Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN

TANDA-TANDA BAHAYA PADA IBU NIFAS


Di Ruang 8 RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

Disusun Sebagai Salah Satu Tugas dalam Praktik Klinik Kebidanan

Oleh :
Alfi Zamilul H.

NIM 1402450050

Liana Nur Ilasari

NIM 1402450029

Tri Julaikah

NIM 1402450003

Fajri Diah M.

NIM 1402450048

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI DIV KEBIDANAN MALANG
TAHUN 2016

SATUAN ACARA PENYULUHAN


TANDA-TANDA BAHAYA PADA IBU NIFAS
Di Ruang 8 RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

PKRS
RSU Dr.SAIFUL ANWAR
MALANG
2016
LEMBAR PENGESAHAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN


TANDA BAHAYA NIFAS

di RUANG 8 RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG


Tanggal 9 Desember 2016

Oleh:
Alfi Zamilul H.

NIM 1402450050

Liana Nur Ilasari

NIM 1402450029

Tri Julaikah

NIM 1402450003

Fajri Diah M.

NIM 1402450048

Mengetahui,
Pembimbing Klinik

(Tjijik Sri Ernawati, SST)

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan

: Tanda-Tanda Bahaya Pada Ibu Nifas

Sasaran

: Pasien dan keluarga pasien

Hari/ Tanggal

: Jumat, 9 Desember 2016

Waktu

: 30 menit

Tempat

: Ruang 8 RSUD dr. Saiful Anwar Malang

1. Tujuan Instruksional Umum

Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit, pasien dan keluarga pasien


dapat mengetahui dan memahami tentang tanda-tanda bahaya pada ibu nifas
termasuk infeksi dan perdarahan.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan, pasien dan keluarga pasien mampu:
a. Menyebutkan pengertian nifas
b. Menyebutkan pengertian tanda bahaya nifas
c. Menyebutkan dan menjelaskan macam-macam tanda bahaya nifas
3. Proses Penyuluhan
Tahap

Waktu

Kegiatan
Pendahuluan

5
menit

Kegiatan perawat
1. Memberi Salam
2. Menjelaskan
cakupan

Kegiatan

Metode

Media

peserta
Menjawab

salam,
materi Mendengarkan

dan berkenalan
3. Menjelaskan

dan
memperhatikan

tujuan diberikan
penyuluhan
tentang
tanda
Penyajian

15
menit

tandabahaya

nifas
1. Menyebutkan
pengertian nifas
2. Menyebutkan
pengertian tanda

Mendengarkan

ceramah

dan

dan

memperhatikan

leaflet

bahaya nifas
3. Menyebutkan
dan menjelaskan
macam-macam
tanda bahaya
Penutup

10
menit

nifas
Menutup
pertemuan
a. Memberikan

Menjawab

Diskusi
Ceramah,
Tanya,

pertanyaan
kepada pesrta

LCD

Menjawab

Jawab

b. Meminta klien
atau salah satu
keluarga untuk
mereview
materi

yang
Bertanya

telah
disampaikan
c. Membuka sesi
tanya

jawab

Memperhatikan

jika masih ada


yang

kurang

Menjawab

jelas
d. Menyimpulkan
materi

yang

diberikan
e. Mahasiswa

Menjawab
salam

mengucapkan
terima kasih
f. Salam penutup
4. Metode
Ceramah
Diskusi/Tanya Jawab
5. Media
LCD dan leaflet
6. Kriteria
Evaluasi Proses
o Berjalan dengan baik dan tepat waktu sesuai dengan perencanaan
o Peserta memperhatikan selama kegiatan penyuluhan dilakukan
Evaluasi Hasil
80% dari jumlah peserta yang hadir mampu memberikan pendapat & 60%
dari peserta yang hadir mampu menjawab pertanyaan yang diajukan
dengan tepat.
7. Materi (Terlampir)

