakan
campuran gliserin dan alkohol. Karena payudara menegang, sensitif, dan
menjadi lebih berat, maka sebaiknya gunakan penopang payudara yang
sesuai.
3. Perawatan Gigi
Paling tidak dibutuhkan dua kali pemeriksaan gigi selama
kehamilan, yaitu pada trimester pertama dan ketiga. Penjadualan untuk
trimester pertama terkait dengan hiperemesis dan ptialisme (produksi liur
yang berlebihan) sehingga kebersihan rongga mulut harus selalu terjaga,
dianjurkan untuk selalu menyikat gigi setelah makan karena ibu hamil
sangat rentan terhadap terjadinya karies.
4. Kebersihan Tubuh dan Pakaian
Kebersihan tubuh harus terjaga selama kehamilan, perubahan
anatomik

pada

perut,

area

genitalia/lipat

paha,

dan

payudara

menyebabkan lipatan-lipatan kulit menjadi lebih lembab dan mudah


terinvestasi oleh mikroorganisme, sebaiknya gunakan pancuran atau
gayung pada saat mandi, tidak dianjurkan berendam dalam bathtub,
gunakan pakaian yang longgar, bersih dan nyaman dan hindarkan sepatu
ber-hak tinggi (high heels) dan alas kaki yang keras (tidak elastis) serta
korset penahan perut.
5. Imunisasi
Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) memberikan kekebalan aktif
terhadap tetanus. Juga dapat digunakan untuk pencegahan (imunisasi
pasif) maupun pengobatan penyakit tetanus. Kepada ibu hamil, imunisasi
diberikan sebanyak 2 kali, yaitu pada saat kehamilan berumur 7 bulan
dan 8 bulan.
Vaksin ini disuntikkan pada otot paha atau lengan sebanyak 0,5mL.
14

15

Efek samping dari tetanus toksoid adalah reaksi lokal pada tempat
penyuntikan, yaitu berupa kemerahan, pembengkakan dan rasa nyeri.
Pertama tanyakan apakah ibu hamil pernah mendapat suntikan
tetanus toksoid (TT), bila sudah, tanyakan kapan diperolehnya, ibu hamil
yang belum pernah mendapat TT, pada kehamilan sebelumnya atau pada
waktu akan menjadi pengantin, maka perlu mendapat dua kali suntikan
TT dengan jarak satu bulan, TT yang pertama diberikan pada kunjungan
antenatal yang pertama, bila sudah pernah, maka cukup diberikan sekali
selama kehamilan, suntikan TT melindungi ibu dan bayinya dari penyakit
tetanus neonatorum.3,6,10
2.2.6

Kebijakan pelayanan Antenatal care

A. Kebijakan Program
Kebijakan departemen kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan
AKI dan AKN pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis empat pilar
safe motherhood yaitu meliputi : keluarga berencana, anc, persalinan bersih dan
aman, dan pelayanan obstetri essensial. Pendekatan pelayanan obstetri dan
neonatal kepada setiap ibu hamil ini sesuai dengan pendekatan Making pregnancy
safer (mps), yang mempunyai 3 (tiga) pesan kunci yaitu :
a) setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.
b) setiap komplikasi obstetric dan neonatal mendapat pelayanan yang
adekuat.
c) setiap perempuan dalam usia subur mempunyai akses pencegahan dan
penatalaksanaan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganannya
komplikasi keguguran.
Kebijakan program pelayanan antenatal menetapkan frekuensi Kunjungan
antenatal sebaiknya minimal 4 (empat) kali selama kehamilan, dengan ketentuan
sebagai berikut :
1) minimal satu kali pada trimester pertama (k1).
2) minimal satu kali pada trimester kedua (k2).

15

16

3) minimal dua kali pada trimester ketiga (k3 dan k4). meliputi komponenkomponen sebagai berikut:
a) mengupayakan kehamilan yang sehat
b) melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan
awal serta rujukan bila diperlukan.
c) persiapan persalinan yang bersih dan aman
d) perencanaan antisipstif dan persiapan dini untuk melakukan
rujukan jika terjadi komplikasi.
Beberapa kebijakan teknis pelayanan antenatal Rutin yang selama ini
dilaksanakan dalam rangka peningkatan cakupan pelayanan antara lain meliputi :
a) deteksi dini ibu hamil melalui kegiatan p4k dengan stiker dan buku kia,
dengan melibatkan kader dan perangkar desa serta kegiatan kelompok
kelas ibu hamil.
b) peningkatan kemampuan penjaringan ibu hamil melalui kegiatan
Kemitraan bidan dan dukun.
c) peningkatan akses ke pelayanan dengan kunjungan rumah.
d) peningkatan akses pelayanan persalinan dengan rumah tunggu.
B. Intervensi dalam Pelayanan
Antenatal care intervensi dalam pelayanan antenatal care adalah perlakuan
yang diberikan kepada ibu hamil setelah dibuat diagnosa kehamilan. Adapun
intervensi dalam pelayanan antenatal care adalah :
1. Intervensi Dasar
a) Pemberian Tetanus Toxoid (TT)
Tujuan pemberian TT adalah untuk melindungi janin dari tetanus
Neonatorum, pemberian TT baru menimbulkan efek perlindungan bila diberikan
sekurang-kurangnya 2 kali dengan interval minimal 4 Minggu, kecuali bila
sebelumnya ibu telah mendapatkan TT 2 kali Pada kehamilan yang lalu atau pada
masa calon pengantin, maka TT cukup diberikan satu kali (TT ulang). Untuk
menjaga efektifitas vaksin perlu diperhatikan cara penyimpanan serta dosis
pemberian yang tepat.
16

17

b) Pemberian Vitamin Zat Besi


Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk memenuhi kebutuhan Fe pada
ibu hamil dan nifas karena pada masa kehamilan dan nifas kebutuhan meningkat.
dimulai dengan memberikan satu sehari sesegera mungkin setelah rasa mual
hilang. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat
500 mg, minimal masing-masing 90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak di minum
bersama teh atau kopi, karena mengganggu penyerapan.
2. Intervensi Khusus
Intervensi khusus adalah melakukan khusus yang diberikan kepada ibu
hamil sesuai dengan faktor resiko dan kelainan yang ditemukan, meliputi:
a) umur
a.1) terlalu muda, yaitu dibawah 20 tahun
a.2) terlalu tua, yaitu diatas 35 tahun
b) paritas
b.1) paritas 0 (primi gravidarum, belum pernah melahirkan)
b.2) multiparitas
c) interval
Jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan sekurang - kurangnya 2
tahun.
d) tinggi badan kurang dari 145 cm
e) lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm.3,11,12

17

18

BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1.

Kerangka Konsep

Karakteristik Ibu Hamil


Trimester III

Kunjungan Pemeriksaan
Kehamilan

a. Umur
b. Pendidikan
c. Paritas
Variabel Independen

Variabel Dependen
Gambar 3.1. Kerangka Konsep

3.2

Definisi Operasional

No

Variabel

Defenisi
Operasional

1.

Umur

2.

Pendidikan

Lamanya masa
hidup seseorang
yang dihitung
mulai dari tahun
sejak dilahirkan
sampai saat ini.
Suatu tahapan
dalam

Alat
Ukur

Cara Ukur

Hasil Ukur

Skala

Rekam medik

<20 tahun
20-35 tahun
>35 tahun.

Nominal

Rekam medik

Pendidikan
tinggi : jika

Ordinal
18

19

mendapatkan
ilmu
pengetahuan
yang dilihat dari
pendidikan
terakhir
seseorang.
3.

Paritas

4.

Kunjungan
Pemeriksaan
Kehamilan
3.3.

Keadaan
seorang wanita
sehubungan
dengan
kelahiran anak
yang dapat
hidup
Pemeriksaan
berkala pada ibu
hamil

Rekam medik

Rekam medik

tamat SMA,
perguruan
tinggi.
Pendidikan
rendah : jika
responden
tamatan
SD,SMP.
Primipara
Multipara

Rata-rata
kunjungan

Nominal

Rasio

Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah :
H0 : Tidak ada hubungan usia dengan kunjungan pemeriksaan kehamilan
H0 : Tidak ada hubungan pendidikan dengan kunjungan pemeriksaan
kehamilan
H0: Tidak ada hubungan paritas dengan kunjungan pemeriksaan
kehamilan
Ha : Ada hubungan usia dengan kunjungan pemeriksaan kehamilan.
Ha : Ada hubungan pendidikan dengan kunjungan pemeriksaan kehamilan.
Ha : Ada hubungan paritas dengan kunjungan pemeriksaan kehamilan.

3.4.

Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode yang bersifat

analitik. dengan pendekatan cross-sectional yaitu mengkaji ada tidaknya korelasi


(hubungan) antara

karakteristik Ibu hamil trimester III dengan kunjungan

pemeriksaan kehamilan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Badrul Aini Medan.
19

20

3.5

Lokasi dan Waktu Penelitian

3.5.1. Lokasi Penelitian


Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Badrul Aini Medan.
3.5.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari Tahun 2016 dan dilakukan
di Rumah Sakit Ibu dan Anak Badrul Aini Medan.
3.6.

Populasi dan Sampel

3.6.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan diteliti.
Pada penelitian ini populasinya adalah semua Ibu Hamil Trimester III yang
melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan ke Rumah Sakit Ibu dan Anak
Badrul Aini Medan periode bulan November 2015 Januari 2016 .
3.6.2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau mewakili dari populasi yang diteliti. Sampel
dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling. Dimana semua data
rekam medik Ibu hamil Trimester III yang memeriksakan kehamilan di Rumah
Sakit Ibu dan Anak Badrul Aini Medan.
3.7.

Teknik Pengumpulan Data

3.7.1. Jenis Data


Data Sekunder
Semua data dari kunjungan pemeriksaan kehamilan yang diperoleh dari
rekam medik meliputi identitas responden (naama,umur, pendidikan, paritas) dan
jumlah kunjungan pemeriksaan kehamilan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Badrul
Aini Medan periode bulan November 2015 Januari 2016.
3.7.2. Cara Kerja
Pada penelitian ini dilakukan dengan cara mengambil data rekam medik
kunjungan pemeriksaan kehamilan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Badrul Aini
Medan periode bulan November 2015 - Januari 2016.
20

21

3.8.

Pengolahan Data
Analisis data dilakukan secara manual dan selanjutnya disajikan dalam

bentuk tabel dengan tahapan berikut:


1. Editing : Kebenaran data diperiksa kembali lagi.
2. Tabulasi: Data yang telah terkumpul dibuat dalam bentuk tabel dan
grafik.
3. Analisis data : Menggunakan analisis Univariat dan analisis Bivariat.
3.9.

Analisis Data

3.9.1

Analisis Univariat
Analisis ini dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian. Analisis ini

hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel.


3.9.2 Analisis Bivariat
Analisis ini dilakukan mencari hubungan antara terhadap dua variabel
yang

diduga berhubungan atau berkorelasi,

yaitu variabel

Independen

(karakteristik Ibu hamil trimester III) dan variabel Dependen (kunjungan


pemeriksaan kehamilan). Dalam analisis ini dapat dilakukan pengujian statistik
yaitu uji T atau uji Annova jika sebaran data terdistribusi normal atau uji non
parametrik jika data tidak terdistribusi normal dengan menggunakan Statistical
Product And Service Solution 22 (SPSS 22).

21

22

DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes.

Pedoman

Pelayanan

Antenatal

terpadu.

Kementerian

Kesehatan.2010.
2. Depkes.2010. Factsheet Upaya Percepatan Penurunan Anggka Kematian
Ibu.

Diambil

dari

http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/wp-

content/uploads/download/2013/01/Factsheet_Upaya-PP-AKI.pdf
(Diakses tanggal 26 Januari 2016)
3. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka; 2011. Hal:
139-213.
4. Mochtar R. Sinopsis Obstetri.Edisi 2. Jakarta: FK UI; 2008. Hal: 367-382.
5. Williams O. Obstetrics Williams. Edisi 21. Jakarta: EGC; 2005. Hal: 67116.
6. Manuaba I. Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta: EGC; 2008. Hal : 1-52
7. Manuaba I. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi.
Jakarta : EGC ; 2003. Hal: 24-63
8. Susanti N. Psikologi Kehamilan. Jakarta : EGC; 2008.Hal : 15-8.
9. Salmah, Rusmiati, Maryanah. Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta:
EGC;2006.
10. Tanto C, Liwang F, Hanifati S. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi IV.
Jakarta : Media Aesculapius. 2014.
11. Purwandari,Atik.Konsep Kebidanan.Jakarta:EGC.2008,33-6
12. Notoadmojo S. Kesehatan masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka
Cipta;2007
13. Notoadmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi revisi. Jakarta:
Rineka Cipta; 2010.

22

Anda mungkin juga menyukai