Anda di halaman 1dari 4

BAB II

LANDASAN TEORI
A. PENGERTIAN
Tanah longsor merupakan jenis gerakan tanah. Tanah longsor sendiri
merupakan gejala alam yang terjadi di sekitar kawasan pegunungan Semakin
curam ketinggian lereng suatu kawasan, semakin besar pula kemungkinan terjadi
longsor. Longsor terjadi saat lapisan bumi paling atas dan bebatuan terlepas dari
bagian utama gunung atau bukit. Pada dasarnya sebagian besar wilayah di
Indonesia merupakan daerah perbukitan atau pegunungan yang membentuk lahan
miring. Lahan atau lereng yang kemiringannya melampaui 20 umumnya berbakat
untuk bergerak atau longsor, Tapi tidak selalu lereng atau lahan yang miring
berpotensi untuk longsor.
B. PENYEBAB
Secara garis besar faktor penyebab tanah longsor sebagai berikut.
1) Faktor alam

Kondisi geologi antara lain batuan lapuk, kemiringan lapisan tanah, gempa
bumi dan letusan gunung api.

Iklim yaitu pada saat curah hujan tinggi.

Keadaan topografi yaitu lereng yang curam

2) Faktor manusia

Pemotongan tebing pada penambangan batu di lereng yang terjal.

Penimbunan tanah di daerah lereng.

Penebangan hutan secara liar di daerah lereng.

Budidaya kolam ikan di atas lereng.

Sistem drainase di daerah lereng yang tidak baik,

Pemompaan dan pengeringan air tanah yang menyebabkan turunnya level


air tanah.

Pembebanan berlebihan dan bangunan di kawasan perbukitan.

C. TANDA-TANDA
Para ilmuwan mengkategorikan bencana tanah longsor sebagai salah satu
bencana geologi yang paling bisa diperkirakan Ada tiga tanda untuk memantau
kemungkinan terjadinya tanah longsor yaitu

Keretakan pada tanah yang berbentuk konsentris (terpusat) seperti lingkaran


atau paralel dan lebarnya beberapa sentimeter dengan panjang beberapa meter.
Bentuk retakan dan ukurannya yang semakin lebar merupakan parameter ukur
umum semakin dekatnya waktu longsor.

Penampakan runtuhnya bagian-bagian tanah dalam jumlah besar.

Kejadian longsor di satu tempat menjadi pertanda kawasan tanah longsor lebih
luas lagi.

D. AKIBAT
Di daerah yang terjal, kecepatan luncuran tanah longsor dapat mencapai 75
km/jam sehingga sulit bagi seseorang untuk menyelamatkan diri. Itulah
sebabnya ketika tanah longsor terjadi, banyak rumah dan penduduk, binatang,
fasilitas umum yang tertimbun longsoran. Bencana ini pun banyak memakan
korban jiwa.
E. PENANGGULANGAN
Usaha mitigasi bencana tanah longsor berarti segala usaha untuk
meminimalkan akabat terjadinya tanah longsor. Langkah-langkah yang dilakukan
untuk menekan bahaya tanah longsor dibagi menjadi tiga. yaitu:
1. Tahap awal atau tahap preventif
Tahap awal dalam upaya meminimalkan kerugian akibat bencana tanah
longsor adalah sebagai berikut

Mengidentifikasi, daerah rawan dan melakukan pemetaan.

Penyuluhan pencegahan dan penanggulangan bencana alam dengan


memberikan informasi mengenai bagaimana dan mengapa tanah longsor.

Pemantauan daerah rawan longsor.

Perencanaan pengembangan sistem peringatan dini di daerah rawan


bencana.

Menghindari bermukim atau mendirikan bangunan di tepi lembah sungai


terjal.

Menghindari melakukan penggalian pada daerah bawah lereng terjal yang


akan mengganggu kestabilan lereng sehingga mudah longsor.

Menghindari membuat sawah baru dan kolam pada lereng yang terjang
karena air yang digunakan akan memengaruhi sifat fisik lereng. Lereng
menjadi lembek dan gembur sehingga tanah mudah bergerak.

Menyebarluaskan inrormasi bencana gerakan tanah melalui berbagai media


sehingga masyarakat mengetahui

2. Tahap bencana
Usaha yang perlu dilakukan ketika suatu daerah terkena bencana tanah
longsor antara lain berikut ini

Menyelamatkan warga yang tertimpa musibah,

Pembentukan pusat pengendalian atau crisis center,

Evakuasi korban ka tempat yang lebih aman.

Pendirian dapur umum, pos-pos kesehatan, dan penyediaan air bersih.

Pencegahan berjangkitnya wabah penyakit.

Evakuasi, konsultasi, dan penyuluhan.

3. Tahap pasca-bencana
Setelah bencana tanah longsor terjadi, bukan berarti permasalahan selesai,
tetapi masih ada tahapan yang perlu dilakukan untuk mengurangi jumlah
kerugian, yaitu:

Mengupayakan mengembalikan fungsi hutan lindung seperti sediakala,

Mengevaluasi dan memperketat studi Amdal pada kawasan vital yang


berpotensi menyebabkan bencana.

Penyediaan lahan relokasi penduduk yang bermukim di daerah bencana,


dan di sepanjang bantaran sungai.

Normalisasi area penyebab bencana.

Rehabilitasi sarana dan prasarana pendukung kehidupan masyarakat yang


terkena bencana alam secara permanen.

Menyelenggarakan forum kerja sama antardaerah dalam penanggulangan


bencana

F. PENCEGAHAN
Pemerintah berulang kali mengingatkan masyarakat agas selalu waspada
terhadap tanah longsor apalagi pada daerah-daerah yang diidentifikasi rawan
longsor, namun keterbatasan warga terhadap kepemilikan fasilitas tidak memadai
sehingga warga memilih untuk tetap bermukim ditempat-tempat yang rawan
terjadi longsor, namun ada beberapa kiat agar dapat terhindar dari bencana
longsor, diantaranya ialah :

Menjaga kelestarian lingkungan pegunungan. Misalnya dengan membuat


terasering, menghijaukan bukit, dan memelihara saluran drainase.

Berkonsultasi pada orang yang paham sebelum membangun pemukiman.

Masyarakat harus sadar untuk tidak membangun rumah secara sembarangan


di perbukitan. Pembangunan rumah akan menyebabkan bukit kelebihan
beban.

Pemberhentian terhadap penambangan liar di kaki bukit. Penambangan akan


berakibat fatal bagi masyarakat umum.

DAFTAR PUSTAKA
1. Bachri, Moch. 2006. Geologi Lingkungan. Malang: CV. Aksara
2. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. 2005. Pengenalan
Gerakan Tanah. Jakarta: Mancamedia.

Anda mungkin juga menyukai