TINJAUAN PUSTAKA
TANDA-TANDA BAHAYA PADA IBU NIFAS

1. Pengertian Masa Nifas


Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta
keluar dan berakhir kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil) yaitu
pemulihan dari perubahan anatomis dan fisiologis yang berlangsung selama
kira-kira 6-12 minggu setelah kelahiran anak (Hutahaean, 2009; Sulistyawati,
2009).
2. Pengertian Tanda Bahaya Nifas
Tanda-tanda bahaya masa nifas adalah suatu tanda yang abnormal yang
mengindikasikan adanya bahaya atau komplikasi yang dapat terjadi selama
masa nifas, apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan
kematian ibu (Pusdiknakes, 2003).
3. Tanda-tanda bahaya masa nifas adalah sebagai berikut:
a) Perdarahan pasca persalinan (post partum)
Pengertian :
Perdarahan pasca persalinan (post partum) adalah perdarahan yang
melebihi 500 600 ml setelah bayi lahir (Eny, 2009). Menurut waktu
terjadinya dibagi atas dua bagian yaitu :
1) Perdarahan post partum primer (Early post partum hemorrhage)
yang terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir. Penyebab utama adalah
atonia uteri, retensio placenta, sisa plasenta dan robekan jalan lahir.
2) Perdarahan

post

partum

sekunder

(Late

post

partum

hemorrhage) yang terjadi setelah 24 jam. Penyebab utamanya adalah


sub involusi, infeksi nifas dan sisa plasenta. Menurut Manuaba (2005),

perdarahan post partum merupakan penyebab penting kematian


maternal.
Faktor-faktor penyebab perdarahan post partum adalah:
a. Paritas lebih dari 5
b. Jarak persalinan pendek kurang dari 2 tahun
c.

Persalinan yang dilakukan dengan tindakan yaitu pertolongan kala uri


sebelum waktunya, pertolongan persalinan oleh dukun, persalinan
dengan tindakan paksa (Notoatmodjo, 2008).

Penanganan :
Untuk mengatasi kondisi ini dilakukan penanganan umum dengan
perbaikan keadaan umum dengan pemasangan infuse, transfuse darah,
pemberian antibiotic, dan pemberian uterotonika. Pada kegawatdaruratan
dilakukan rujukan ke rumah sakit (Manuaba, 2008).
b) Lochea yang berbau busuk
Pengertian :
Lochea adalah sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina
dalam masa nifas. Sedangkan lochea yang berbau busuk adalah sekret
yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas yang berupa
cairan seperti nanah yang berbau busuk (Prawirohardjo, 2007).
Faktor penyebab:
Ini terjadi karena infeksi dan komplikasi plasenta rest. Plasenta rest
merupakan bentuk perdarahan pasca partus berkepanjangan sehingga
pengeluaran lochea disertai darah lebih dari 7 10 hari. Dapat terjadi
perdarahan baru setelah pengeluaran lochea normal, dan dapat berbau
akibat infeksi plasenta rest. Pada evaluasi pemeriksaan dalam terdapat
pembukaan dan masih dapat diraba sisa plasenta atau membrannya.
Subinvolusi uteri karena infeksi dan menimbulkan perdarahan terlambat
(Manuaba, 2008).
Penanganan :
Tindakan penanganan meliputi pemasangan infus profilaksis,
pemberian antibiotik adekuat, pemberian uterotonika (oksitosin atau

metergin), dan tindakan definitif dengan kuretase dan dilakukan


pemeriksaan patologi-anatomik (Notoatmodjo, 2008).
c) Pengecilan rahim terganggu (Sub involusi uterus)
Pengertian :
Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim
dimana berat rahim dari 1000 gram saat setelah bersalin menjadi 40-60
gram 6 minggu kemudian. Bila pengecilan ini kurang baik atau terganggu
disebut sub involusi (Eny, 2009).
Faktor penyebab:
Ini terjadi karena infeksi dan komplikasi plasenta rest. Plasenta rest
merupakan bentuk perdarahan pasca partus berkepanjangan sehingga
pengeluaran lochea disertai darah lebih dari 7 10 hari. Dapat terjadi
perdarahan baru setelah pengeluaran lochea normal, dan dapat berbau
akibat infeksi plasenta rest. Pada evaluasi pemeriksaan dalam terdapat
pembukaan dan masih dapat diraba sisa plasenta atau membrannya.
Subinvolusi uteri karena infeksi dan menimbulkan perdarahan terlambat
(Manuaba, 2008).
Penanganan :
Pengobatan dilakukan dengan memberikan injeksi methergin setiap
hari ditambah ergometrin per oral. Bila ada sisa plasenta lakukan kuretase.
Berikan antibiotika sebagai pelindung infeksi (Prawirohardjo, 2005).
d) Nyeri pada perut dan pelvis
Pengertian :
Tanda-tanda

