Anda di halaman 1dari 148

EVALUASI KEBERHASILAN MANAJEMEN PENGETAHUAN

BERBASIS WEB 2.0 KELUARGA MAHASISWA ITB


Studi Kasus di Campus Channel Networks ITB

TUGAS SARJANA
diajukan untuk sidang sarjana di Departemen Teknik Industri
Institut Teknologi Bandung

oleh
SHANA FATINA SUKARSONO
NIM_13404114

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2009
i

EVALUASI KEBERHASILAN MANAJEMEN PENGETAHUAN


BERBASIS WEB 2.0 KELUARGA MAHASISWA ITB
Studi Kasus di Campus Channel Networks ITB

SHANA FATINA SUKARSONO


13404114

Menyetujui,
Pembimbing

Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA


NIP.131667754

ii

EVALUASI KEBERHASILAN MANAJEMEN PENGETAHUAN


BERBASIS WEB 2.0 KELUARGA MAHASISWA ITB
Studi Kasus di Campus Channel Networks ITB

SHANA FATINA SUKARSONO


13404114

Karya tulis ini adalah bukan hasil penerbitan sehingga peredarannya terbatas pada
lingkungan akademik

Dilarang menggandakan (sebagian atau seluruhnya) karya tulis ini tanpa seijin
mahasiswa dan pembimbing yang bersangkutan.

Alamat e-mail: pickbird@yahoo.com

iii

SURAT PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini:


Nama : Shana Fatina Sukarsono
NIM

: 13404114

menyatakan bahwa Laporan Tugas Akhir Sarjana adalah hasil karya sendiri, tidak
mengcopy, tidak menjiplak, menyadur hasil orang lain (plagiat).
Demikian surat pernyataan ini saya buat.

Menyetujui,

Bandung, 2 Juli 2009

Pembimbing

Penulis,

Dr. Ir. Kadarsya Suryadi, DEA

Shana Fatina Sukarsono

NIP. 131 667 754

NIM. 134 04 114

iv

ABSTRACT

As a leading educational institution in Indonesia, it is regretted that ITB has not yet
equipped with an integrated knowledge management system, which enables
advancement of learning for its community as well as create innovation to achieve
academic excellence. Ease of access to the information sources available are in fact
under-utilized, consequently each element of ITB has to live on its own territory,
segregated by Faculties or Major of Studies, without being aware of what is
occurring or being achieved inside other Ganesha 10 areas. As a result,
multidimensional and inter-disciplinary collaboration could not be established for an
optimum innovation.
In 2007, Campus Channel Network was established as an initial media integration
among six units of KM ITB and USDI ITB, functioning as a mean of interaction and
communication using IP-based medium for academic community social network
targeting at creating appreciative culture, alternative mean of education and
knowledge sharing. Campus Channel obtained support from students, lecturer, staff,
Rectorate office and alumni for the hope of being an innovative way to satisfy high
demand of information. Ease of bureaucratic procedures, funding and infrastructure
support have become morale stimulus that requires further action ahead. However,
given that the needs of knowledge is a primary and continuous process, Campus
Channel needs to be analyzed its continuity and consistency. Thus far, Campus
Channel collaboration is taking shape its ideal form to meet the needs of ITB
community, identify measurement parameter for the success of system as well as its
future strategy.
This research answers the indicator of success of Campus Channel Network as a
knowledge management system of KM ITB based on the web 2.0 concept. The
indicator design is built based on Nonakas SECI with creative culture approach.
Entrepreneurial Orientation Survey and Entrepreneurial Leadership Questionnaire
are functioned to map the actual organizational entrepreneurship condition as the
preparation of KM ITB to be the prosumer of Campus Channel Network. Thus,
Campus Channel Networks will be able to transform into an effective and efficient
web 2.0-based knowledge management system, with a continuous learning curve,
improve its service quality for its contributor as well as stakeholder, and to optimize
time, potential and cost in pursuant to the need for knowledge access.
Key words : knowledge management, organizational entrepreneurship, community,
collaboration and participation, web 2.0, performance indicator
v

ABSTRAK

Sebagai institusi pendidikan terdepan Indonesia, sangat disayangkan ITB belum


memiliki sistem pengelolaan pengetahuan terintegrasi yang mampu memperkaya
wawasan masyarakatnya sendiri sekaligus melakukan inovasi dalam rangka
mencapai keunggulan akademik. Sumber informasi yang berlimpah kurang diolah
dengan baik sehingga seakan-akan tiap kelompok di ITB hidup di lingkungannya
masing-masing, terpisah oleh Fakultas maupun Program Studi, tanpa saling
mengetahui adanya berita yang terjadi atau prestasi yang berhasil diraih di belahan
bumi Ganesha 10 lainnya. Akibatnya, tidak terjadi kolaborasi lintas pengetahuan
multidimensi sehingga proses penciptaan inovasi menjadi tidak optimal.
Tahun 2007, atas inisiasi integrasi media dari enam unit KM ITB dan USDI ITB,
Campus Channel Networks lahir sebagai wahana interaksi dan komunikasi berbasis
IP berupa jejaring sosial komunitas akademik ITB yang dibangun dengan tujuan
menumbuhkan kultur apresiatif, sarana edukasi alternatif, serta berbagi pengetahuan.
Sejauh ini, Campus Channel didukung penuh baik oleh mahasiswa, dosen, karyawan,
rektorat, dan alumni karena keberadaanya menjadi inovasi yang diharapkan dapat
menjawab kebutuhan akan informasi yang sangat tinggi di ITB. Mulai dari
kemudahan perizinan, dukungan pendanaan serta infrastruktur menjadi angin segar
yang harus ditindaklanjuti secara serius. Namun mengingat bahwa kebutuhan
pengetahuan bersifat kontinu dan primer, Campus Channel masih harus diuji
kontinuitas dan konsistensinya. Sampai saat ini, kolaborasi Campus Channel masih
mencari-cari bentuk jejaring yang paling sesuai dengan kebutuhan komunitas ITB,
mengidentifikasi ukuran keberhasilan sistem, serta perencanaan strategis ke depan.
Penelitian ini menjawab indikator keberhasilan Campus Channel Network sebagai
sistem manajemen pengetahuan KM ITB berbasis web 2.0. Rancangan indikator
dibangun berdasarkan metode SECI dengan pendekatan kultur kreatif.
Entreprenurial Orientation Survey dan Entreprenurial Leadership Questionnaire
digunakan untuk memetakan kondisi organizational entrepreneurship aktual sebagai
kesiapan Keluarga Mahasiswa ITB menjadi prosumer Campus Channel Networks.
Dengan demikian, Campus Channel Networks mampu bertransformasi menjadi
sistem manajemen pengetahuan KM ITB berbasis web 2.0 yang efektif dan efisien
dengan kurva belajar yang kontinu, meningkatkan kualitas layanannya untuk para
pelakunya maupun stakeholder, serta mengoptimasi waktu, potensi, dan biaya yang
ada dalam upaya memenuhi kebutuhan terhadap akses pengetahuan.
kata kunci : manajemen pengetahuan, organizational entrepreneurship, komunitas,
kolaborasi dan partisipasi, web 2.0, indikator performansi
vi

HALAMAN PERUNTUKAN

Dan sesungguhnya di antara pergantian malam dan siang terdapat tandatanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang berpikir..

didedikasikan untuk orang-orang yang percaya dan sedang berjuang


menuntaskan takdirnya..
well never walk alone kawan!

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulllah, segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam yang tidak
pernah berhenti melimpahkan rahmatNya bagi kita semua. Dia memberi kelapangan
ditengah kesulitan, Dia memberi jawaban di tengah pertanyaan, dan Dia yang
memberi keikhlasan di tengah perjuangan.
Akhirnya, hanya dengan izinNyalah penulis mampu menyelesaikan seluruh proses
tugas akhir ini yang luar biasa sekaligus menyelesaikan studi program sarjana di
Program Studi Teknik Industri Institut Teknologi Bandung. Tidak terhitung
banyaknya pengalaman akademik hingga pembelajaran kehidupan yang berharga
telah penulis dapatkan, baik pada masa pengerjaan tugas akhir, maupun sepanjang
penulis mengemban ilmu di komunitas teknik industri.
Tugas akhir ini menjadi harapan dan doa penulis agar mampu menjadi inspirasi,
pengetahuan, dan berkah bagi Keluarga Mahasiswa ITB, keluarga besar Teknik
Industri ITB, segenap civitas akademika, dan bagi semua orang yang membacanya di
kemudian hari.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesarbesarnya kepada keluarga penulis, Bapak, Ibu, Mas Nadvi, dan Hasna atas semua
kasih sayang dan doa yang diberikan selama ini. Selain itu, penulis ingin
menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA. Pak Aca yang mengajarkan penulis tentang
arti tanggung jawab dan kepercayaan, serta telah memberikan banyak hal
yang berharga selama pembimbingan.
2. Dr. Muhammad Faisal, MEIE. Pak Faisal
3. Dr. Aso Kusuma. Pak Aso yang tidak akan pernah hilang warnanya dari hati
kami semua. Dengan kehangatan dan ketulusannyalah kami, mahasiswa
Teknik Industri ITB, belajar menjadi manusia dewasa.
4. Pak Wisnu yang bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi dosen penguji
dengan pemberitahuan hanya beberapa hari sebelum pelaksanaan sidang.
5. Pak Tota, terima kasih atas kerja kerasnya sebagai Ketua Program Studi
Teknik Industri dalam melakukan perbaikan dalam sistem yang belum
sempurna ini.
6. Pak Ato, Pak Ntis, Bu Endah, Bu Resti, Mang Engkus, P Boni, dan semua
karyawan Teknik Industri yang tidak pernah lelah mengabdi dan menjadikan
kami nyaman berkuliah,
7. Angkatan 2004 TI ITB. Kita mulai bersama-sama perjalanan yang ajaib ini,
dan keajaibannya tidak pernah akan berhenti
8. Pak Widyo dan segenap jajaran kantor Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan
dan Alumni ITB (Ibu Ciptati, Pak Nanang, Pak Djaji, Pak Didik, Pak Caska,
dan yang lainya) yang berkat kerjasamanya selama ini membantu saya dapat
lebih mudah memahami ITB, pusat peradaban yang di dalamnya terdapat
konflik-konflik yang unik.
9. Filino Nicholas, Daniel Parsaoran, Raka Whisnu, Bobby Rahman, Iqbal
Farabi, Irfani Priananda, Oka Mahendra, Nehemia Sinaga, Fatrian Rusdy, M.
viii

Ridho F. Wikarta, Muhammad Zandi P., Arvi Rahman Muis, Dimas Taha
Maulana, Yuris Ramadhan, Jakfar Harry Teguh, Kutsiah, Naila Hidayati, dan
Karina Kusumawardhani.
10. Devi Fajar, Dendy Narendra, Radix Hidayat, Aya totomi
11. 15000 mahasiswa ITB, 29 himpunan, serta 74 unit kegiatan mahasiswa yang
tidak pernah dan tidak boleh berhenti meraih impian-impiannya.
12. dan seluruh umat manusia yang pernah dan masih ada di dunia yang tidak
berhenti berbagi, saling menginspirasi dan mengajak untuk kebaikan lewat
harapan tenaga dan senyuman. Kalianlah yang membuat kehidupan jadi lebih
bermakna.
13. Tuan Sinaga yang membuat saya percaya bahwa kita tidak pernah berjuang
sendirian.

