Anda di halaman 1dari 8

Mata Kuliah : Teologi Sosial

Dosen Pengampu : Dinson Saragih, M.Si


Topik : Teologi Bencana
Oleh : Kelompok 3 (Agita,Chandra, Dea, Ratih, Exaudy, & Ferdinan )

I. Pendahuluan
Bencana alam merupakan sesuatu hal yang tidak asing lagi didalam kehidupan umat
manusia karena di dalam setiap waktu selalu tersirat berita bencana alam dari seluruh penjuru
dunia. Hal ini merupakan salah satu peringatan bagi manusia yang percaya akan adanya
Tuhan. Namun tidak semua bencana terjadi karena Tuhan. Manusia juga seringkali
menyebabkan timbulnya bencana. Pada makalah ini kami membahas Teologi bencana alam.
Teologi bencana alam adalah suatu konsep tentang bencana dengan berbagai kompleksitasnya
yang didasarkan pada pandangan agama. Menurut pandangan umat Kristen bahwa bencana
alam terjadi suatu ujian dari Tuhan, atau kerusakan akibat perbuatan manusia.
II. Pembahasan
2.1 Teologi Bencana
Teologi bencana alam adalah suatu konsep tentang bencana dengan berbagai
kompleksitasnya yang didasarkan pada pandangan agama. Menurut pandangan Kristen
bahwa bencana alam terjadi suatu ujian dari Tuhan, atau kerusakan akibat perbuatan manusia.
bencana alam terbentuknya ujian Tuhan yang sengaja diberikan Tuhan untuk dapat menguji
manusia, agar tampak jelas keimananya sedangkan kerusakan yang dilakukan oleh manusia
dimana telihatnya dari sikap manusia yang tidak peduli terhadap alam sekitarnya. 1
Menurut Schrey bahwa salah satu dengan mengguluti teologi ini menyatakan bahwa
bgaimanateologi ini dapat dilihat dengan cara lebih berusaha dalam mengembangkan
pemikiran teologi bencana dengan secara luas yang berangkat dari segi ajaran Kristen.
Pemikiran awal harus mencakup kehidupan manusia dalam mengatasi permasalahan sosial
yang akan datang secara diam-diam tanpa diketahui oleh manusia, demkian juga dalam kuasa
keselamatan dari Tuhan. Tuhan menciptakan dunia mempunyai pemikiran kesatuan sosial
dalam rasa kemanusiaan anatar sesame, berdasarkan pola ajaran kesatuan Allah Tritunggal.
KepadaNta kehidupuan semua masyarakat baik secara persoalan sosial dapat diselaraskan
dan dipertanggung jawabkan olehNya. Oleh sebab itu, sejarah keselamatan manusia dapat
dipahami sebagai sejarah sosial manusia karena tujuan panggilan Keselamatan Tuhan dalam
cinta kasih tidak hanya diterimana oleh satu orang saja, tetapi kepada seluruh masyarakat di

1
B.J, & Muller, Berteologi Sosial Lintas Ilmu, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), hal 25
bumi ini yang pada dasarnya telah jatuh ke dalam dosa. Sehingga bagi kalangan umat Kristen
khusunya di Indonesia masih belum dikenal secara mendalam tentang teologi bencana dan
peran penting yang sangat diperlukan sebagai landansan untuk bertindak maupun membantu
sesame yang mempunyai persoalan seperti bencana alam banjir dengan memiliki kerugian
berupa material serta orang yang dikasihi. 2
2.2 Penyebab dan Dampak Bencana3
Penyebab bencana alam terbagi menjadi dua yaitu sifat dari alam itu sendiri, dan juga
ulah manusia. Ketika di pandang dari sudut alam itu seperti pergeseran lempeng bumi, dan
terjadinya gunung meletus. Tetapi ketika dilihat dari segi ulah manusia yang semena-mena
terhadap lingkungannya bisa terjadinya longsor, banjir bandang, pencemaran lingkungan,
degradasi lahan yang menyebabkan bencana kelaparan, dan tsunami.
Dampak positif bencana alam antara lain:
1. Gempa bumi yang membuat mineral dan batu mulia naik ke permukiman sehingga
lebih muda untuk ditambang.
2. Letusan gunung berapi yang membuat tanah menjadi lebih subur, karena abu vulkanik
yang mengendap.
3. Gempa bumi membuat dataran-dataran baru, dan pelebaran pantai.
4. Meningkatkan kewaspadaan manusia, yang artinya selalu peduli dengan kondisi alam.
Dampak negatif bencana alam antara lain:
1. Ketika banjir bandang terjadi secara tiba-tiba naik ke permukiman warga, akan
berdampak korban jiwa meninggal, karena terjebak dalam rumah.
2. Ketika angin puting beliung terjadi secara tiba-tiba akan menghancurkan rumah
permukiman warga.
3. Ketika gunung berapi secara tiba-tiba erupsi, membuat warga mengalami sesak nafas,
lahar dari gunung berserakan, dan kegiatan pekerjaan setiap harinya terkendala.
4. Ketika longsor terjadi maka keanekaragaman hayati hilang, dan rusaknya siklus
hidrologi secara lokal maupun global.
5. Gempa bumi terjadi berdampak negating bagi perubahan bentang lahan. Gempa skala
besar berdampak longsor, sedangkan berdampak kecil butir-butir tanah terlepas.