nyeri

perut

dan

pelvis

dapat

menyebabkan

komplikasi nifas seperti peritonitis. Peritonitis adalah peradangan pada


peritonium.
Faktor penyebab:
Peritonitis nifas bias terjadi karena meluasnya endometritis, tetapi
dapat juga ditemukan bersama-sama dengan salpingo-ooforitis dan
sellulitis pelvika. Selanjutnya pada kemungkinan bahwa abses pada

sellulitis mengeluarkan nanahnya ke rongga paritonium dan menyebabkan


peritonitis (Prawirihardjo, 2007). Gejala klinik peritonoitis dibagi 2 yaitu :
(1) Peritonitis terbatas pada daerah pelvis

Gejala-gejalanya tidak seberapa berat seperti pada peritonitis


umum. Penderita demam, perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum
tetap baik. Pada pelvio peritonitis bisa terdapat pertumbuhan abses
(Prawirohardjo, 2007).
(2) Peritonitis umum

Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang sangat


pathogen dan merupakan penyakit berat.Suhu meningkat menjadi
tinggi, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri, ada defense
musculaire. Muka penderita yang mula-mula kemerahan menjadi
pucat, mata cekung, kulit muka dingin, terdapat apa yang dinamakan
facies

hippocratica.

Mortalitas

peritonitis

umum

tinggi

(Prawirohardjo, 2007).
Penanganan :
Pengobatan dilakukan dengan pengisapan nasogastrik, pasang
infuse intravena, berikan kombinasi antibiotic sampai ibu tidak
demam selama 48 jam ( ampisilin 2 g melalui intravena setiap 6 jam,
ditambah gentamisin 5 mg/kg berat badan melalui intravena setiap 24
jam, ditambah metronidazol 500 mg melalui intravena setiap 8 jam)
(Pamilih, 2006).
e) Pusing dan lemas yang berlebihan
Menurut Manuba (2005), pusing merupakan tanda-tanda bahaya
pada masa nifas, pusing bisa disebabkan oleh karena darah tinggi (sistol
>140 mmHg dan diastole >110 mmHg).
Lemas yang berlebihan juga merupakan tanda-tanda bahaya,
dimana keadaan lemas disebabkan oleh kurangnya istirahat dan kurangnya
asupan kalori sehingga ibu kelihatan pucat, tekanan darah rendah (sistol
<100 mmHg diastole <60 mmHg). Penanganan gejala tersebut adalah :

Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari.


Makan dengan diit berimbang untuk mandapatkan protein, mineral
dan vitamin yang cukup.
Minum sedikitnya 3 liter setiap hari.
Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat setidaknya
selama 40 hari pasca bersalin.
Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan kadar
vitaminnya pada bayinya.
Istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
f) Suhu tubuh ibu > 380C
Dalam beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu sedikit
baik antara 37,20C-37,80C oleh karena reabsorbsi benda-benda dalam
rahim dan mulainya laktasi, dalam hal ini disebut demam reabsorbsi. Hal
itu adalah normal.
Namun apabila terjadi peningkatan melebihi 380C beturut-turut
selama 2 hari kemungkinan terjadi infeksi. Infeksi nifas adalah keadaan
yang mencakup semua peradangan alat-alat genetalia dalam masa nifas
(Mochtar, 2002). Penanganan umum bila terjadi demam :
a) Istirahat baring.
b) Rehidrasi peroral atau infuse.
c) Kompres atau kipas untuk menurunkan suhu.
d) Jika ada syok segera beri pengobatan, sekalipun tidak jelas gejala syok