Penulis berharap bahwa Tugas Akhir ini dapat memberikan sumbangsih bagi
kemajuan keilmuan Bangsa Indonesia khususnya ilmu teknik industri. Semoga tugas
akhir ini dapat memotivasi Sarjana dan calon Sarjana Indonesia untuk mampu
mengaplikasikan ilmunya secara nyata dan meyakinkan mereka bahwa semua ilmu
adalah penting, yang paling penting adalah semua orang mau berbagi dan
berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama, kemandirian bangsa Indonesia.

Bandung, 2 Juli 2009


Penulis,

Shana Fatina Sukarsono


NIM. 134 04 114

ix

DAFTAR ISI

ABSTRACT..................................................................................................................v
ABSTRAK..................................................................................................................vi
HALAMAN PERUNTUKAN...................................................................................vii
KATA PENGANTAR..............................................................................................viii
DAFTAR ISI................................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR................................................................................................xiv
DAFTAR TABEL......................................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang ............................................................................................... 1

1.2

Perumusan Masalah ....................................................................................... 5

1.3

Tujuan Penelitian ........................................................................................... 6

1.4

Pembatasan dan Asumsi Masalah.................................................................. 6


1.4.1

Batasan Masalah ................................................................................. 6

1.4.2

Asumsi Masalah.................................................................................. 7

1.5

Manfaat Penelitian ......................................................................................... 7

1.6

Posisi Penelitian ............................................................................................. 8

1.7

Sistematika Penulisan .................................................................................. 10

2.1

Manajemen Pengetahuan ............................................................................. 12

2.2

Model SECI Nonaka-Takeuchi ................................................................... 13


2.2.1

Socialization...................................................................................... 14

2.2.2

Externalization .................................................................................. 14

2.2.3

Combination...................................................................................... 15

2.2.4

Internalization ................................................................................... 15
x

2.3

Pendukung Penciptaan Pengetahuan Organisasi ......................................... 17


2.3.1

Intensi................................................................................................ 17

2.3.2

Otonomi ............................................................................................ 17

2.3.3

Fluktuasi dan Kekacauan Kreatif ...................................................... 17

2.3.4

Redudansi.......................................................................................... 18

2.3.5

Tuntutan yang beragam .................................................................... 18

2.4

Analisis Sistem Kerja Industri ..................................................................... 18

2.5

Analisis Jejaring Sosial ................................................................................ 19


2.5.1

2.6

Inovasi ......................................................................................................... 23
2.6.1

2.7

2.8

Struktur Jejaring ................................................................................ 21

Inovasi Jaringan ................................................................................ 26

Kewirausahaan............................................................................................. 30
2.7.1

Kepemimpinan Kewiraan ................................................................. 32

2.7.2

Organisasi Kewiraan ......................................................................... 32

Wikinomics 2.0 ............................................................................................ 33


2.8.1

Komunitas Kreatif............................................................................. 35

3.1

Metode Pendekatan...................................................................................... 38

3.2

Bagan Alir Penelitian................................................................................... 40

3.3

Persiapan Penelitian ..................................................................................... 40

3.4

Investigasi Awal dan Analisis Permasalahan .............................................. 42

3.5

Studi Lapangan ............................................................................................ 42

3.6

3.7

3.5.1

Studi Literatur ................................................................................... 43

3.5.2

Analisis Sistem Kerja........................................................................ 43

Pemetaan Sistem KM .................................................................................. 43


3.6.1

Pemetaan Sistem Manajemen Pengetahuan KM ITB ....................... 44

3.6.2

Pemetaan Sistem Manajemen Pengetahuan Campus Channel ITB .. 44

Kesimpulan dan Saran ................................................................................. 47


xi

4.1

4.2

Analisis Kondisi Keluarga Mahasiswa ITB ................................................ 48


4.1.1

Latar Belakang Organisasi ................................................................ 48

4.1.2

Tujuan Organisasi ............................................................................. 49

4.1.3

Kelengkapan Organisasi ................................................................... 49

4.1.4

Analisis SWOT KM ITB .................................................................. 51

4.1.5

Kondisi Manajemen Pengetahuan KM ITB...................................... 55

b.

Kegiatan besar rutin, misalnya Olimpiade, INKM, dll ..................... 56

Analisis Kondisi Campus Channel Networks ............................................. 58


4.2.1

Sejarah Perkembangan ...................................................................... 58

4.2.2

Tujuan ............................................................................................... 59

4.2.3

Konsep 2.0 Campus Channel ITB .................................................... 59

4.2.4

Rancangan Sistem Kerja ................................................................... 60

4.2.5

Unit Sumber Daya Informasi ITB .................................................... 62

4.2.6

Unit Media KM ITB ......................................................................... 64

4.2.7

Siaran Percobaan Campus Channel ITB ........................................... 64

4.3

Social Network Analysis Campus Channel ................................................. 66

4.4

Analisis Pemanfaatan Campus Channel Networks 2007-2009 ................... 68

5.1

Perancangan Indikator Campus Channel Networks .................................... 73

5.2

Identifikasi Keberjalanan Campus Channel Networks ................................ 75

5.3

5.2.1

Campus Channel v.1 ......................................................................... 75

5.2.2

Campus Channel v.2 ......................................................................... 78

Identifikasi Kriteria Indikator ...................................................................... 84


5.3.1

5.4

5.5

Indikator Proses Penciptaan Pengetahuan Model SECI ................... 84

Identifikasi Persepsi Organisasi KM ITB .................................................... 89


5.4.1

Penyebaran Kuesioner ...................................................................... 89

5.4.2

Uji Kuesioner .................................................................................... 92

5.4.3

Hasil Entrepreneurial Orientation Survey......................................... 99

5.4.4

Hasil Entrepreneurial Leadership Questionnaire ............................ 100

Rekomendasi Indikator .............................................................................. 103


xii

6.1

Kesimpulan ................................................................................................ 104

6.2

Saran 105

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 12
LAMPIRAN................................................................................................................ 12

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1-1 Diagram Ishikawa Perumusan Masalah Campus CCN ITB .................... 5
Gambar 2-1 Model Knowledge Management Nonaka (Nonaka, 1995) .................... 13
Gambar 2-2 SECI Nonaka-Takeuchi Model [Nonaka, 1995] ................................... 15
Gambar 2-3 Spiral SECI Model Nonaka- Takeuchi [Nonaka, 1995] ........................ 16
Gambar 2-4 Grafik Jaringan Sosial [Hanneman, 2002] ............................................ 20
Gambar 2-5 Kategori Pengetahuan Organisasi [Popadiuk-Choo,2006] .................... 26
Gambar 2-6 Langkah-langkah Inovasi Jaringan [McKinsey, 2008].......................... 28
Gambar 2-7 Model Timmon tentang Keseimbangan Tindakan Entrepreneur .......... 31
Gambar 2-8 Empat Tipe Entrepreneurial Leaders [Thornberry, 2006] ................... 33
Gambar 2-9 Rantai Nilai 2.0 [Comfesse-Huang, Think Studio 2008] ...................... 34
Gambar 2-10 Pembentukan Kultur Kreatif [Collaborative Economics, 2000] ......... 35
Gambar 2-11 Ekonomi Kreatif Silicon Valley [Collaborative Economics, 2000] .... 37
Gambar 3-1 Bagan Metode Pendekatan Penelitian ................................................... 39
Gambar 3-2 Bagan Alir Metodologi Penelitian ......................................................... 40
Gambar 3-3 Persiapan Penelitian............................................................................... 41
Gambar 3-4 Investigasi Awal dan Analisis Permasalahan ........................................ 42
Gambar 4-1 Bagan Organisasi KM ITB .................................................................... 50
Gambar 4-3 Konsep Prosumer Campus Channel 2.0 [Sukarsono, 2007] .................. 60
Gambar 4- 4 Skema Teknis Campus Channel ........................................................... 60
Gambar 4-5 Program IP Radio Kampus .................................................................... 65
Gambar 4-6 Sistem Kerja Campus Channel 2.0 ........................................................ 67
Gambar 5-1 Sistem Kerja Campus Channel v.1 ........................................................ 76
xiv
xv

,Gambar 5-2 Peran Campus Channel Network .......................................................... 82


Gambar 5-3 Entrepreneurial Orientation Survey KM ITB ........................................ 99
Gambar 5-4 Diagram Entrepreneurial Orientation Survey KM ITB ....................... 100
Gambar 5-5 Entrepreneurial Leadership Questionnaire KM ITB ........................... 101

xvi
xv

DAFTAR TABEL

Tabel I-1 Keterkaitan dengan Penelitian-penelitian Terdahulu ................................... 9


Tabel 2-2 Klasifikasi Umum Perspektif Inovasi dan Penciptaan Pengetahuan
[Popadiuk-Choo,2006] ............................................................................................... 24
Tabel 2-3 Perbandingan Inovasi dan Penciptaan Pengetahuan [Popadiuk-Choo, 2006]
................................................................................................................................... 25
Tabel 2-4 Kepemimpinan dan Performansi Jaringan [McKinsey, 2008] .................. 29
Tabel 3-5 Protokol Pengambilan Data ....................................................................... 43
Tabel 4- 6

Pembagian Tugas Kolaborasi Unit Campus Channel 2007 ........ 61

Tabel 4-7 Riset Pusat Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi ITB ... 63
Tabel 4-8 Program IP TV Broadcast GTV ................................................................ 66
Tabel 4-9 Relasi Campus Channel Network .............................................................. 67
Tabel 4-10 CCN-Kabinet KM ITB periode 2007-2008............................................. 68
Tabel 4-11 CCN-Kabinet KM ITB periode 2008-2009............................................. 70
Tabel 5-12 Check List Keberjalanan Campus Channel 2007 .................................... 77
Tabel 5-13 Check List Keberjalanan Campus Channel 2008-2009 .......................... 83
Tabel 5-14 Indikator Proses Penciptaan Pengetahuan SECI ..................................... 84
5-15 Rancangan Indikator Proses Penciptaan Pengetahuan KM ITB ....................... 86
Tabel 5-16 Tabel Indikator Kultur Kreatif KM ITB.................................................. 87
Tabel 5-17 Data Psikologis Manusia ......................................................................... 88
Tabel 5-18 Data Psikologis Manusia ......................................................................... 91
Tabel 5-19 Case Process Summary EOS ................................................................... 92
Tabel 5-20 Uji Statistik Reliablitas : EOS ................................................................. 92

xvii
xvi

Tabel 5-21 Item-Total Statistics : EOS ...................................................................... 93