2
Gifford. C, Banjir dan Keringanan, (Solo: Tiga Serangkai, 2009), hal 15
3
Dedi Hermon, Geografi Bencana Alam, (Depok; Rajawali Pers, 2015), hlm. 2-12
2.3 Cara Menanggulangi Bencana4
A. Upaya Menanggulangi Banjir
 Menjaga lingukungan sekitar
 Yang utama adalah menjaga lingkungan sungai atau selokan, sungai sebaiknya di
pelihara dengan baik. Jangan membuang sampah ke selokan. Sungai atau selokan
jangan di jadikan tempat pembuangan sampah
 Hindari membuat rumah di pinggiran sungai
 Saat ini semakin banyak warga yang membangun rumah di pinggir sungai, ada baiknya
pinggiran sungai jangan di jadikan rumah penduduk karena menyebabkan banjir dan
tatanan masyarakat tidak teratur.
 Melaksanakan program tebang pilih dan reboisasi
 Pohon yang telah ditebang sebaiknya ada penggantinya. Menebang pohon yang telah
berkayu kemudian di tanam kembali tunas pohon yang baru. Hal ini ditujukan untuk
regenerasi hutan dengan tujuan hutan tidak menjadi gundul.
 Buanglah sampah pada tempatnya
 Sering kali masyarakat indonesia membuang sampah sembarangan terutama membuang
sampah ke sungai, tentu hal ini akan memebrikan dampak buruk di kemudian hari.
Karena sampah yang menumpuk bisa menyebabkan terjadinya banjir saat curah hujan
sedang tinggi. Pengelolahan sampah yang tepat bisa membantu mencegah banjir.
 Rajin Membersihkan Saluran Air
 Perbaikan dan pembersihan saluran air tentu harus ada. Di wilayah tertentu bisa
diadakan secara gotong royong. Penjagaan ini harus dilakukan secara terus menerus
dengan waktu berkala. Hal ini bertujuan agar terjadi hujan deras, air tidak akan
tersumbat dan mampu mencegah terjadinya banjir.
B. Upaya Pengurangan Bencana Aingin puting Beliung
 Memiliki struktur bangunan yang dapat memenuhi syarat teknis sehingga mampu untuk
bertahan terhadap angin terutama angin besar
 Di daerah rawan angin badai, perlu adanya standar bangunan untuk bisa
memperhitungkan beban angin. Sehingga struktur bangun dapat bisa menahan angin.
 Melakukan penghijauan di bagian atas arah angin untuk meredam gaya angin.
 Pengamanan/perkuatan bagian-bagian yang mudah diterbangkan angin yang dapat
membahayakan diri atau orang lain disekitarnya.