harus waspada untuk menilai berkala karena kondisi ini dapat


memburuk dengan cepat (Prawirohardjo, 2002).
g) Payudara berubah menjadi merah, panas, dan terasa sakit
Pada masa nifas dapat terjadi infeksi dan peradangan parenkim
kelenjar payudara (mastitis). Mastitis bernanah dapat terjadi setelah
minggu pertama pascasalin, tetapi biasanya tidak sampai melewati minggu
ke 3 atau ke 4 (Prawirohardjo, 2008).
Gejala awal mastitis adalah demam yang disertai menggigil, nyeri

dan takikardia. Pada pemeriksaan payudara membengkak, mengeras, lebih


hangat, kemerahan dengan batas tegas, dan disertai rasa nyeri
(Prawirohardjo, 2008). Penanganan utama mastitis adalah :
Memulihkan keadaan dan mencegah terjadinya komplikasi yaitu

a)

bernanah (abses) dan sepsis yang dapat terjadi bila penanganan


terlambat, tidak cepat, atau kurang efektif.
b)

Susukan bayi sesering mungkin.

c)

Pemberian cairan yang cukup, anti nyeri dan anti inflamasi.

d)

Pemberian antibiotic 500 mg/6 jam selama 10 hari.

e)

Bila terjadi abses payudara dapat dilakukan sayatan (insisi) untuk


mengeluarkan nanah dan dilanjutkan dengan drainase dengan pipa agar
nanah dapat keluar terus.

h.) Rasa sakit, warna merah , dan atau pembengkakan pada kaki
(tromboflebitis)
Tromboflebitis adalah kondisi dimana terbentuk bekuan dalam
vena sekunder akibat inflamasi/trauma dinding vena atau karena obstruksi
vena sebagian.
Definisi

Tromboflebitis

menurut

Adele

Pillitteri

(2007)

Tromboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai


pembentukan pembekuan darah. Tromboflebitis cenderung terjadi pada
periode pasca partum pada saat kemampuan penggumpalan darah
meningkat akibat peningkatan fibrinogen; dilatasi vena ekstremitas bagian
bawah disebabkan oleh tekanan kepala janin kerena kehamilan dan
persalinan; dan aktifitas pada periode tersebut yang menyebabkan
penimbunan, statis dan membekukan darah pada ekstremitas bagian
bawah.
Faktor penyebab terjadinya infeksi tromboflebitis antara lain :
a. Perluasan infeksi endometrium
b. Mempunyai varises pada vena
c. Obesitas
Penanganan
a. Terapi medik : Pemberian analgesik dan antibiotik.

b.

Anjurkan ambulasi dini untuk meningkatkan sirkulasi pada


ekstremitas bawah dan menurunkan kemungkinan pembentukan
pembekuan darah. Jauhkan tekanan dari daerah untuk mengurangi

rasa sakit dan mengurangi risiko kerusakan lebih lanjut.


c. Tinggikan daerah yang terkena untuk mengurangi pembengkakan.
Pastikan Pasien untuk tidak berada pada posisi litotomi dan
menggantung kaki lebih dari 1 jam, dan pastikan untuk memberikan
alas pada penyokong kaki guna mencegah adanya tekanan yaang
d.

kuat pada betis.


Sediakan stocking pendukung kepada Pasien pasca partum yang
memiliki varises vena untuk meningkatkan sirkulasi vena dan

membantu mencegah kondisi stasis.


e. Instruksikan kepada Pasien untuk memakai stocking pendukung
sebelum bangun pagi dan melepaskannya 2x sehari untuk mengkaji
f.
g.

keadaan kulit dibawahnya.


Anjurkan tirah baring dan mengangkat bagian kaki yang terkena.
Dapatkan nilai pembekuan darah perhari sebelum obat anti koagulan

h.

diberikan.
Berikan anti koagulan, analgesik, dan anti biotik sesuai dengan

i.

resep.
Berikan alat pamanas seperti lampu. Atau kompres hangat basah
sesuai instruksi, pastikan bahwa berat dari kompres panas tersebut

j.

tidak menekan kaki Pasien sehingga aliran darah tidak terhambat.


