LP Cva Emboli
LP Cva Emboli
OLEH :
NADIA OKTIFFANY PUTRI
K3LN / 2011
140070300011183
1. DEFINISI
Stroke atau
kehilangan
fungsi
otak
yang
Oklusi aterotrombotik pada arteri ekstra kranial (terutama pada bitur kasio
d.
Penyakit eksterakranial
Arteri karotis interna
Arteri vertebralis
Penyakit intrakranial
Arteri karotis interna
Arteri serebri media
Arteri Basilaris
Lakuner (oklusi arteri perforans kecil)
2. Perdarahan Subarakhnoid (5 %)
3. Penyebab lain (yang dapat menimbulkan infark atau perdarahan )
1. Trombosis sinus dura
2. Diseksi arteri karotis atau arteri vertebralis
3. Vaskulitis sistem saraf pusat
4. Oklusi arteri besar intra kranial yang progresif
5. Migren
6. Kondisi hiperkoagulasi
7. Penyalahgunaan obat (kokain atau amfetamin)
8. Kelainan Hematologis (anemia sel sabit, polisitemia, atau leukemia)
9. Miksoma atrium
10.
4. Faktor Resiko
o
Yang tidak dapat diubah : usia, jenis kelamin, ras, riwayat keluarga
dengan stroke atau penyakit jantung koroner, fibrilasi atrium,heterozigot
atau homozigot untuk homosistinure.
Yang
dapat
dirubah
penyalahgunaan
alkohol
hipertensi,
dan
obat,
diabetes
mellitus,
kontrasepsi
oral,
merokok,
hematokrit
4. PATOFISIOLOGI
Terlampir
5. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala dari stroke adalah (Diane, dkk, 2000):
1.
Kehilangan motorik
Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi)
dan hemiparesis (kelemahan salah satu sisi) dan disfagia
2.
Kehilangan komunikasi
Disfungsi
bahasa
dan
komunikasi
adalah disatria (kesulitan
berbicara)
(mungkin
simtomatik
dari
kerusakan
otak
bilateral), Inkontinensia
Hemisfer kanan
Hemiparese sebelah kiri tubuh
Penilaian buruk
Mempunyai
kerentanan
terhadap
sisi
Disfagia global
Afasia
Mudah frustasi
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.
Angiografi serebral
Menentukan penyebab stroke scr spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri.
2.
Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT)
Untuk mendeteksi luas dan daerah abnormal dari otak, yang juga mendeteksi,
melokalisasi, dan mengukur stroke (sebelum nampak oleh pemindaian CT).
3.
CT scan
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma,
adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti.
4.
MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar terjadinya
perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat
dari hemoragik.
5.
EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari
jaringan yang infark sehingga menurunya impuls listrik dalam jaringan otak.
6.
Pemeriksaan laboratorium
a.
Lumbal pungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada perdarahan
yang masif, sedangkan pendarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal
(xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
b.
Pemeriksaan darah rutin (glukosa, elektrolit, ureum, kreatinin)
c.
Pemeriksaan kimia darah: pada strok akut dapat terjadi hiperglikemia.
d.
gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian berangsurrangsur turun kembali.
e.
Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.
7. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tindakan medis terhadap pasien stroke meliputi diuretik untuk menurunkan edema
serebral, yang mencapai tingkat maksimum 3-5 hari setelah infark serebral.
Antikoagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya atau memberatnya
trombosis atau embolisasi dari tempat lain dalam sistem kardiovaskuler. Medikasi
antitrombisit dapat diresepkan karena trombosit memainkan peran sangat penting
dalam pembentukan trombus dan embolisasi.
o
Penatalaksanaan pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebri dengan (Muttaqin,
2008):
o
o
o
Tindakan lain yang dapat dilakukan antara lain setelah keadaan pasien stabil yaitu
(Mansjoer, 2000) :
o
Pasang jalur intravena dengan larutan salin normal 0,9% dengan kecepatan 20
ml/jam, jangan memakai cairan hipotonis seperti dekstrosa 5 % dalam air dan
o
o
o
Penatalaksanaan keperawatan
Penderita yang mengalami stroke dengan infark yang luas melibatkan sebagian
besar hemisfer dan disertai adanya hemiplagia kontra lateral hemianopsia, selama
stadium akut memerlukan penanganan medis dan perawatan yang didasari
beberapa prinsip. Secara praktis penanganan terhadap iskemia serebri sebagai
berikut.
8.
KOMPLIKASI
Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalmi komplikasi, komplikasi ini
dapat dikelompokan berdasarkan:
1. Berhubungan dengan immobilisasi, infeksi pernafasan, nyeri pada daerah
tertekan, konstipasi dan thromboflebitis.
2. Berhubungan dengan paralisis, nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi,
deformitas dan terjatuh
3. Berhubungan dengan kerusakan otak, epilepsi dan sakit kepala.
4. Hidrocephalus
Individu yang menderita stroke berat pada bagian otak yang mengontrol respon
pernapasan atau kardiovaskuler dapat meninggal.
DAFTAR PUSTAKA
Johnson, M., et all. 2002. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Mansjoer,
A dkk.
2007. Kapita
Selekta
Kedokteran,
Jilid Kedua.
Jakarta:
Media
Classification
(NIC)
Second
Gangguan
Sistem
Aesculapius FKUI
Mc
Closkey,
C.J., et
Interventions
Arif.
2008. Asuhan
Keperawatan
Klien
dengan
EGC