4
“Penanggulangan Bencana” https://bpbd.pamekasankab.go.id/penanggulangan/
 Kesiapsiagaan dalam menghadapi angin topan, mengetahui bagaimana cara
penyelamatan diri
 Pengamanan barang-barang disekitar rumah agar terikat/dibangun secara kuat sehingga
tidak diterbangkan angin
 Untuk para nelayan, supaya menambatkan atau mengikat kuat kapal-kapalnya.
C. Upaya Penanggulangan Bencana Tanah Longsor
 Mengenali daerah yang rawan terjadinya tanah longsor. Terutama di sekitar lereng yang
curam.
 Jangan Bangun Pemukiman atau fasilitas di daerah yang rawan bencana terutama
bencana tanah longsor
 Menjaga Drainase Fungsi drainase adalah untuk menjauhkan air dari lereng,
menghidari air meresap ke dalam lereng atau menguras air ke dalam lereng ke luar
lereng. Jadi drainase harus dijaga agar jangan sampai tersumbat atau meresapkan air ke
dalam tanah
 Membuat terasering dengan sistem drainase yang tepat. drainase pada teras – teras
dijaga jangan sampai menjadi jalan meresapkan air ke dalam tanah
 Penghijauan dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam dan jarak tanam yang
tepat. Hal ini untuk bisa menahan air sehingga bencana tanah longsor bisa di
minimalisir.
 Jika ingin mendirikan bangunan, gunakan fondasi yang kuat. sehingga akan kokoh saat
terjadi bencana
 Penutupan rekahan di atas lereng untuk mencegah air masuk secara cepat kedalam
tanah.
 Pembuatan tanggul penahan untuk runtuhan batuan (rock fall).
D. Upaya Penanggulangan Kekeringan
Kekeringan merupakan salah satu bencana alam yang keberadaannya sama sekali tidak
diinginkan. Sepeti halnya jenis bancana alam lainnya yang dapat diupayakan
penanggulangannya, demikian halnya dengan kekeringan. Beberapa upaya yang dapat kita
lakukan untuk menanggulangi kekeringan ini antara lain adalah sebagai berikut:

Menanam banyak pohon


Salah satu cara untuk dapat menanggulangi kekeringan adalah banyak menanam
pepohonan. Seperti yang kita tahu bahwa salah satu fungsi pohon adalah mnyerap dan
kemudian menyimpan air di dalam akarnya. Suatu saat air yang tersimpan di bawah akar
pohon dan disebut dengan air tanah ini akan dapat digunakan di kemudian hari ketika
musim kemarau tiba. seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa dartah yang
mempunyai banyak pohon akan lebih banyak mempunyai air daripada daerah yang kurang
pohon.

Membuat bendungan
Solusi kedua untuk menanggulangi kekeringan adalah dengan membuat bendungan.
Bendungan merupakan salah satu cara untuk membuat air sungai tersimpan (terbendung)
sehingga suatu saat dapat digunakan ketika masuarakat kekurangan air. Bendungan juga
digunakan untuk mengairi sawah.

Menggunakan air dengan sewajarnya


Dan salah satu solusi yang dapat kita lakukan dan dimulai dari diri sendiri adalah
menghemat penggunaan air. Air yang merupakan sumber daya alam harus kita hemat dan
penggunaannya hanya sewajarnya saja, jangan berlebihan.

E. Upaya Penanggulangan Abrasi


Membangun Pemecah Gelombang

Membuat pemecah gelombang bisa menjadi salah satu cara untuk mencegah abrasi pantai.
Cara ini dimaksudkan agar kekuatan gelombang yang tiba pada garis pantai tidak terlalu
besar sehingga tidak berpotensi mengikis padatan yang berada dititik tersebut. Beberapa
wilayah di Indonesia sudah banyak yang menerapkan pemecah gelombang sebagai
penangkal abrasi pantai

Hutan Mangrove/Bakau

Cara yang paling manjur untuk mengatasi abrasi adalah dengan menanam mangrove.
Langkah penanggulangan berbasis konservasi ini idealnya disandingkan dengan opsi
pemecah gelombang. Manfaat hutan bakau dalam melindungi garis pantai sebenarnya sudah
banyak diketahui pihak terkait. Namun kesadaran untuk membuat ini masih minim.
Mangrove memiliki banyak manfaat seperti :
Menjaga stabilitas garis pantai.
Mengurangi akibat bencana alama tsunami.
Membantu pengendapan lumpur, dengan demikian kualitas air lautan jauh lebih
terjaga.
Membantu menahan juga menyerap tiupan angin laut yang cukup kencang.
Merupakan sumber plasma nutfah.
Membantu menjaga keseimbangan alam.
Membantu mengurangi polusi baik di udara juga di air.
Sebagai salah satu sumber oksigen bagi makhluk hidup.
Hutan mangrove juga menjadi habitat alami beragai spesies seperti kepiting, burung,
beberapa jenis ikan dan lain-lain.
2.4 Contoh Kasus Bencana
Banjir
Banjir adalah salah satu bencana yang dapat terjadi karena ulah manusia. Kebiasaan
membuang sampah ke aliran air, membuang sampah sembarangan, deforestasi hutan, dan
menutup daerah resapan menjadi permukaan anti air menjadi penyebab dari banjir. Belum
lagi penyempitan volume sungai karena penggunaan lahan di sisinya. Hal tersebut membuat
banjir mudah datang saat musim hujan.
Longsor
Longsor juga dapat menjadi bencana alam akibat ulah manusia. Dilansir dari U.S. Geological
Survey, pembangunan jalan dan struktur tanpa kemiringan memadai, perubahan ola drainase
air, dan tidak ditanggulanginya tanah longsor lama dapat menyebabkan bencana longsor.
Selain hal tersebut, deforestasi atau penggundulan hutan juga dapat menimbulkan longsor.
Karena tanpa adanya akar pohon, tanah tidak mampu menyerap banyak air sehingga
menimbulkan longsor.
Kebakaran hutan
Contoh bencana akibat ulah manusia adalah kebakaran hutan. Kebakaran hutan dapat terjadi
secara alami karena petir. Namun, modern ini sebagian besar kebakaran hutan diakibatkan
oleh ulah manusia. Kebakaran hutan dapat terjadi karena salah penggunaan peralatan yang
mengakibatkan api, rokok yang menyala, juga api unggun. Namun, yang fatal adalah
kebakaran hutan yang disengaja untuk membuka hutan menjadi lahan lain (misalnya
perkebunan, pertanian, dan industri). Dilansir dari Science, kebakaran hutan yang dipicu oleh
manusia biasanya menyebar sekitar 1,83 kilometer per hari. Sedangkan, kebakaran hutan
yang dipicu oleh petir biasanya menyebar sekitar 0,83 kilometer per hari. Artinya,
penyebaran api kebakaran hutan oleh manusia dua kali lebih cepat daripada yang terjadi
secara alami.
Pencemaran air
Bencana akibat ulah manusia adalah pencemaran air. Pencemaran air dapat terjadi karena
manusia membuang sampah dan limbah ke air secara sengaja ataupun tidak sengaja.
Pencemaran air dapat mengakibatkan bencana, contohnya bencana penyakit minamata di
Jepang. Penyakit minamata diakibatkan dibuangnya limbah merkuri seberat 27 ton ke teluk
Minamata. Bencana tersebut mengakibatkankematian 1.784 orang dan puluran ribu korban
dengan gangguan kesehatan lain.
Ledakan industri
Contoh bencana akibat ulah manusia adalah ledakan industri. Misalnya ledakan reaktor nuklir
Chernobyl, ledakan anjungan minyak di Teluk Meksiko, dan ledakan pabrik kimia. Ledakan
industrik adalah bencana yang dapat mengakibatkan korban jiwa, pencemar lingkungan di
sekelilingan, juga masalah kesehatan bagi orang yang terpapar ledakannya.5
2.5 Kajian Teologi terhadap Bencana6
Dalam Alkitab mencatat beberapa peristiwa bencana alam yang terjadi pada zaman
Nuh air bah meliputi bumi selama empat puluh hari lamanya (Kej. 7:17). Pada zaman Uzia
sampai dengan raja Yehuda dan zaman Yerobeam sampai dengan raja Israel (Ams. 1:1 ;
Zakh. 14.5). Sepertinya kita bisa membayangkan bahwa gempa bumi yang terjadi pada waktu
itu sangat dahsyat dan berdampak pada kehidupan bangsa Israel. Kedua nabi yakni nabi
Amos dan Zakharia menyaksikan peristiwa tersebut dan menuliskannya.7
Yohanes Calvin dalam bukunya “Instituo” menekankan bahwa pemeliharaan
(providensia) Allah tidak sekedar untuk isi intelektual dari providensia itu tetapi nilai
religious praktis yang luar biasa besarnya bagi orang beriman. Kepercayaan mengenai akan
adanya providensia Allah akan memberikan penghiburan kepada orang beriman bahwa segala
kehidupan berada dibawah kendali Bapa sorgawi yang penuh kasih. Allah juga menyatakan
tanggung mereka untuk menemukan dan menggenapi kehendakNya. Calvin menekankan
penundukan kepada kehendak Allah serta mengakui dan menerima bagimana Allah turut
bekerja untuk mengajar kita taat firmanNya.8

5
https://www.kompas.com/skola/read/2022/06/30/120000069/6-bencana-akibat-ulah-manusia?page=all
6
Harun Hadiwijono, Inilah Sahadatku, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2021), hal 71
7
Objantoro, Enggar “Bencana Alam Ditinjau Dari Perspektif Teologi Alkitab,” Jurnal Simpson:Jurnal Teologi
dan Pendidikan Agama Kristen Vol. 1, No. 2 (2016): hal. 139.
8
Yohanes Calvin, Instituo, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), hal 51
Dalam pemeliharaan ini kita terjebak di antara dua alternatif yang dipertanyakan saat
ini. Mengaburkan Tuhan terkait pada karateristik kemahakuasaan, kekuatan dan sebuah
impotentifikasi. Pembicaraan ini memang menggoda tentang penyerahan dan takdir yang
hanya mengarah pada rekonsiliasi yang salah dengan kesulitan dan kesengsaraan. Di sisi lain,
secara teologis memang diakui bahwa alternatif radikal dari sebuah teologi dimana Tuhan
hanya menyertai proses dunia dengan kemungkinan untuk ditolak atau diterima bahkan juga
tidak memuaskan. Oleh karena itu ketika Tuhan memberikan kemungkinan untuk setiap
kesempatan maka tidak ada tindakan penyelamatan Tuhan yang bisa dideklarasikan pada
manusia yang serakah dan bodoh.
Jika orang Kristen percaya Allah adalah Bapa yang maha kuasa maka ia tidak akan
ragu bahwa Allah akan memelihara hidupnya baik jasmani dan rohani. Kalau pun orang
Kristen mengalami pergumulan hidup itu bukan untuk menghukum atau menyiksa orang
tersebut melainkan untuk kebaikannya. Allah yang Mahakuasa akan memelihara bumi dan
segala isinya bukan hanya sekedar memelihara tetapi memimpin manusia menuju tujuannya.
Ada juga pandangan yang berpendapat bahwa ketika Allah selesai menciptakan
manusia Ia tidak lagi bekerja dalam dunia ini. Allah hanya menciptakan dunia ini dan
memberikan hukum-hukumNya sehingga semua berjalan sebagaimana mestinya. Pandangan
ini diajarkan oleh aliran Deisme. Namun pandangan ini bertentangan dengan Alkitab. Dalam
(Rm.11:36), mengatakan bahwa segala sesuatu dari Dia (Allah), oleh Dia dipelihara dan
kepada Dia. Dalam kitab yang lain dikatakan segala sesuatu ada didalam Dia (Mzm. 145:15,
Neh. 9:6, Yes. 40:46. Mat. 10:29, Kol 1:17 dan Ibr. 1:3).9
III. Penutup
3.1 Relevansi
Bencana alam terjadi saat ini paling besar dari faktor ulah manusia, bagi Indonesia
masyarakatnya masih kurang peduli dengan lingkungan, sehingga di butuhkan penyuluhan.
Bencana alam terjadi akan berdampak besar bagi generasi selanjutnya. Begitu banyak
bencana alam yang bisa timbul, dan dampak yang paling besar adalah dampak negatif, maka
dari itu supaya alam ini baik-baik saja, manusianya perlu peduli dan sayang dengan alam ini.
3.2 Kesimpulan

9
Harun Hadiwijono, Iman Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2018), hal 215

Anda mungkin juga menyukai