Sediakan bed cradle untuk mencegah selimut menekan kaki yang

k.

terkena.
Ukur diameter kaki pada bagian paha dan betis dan kemudian
bandingkan pengukuran tersebut dalam beberapa hari kemudian

l.

untuk melihat adanya peningkatan atau penurunan ukuran.


Dapatkan laporan mengenai lokea dan timbang berat pembalut
perineal untuk mengkaji pendarahan jika Pasien dalam terapi

antikoagulan.
m. Adanya kemungkinan tanda pendarahan lain, misalnya: pendarahan
pada gusi, bercak ekimosis, pada kulit atau darah yang keluar dari
jahitan episiotomi.

n.

Yakinkan Pasien bahwa heparin yang diterimanya dapat dilanjutkan


pada masa menyusui karena obat ini tidak akan berada didalam air

o.
p.

susu.
Siapkan pemberian protamin sulfat sebagai antagonis heparin.
Jelaskan pada Pasien mengenai pemberian heparin yang harus
dilakukan melalui terapi sub kutan Jelaskan kepada Pasien bahwa
untuk kehamilan selanjutnya ia harus memberitahukan tenaga
kesehatan yang dia hadapi untuk memastikan bahwa pencegahan
trombofrebitis yang tepat telah dilakukan.

h) Perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya (baby blues)


Ada kalanya ibu mengalami parasaan sedih yang berkaitan
dengan bayinya. Keadaan ini disebut baby blues, yang disebabkan oleh
perubahan perasaan yang dialami ibu saat hamil sehingga sulit menerima
kehadiran bayinya. Perubahan perasaan ini merupakan respon alami
terhadap rasa lelah yang dirasakan, selain itu juga karena perubahan fisik
dan emosional selama beberapa bulan kehamilan (Eny, 2009). Gejalagejala baby blues antara lain :
a) Menangis.
b) Mengalami perubahan perasaan.
c) Cemas.
d) Kesepian.
e) Khawatir mengenai sang bayi.
f) Penurunan gairah sex, dan kurang percaya diri terhadap kemampuan
menjadi seorang ibu.
Penanganan bila terjadi baby blues yaitu hilang tanpa pengobatan,
pengobatan psikologis dan antidepresan, konsultasi psikiatrik untuk
pengobatan lebih lanjut (tiga bulan) (Manuaba, 2008).
i) Depresi masa nifas (depresi postpartum)
Depresi masa nifas adalah keadaan yang amat serius. Hal ini
disebabkan oleh kesibukannya yang mengurusi anak-anak sebelum
kelahiran anaknya ini. Ibu yang tidak mengurus dirinya sendiri, seorang

ibu cepat murung, mudah marah-marah (Eny, 2009). Gejala-gejala depresi


masa nifas adalah :
a) Sulit tidur bahkan ketika bayi sudah tidur.
b) Nafsu makan hilang.
c) Perasaan tidak berdaya atau kehilangan kontrol.
d) Terlalu cemas atau tidak perhatian sama sekali pada bayi.
e) Tidak menyukai atau takut menyentuh bayi.
f) Pikiran yang menakutkan mengenai bayi
g) Sedikit atau tidak ada perhatian terhadap penampilan pribadi.
h) Gejala fisik seperti banyak wanita sulit bernafas atau perasaan
berdebar-debar.

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E.R. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta : Mitra Cendikia


Press.
Depkes. 2009. Menkes Buka Rakernas : Kebersamaan Pusat dan Daerah dalam
Kemandirian Pembangunan Kesehatan Menuju Rakyat Sehat dan
Negara Kuat. Available from : http : // www.google.co.id.
Eny. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta : Mitra Cendikia Press.
Manuaba, I.B.G. 2005. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
_____________. 2008. Gawat-Darurat Obstetri-Ginekologi dan ObstetriGinekologi Sosial untuk Profesi Bidan. Jakarta : EGC.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Pamilih, Ns. 2006. Manajemen Komplikasi Kehamilan dan Persalinan. Jakarta
:EGC.
Prawirohardjo, S. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai