HERNIA INGUINALIS
Refrat dengan judul HERNIA INGUINALIS telah diperiksa dan disetujui sebagai
salah satu tugas dalam rangka menyelesaikan studi kepaniteraan Dokter Muda di
bagian Ilmu Bedah.
Referat ini dipresentasikan pada tanggal
Surabaya,
Pembimbing
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan YME karena dengan rahmat dan
karunia-Nya maka refrat yang bejudul HERNIA INGUINALIS ini dapat diselesaikan
dengan baik.
Penyusunan tugas baca ini merupakan salah satu tugas yang kami
laksanakan selama mengikuti kepaniteraan di SMF Bedah di RSAL Dr. Ramelan
Surabaya.
Saya mengucapkan rasa terima kasih terhadap pihak-pihak yang telah
membantu penyusunan tugas baca ini, terutama kepada dr. Sutrisno Sp.B yang
telah bersedia memberi bimbingan agar tugas baca ini tersusun baik.
Saya menyadari bahwa penysunan tugas baca ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu keritik dan saran selalu kami harapkan. Besar harapan
saya semoga tugas baca ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya serta
penyusun pada khususnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................iii
BAB I.............................................................................................................................1
BAB II............................................................................................................................2
2.1. ANATOMI DINDING PERUT..............................................................................2
2.1.1 Otot Dinding Perut........................................................................................2
2.1.2 Vaskularisasi Dinding Perut..........................................................................5
2.1.3. Inervasi Dinding Perut..................................................................................6
2.1.4. Permukaan dalam dinding anterolateral abdomen......................................7
2.1.5. Trigonum Hesselbach..................................................................................8
2.1.6. Canalis inguinalis.........................................................................................9
2.2 HERNIA.............................................................................................................11
2.2.1 Definisi.........................................................................................................11
2.2.2 Klasifikasi4...................................................................................................11
2.3
Hernia Inguinalis............................................................................................13
2.3.1. Etiologi.......................................................................................................13
2.3.2. Epidemiologi..............................................................................................13
2.3.3. Faktor Predisposisi....................................................................................14
2.3.4. Patofisiologi................................................................................................14
2.3.5. Gejala Klinis...............................................................................................15
2.3.6. Diagnosis...................................................................................................15
2.3.7. Pemeriksaan Penunjang............................................................................19
2.3.8. Diagnosa banding......................................................................................20
2.3.9. Komplikasi..................................................................................................22
2.3.10. MANAJEMEN..........................................................................................22
2.3.11. Prognosis.................................................................................................31
BAB III.........................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................33
BAB I
PENDAHULUAN
Kata hernia berasal dari kata bahasa latin yang berarti ruptur. Hernia
didefinisikan sebagai penonjolan (protusion) abnormal dari organ atau jaringan
melalui defek pada dinding yang mengelilinginya. (Malangoni MA et Rosen
MJ,2012). Menurut De jong et Sjamsuhidajat 2010, hernia merupakan penonjolan isi
rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan.
Hernia dapat terjadi di berbagai tempat dalam tubuh , akan tetapi kelainan ini
umumnya lebih sering terjadi pada dinding abdomen , khususnya regio inguinalis.
Diperkirkan sekitar 5% dari populasi mengalami hernia pada dinding
abdomen. Sekitar 75% dari semua jenis hernia terjadipada regio inguinalis, dimana
2/3 merupakan hernia indirect dan hernia direct sedangkan hernia femoralis hanya
sekitar 3% dari semua hernia pada regio inguinalis (Malangoni MA et Rosen
MJ,2012).
Laki- laki 25 kali lebih banyak menderita hernia dari pada perempuan dan
hernia inguinalis indirect merupakan hernia yang paling sering terjadi. Pada pria
hernia indirect lebih dominan dibandingkan dengan hernia direct dengan ratio 2:1.
Sedangkan ratio wanita dibanding pria pada hernia femoralis dan umbilicalis sekitar
10:1 dan 2:1 (Malangoni MA et Rosen MJ, 2012).
Hernia dapat mengalami komplikasi berupa hernia inkarserata dan hernia
strangulata. Menurut De jong et Sjamsuhidajat 2010, operasi darurat hernia
incarserata merupakan operasi terbanyak nomor dua setelah operasi darurat
appendisitis akut. Selain itu hernia inkarserata , merupakan penyebab obstruksi usus
nomor satu di Indonesia.
BAB II
DINDING ABDOMEN
abdomen.Lapisan
ini
berasal
dari
fasia
di
sepanjang
puncak
( Sumber : Frank H, Netter, MD. 2006. Atlas Of Human Anatomy, 5th Edition,
Chapter 4. P. 233 )
Serat dari otot external oblique berjalan ke arah inferomedial dimana otot
internal oblique akan berjalan berlawanan.Otot tranversus seratnya akan berjalan
secara horizontal.Dimana ketiga serat dari otot ini akan membentuk lapisan dari
pembungkus rectus.Bagian medial dari aponeurosis otot external oblique akan
membentuk bagian anterior dari pembungkus rectus.Pada bagian tengah dua
anterior pembungkus rectus akan membentuk tendinous linea alba.Pada kedua sisi
samping linea alba berjalan otot rectus abominis, yang mana seratnya berjalan
secara longitudinal di sepanjang dinding depan perut.Di bawah otot retus abdominis
terdapat pembungkus rectus posterior yang turut membentuk linea alba. 3
Sumber : Townsend , Courtney M,et al . 2012. Sabiston Textbook of Surgery : A Guide for
Patients and Caregivers. Farmington Hills : The Gale Group,Inc.p.1114;1128-1134
Sumber: Moore, Keith L., dkk, 2006, Clinical Oriented Anatomy, 5th edition, chapter
2, The United States, p. 202.
dan
inferior
epigastric
for
Patients
and
Sumber: Moore, Keith L., dkk, 2006, Clinical Oriented Anatomy, 5th edition, chapter
2, The United States, p. 211.
Kulit dan jaringan subkutan dari dinding abdomen mendapat aliran vena dari
vena plexus subcutaneous yang alirannya ke arah superior menuju vena thoracic
internus,ke arah medial dan lateral,ke arah inferior menuju vena epigastric yang
berasal dari vena femoralis dan iliaka externus. 2
Sumber: Moore, Keith L., dkk, 2006, Clinical Oriented Anatomy, 5th edition, chapter
2, The United States, p. 210
Sumber: Moore, Keith L., dkk, 2006, Clinical Oriented Anatomy, 5th edition, chapter
2, The United States, p. 207.
4. Canalis inguinalis
Canalis inguinalis pada orang dewasa merupakan saluran oblik dengan
panjang hampir 4 cm yang berjalan ke arah inferomedial melalui bagian inferior dari
dinding abdomen anterolateral. Canalis inguinalis berjalan sejajar dan berada diatas
dari setengah medial ligamentum inguinalis. Struktur utama yang berada di canalis
inguinalis ialah chorda spermaticus pada pria dan ligamentum rotundum uterus pada
7
wanita. Canalis inguinalis juga mengandung pembuluh darah dan pembuluh limfa
serta nervus ilioinguinalis pada kedua jenis kelamin. Canalis inguinalis memiliki
ostium pada kedua ujungnya :
Sumber: Moore, Keith L., dkk, 2006, Clinical Oriented Anatomy, 5th edition, chapter
2, United States, p. 217
5. Trigonum Hesselbach
Batas trigonum Hesselbach antara lain:
- Medial
- Lateral
- Inferior
: ligamentum inguinalis
- Dasar
:fascia transversalis.3
BAB III
HERNIA INGUINALIS
1. Definisi
Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah
dari dinding rongga bersangkutan. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia 4.
Hernia inguinalis merupakan protusi dari peritoneum parietal dan viscera
seperti usus halus melalui defek pada anulus ingmuinalis internus ( hernia inguinalis
medial / hernia indirect) atau melalui annulus inguinalis eksternus ( hernia inguinalis
media / hernia direct).3
2.
10
3. Etiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi karena kelainan kongenital atau didapat.
Hernia dapat dijumpai pada segala usia, dan lebih banyak pada pria daripada
wanita. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia
di anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi
hernia. Selain itu, diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati
pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu.
Pada orang sehat, ada 3 mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia
inguinalis, yaitu (1) kanalis inguinalis yang berjalan miring, (2) struktur otot oblikus
internus abdominis yang menutup anuluis inguinalis internus ketika berkontraksi, (3)
fasia transversa yang kuat yang menutupi trigonum Hesselbah yang umumnya
hampir tidak berotot.
Gangguan mekanisme
4. Epidemiologi
Hernia merupakan masalah yang umum terjadi, dengan 5% populasi
mengalami hernia dinding abdomen, tetapi prevalensinya bisa menjadi lebih tinggi.
Sekitar 75% hernia terjadi pada regio inguinalis. Dua pertiganya merupakan hernia
indirek. Pria 25 kali cenderung menderita hernia di inguinalis dibandingkan wanita.
Hernia inguinalis indirek merupakan hernia yang paling sering dijumpai tanpa
memandang jenis kelamin. Pada pria, perbandingan antara insiden hernia inguinalis
indirek dengan hernia inguinalis direk yaitu 2:1. Hernia inguinalis direk jarang
12
5. Faktor Predisposisi
Adanya penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) juga berperan penting dalam
meningkatkan resiko hernia inguinalis direk, karena disertai berulangnya episode
tekanan intraabdomen yang tinggi. Selain itu, berat badan juga berpengaruh.
Adanya penyakit kolagen juga berperan dalam meningkatkan insiden pembentukan
hernia. Sejumlah faktor yang berperan dalam perkembangan hernia diuraikan
sebagai berikut :
Obesitas :
Dapat menyebabkan otot-otot meregang karena penempatan lemak diantara
otot yang membuat otot-otot menjadi lemah. Lemak juga memperlemah fascia
dan aponeurosis.
Merokok
Merokok dapat menimbulkan defisiensi kolagen dan menimbulkan hernia5.
Pada pemeriksaan mikroskopik kulit pasien hernia inguinalis, ditemukan
berkurangnya kolagen tipe I hingga kolagen tipe III secara signifikan. Analisa
selanjutnya
menunjukkan
adanya
disagregasi
traktus
kolagen
dan
13
Isi hernia, berupa beberapa organ atau jaringan yang keluar melalui
kantong hernia, misalnya usus.
Pintu atau leher hernia (cincin hernia, lokus minoris dinding abdomen)
merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui kantong
hernia.
Pathofisiologi hernia :
1. Kongenital
Hernia timbul oleh karena tidak terjadinya obliterasi prosesus vaginalis
peritoneum pada saat penurunan testis kedalam skrotum. Manifest pada bayi, anakanak dan dewasa muda.
Testis mengikuti processus vaginalis, dan pada neonatus seiktar 90%
processus vaginalis akan tetap terbuka, sedangkan pada bayi berumur 1 tahun,
sekitar 30% processus vaginalis belum tertutup. Akan tetapi kejadian hernia pada
umur ini hanya beberapa persen , tidak sampai 10% anak penderita processus
vaginalis paten menderita hernia. Pada lebih dari separuh populasi anak, dapat
dijumpai processus vaginalis paten kontralateral, tetapi insiden hernia tidak melebihi
20%.
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa processus vaginalis paten bukan
merupakan penyebab tunggal hernia, tetapi diperlukan faktor lain, seperti anulus
inguinalis yang cukup besar dan tekanan intraabdomen yang meningkat secara
kronik. Secara epidemiologi insiden hernia inguinalis pada sisi kanan 60% , di sisi
kiri 20-25% dan bilateral 15%.
2. Di dapat/akuisita
-
disebabkan
oleh
meningkatnya
penyakit
yang
yang
lama
juga
menyebabkan
penipisan
fascia
hasil
penelitian
mencurigai
bahwa
abdominal
7. Manifestasi Klinis
HIL HIM
Manifestasi Klinis. Nyeri mendadak, saat pertama hernia, diikuti dengan nyeri
abdomen general, sifatnya paroksismal dan sering terlokalisir dekat umbilikus.
Muntah adalah karena paksaan dan biasanya berulang. Pasien biasanya
mengatakan bahwa hernia telah menjadi lebih besar akhir-akhir ini. Pada
pemeriksaan, hernia adalah tegang, sangat nyeri, tidak dapat dimasukan dan tidak
ada denyutan saat batuk.
Hanya bila strangulasi diobati dengan operasi, nyeri paroksismal berlanjut sampai
kontraksi peristaltik berhenti dengan onset gangren saat ileus paralitik (sering
sebagai hasil peritonitis) dan perkembangan shok toksik. Berhentinya nyeri secara
spontan adalah merupakan perburukan yang signifikan.
Hernia inflamasi. Inflamasi dapat muncul dari iritasi atau sepsis dari isi kantong, e.g.
apendisitis akut atau salpingitis, juga dari sebab eksternal, e.g. dari nyeri yang
disebabkan bebat luka. Hernia nyeri tapi tidak tegang, kulit yang melapisinya
menjadi kemerahan dan bengkak. Operasi sangat dibutuhkan untuk menghadapi
kausanya6.
8. Komplikasi
Hernia yang tidak ditangani dapat menjadi komplikasi seperti :
1. Hernia incarcerata
15
Merupakan kondisi dimana isi kantong terjepit pada daerah cincin hernia
sehingga terjadi gangguan pasase usu dengan gejala obstruksi ileus.
2. Hernia strangulata
Merupakan hernia ireponible disertai gangguan terjepitnya pada vaskularisasi
isi kantong sehingg terjadi iskemi dengan gejala nyeri di daerah benjolan,
kemerahan. Gangguan aliran darah pada hernia strangulata menyebabkan isi hernia
menjadi iskemik dan nekrosis. Hernia tidak dapat dikembalikan ke abdomen, tidak
ada gerakan batuk, tegang, tender, dan dapat dijumpai rebound tenderness (nyeri
saat tekanan dilepas).
BAB IV
DIAGNOSIS
1. Anamnesa
Riwayat
Hernia inguinalis muncul dengan beragam keadaan. Pasien yang muncul
dengan hernia inguinalis simptomatis akan mengeluh nyeri pangkal paha. Hernia
inguinalis bisa menekan sejumlah nervus yang berdekatan, mengakibatkan tekanan
yang meluas, nyeri tajam yang bersifat lokal, dan nyeri alih (referred pain). Tekanan
atau rasa berat di pangkal paha merupakan keluhan yang sering ditemukan,
terutama setelah melakukan aktivitas. Nyeri tajam cenderung menunjukkan adanya
nervus yang tersangkut dan hal ini tidak berhubungan dengan aktivitas fisik. Nyeri
neurogenik dapat beralih ke scrotum, testis, maupun paha dalam. 1
16
Pertimbangan riwayat pasien yang penting meliputi durasi serta waktu gejala.
Yang lebih jarang, pasien akan mengungkapkan riwayat hernia inguinalis akut
setelah melakukan aktivitas yang berat. Pertanyaan yang diajukan juga diarahkan
untuk mencari tahu apakah hernia bersifat reponibilis (dapat kembali) atau tidak,
dimana pasien sering mengembalikan hernia dengan cara menekan isinya kembali
ke abdomen. Akibat ukuran defek yang meningkat serta lebih banyak isi
intraabdomen yang mengisi saccus hernia, membuat hernia menjadi lebih sulit untuk
dikembalikan.1
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik merupakan hal yang penting dalam mendiagnosa hernia
inguinalis. Hernia asimptomatik sering didiagnosa melalui pemeriksaan fisik atau
ditunjukkan oleh pasien mengenai tonjolan yang abnormal. 1
Idealnya, pasien diperiksa dalam keadaan berdiri untuk meningkatkan
tekanan intraabdomen, dengan tujuan mengidentifikasi tonjolan abnormal di pangkal
paha atau di dalam scrotum.1 Pada sebagian besar pasien dengan hernia, tonjolan
berkurang pada posisi berbaring. Dengan demikian, posisi ini menyebabkan
deskripsi tonjolan menjadi salah. Bila tonjolan nyata tidak terdeteksi, palpasi
dilakukan untuk memastikan adanya hernia.1
3. Pemeriksaan Khusus
Beberapa pemeriksaan khusus untuk menilai hernia antara lain:
1. Finger test
Pasien diminta untuk berbaring dan isi hernia dimasukkan kembali. Kulit
skrotum dimasukkan dengan ujung jari telunjuk dari polus superior testis dan jari
mendorong hingga annulus inguinalis externus.
Jari digunakan untuk menilai ukuran annulus inguinalis externus. Normalnya
annulus ini tidak dapat dimasuki ujung jari telunjuk.
Ketika ukuran annulus telah diperiksa dan terbuka, jari dimasukkan lebih
dalam. Jari dapat keluar masuk langsung dari canalis inguinalis menunjukkan suatu
17
hernia inguinalis direk. Bila jari dapat masuk ke atas kemudian ke lateral
menunjukkan adanya hernia inguinalis indirek.5
Gambar : pemeriksaan tes invaginasi
Sumber : Saha, Makhan Lal, 2013, Bedside Clinics in Surgery, India, 2nd edition
2. Tes reducibility
Pasien dalam posisi supinasi, kaki ditekuk pada panggul dan lutut, sedangkan
paha diadduksikan. Jari-jari salah satu tangan mengelilingi benjolan di dekat annulus
inguinalis externus dan memandu isi saccus melalui annulus inguinalis externus
menuju ke dalam canalis inguinalis. Tangan yang lain memegang benjolan dekat
fundus. Tekanan ringan dilakukan pada satu tangan bergantian dengan tangan yang
lain hingga hernia masuk kembali.5
Gambar : Pemeriksaan tes reducibility
Sumber : Saha, Makhan Lal, 2013, Bedside Clinics in Surgery, India, 2nd edition
18
3. Thumb test
Pasien diminta untuk berbaring dan hernia dikembalikan ke dalam abdomen.
Posisi annulus inguinalis internus ditandai. Annulus inguinalis internus berada 1,25
cm diatas titik mid-inguinalis, yang berada di titik tengah antara spina iliaca anterior
superior (SIAS) dan symphisis pubis.
Spina iliaca anterior superior (SIAS) ditandai pada lipatan paha pada sisi
lateral. Titik tulang yang pertama pada ujung lateral merupakan spina iliaca anterior
superior (SIAS). Bila dari belakang, titik tulang yang terakhir merupakan spina iliaca
anterior superior (SIAS).
4. Tes Zieman
Hernia dikembalikan dahulu. Jari telunjuk diatas annulus internus, jari tengah
berada di atas annulus eksternus dan jari manis ditempatkan pada annulus femoralis
dan pasien diminta untuk batuk.
Bila getaran menyentuh jari telunjuk maka menunjukkan hernia inguinalis
indirek. Bila getara menyentuh jari tengah maka menunjukkan hernia inguinalis
direk. Apabila getaran menyentuh jari manis, menunjukkan hernia femoralis. 5
Gambar : Pemeriksaan Tes Ziemen
Sumber : Saha, Makhan Lal, 2013, Bedside Clinics in Surgery, India, 2nd edition
7. Pemeriksaan untuk membedakan hernia inguinalis dan hernia femoralis
Hernia inguinalis berada diatas dan sebelah medial tuberculum pubicum,
sedangkan hernia femoralis berada dibawah dan lateral tuberculum pubicum.
19
Perkusi benjolan hernia dilakukan pada pasien dengan posisi berdiri, karena
benjolan dapat kembali pada posisi berbaring. Bila dijumpai suara perkusi pekak,
menunjukkan isi hernia tersebut adalah omentum (omentocele), sedangkan bila
didapati suara perkusi tympani, menunjukkan isi hernia tersebut adalah usus
(enterocele).5
Gambar : Perbedaan hernia inguinalis dengan hernia femoralis berdasarkan
pemeriksaan fisik
Sumber : Sumber : Saha, Makhan Lal, 2013, Bedside Clinics in Surgery, India, 2nd
edition
4. Pemeriksaan Penunjang
Pada kasus diagnosis yang sulit ditentukan, investigasi melalui pemeriksaan
radiologis. Pemeriksaan radiologis yang dilakukan meliputi Ultrasonografi (USG),
Computed Tomography (CT), dan Magnetic Resonance Imaging (MRI).
CT-Scan dan MRI menyediakan gambaran statis yang menggambarkan anatomi
pangkal paha, untuk mendeteksi hernia pangkal paha, dan untuk menyingkirkan
diagnosis lainnya.1
Gambar : Pemeriksaan CT-Scan menggambarkan hernia inguinalis dextra (anak
panah)
20
5. Diagnosa banding
Tabel 2.2. Diagnosis Banding dari Massa Lipat Paha dan Skrotum
DIAGNOSIS
CLINICAL PRESENTATION
Ectopic testis
Epididymitis
Femoral
adenitis/adenopathy
Femoral arterial
aneurysm
21
DIAGNOSIS
CLINICAL PRESENTATION
Femoral hernia
Hematoma
Hidradenitis
Hydrocele
Inguinal
adenitis/adenopathy
Inguinal hernia
Lipoma
Lymphoma
Metastatic
neoplasia
Psoas abscess
Sebaceous cyst
Testicular torsion
22
DIAGNOSIS
CLINICAL PRESENTATION
Varicocele
Sumber : LeBLANC, K. E., MD., PhD., et. al., 2013, Inguinal Hernias : Diagnosis
and
Management,
diakses
pada
23
April
2016,
<http://www.aafp.org/afp/2013/0615/p844.html>.
BAB V
PENANGANAN
1. Manajemen non-operatif
Prinsip manajemennya yaitu, pada umumnya tidak perlu tindakan
pembedahan bila hernianya kecil. Cukup dengan konservatif yaitu memakai
sabuk hernia.
23
2. Manajemen operatif
Pembedahan dilakukan bila kantongnya relatif besar dan ada keluhan.
Prinsip pembedahan sama dengan
1. Herniotomy
Teknik ini membuang kantong hernia, ini dilakukan terutama
pada anak-anak, karena dasarnya adalah kongenital tanpa ada
kelemahan. Dimulai dengan membuat garis orientasi insisi secara
transversal atau sedikit lengkung diatas ligamentum inguinalis dan
suatu fingerbreadth dibawah canalis inguinalis internus. Diseksi
dilanjutkan melalui jaringan subkutan dan fascia Scarpa, kemudian
tampak fascia obliqus externus dan canalis inguinalis externus.
Fascia obliqus externus diinsisi melalui canalis inguinalis
externus untuk membuka canalis inguinalis. Ramus genital nervus
genitofemoralis, dan juga nervus illioinguinalis dan illiohipogastricus
dihindari atau dipindahkan untuk menghindari terjadinya transeksi dan
penjepitan. Musculus cremasterica dipisahkan dari seratnya dari
struktur chorda spermaticus. Arteri dan vena cremasterica yang
bergabung bersama otot cremaster dekat canalis inguinalis, biasanya
dapat dihindari namun perlu dikauter atau diligasi atau dibagi. 1
Ketika suatu hernia indirek muncul, saccus hernia terletak
profundus dari musculus cremaster dan terletak di anterior dan
superior dari
struktur chorda
spermaticus. Dengan
menginsisi
dekat
canalis
inguinalis
internus,
akan
membantu
dapat
dimobilisasi
dan
ditempatkan
dalam
spatium
yang
dilakukan
sebaiknya
berupa
suture-ligasi
dan
dihilangkan.3
2. Hernioplasty
Tindakan bedah plastik untuk memperkuat dinding perut bagian
bawah di belakang kanalis inguinalis (dasar canalis inguinal).
Teknik perbaikan tractus iliopubica
Teknik tractus iliopubica dari arcus aponeurosis musculus transversus
abdominis
ke
tractus
iliopubica
dengan
penggunaan
jahitan
26
27
Teknik sandwich
Teknik sandwich melibatkan alat bilayer, dengan tiga komponen
polypropylene. Suatu tambalan menjadi dasar perbaikan posterior
yang mirip dengan pendekatan laparoskopik. Penggunaan fiksasi
dengan sutur interrupted tidak diwajibkan, tetapi sebagian besar ahli
bedah membuat tiga atau empat fiksasi sutur pada teknik ini. 3
Pilihan lainnya dari perbaikan lubang tension-free melibatkan
pendekatan
polypropylene.
preperitoneum
Sebuah
dengan
kantong
yang
menggunakan
dibuat
dalam
mesh
spatium
Pendekatan
ini
menghindari
pergerakan
chorda
hernia
metode
inguinalis
perbaikan
mesh
menggunakan
laparoskopi
tension-free,
berdasarkan
defek
yang
menutupi
orificium
myopectineum
dan
29
30
jaringan,
rekonstruksi1.
infeksi,
Sebagian
dan
besar
regangan
hernia
berlebih
rekuren
pada
saat
membutuhkan
setelah
perbaikan
hernia
inguinalis
dikelompokkan
usus,
hipercapnia,
emboli
gas,
dan
pneumothorax.
Retensi urin
Penyebab retensi urin setelah perbaikan hernia yang paling
sering adalah anestesi umum. Pengobatan awal terhadap retensi urine
membutuhkan dekompresi kandung kemih dengan kateterisasi jangka
pendek. Pasien harus dirawat inap dan mencoba berkemih. Kegagalan
berkemih memerlukan pemasangan kateter hingga selama 1 minggu.1
pemberian
nasogastrik
tetap
cairan
rumatan
diperlukan.
intravena,
Pemeriksaan
dan
radiologis
dekompresi
abdomen
Cedera visceral
Usus halus, usus besar, dan kandung kemih mempunyai resiko
cedera pada perbaikan hernia menggunakan laparoskopi. Adanya
adhesi
intraabdominal
dari
pembedahan
sebelumnya
dapat
Cedera vaskuler
Cedera vaskuler yang paling parah dijumpai biasanya terjadi
pada vasa iliaca atau femoralis, akibat suture pada tempat yang salah
di anterior, atau akibat cedera trocar atau diseksi langsung pada teknik
laparoskopi. Cedera pembuluh darah yang paling sering pada
perbaikan hernia menggunakan laparoskopi ialah vasa epigastrica
inferior dan vasa iliaca externa. Bila terjadi cedera pada vasa
epigastrica inferior, dilakukan ligasi dengan percutaneous suture
passer atau hemoklip endoskopik.1
3. Prognosis
Prognosis pada kasus hernia inguinalis reponibilis adalah baik namun bila
berkembang menjadi ireponibilis yang memiliki kemungkinan terjadi inkarserata dan
strangulasi maka prognosisnya menjadi dubia.
33
BAB VI
KESIMPULAN
Hernia Inguinalis Lateralis adalah hernia yang keluar dari rongga peritoneum
lewat annulus internus yang terletak lateral dari vassa epigastrika inferior. Di mana
Hernia diklasifikasikan berdasarkan terjadinya, letaknya, dan sifatnya. Penyebabnya
tidak lain adalah karena 3 mekanisme pencegah hernia gagal, yaitu : Kanalis
inguinalis, M. Oblikus Internus Abdominis, dan fasia transversa.
. Pria 25 kali cenderung menderita hernia di inguinalis dibandingkan wanita.
Hernia inguinalis diklasifikasikan berdasarkan tempat herniasi yang berkaitan
dengan struktur disekitarnya, yaitu hernia indirek yang disebut juga sebagai hernia
inguinalis lateralis (HIL) dan hernia direk yang memiliki nama lain berupa hernia
inguinalis medialis (HIIM).
Hernia inguinalis dapat bersifat kongenital atau didapat. Sebagian besar
hernia inguinalis pada orang dewasa disebabkan karena defek dinding abdomen
34
2
3
Oriented
Anatomy,5th
35
36