Tabel 5 -22 Case Processing Summary : ELQ .......................................................... 95
Tabel 5-23 Uji Statistik Realibilitas : ELQ ................................................................ 95
Tabel 5-24 Item-Total Statistics : ELQ...................................................................... 96
Tabel 5-25 EOS KM ITB........................................................................................... 99
Tabel 5-26 Data Psikologis Manusia ....................................................................... 103
Tabel 5-27 Kriteria Kultur Kreatif KM ITB ............................................................ 103

xviii
xvii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengetahuan adalah informasi yang mampu mengubah sesuatu atau seseorang, baik
berupa landasan dalam bertindak maupun membuat seorang individu (atau suatu
lembaga) menjadi mampu untuk bertindak secara berbeda atau lebih efektif
(Drucker, 2006).
Davenport dan Prusak (1998:5) mendefinisikan pengetahuan sebagai larutan
gabungan dari pengalaman yang terstruktur, informasi kontekstual, nilai-nilai dan
wawasan pakar yang memberikan kerangka untuk mengevaluasi dan memasukkan
informasi dan pengalaman baru
Di era globalisasi saat ini, Indonesia sebagai negara harus melakukan transformasi
holistik agar mampu berdiri sejajar dengan bangsa lain sehingga dapat menjaga
tujuan pendiriannya, yaitu menjamin kesejahteraan warga negaranya. Proses
transformasi ini sangat bergantung pada perguruan tinggi sebagai pusat peradaban
bangsa. Sebagai institusi pendidikan yang menempatkan diri sebagai pusat peradaban
bangsa Indonesia, sangat disayangkan ITB belum memiliki sistem informasi
terintegrasi yang mampu memperkaya wawasan serta meningkatkan pengetahuan
masyarakatnya sendiri dalam rangka mengembangkan keunggulan akademik.
Sumber informasi yang unik dan berlimpah belum dikelola dengan baik sehingga
seakan-akan masyarakat ITB hidup terkotak-kotak dalam sebuah lingkungan
bersama, terpisah oleh fakultas maupun program studi, tanpa saling mengetahui
berita-berita, yang terjadi atau prestasi yang berhasil dira ih di belahan bumi
Ganesha 10 lainnya. Akibatnya, tidak terjadi kolaborasi lintas pengetahuan
multidimensi sehingga proses penciptaan inovasi tidak optimal. Peranan penting
sebagai perguruan tinggi menuntut ITB untuk mampu secara berkelanjutan
menjalankan tridharma, yang meliputi pendidikan, penelitian, dan pengabdian
masyarakat.
Keunggulan ITB tidak lepas dari potensi modal insani yang luar biasa mulai dari
mahasiswa, dosen, karyawan, serta para lulusannya. Mahasiswa ITB datang dari
segala penjuru di Indonesia dengan potensi yang beragam dan berpeluang untuk ikut
serta dalam mengembangkan pengetahuan yang dimiliki oleh ITB. Di dalam
Halaman 1 dari 113

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

kemahasiswaan ITB terdapat 29 himpunan mahasiswa program studi dan 74 unit


kegiatan mahasiswa dengan berbagai bidang meliputi pendidikan, kajian, seni dan
budaya, agama, media, olahraga, dan lainnya. Himpunan mengembangkan potensi
mahasiswa ITB dalam hal keprofesiannya, memastikan bahwa mahasiswa ITB
mampu mengoptimalkan proses pembelajaran untuk menyiapkan diri menjadi
seniman, insinyur, dan ilmuwan yang mampu mengembangkan visi ITB. Sedangkan
unit merupakan tempat dikembangkan potensi non-keprofesian seperti kebudayaan,
seni, kemasyarakatan, dan keagamaan; tentunya berjalannya unit diwarnai oleh
potensi keilmuan yang dimiliki ITB.
Walaupun demikian, pengembangan pengetahuan dalam himpunan dan unit sangat
dibatasi oleh masa studi mahasiswa ITB. Berbeda dengan organisasi pada umumnya,
modal insani organisasi kemahasiswaan sangat mengalir di mana pergantian
pengurus hanya satu tahun dan keberadaan seseorang dalam suatu organisasi hanya
berkisar antar 4-6 tahun. Keberadaan hambatan ini menyebabkan proses transfer
pengetahuan yang relatif tidak baik di mana banyak pengetahuan yang buruk. Hal ini
secara jelas bagaimana setiap terjadi pergantian kepemimpinan di organisasi, maka
tidak banyak program-program kepemimpinan sebelumnya yang diteruskan atau
diperbaiki, bahkan mengulang kesalahan yang sama sehingga organisasi tidak belajar
dan menjadi jenuh. Kepemimpinan baru harus mendefinisikan masalah dan program
yang baru, akibatnya tidak terjadi peningkatan pencapain organisasi dari tahun ke
tahun. Keadaan mahasiswa yang mengalir inilah yang mendorong diperlukannya
suatu sistem transfer pengetahuan yang mampu mengatasi kondisi unik dari
kemahasiswaan ITB ini.
Campus Channel Networks: era ITB 2.0
Campus Channel Networks adalah wahana interaksi dan komunikasi berbasis IP
yang dibangun sebagai jejaring sosial dengan tujuan menumbuhkan kultur apresiatif,
sarana edukasi alternatif, dan berbagi pengetahuan dari, oleh, dan untuk komunitas
civitas akademika Institut Teknologi Bandung.
Sejauh ini, keberadaan Campus Channel didukung penuh baik oleh mahasiswa, ITB,
maupun alumni. Hal ini terjadi karena pelayanan informasi yang ada di ITB belum
mampu memenuhi kebutuhan akan informasi yang sangat tinggi. Keberadaan
Campus Channel menjadi inovasi dalam bidang layanan informasi yang diharapkan
mampu menjawab kebutuhan tersebut. Oleh karena itu, tim Campus Channel
mendapat respon positif mulai dari animo yang cukup tinggi dari masyarakat ITB,
kemudahan perizinan, dukungan pendanaan serta infrastruktur. Namun demikian,
Campus Channel masih harus diuji kontinuitas dan konsistensinya, mengingat
kebutuhan informasi bersifat kontinu dan primer. Selain itu, terlihat bahwa
Halaman 2 dari 113

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

kolaborasi Campus Channel belum menemukan bentuk jejaring pengetahuan yang


sesuai untuk kebutuhan komunitas ITB.
Berdasarkan studi pendahuluan terhadap keberjalanan Campus Channel, dalam kurun
waktu April 2007 hingga April 2009 diperoleh poin-poin persoalan sebagai berikut:

Terjadi kebingungan dalam koordinasi dan pembagian tugas. Masalah


miskoordinasi selalu muncul ke permukaan setiap kali evaluasi dilakukan.
Langkah-langkah perbaikan koordinasi yang dilakukan hingga saat ini belum
mampu menyelesaikan permasalahan secara menyeluruh. Sebagai riset baru,
Campus Channel masih mencari-cari bentuk pengelolaan yang paling sesuai.
Selama ini Campus Channel dikerjakan dalam bentuk tim khusus, yaitu tim
formatur beranggotakan 6 lembaga pada rentang tahun 2007-2008 dan
mengalami transisi sehingga dibentuk tim khusus Campus Channel beserta
komunitas kreatif ITB (termasuk 6 lembaga formatur) pada rentang tahun
2008-2009.
Ketimpangan kondisi lembaga tidak diantisipasi. Seringkali kinerja Campus
Channel terhambat akibat lembaga yang terhambat persoalan internal
sehingga tidak mampu memenuhi perannya. Salah satu unit penyokong
Campus Channel sempat vakum dan menyebabkan para pengelola
memodifikasi pola kerja agar bisa terus berlanjut. Karakter unit yang berbeda
menyebabkan terjadinya shock culture Campus Channel.
Regenerasi pengelola masih meragukan untuk dapat menjaga kontinuitas
Campus Channel ke depannya. Belum ada pengalokasian tenaga manusia
berdasarkan analisis kebutuhan yang aktual, serta transfer pengetahuan
internal lembaga menyebabkan hambatan informasi dan adaptasi yang
berulang tiap tahunnya.
Lembaga-lembaga KM ITB masih cenderung pasif, terhambat dengan tranfer
pengetahuan internal yang minim, serta tidak terbiasa berkolaborasi. Begitu
pula perbedaan kultur antar elemen ITB lainnya Namun, sesuai dengan citacita awal, penyelenggara Campus Channel sepakat untuk tidak mengadakan
sebuah organisasi baru, melainkan mengoptimalkan kolaborasi dan partisipasi
antar organisasi-organisasi pelaku dan Keluarga Mahasiswa ITB pada
umumnya.

Campus Channel sudah mulai bisa diakses. Namun keterlibatan masyarakat kampus
baru sebatas pengguna, belum menjadi produsen konten. Prosumer (producerconsumer) belum berhasil diciptakan di ITB. Pada kepengurusan KM ITB 08/09,
Campus Channel diperkenalkan ke Dirjen Telematika Menteri Komunikasi dan
Informasi Republik Indonesia yang kebetulan adalah alumni Teknik Industri ITB
angkatan 74, dan mendapat sambutan sangat positif. Berikut adalah perkembangan
yang menunjukkan besarnya peluang Campus Channel ke depannya:

Kesadaran masyarakat kampus mengenai pentingnya berkolaborasi dan


mengetahui potensi diri sudah mulai tumbuh. Hal ini dapat kita lihat dari
optimisme yang mulai terlihat, pergeseran paradigma gerakan mahasiswa,

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Halaman 3 dari 113

serta menjamurnya wadah kolaborasi dan aktivitas interdisipliner di KM ITB.


Campus Channel harus dikelola secara serius dan menjadi milik bersama
komunitas media di ITB. Semangat berbagi informasi, pengetahuan, serta
budaya apresiatif harus menjadi sendi dasar pengembangan Campus Channel
selanjutnya.
Tahun 2008, Campus Channel Network menjadi mitra media GKN KM ITB
serta beberapa kali terlibat dalam produksi aktivitas kemahasiswaan seperti
Concerto in G10 oleh ITB Student Orchestra, dan pembuatan album Save
Our Baksil bersama satuan tugas Lebak Siliwangi KM ITB. Lahirlah
prototype Campus Channel Records yang sekaligus meresmikan tranformasi
bentuk menjadi Campus Channel Networks.
Adanya peluang bagi Campus Channel sebagai ruang kolaborasi konstruktif
lintas civitas akademika, yaitu mahasiswa, dosen, karyawan, rektorat, alumni
dll. Dengan demikian, Campus Channel berkontribusi untuk memperkuat
solidaritas almamater ITB. Campus Channel juga potensial untuk menjadi
media penghubung dua arah antara kampus dengan dengan masyarakat,
pengusaha, maupun pemerintah.
Munculnya kebutuhan pengembangan Campus Channel dari Knowledge
Management System menjadi Knowledge Creating Company. Dengan
demikian, proses bisnis bertambah seiring dengan berkembangnya sistem,
misalnya periklanan, penyelenggaraan administrasi, biaya operasional, dan
sebagainya. Tahun 2009, dicanangkan sebagai Tahun Kreatif indonesia.
Campus Channel berpeluang besar menjadi potret pengembangan ekonomi
kreatif berbasis komunitas akademik.

Dari hasil evaluasi diatas dapat dilihat bahwa Campus Channel Networks merupakan
sebuah jejaring sosial yang memiliki peran penting dalam pengelolaan pengetahuan
dan inovasi bagi komunitas civitas akademika ITB maupun stakeholdernya. Namun,
pengembangan Campus Channel Networks perlu merumuskan kembali bentuk kultur
kolaborasi dan partisipasi 2.0 yang sesuai dengan karakteristik mahasiswa ITB dan
komunitas ITB sebagai penggerak utamanya.
Tingkat partisipasi yang rendah akan menyebabkan keberjalanan sistem tidak efektif
dan efisien. Tidak hanya itu, rendahnya angka partisipasi mahasiswa menunjukkan
bahwa perlu dilakukan evaluasi dan perbaikan terkait pelaksanaan Campus Channel
Network selama ini. Namun, Campus Channel Network belum memiliki indikatorindikator yang mampu menunjukkan sampai sejauh mana ia berhasil sebagai sistem
manajemen pengetahuan KM ITB berbasis web 2.0.
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian yang akan menjawab indikator
performansi untuk mengukur keberjalanan Campus Channel Network, baik sebagai
sebagai media pengelolaan pengetahuan KM ITB sekaligus sebagai wahana
kolaborasi partisipatif lintas komunitas civitas akademika ITB berbasis web 2.0.

Halaman 4 dari 113

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Dengan demikian, pengembangan Campus Channel Networks akan selalu terpantau


dengan baik sehingga ia mampu melakukan self-learning sekaligus self-innovation
sebagai sistem jaringan yang belajar sekaligus membuat prosumernya belajar.

Manusia

Bergantung
peminjaman alat ITB

Kebutuhan SDM
belum dianalisis

Infrastruktur
minimalis

Kurang berpengalaman
Keterbatasan
fitur informasi

Tidak ada
Pembekalan khusus

Bergantung
mood unit

Sulit mengadakan
konten

Rapat
kurang efektif

Kultur
Kerja berbeda

Ego unit
dominan

Konten luar harus


diproses ulang

Sistem kerjasama
belum sustain

Konten tidak beragam

Konten

Penyimpanan
Alat sulit

Kesulitan
peminjaman
peralatan

Maintenance
alat rusak belum
diperhitungkan

Tidak ada
badan hukum/
penanggungjawab

Skill SDM kurang

Narasumber
amatir

Infrastruktur
Tidak ada sekre/studio

Keterlibatan SDM minim

Metode

Belum adanya ukuran untuk mengevaluasi


Keberjalanan Campus Channel Networks
sebagai sistem manajemen pengetahuan KM ITB

ITB kurang
sadar informasi

Tidak terbiasa
berbagi

Informasi
mubazir
Pola hubungan
dengan rektorat
belum jelas
Kebutuhan info
belum terfasilitasi

Informasi
terlokalisasi
Sesama ITB
saling acuh

Lingkungan

Bergantung pada
unit media saja
Tidak ada
Pembekalan
khusus

Gambar 1-1 Diagram Ishikawa Perumusan Masalah Campus CCN ITB

1.2 Perumusan Masalah


Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
2.

Apa sajakah indikator kesuksesan Campus Channel sebagai sistem Manajemen


Pengetahuan berbasis web 2.0 untuk KM ITB?
Apakah Campus Channel yang ada sudah efektif sebagai sistem Manajemen
Pengetahuan berbasis web 2.0 untuk KM ITB? Jika belum, langkah-langkah
apa sajakah yang harus dilakukan selanjutnya?

Untuk menjawab masalah pertama, maka penelitian ini harus menjawab masalah
berikut terlebih dahulu:
1.
2.

Bagimanakah sistem kerja Campus Channel Network?


Bagaimanakan pola interaksi antar pelaku yang terjadi di dalamnya? Siapa saja
pelaku-pelaku yang sudah terlibat? Apa saja proses penciptaan pengetahuan
yang terjadi di dalamnya?

Sedangkan untuk menjawab masalah kedua, maka perlu dijawab terlebih dahulu
masalah berikut:

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Halaman 5 dari 113

1.
2.
3.

4.

5.

Bagaimanakah sistem manajemen pengetahuan KM sebelumnya?


Bagaimana kondisi keberjalanan Campus Channel Network hingga saat ini?
Apa kontribusi dan dampak dari keberadaan Campus Channel Network
terhadap manajemen pengetahuan KM ITB secara khusus, dan KM ITB secara
luas?
Bagaimanakah profil yang dibutuhkan untuk bisa mengoptimalkan
pemanfaatan Campus Channel Network? Sejauh mana profil tersebut saat ini
dimiliki oleh mahasiswa ITB sebagai individu dan Keluarga Mahasiswa ITB
sebagai organisasi?
Bagaimana target pengembangan Campus Channel ke depan? Apa saja
langkah-langkah yang harus dilakukan?

Pembangunan kultur kolaborasi dan partisipasi yang dimaksud meliputi


pembentukan pola kerja, interaksi, relasi, regenerasi, serta metode pengelolaan
pengetahuan yang berkelanjutan dan memperhatikan aspek karakteristik profil
mahasiswa ITB sebagai target prosumer (producer-consumer)

1.3 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan memenuhi kebutuhan serta menjawab permasalahan yang
disebutkan pada bagian sebelumnya. Dengan demikian tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1.
2.

Merancang indikator performansi kesuksesan Campus Channel Network ITB.


Memberikan informasi dan mempelajari dimensi kunci dari organizational
entrepreneurship serta dimensi-dimensi intrapreneurship yang dipraktekkan
sehari-hari oleh para pelaku organisasi di Keluarga Mahasiswa ITB, dalam
rangka mengoptimalkan kinerja Campus Channel Networks

1.4 Pembatasan dan Asumsi Masalah


1.4.1 Batasan Masalah
Masalah yang dibahas merupakan permasalahan yang terkait dengan keberjalanan
Campus Channel Network sebagai sistem pengelolaan pengetahuan KM ITB
berbasis web 2.0 dengan batasan berikut:
1.

Penelitian menekankan kepada perancangan indikator sejauh mana transfer


pengetahuan dapat dilakukan dengan adanya Campus Channel Network.
Identifikasi proses dan interaksi di didalamnya hanya dilakukan untuk
membantu perancangan indikator yang diperlukan.

Halaman 6 dari 113

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

2.

3.
4.
5.

Analisis organizational entrepreneurship Keluarga Mahasiswa ITB hanya


dilakukan untuk melihat keterkaitannya terhadap upaya pengoptimalan
Campus Channel Network ke depan.
Data-data yang akan dianalisis diperoleh dari pelaku serta dokumentasi
kegiatan dalam kurun waktu bulan April 2007-April 2009.
Bentuk partisipasi yang akan dianalisis hanya yang telah dilakukan dalam
kurun waktu bulan April 2007-April 2009
Program kerja Campus Channel yang akan dievaluasi hanya program yang
berhubungan dengan Keluarga Mahasiswa ITB.

1.4.2 Asumsi Masalah


Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan asumsi :
1.

2.
3.

4.
5.

Data penelitian adalah perspektif, yaitu jawaban responden mencerminkan


pandangan, pendapat dan persepsi responden yang sebenarnya atas kondisi
yang terjadi, bukan merupakan harapan atau antisipasi atas keadaan yang ada.
Persepsi responden adalah persepsi diri sendiri sebagai individu atau anggota
kelompok.
Peneliti berperan sekaligus sebagai peneliti dan pelaku sistem. Dalam
penulisan makalah ini, peneliti hanya menggunakan sudut pandang sebagai
pengamat, sedangkan sudut pandang sebagai pelaku sistem digunakan untuk
keperluan pengumpulan data, misalnya sebagai responden penelitian.
Deskripsi jabatan dalam tiap unit kerja yang menjadi populasi penelitian adalah
sama secara mendasar sehingga dapat diperbandingkan.
Jam kerja Campus Channel tentatif, karena sistem belum stabil dan established
secara resmi

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat yang dapat diperoleh dengan penelitian ini adalah:
1.

Informasi mengenai model kolaborasi dan partisipasi berbasis web 2.0 yang
berlangsung di Campus Channel Networks

ITB beserta bentuk-bentuk

partisipasi dan faktor psikososial di dalamnya yang dapat memberikan


masukan untuk perbaikan kinerja ke depan.
2.

Indikator performansi kesuksesan sistem manajemen pengetahuan Campus


Channel Networks berbasis web 2.0 sebagai landasan perbaikan dan inovasi
program-program serupa ke depannya.

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Halaman 7 dari 113

3.

Target pengembangan Campus Channel Networks dan komunitas kreatif ITB


selanjutnya.

4.

Pengembangan model manajemen pengetahuan berbasis web 2.0 untuk


komunitas akademik yang dapat juga diterapkan di tempat lain.

5.

Optimasi Campus Channel sebagai model jejaring sosial berbasis komunitas


kampus yang menjadi ruang kolaborasi konstruktif dan memperkuat solidaritas
almamater lintas civitas akademika, yaitu mahasiswa, dosen, karyawan,
rektorat, alumni dll.

6.

Pengembangan model interaksi dan komunikasi berbasis web 2.0 yang mampu
memediasi penyerapan pengetahuan dan inovasi perguruan tinggi oleh
lingkungannya secara dua arah dalam rangka meningkatkan kualitas hidup
masyarakat secara luas.

1.6 Posisi Penelitian


Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini. Posisi
penelitian dan keterkaitan dengan penelitian-penelitian terdahulu diperlihatkan pada
Tabel 1.1.
Penelitian ini mengembangkan konsep manajemen pengetahuan berbasis komunitas
akademik model 2.0 berdasarkan prinsip kolaborasi massal Tapscott & Williams
(2006). Tapscott & Williams memperkenalkan terminologi prosumer (gabungan dari
kata Customers dan Producers) yaitu dimana individu dalam komunitas berperan
sekaligus sebagai produsen informasi, mengelolanya, sekaligus menikmatinya
sebagai konsumen
Ketersediaan infrastruktur di ITB sendiri dijelaskan pada penelitian Langi (2006)
mengenai konsep Smart Campus, dimana ITB melakukan swadaya informasi.
Penelitian ini juga merupakan pengembangan lebih lanjut dari konsep Smart Campus
tersebut.
Creative Community (Walesh & Henton, 2000) memberikan landasan pemikiran
global tentang pembentukan masyarakat kreatif dengan studi kasus Silicon Valley
dan kemudian ditekankan lebih spesifik untuk wilayah Bandung pada penelitian
BHTV oleh Armein Z. Langi dan tim PPTIK ITB tahun 2001.
Penelitian ini menghasilkan identifikasi potensi kolaborasi dan partisipasi Keluarga
Mahasiswa ITB dimana menitikberatkan kepada manajemen pengetahuan komunitas
Halaman 8 dari 113

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

mahasiswa. Sistem kerja dirancang berdasarkan buku Macroergonomics (Hendrick&


Kleiner, 2000), analisis jejaring lintas pelaku dalam organisasi kemahasiswaan
dengan metode Social Network Analysis (Heramann, 200) serta mengidentifikasi
proses penciptaan pengetahuan yang terjadi berdasarkan pendekatan model SECI
dalam buku The Knowledge-creating Company (Nonaka & Takeuchi, 1995).

Tabel I-1 Keterkaitan dengan Penelitian-penelitian Terdahulu

NAMA
PENELITI

JUDUL PENELITIAN

DESKRIPSI PENELITIAN

Nonaka &
Takeuchi
(1995)

The Knowledge-creating
Company

Model SECI (Socialization, Externalization,


Combination, and Internalization), proses
penciptaan pengetahuan (knowledge) berdasarkan
interaksi tacit-explicit knowledge

Nonaka &
Takeuchi
(1995)

Theory of Organizational
Knowledge Creation

Dimensi epistemologi dan ontologi dalam


penciptaan pengetahuan di organisasi

The Creative Community:

Konsep komunitas kreatif dengan partisipasi


kultural pada pengembangan ekonomi dan
masyarakat di Silicon Valley

Walesh & Henton


(2000)

Leveraging Creativity and


Cultural Participation

Usulan konsep BHTV sebagai upaya kota


Bandung menjadi electronic super site yang
mendorong tumbuhnya industri IT yang
berorientasi pasar global

Langi
(2001)

Pengembangan Industri
Teknologi Informasi dan
Software di BHTV

Hanneman
(2002)

Introduction to Social
Network Methods

Langi
(2006)

ITB Smart Campus: Peer


Production of Knowledge
Community

Konsep Smart Campus ITB dengan swadaya


sistem informasi berbasis jaringan IP (AI3)

Tapscott &
Williams
(2006)

Wikinomics: How Mass


Collaboration Changes
Everything

Konsep Mass Collaboration meliputi latar


belakang, tren dan studi kasus, peer production,
prosumer, prinsip bisnis, dll.

Popadiuk & Choo


(2006)

Innovation and knowledge


creation: How are these
concepts related?

Relasi antara inovasi dan penciptaan pengetahuan


dari segi konsep, teori-teori, model, dan
turunannya

Barsh, Capozzi &


Davidson
(2008)

McKinsey Quarterly:
Leadership and Innovation

Konsep kepemimpinan yang mendukung


terjadinya inovasi pada suatu organisasi, misalnya
inovasi pada jaringan

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Pengenalan metode Analisis Jejaring Sosial, mulai


dari konsep dasar, pengembangan, dan
implementasi

Halaman 9 dari 113

Marin & Wellman


(2009)

Social Network Analysis:


An Introduction

SNA sebagai ilmu sosial dan bukan sebagai


metode atau teori yang sempit. Definisi jejaring
sosial, prinsip perspektif jejaring sosial, teori,
implementasi.

1.7 Sistematika Penulisan


Laporan Tugas Akhir ini disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini dijelaskan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan dari
penelitian, batasan masalah, asumsi penelitian, manfaat penelitian, posisi penelitian,
dan sistematika penulisan Laporan Tugas Akhir ini.
Bab II Dasar Teori
Dalam bab ini dipaparkan sejumlah konsep, teori, dan fakta yang menjadi dasar
penelitian yaitu mengenai manajemen pengetahuan, analisis jejaring sosial, inovasi
dan penciptaan pengetahuan, inovasi pada jaringan, budaya kewiraan, serta
manajemen kolaboratif dan partisipatif 2.0.
Bab III Metodologi Penelitian
Bab ini menguraikan metodologi penelitian yang digunakan dalam memecahkan
permasalahan sesuai dengan tujuan penelitian yang meliputi pendekatan penelitian
dan tahapan umum penelitian.
Bab IV Pengumpulan dan Pengolahan Data
Bab ini berisi interpretasi Campus Channel Networks sebagai jejaring pengetahuan
KM ITB berbasis web 2.0 berdasarkan landasan teori yang dijabarkan dalam bab
sebelumnya.
Bab V Perancangan dan Analisis Sistem
Bab ini menguraikan perancangan indikator Campus Channel Networks, serta usulan
perbaikan berdasarkan evaluasi yang dilakukan untuk kondisi saat ini.

Halaman 10 dari 113

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Perancangan indikator, evaluasi, serta usulan perbaikan sistem dilakukan


berdasarkan analisis sistemik menggunakan pendekatan SECI Model Nonaka,
perspektif Analisis Jejaring Sosial atau Social Nertwork Analysis untuk
mengidentifikasi perilaku sistem Campus Channel Networks serta identifikasi
organizational entrepreneurship Keluarga Mahasiswa ITB yang kemudian
dikolaborasikan dengan hasil tes psikologi mahasiswa ITB angkatan 2005-2008
untuk mengidentifikasi perilaku target prosumer Campus Channel.
Baik identifikasi perilaku sistem maupun identifikasi target prosumer dilakukan
dalam rangka memenuhi tujua penelitian
Bab VI Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisi kesimpulan atas hasil analisis yang dikaitkan dengan tujuan penelitian
dan saran-saran penulis yang berhubungan dengan penelitian agar dapat menjadi
masukan bagi penelitian-penelitian lanjutan maupun berupa saran untuk
mengimplementasi konsep yang diajukan

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Halaman 11 dari 113

BAB II
DASAR TEORI

2.1 Manajemen Pengetahuan


Knowledge Management (KM) atau manajemen pengetahuan adalah suatu keilmuan
yang terdiri dari berbagai praktek-praktek yang digunakan dalam suatu organisasi
untuk mengidentifikasi, membuat, merepresentasikan, mendistribusikan dan
memungkinkan adopsi dari pengalaman dan wawasan. Wawasan dan pengalaman
seperti itu terdiri dari pengetahuan, baik yang tercantum dalam individu atau
organisasi yang terdapat dalam proses atau praktek. Knowledge Management (KM)
merujuk kepada sebuah pendekatan multi-disiplin untuk mencapai tujuan organisasi
dengan menggunakan secara maksimal pengetahuan yang dimiliki oleh organisasi.
KM berfokus pada proses seperti memperoleh, menciptakan dan berbagi ilmu dan
budaya dan teknis dasar yang mendukungnya.
Nonaka bersama dengan beberapa peneliti lainnya berusaha menggagas suatu model
dinamis proses terbentuknya pengetahuan (knowledge) yang memungkinkan
munculnya inovasi untuk terciptanya suatu perusahaan yang menghasilkan
pengetahuan (knowledge-creating company), penelitian ini dilakukan dengan
mengamati perusahaan-perusahaan besar di Jepang seperti Honda, Mazda,
Matsushita, Canon, dan NEC. Di era ekonomi di mana satu-satunya hal yang pasti
adalah ketidakpastian, satu hal yang pasti dapat menghasilkan keunggulan suatu
organisasi adalah pengetahuan. Ketika perubahan pasar begitu cepat, kompetisi yang
meningkat dengan cepat, dan teknologi yang berkembang dengan cepat, perusahaan/
organisasi yang sukses adalah perusahaan yang secara konsisten menciptakan
pengetahuan baru dan menyebarkanya secara menyeluruh kepada seluruh bagian dari
perusahaan, dan mewujudkan pengetahuan tersebut dalam teknologi atau produk
baru.
Menurut Nonaka, pengetahuan tercipta ketika terjadi interaksi sosial antara
pengetahuan explicit dan tacit. Pengetahuan explicit adalah pengetahuan yang
diekspresikan dalam kata-kata, angka-angka, atau suara, dan dibagikan kepada orang
lain dalam bentuk data, rumusan ilmiah, rekaman audio, gambar, spesifikasi produk,
atau petunjuk. Pengetahuan ini mudah untuk ditransfer kepada individu-individu
secara formal dan sistematis.
Halaman 12 dari 113

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Berbeda dengan pengetahuan explicit, pengetahuan tacit relatif lebih sulit untuk
digambarkan dan diekspresikan, pengetahuan ini sulit untuk dikomunikasikan atau
dibagikan dengan orang lain karena sangat pribadi dan sulit untuk diformulasikan.
Pengetahuan tacit meliputi dua dimensi: dimensi teknis yang terdiri atas kemampuan
dan keterampilan yang informal dan telah melekat dalam pemiliknya, dan, dimensi
kognitif yang terdiri atas kepercayaan, persepsi, idealisme, nilai, emosi, dan mental.
Menurut Nonaka pengetahuan bukan hanya terdiri atas explicit atau tacit saja, tapi
keduanya membentuk pengetahuan.
Business
Strategy

Long Term KM

Customer
Demand

Aggregate
Map

Maintenance
KM
Capacity
Map

Deficiency Map

Adaptation

Knowledge Resources
(Human, Data Implicit,
Explicit)

Operational
KM

Availability
Map

SLC

Product/
Service
Production/Service
Process w/
Knowledge Workers

Gambar 2-1 Model Knowledge Management Nonaka (Nonaka, 1995)

2.2 Model SECI Nonaka-Takeuchi


Model SECI (Socialization, Externalization, Combination, and Internalization)
adalah sebuah model proses terciptanya pengetahuan (knowledge) yang diusulkan
oleh Ikujiro Nonaka dan Hirotaka Takeuchi untuk memahami sifat dinamis dari
terciptanya pengetahuan dan untuk mengatur proses tersebut secara efektif.
Kelebihan dari model ini adalah adanya apresiasi dari sifat dari pengetahuan dan
penciptaanya yang dinamis dan dipaparkanya kerangka manajemen yang relevan
untuk proses-proses penciptaan pengetahuan tersebut.
Model dinamis penciptaan pengetahuan (knowledge creation) yang diusulkan
didasarkan berdasarkan konversi pengetahuan (knowledge conversion), yang
merupakan interaksi sosial antar pengetahuan explicit dan tacit antara sekelompok
individu dalam suatu perusahaan. Nonaka menyatakan bahwa terdapat empat mode
konversi pengetahuan, yaitu:

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Halaman 13 dari 113

2.2.1 Socialization
Proses Socialization adalah proses penciptaan pengetahuan tacit dari pengetahuan
tacit yang dimiliki oleh orang lain. Kunci dari proses ini adalah pengalaman, tanpa
adanya pengalaman yang dibagikan bersama-sama dengan seseorang akan sulit untuk
memahami pemikiranya. Seorang murid (magang/apprentice) bekerja bersama
dengan mentornya dan mempelajari keterampilan yang dimiliki mentornya bukan
lewat bahasa tapi lewat pengamatan, imitasi, dan latihan. Salah satu aplikasi dari
proses ini adalah on-the-job training yang umum dilaksanakan oleh perusahaanperusahaan.
2.2.2 Externalization
Proses ini adalah proses konversi dari pengetahuan tacit ke pengetahuan explicit, dan
merupakan proses yang memegang kunci dalam penciptaan pengetahuan
dibandingkan dengan tiga proses lainya. Dalam proses ini tacit menjadi explicit
dalam wujud metafora, analogi, konsep, hipotesis, atau model. Bahasa adalah salah
satu wujud mengartikulasikan suatu pengetahuan tacit menjadi explicit di mana
menulis adalah upaya mengkonversi tacit menjadi explicit. Akan tetapi, ekspresi
dalam bahasa tersebut kadang kurang sesuai, tidak konsisten, dan kurang dalam,
keadaan ini mendorong munculnya refleksi bersama dan interaksi antar individu.
Externalization umumnya terlihat dalam prosep pembuat konsep dan didorong oleh
dialog dan refleksi bersama. Untuk mengkonversi pengetahuan tacit menjadi explicit
secara efektif dan efisien umumnya digunakan metafora, analogi, dan model secara
sekuensial.
Metafora adalah cara untuk memahami sesuatu dengan membayangkan sesuatu yang
lain sebagai simbol. Metafora umum digunakan dalam metode non-analitik untuk
menciptakan konsep radikal (Bateson, 1979). Metafora merupakan alat untuk
menciptakan jaringan konsep-konsep baru karena metafora merupakan gabungan
dari dua kata yang memiliki makna berbeda yang artinya merupakan interaksi dari
dua kata tersebut (Richards, 1936). Metafora seringkali mendorong ditemukanya
makna baru dari sesuatu atau bahkan terbentuknya formasi baru. Mendengar suatu
metafora, pendengar yang berbeda akan membayangkan sesuatu yang mungkin
berbeda. Perbedaan tersebut akan diselaraskan dengan analogi, di mana analogi
mengedepankan kemiripan dari dua hal yang berbeda. Analogi membantu
pemahaman akan objek yang sedang dibayangkan melalui sesuatu yang telah
diketahui dan menjembani jarak antara suatu bayangan dan model logis. Ketika
konsep explicit telah dibuat, konsep tersebut dimodelkan dalam suatu model logis di
mana tidak ada pertentangan konsep di dalamnya. Semua konsep harus diekspresikan
dalam bahasa yang sistematis dan logika yang koheren.

Halaman 14 dari 113

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

2.2.3 Combination
Combination adalah proses membuat konsep-konsep yang telah ada menjadi suatu
sistem pengetahuan (knowledge system), proses ini mengkonversi pengetahuan
explicit yang beragam menjadi satu pengetahuan explicit yang lebih besar. Dalam
proses ini individu-individu menukarkan dan mengkombinasikan pengetahuan lewat
media-media seperti dokumen, pertemuan, percakapan telepon, dan jaringan
komunikasi terkomputerisasi. Penyusunan ulang dari informasi existing lewat sortir,
penambahan, kombinasi, dan pengelompokan dari pengetahuan explicit dapat
memunculkan pengetahuan baru. Dalam proses ini, beberapa konsep-konsep dalam
manajemen menengah (middle management) dikombinasikan menjadi konsep yang
besar, misalnya visi perusahaan. Proses ini dapat terjadi dengan penggunaan secara
kreatif jaringan komunikasi terkomputerisasi dan fasilitas penyimpanan data skala
besar.
2.2.4 Internalization
Internalization adalah proses memastikan bahwa pengetahuan explicit yang dimiliki
oleh perusahaan dipahami oleh individu dan individu tersebut mampu
menambahkanya sebagai pengetahuan tacit yang dimilikinya. Dalam proses ini,
terjadi transfer pengetahuan tacit yang telah melewati proses socialization,
externalization, dan combination dari satu individu ke individu lainya. Dengan
transfer pengetahuan ini, terjadilah spiral baru dari penciptaan pengetahuan dan
dengan kata lain, terjadilah inovasi dari pengetahuan itu sendiri.
Proses konversi pengetahuan yang diusulkan oleh Nonaka dapat dilihat pada
Gambar 2.2.

Gambar 2-2 SECI Nonaka-Takeuchi Model [Nonaka, 1995]

Konsep terbaru dari Nonaka tentang modelnya adalah Spiral Pengetahuan


(Knowledge Spiral) yang melengkapi model konversi pengetahuan yang telah
dibahas. Pada model konversi pengetahuan di atas, konversi dari pengetahuan tacit

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Halaman 15 dari 113

ke tacit dan explicit ke explicit tidak akan memperluas pengetahuan yang dimiliki
oleh suatu perusahaan, dengan kata lain tidak memunculkan inovasi. Penciptaan
pengetahuan oleh suatu organisasi adalah interaksi kontinu dan dinamis antara
pengetahuan tacit dan explicit. Interaksi ini dibentuk oleh pergantian antara modemode konversi pengetahuan yang dipicu oleh hal-hal tertentu. Proses ini terlihat pada
Gambar 2-3.
Awalnya proses socialization dilakukan dengan membangun ruang interaksi yang
memfasilitasi proses sharing pengalaman dan model mental. Lalu externalization
dipicu oleh dialog atau refleksi kolektif yang menggunakan metafora atau analogi
yang tepat yang membantu anggota tim memahami pengetahuan tacit tersembunyi
yang sulit untuk dikomunikasikan. Langkah ketiga, combination dipicu oleh jaringan
dari pengetahuan baru yang tercipta dengan pengetahuan existing dari bagian lainya
dari organisasi, lalu mewujudkan dalam suatu produk, layanan, atau sistem.
Selanjutnya, proses internalization terwujud lewat keinginan untuk belajar lewat
praktek.

Gambar 2-3 Spiral SECI Model Nonaka- Takeuchi [Nonaka, 1995]

Akan tetapi, sebuah organisasi tidak dapat menciptakan pengetahuan sendiri.


Pengetahuan tacit dari individu-individu adalah dasar penciptaan pengetahuan
organisasi. Organisasi harus mampu memobilisasi pengetahuan tacit yang tercipta
dan mengakumulasinya pada level individu. Pengetahuan tacit tersebut secara
organisasi diperbesar melalui empat model konversi energi dan dibakukan pada
tingkat yang lebih tinggi. Dalam spiral pengetahuan, interaksi antara tacit dan
explicit akan semakin besar, yang berarti penciptaan pengetahuan organisasi
(inovasi) bermula dari tingkat individu dan bergerak memperluas wilaya interaksi
yang melewati seksi, departemen, divisi, dan batas-batas organisasi lainya.

Halaman 16 dari 113

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

2.3 Pendukung Penciptaan Pengetahuan Organisasi


Untuk dapat mendukung terciptanya Penciptaan Pengetahuan Organisasi maka perlu
diciptakan kondisi yang memungkinkan terjadinya spiral pengetahuan. Gagasan
Nonaka, kondisi yang harus dipenuhi untuk hal tersebut adalah:
2.3.1 Intensi
Spiral pengetahuan dikendalikan oleh intensi organisasi yang didefinisikan sebagai
cita-cita organisasi untuk mencapai tujuanya. Intensi ini menentukan strategi dari
perusahaan yang menentukan langkah-langkah yang diambil oleh perusahaan.
Strategi perusahaan akan menentukan pengetahuan apakah yang harus
dikembangkan dan bagaimana mengoperasikanya menjadi sebuah sistem manajemen
yang dapat diimplmentasikan. Pada organisasi, intensi umum diekspresikan sebagai
standar organisasi atau visi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi dan
menjustifikasi pengetahuan yang diciptakan. Untuk dapat menciptakan pengetahuan,
orgnisasi harus mampu menyusun suatu intensi organisasi dan mengusulkanya pada
pegawai lalu menyusun suatu komitmen kolektif untuk mengarahkan mereka.
2.3.2 Otonomi
Menurut Nonaka, dalam suatu organisasi seluruh anggota harus diperbolehkan
bertindak bebas selama keadaan memungkinkan. Dengan memberikan otonomi,
organisasi mampu meningkatkan kesempatan ditemukanya peluang yang tak terduga.
Otonomi juga akan mampu memotivasi diri mereka untuk menciptakan pengetahuan
baru. Ide-ide orisinil muncul dari individu-individu otonom, menyatu dengan tim,
dan menjadi ide organisasi.
2.3.3 Fluktuasi dan Kekacauan Kreatif
Fluktuasi muncul dari keterbukaan organisasi terhadap lingkungan di sekitarnya.
Sikap terbuka terhadap sinyal dari lingkungan sekitar memungkinkan organisasi
untuk mengadaptasi ambiguitas, redudansi, atau gangguan untuk meningkatkan
sistem pengetahuan mereka. Ketika fluktuasi diperkenalkan, maka anggota
organisasi secara terpaksa harus mengubah kebiasaan dan rutinitas atau disebut juga
zona nyaman. Keterpaksaan ini mengkondisikan anggota organisasi untuk
memikirkan kembali sikap dasar yang lazim dilakukan olehnya. Kondisi memikirkan
kembali (evaluasi) ini mendorong munculnya konsep-konsep baru yang
menghasilkan inovasi.
Kekacauan kreatif atau Creative Chaos adalah kekacauan yang sengaja ditimbulkan
oleh pimpinan organisasi untuk menciptakan sense of crisis yang mendorong tensi
organisasi dan memusatkan perhatian anggota organisasi pada upaya untuk
memecahkan masalah tersebut. Kekacauan kreatif dapat dimunculkan oleh pimpinan

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Halaman 17 dari 113

dengan memunculkan ambiguitas dalam pemberian instruksi atau internalisasi


strategi, akan tetapi harus diimbangi dengan kebiasaan untuk merefleksikan kegiatan
yang telah dilaksanakan. Bila kebiasaan tersebut tidak dimiliki organisasi, maka akan
timbul kebingungan yang menyebabkan kekacauan yang menghancurkan. Menurut
Schon (1983), ketika seseorang melakukan refleksi pada kegiatannya, ia menjadi
peneliti dalam konteks praktek. Dia tidak tergantung pada kategori dari teori dan
teknik yang telah ada, tetapi menciptakan teori yang baru menghadapi masalah yang
ada.
2.3.4 Redudansi
Redudansi yang dimaksud dalam teori Nonaka adalah diberikannya informasi kepada
anggota organisasi yang tidak berhubungan dalam operasional pengolahan informasi
tersebut untuk menghasilkan pengetahuan. Secara lugas, redudansi adalah kondisi di
mana individu-individu dalam organisasi membagikan konsep yang dimilikinya
kepada individu yang mungkin tidak memerlukan konsep tersebut. Redudansi
informasi akan mendorong individu-individu untuk memberikan masukan-masukan
kepada individu yang berhubungan langsung dengan informasi tersebut dari
perspektif yang berbeda. Masukan ini akan mempercepat proses penciptaan
pengetahuan.
2.3.5 Tuntutan yang beragam
Menurut Ashby (1956), keragaman internal suatu organisasi harus mengimbangi
keragaman dan kompleksitas dari lingkungan untuk dapat menghadapi tantangan
yang dimiliki oleh lingkungan. Setiap anggota organisasi harus memiliki kemampuan
yang beragam agar siap menghadapi berbagai kemungkinan yang timbul. Hal ini
dapat terjadi dengan mengkombinasikan informasi dalam organisasi secara fleksibel,
beragam, dan cepat, dan dengan menyediakan akses informasi yang sama kepada
setiap anggota organisasi.

2.4 Analisis Sistem Kerja Industri


Sistem sosioteknik mempunyai tiga subsistem yang saling berkaitan dan
mempengaruhi subsistem perancangan organisasi sistem kerja. Ketiga subsistem itu
dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Subsistem Teknologi. Woodward (1965) menyatakan bahwa teknologi adalah
penentu struktur organisasi. Teknologi dikategorikan berdasarkan mode atau
teknologi produksi, knowledge-based technology, atau tingkat otomasi yang
digunakan.
Halaman 18 dari 113

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Berdasarkan mode produksi, misalnya dapat dikategorikan lagi menjadi


teknologi produksi berdasarkan unit (job shop), teknologi produksi masal
(mass production), dan teknologi produksi berdasarkan proses.
2. Subsistem Personel. Terdiri dari tiga karakteristik kritis subsistem, yaitu
tingkat profesionalisme, faktor demografi, dan faktor psikososial
3. Subsistem Lingkungan Eksternal. Terdiri dari lingkungan internal (fisik) dan
lingkungan eksternal. Lingkungan internal melingkupi temperatur,
kelembaban, pertukaran udara, pencahayaan, warna, suara, bising, zat kimia,
debu, logam, dan lain-lain yang dapat berpengaruh pada sistem kerja.
Sedangkan lingkungan eksternal adalah kondisi eksternal yang berpengaruh
baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap pelaksanaan sistem
kerja.
Dalam Macroergonomics: An Introduction to Work System Design, analisis dan
perancangan sistem kerja secara makro mencakup dua hal yang berkaitan erat, yaitu:
1. Analisis dan perancangan dimensi struktural sistem kerja, merupakan
analisis terhadap dimensi struktur yang tercermin dari tingkat
kompleksitas, formalisasi dan sentralisasi.
2. Analisis dan perancangan proses sistem kerja, meliputi analisis penugasan
pekerjaan manual dengan pekerjaan terotomasi dan bagaimana mendesain
ulang sistem kerja yang lama.

2.5 Analisis Jejaring Sosial


Social network atau jejaring sosial merupakan suatu kumpulan titik-titik (atau
anggota jaringan) yang terhubung satu sama lain dengan berbagai jenis relasi
(Wasserman and Faust, 1994). Senada dengan Wasserman dan Faust, Hanneman
dalam Introduction to Social Network Methods mendefinisikan jejaring sosial
sebagai sekumpulan aktor (atau titik-titik) yang memiliki hubungan atau keterikatan
antara satu dengan yang lainnya (Hanneman, 2001).
Social Network Analysis atau analisis jejaring sosial dibangun dengan ide dasar
bahwa setiap orang terikat pada jejaring-jejaring relasi tatap muka dengan orang lain.
Keluarga, tetangga, sekolah, komunitas, dan bahkan masyarakat dalam berbagai
derajat/status merupakan entitas sosial dari dalam diri mereka sendiri (Hanneman,
2002).
SNA disampaikan dalam bentuk grafik atau bagan. Bagan jaringan berupa sejumlah
nodes atau titik (sebagai perlambangan aktor/pelaku) dengan rangkaian vektor-vektor

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Halaman 19 dari 113

(sebagai perlambangan karakter relasi antar pelaku). Dalam intepretasinya, SNA juga
seringkali disampaikan dalam bentuk matriks maupun matematika deskriptif.
Metode SNA memiliki ciri sebagai berikut:

Analisis jejaring sosial bukan merupakan teori maupun metodologi,


melainkan merupakan suatu perspektif atau paradigma.
Menekankan pada keberadaan relasi atau pola keterkaitan antar pelaku-pelaku
jaringan, bukan terhadap pelaku sebagai individu beserta atributnya.
Merupakan pemetaan dan pengukuran hubungan dan aliran antar orang,
kelompok, organisasi, komputer atau badan pemrosesan informasi dan
pengetahuan lainnya (Hanneman, 2002)
Menunjukkan analisis matematis dan atau statistik deskriptif sebagai
interpretasinya dari relasi antar aktor.
Konsep ini dekat dengan ilmu sosiologi, antropologi, matematika, statistik
deskriptif, sistem informasi dan perilaku organisasi

Dengan keunikan tersebut, pengambilan sampel untuk mengidentifikasi aktor-aktor


pada suatu jaringan tidak dilakukan secara acak (random) seperti survey atau
penelitian kebanyakan, melainkan dengan metode penentuan sampel khusus.
SNA menggunakan premis awal bahwa kehidupan sosial dibangun terutama dan
yang paling penting oleh relasi dan pola-pola yang dibentuk atas relasi-relasi
tersebut (Wasserman and Faust, 1994).
Simple Graph

Directed Graph
AB

AB
menggambarkan
percakapan dua arah

menggambarkan bagaimana A meminta saran


dari B, namun B tidak melakukan hal yang sama
terhadap A. percakapan terjadi hanya satu arah

Gambar 2-4 Grafik Jaringan Sosial [Hanneman, 2002]

Secara umum, SNA menganalisis bagaimana seorang individu terhubung dalam


suatu struktur dan bagaimana struktur terbentuk dari relasi-mikro antara bagianbagian individu (Hanneman, 2002).
Secara organisasi, SNA menganalisis bagaimana seorang pelaku (pegawai,
departemen, dll) terhubung satu sama lain melalui interaksi mereka. Melalui SNA,
suatu peta pengetahuan dapat dihasilkan untuk membantu proses audit pengetahuan.
Halaman 20 dari 113

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

2.5.1 Struktur Jejaring


Jaringan data diwakili oleh aktor dan relasi (atau nodes dan hubungan, dll). Aktor
diwakili oleh titik/nodes. Relasi adalah satu atau lebih kondisi interdependensi yang
menghubungkan antar titik-titik yang membentuk suatu struktur sosial.
Relasi interdependensi bisa berupa nilai, visi, ide dan gagasan, transaksi keuangan,
teman, saudara, kesukaan, konflik, perdagangan, link website, hubungan manusia,
penyebaran penyakit (epidemiologi) atau rute penerbangan.
Struktur jaringan terdiri dari titik pusat dan kerangka jaringan. Titik pusat
merupakan kekuatan, stratifikasi, peringkat, dan kesenjangan yang terjadi dalam
struktur sosial. Titik pusat menjadi ukuran seberapa dekat seorang individu terhadap
pusat aktivitas dari suatu jaringan.
Terdapat tiga pendekatan untuk mengukur titik pusat, yaitu:
1.

Nilai Derajat, menunjukkan jumlah keterkaitan langsung yang dimiliki


seorang pelaku.
a.

Aktor dianggap sebagai pusat jika ia memiliki derajat tinggi.

b.

Semakin tinggi derajat aktor, maka semakin kuat kemungkinan


pengaruhnya dalam suatu jejaring.

c.

Aktor dengan derajat tinggi memperoleh peluang lebih besar karena


memiliki alternatif dan mereka mengisi tempat khusus di setiap pelaku
lainnya.

d.

Dengan data langsung, kepusatan dari seorang aktor terbagi menjadi indegree dan out-degree. Aktor dengan in-degree tinggi dianggap menonjol
atau berprestasi, karena banyak pelaku lainnya berusaha untuk melakukan
terhubung secara langsung ke mereka. Aktor dikatakan berpengaruh jika
memiliki tingkat out-degree yang tinggi karena mampu membuat orang
lain tersadar lewat pandangan-pandangannya.

e.

Batasan dari tingkat kepusatan seseorang adalah bahwa hal tersebut hanya
memperhitungkan ikatan langsung yang dimiliki seorang aktor, bukan
ikatan tak langsung terhadap pelaku-pelaku lainnya. Seorang aktor
mungkin memiliki tingkat kepusatan yang tinggi, tetapi orang-orang yang
terhubung dengannya mungkin agak terputus dari jejaring secara
keseluruhan. Dalam hal ini, walaupun aktor adalah pusat, ia hanya menjadi
pusat di lingkungan setempat (Hanneman, 2001).

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Halaman 21 dari 113

2.

Nilai Kedekatan, menunjukkan seberapa dekat aktor terhadap seluruh pelakupelaku lainnya dalam jaringan
a. Aktor adalah pusat kita ia dapat diakses oleh pelaku-pelaku lain lebih
cepat dari yang lainnya.
b. Kekuasaan bisa diperoleh dengan menjadi pusat perhatian yang
pendapatnya didengan oleh sejumlah besar aktor-aktor
c. Aktor menempati lokasi-lokasi pusat dengan hubungan kedekatan bisa
menjadi sangat produktif dalam menyampaikan informasi kepada pelaku
lainnya (Wasserman dan Faust, 1997).
d. Kepusatan berdasarkan kedekatan menekankan pada pendekatan jarak
aktor terhadap seluruh aktor lainnya dalam jejaring dengan memfokuskan
pada ukuran jarak geodesi antar aktor satu sama lain.
e. Jarak geodesi adalah jumlah relasi pada rute tersingkat yang paling
memungkinkan terjadi antara satu aktor dengan aktor lainnya. Masingmasing dapat diperkirakan dari jarak geodesi baik langsung maupun tak
langsung antar aktor-aktor (Hanneman, 2001).

3.

Nilai Antara, sejauh mana aktor tertentu terletak di antara berbagai aktor lain
dalam sebuah jaringan.
a. Aktor dengan nilai antara yang tinggi memiliki peran sebagai broker atau
penjaga gerbang dan berpotensi untuk mengatur orang lain.
b. Hal tersebut memungkinkan mereka untuk meminta kompensasi untuk
memberikan akses ke pelaku lain atau berlaku sebaliknya. Aktor dengan
kemampuan tersebut memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap aliran
pergerakan dalam jaringan (Hanneman, 2001).

Kerangka jaringan meliputi atribut struktur sosial dan keterkaitan antar individu
dalam suatu jaringan. Dua jenis pendekatan untuk mengetahui kerangka jaringan
adalah pendekatan bottom-up dan top-down.
1.

Pendekatan Bottom-up menggunakan pemikiran bahwa jaringan besar


terbangun dari susunan jejaring-jejaring sederhana (misalnya, dyads untuk
jejaring terdiri dari dua aktor dan triads untuk jejaring terdiri dari tiga aktor)
yang bergabung menjadi lebih besar, tetapi masih terhubung erat dengan
struktur atau clique.

Halaman 22 dari 113

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

a.

b.
c.

2.

Clique adalah sebagian aktor dimana setiap pasangan yang mungkin


adalah pelaku yang langsung dihubungkan oleh sebuah relasi dan suatu
clique tidak menyerupai atau seperti kelompok yang lain (Scott, 1991).
Clique digunakan untuk mengidentifikasi seberapa besar stuktur terbentuk
dari struktur-struktur lain yang lebih kecil.
Analisis biasanya dilakukan untuk memeriksa beragam ukuran cliques atau
keragaman jenis mereka, dan mencatat ukuran dan tumpang tindihnya.
Peneliti tertarik pada bagaimana sub-struktur ini tumpang tindih, dan
menemukan aktor yang paling sentral dan paling terisolasi dari clique.

Pendekatan Top-down dimulai dengan melihat jejaring secara keseluruhan,


baru ke struktur kecilnya. Pendekatan ini dilakukan dengan pencarian lubang
atau kerentanan dari seluruh jejaring dan mengidentifikasi fondasi sebagai
bagian-bagian yang terlokalisir dari lainnya sebagai satu kesatuan. Pendekatan
top-down terdiri dari dengan pendekatan komponen, titik potong dan blok,
serta set Lambda.
a. Komponen adalah bagian grafik yang saling terhubung di dalamnya, tetapi
terputus antar sub-grafik (Hanneman, 2001). Dengan komponen, semua
aktor terhubung Dalam komponen, semua aktor terhubung degan jalurjalur, tapi tidak ada jalur untuk keluar menuju titik di luar komponen
(Scott, 1991). Isolasi atau jeda antar grafik juga disebut sebagai
komponen. Pola komponen grafik jumlah dan ukuran mereka diambil
sebagai indikasi peluang dan kendala untuk berkomunikasi atau
mentransfer sumber daya dalam jejaringan yang terkait (Scott, 1991).
b. Titik potong merupakan aktor penting karena mereka berperan sebagai
penghubung antar kelompok yang terpisah (Hanneman, 2001; Wasserman
and Faust, 1997). Pendekatan ini menganalisis jejaring dengan
menentukan apakah struktur grafik akan terpisah menjadi kelompokapabila salah satu aktornya dihapus dari jaringan tersebut. Jika demikian,
jaringan tersebut dikatakan memiliki titik potong aktor telah dihapus ,
dan potongannya disebut blok.
c. Pendekatan Lambda dilakukan dengan menentukan ada tidaknya relasi
kunci di dalam suatu jaringan. Relasi dapat diperiksa untuk melihat apakah
jika salah satu relasi dihapus, hal tersebut akan berdampak terhadap
putusnya struktur atau tidak (Wasserman and Faust, 1997).

2.6 Inovasi
Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan inovasi sebagai pemasukan atau
pengenalan hal-hal yg baru; pembaharuan; penemuan baru yang berbeda dari yang
sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya (gagasan, metode, atau alat).

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Halaman 23 dari 113

Amabile et al. (1996) mendefinisikan inovasi yang hubungannya dengan kreativitas


sebagai berikut: Inovasi atau innovation berasal dari kata to innovate yang
mempunyai arti membuat perubahan atau memperkenalkan sesuatu yang baru.
Inovasi kadang pula diartikan sebagai penemuan, namun berbeda maknanya dengan
penemuan dalam arti discovery atau invention (invensi). Discovery mempunyai
makna penemuan sesuatu yang sebenarnya sesuatu itu telah ada sebelumnya, tetapi
belum diketahui. Sedangkan invensi adalah penemuan yang benar-benar baru sebagai
hasil kegiatan manusia.
Tahun 2006, Silvio Popadiuka dan Chun Wei Choo melakukan sejumlah analisis
untuk menemukan korelasi antara konsep inovasi dengan konsep penciptaan
pengetahuan. Mereka melakukan pengumpulan model inovasi dan manajemen
pengetahuan yang dihasilkan oleh penelitian-penelitian sebelumnya, melakukan
perbadingan dan kemudian mengombinasikannya sehingga tercipta sejumlah model
hasil kolaborasi kedua konsep. Klasifikasi inovasi dalam penciptaan pengetahuan
diperoleh dengan mengombinasikan dua dimensi Knowledge Creation dan Market
Knowledge seperti yang diperlihatkan pada Tabel 2.1.
Tabel 2-2 Klasifikasi Umum Perspektif Inovasi dan Penciptaan Pengetahuan [PopadiukChoo,2006]
KNOWLEDGE CREATION
MARKET
KNOWLEDGE
New
knowledge

Existing
knowledge

market

market

Tacit knowledge

Explicit knowledge

Socialization and Externalization

Combination and Internalization

(EXPLORATION)

(EXPLOITATION)

Architectural innovation

Niche innovationa

Radical innovationb

Modular innovationb

Major product/service innovationc

Architectural innovationc

Radical innovationd

Market breakthroughd

Revolutionary innovationa

Regular innovationa

Architectural innovationb

Incremental innovationb

Major process innovationc

Incremental product, service, process


innovationc

Technological breakthroughd

Incremental innovationd

a) Abernathy and Clark, 1985; b) Henderson and Clark, 1990; c) Tushman et al., 1997; d) Chandy and
Tellis, 1998

Popadiuk dan Choo memadukan sejumlah model inovasi berdasarkan penelitian


Abernathy dan Clark (1985), Henderson dan Clark (1990), Tushman et al. (1997),
serta Chandy dan Tellis (1998) untuk menciptakan kombinasi kuadran-kuadran

Halaman 24 dari 113

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Inovasi Radikal, Inovasi Proses Mayor, Inovasi Arsitektural, dan Inovasi


Incremental.
Tabel 2-3 Perbandingan Inovasi dan Penciptaan Pengetahuan [Popadiuk-Choo, 2006]
INNOVATION
Definition

Generic
classification

Specific
selected
classification

Perspective
Principles

Process

Time frame
Drivers

Where does it
happen?
How does it
happen?

Enabling
conditions

Sources of:

Outputs

Generating ideas and implementing them to


produce value for the organization, suppliers
and consumers
Technological: product, process, service;
Market: product, price, promotion, place;
Administrative: strategy, structure, systems,
culture
Two dimensions
Market knowledge + technical capabilities
Component + architectural knowledge
Market orientation + Change in technology
Radical, incremental, architectural, regular,
niche
TechnologicalMarketAdministrative
Combination of resources and capabilities
aiming at the generation of
sustainable competitive advantage
Idea phase, feasibility phase, capability phase,
launch phase

Continuous or ad hocshort or long term


Competitive environment, dynamic of the
market, leadership, positioning,
differentiation, politics, strategy,
effectiveness, changes,crisis
Usually in functional areas of companies
more localized
Planned process considering the micro and
macro social, cultural, political, and
economical impacts. Meeting, discussions,
seminars
Organizational intention, autonomy,
fluctuation and creative chaos, information
redundancy, requisite variety, core capability,
systems,
processes, structures, resources and
capabilities.
Internal value chain, external-added chain of
suppliers, customers, universities,
government, private laboratories, competitors,
related industries
New concrete products, processes, services

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

KNOWLEDGE CREATION
Sharing mental, emotional and active
knowledge in such a way that the results
lead to aggregated value
Tacit
Explicit
Cultural

Individual collective
Based on value chain
Procedural, causal, conditional, relational

Individual,
group,
organizational,
interorganizational
Sharing experiences, learning

SECI
Model:
Socialization,
externalization,
combination, and internalizationcreating
concepts, justifying concepts, building
prototype, cross-leveling knowledge
Continuous
Planning, decision making, learning,
sensemaking, understanding, adapting,
interacting, need to be innovate, crisis
The whole company including technology,
processes, management, implantation,
culture, systems, structure
A continuous process of learning.
Training, meeting, discussions, seminars,
lateral thinking, brainstorms
Organizational
intention,
autonomy,
fluctuation and creative chaos, information
redundancy, requisite variety, core
capability

Internal value chain, external-added chain


of suppliers, customers, and universities,
government,
private
laboratories,
competitors, related industries
New ideas, challenges, innovativeness

Halaman 25 dari 113

Measurement

Profit, revenues, market share, consumer


satisfaction, image

Employee satisfaction, climate, training


hours/employee, employee retention,
autonomy, new ideas

Berikut ini adalah kombinasi model penciptaan pengetahuan yang terdiri dari
penelitian Nonaka dan Takeuchi (1995), Choo (1998), Cyert dan March (1992),
Michael Porter (1985), Alavi dan Leidner (2001), serta Zack (1998).

SELECTED KNOWLEDGE CLASSIFICATION


INDIVIDUAL

CULTURAL

TACIT
Cognitive
Technical

COLLECTIVE
EXPLICIT
INTERNAL AND/OR EXTERNAL
VALUE CHAIN

PROCEDURAL : Know How


CAUSAL : Know Why
CONDITIONAL: Know When
RELATIONAL: Know With

Object based

Beliefs about the identity and


business of the firm
Beliefs about what knowledge
is valueable to firm

Rule based
Task performance rules
Record keeping rules
Information handling rules
Planning rules

Gambar 2-5 Kategori Pengetahuan Organisasi [Popadiuk-Choo,2006]

2.6.1 Inovasi Jaringan


McKinsey Quarterly: Leadership and Innovation edisi Juli 2008 menyebutkan bahwa
desentralisasi wewenang mampu meningkatkan inovasi dan performansi dalam suatu
jejaring kolaborasi. Jaringan yang semakin terdesentralisasi akan memunculkan
semakin banyak pemimpin-pemimpin yang tersebar dan menggerakkan jaringan
lebih cair dan dinamis. Sebaliknya, jaringan yang tersentralisasi akan menumbuhkan
persepsi otoriter, tertutup terhadap peluang kolaborasi, serta menjadikan organisasi
lebih birokratis. Penelitian menunjukkan bahwa jaringan dengan wewenang yang
terdesentralisasi memiliki performansi lebih tinggi daripada jaringan tersentralisasi.
McKinsey (2008) menyampaikan bahwa terdapat empat langkah penting dalam
merancang, melaksanakan, dan mengelola inovasi sebuah jaringan, yaitu:
1. Menghubungkan
- Menemukan kantung-kantung komunitas berisi orang-orang dengan pola
pikir inovasi yang tepat
Halaman 26 dari 113

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

- Mengombinasikan orang-orang dengan pendekatan 4 tipe karakter inovasi


yang berbeda-beda
- Memastikan keberagaman kelompok di tiap level, terdiri dari senioritas,
keterampilan, juga performansi
- Mendefinisikan diri terhubung dengan satu jaringan atau subjaringan yang
bersama-sama menjalankan tugas spesifik, yaitu mencapai tujuan atau target
2.
-

Menetapkan batasan dan menciptakan keterkaitan


mendefinisikan peran jejaring dalam mencapai tujuan strategis organisasi
Mencetuskan tujuan dan sasaran jejaring, serta target-target pencapaian
Mendefinisikan ekspektasi dengan jelas
Membuat jangka waktu dan lama komitmen yang diperlukan
Merancang bagaimana menumbuhkan saling percaya antar anggota jaringan
dan mengikat mereka dengan cepat

3. Memberi dukungan dan memimpin


- Mendefinisikan bentuk dukungan dan kepemimpinan yang dibutuhkan oleh
jejaring
- Menentukan dukungan teknologi yang diperlukan oleh anggota jaringan
- Menentukan peran pertemuan-pertemuan tatap muka
- Mendefinisikan dukungan tambahan jika diperlukan (contohnya fasilitator,
bantuan administratif, dll)
- Mendefinisikan kunci pengetahuan dan masukan informasi, baik secara
internal maupun eksternal terhadap jaringan
4. Mengelola dan melacak
- Mendefinisikan bagaimana para anggota mampu dikenal akan kontribusinya
- Membuat kriteria pengelolaan performansi berdasarkan kesuksesan, baik
untuk individu maupun grup
- Membuat kriteria pelacakan keberjalanan inovasi dalam jaringan
- Menentukan rentang waktu penilaian, review, dan modifikasi jaringan, serta
penangguna jawab keberjalanannya
- Mengantisipasi dampak serta aktivitas jaringan
Keempat langkah tersebut akan sempurna apabila pimpinan mampu melengkapi
jaringan dengan komposisi dan proporsi keberagaman karyawan yang tepat. Inovasi
jaringan memerlukan orang-orang dengan keterampilan dan atribut perilaku yang
beragam, yaitu:

Idea generator = Pencipta Gagasan


- Pelontar ide dan gagasan

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Halaman 27 dari 113

- Percaya bahwa menanyakan pertanyaan yang benar lebih penting


daripada memiliki jawaban yang benar
- Bersedia untuk mengambil resiko yang tinggi sebagai contoh
eksperimen
Researcher = Peneliti
- Pengumpul dan pencari data yang mencari pola dan sumber ide-ide
baru yang relevan
- Berperan sebagai anggota jaringan yang paling aktif untuk mencari
wawasan atau peluang baru yang tidak terpikir sebelumnya
Expert = Ahli atau Pakar
- Mendedikasikan diri untuk menguasai secara mendalam pada satu
domain dan menikmati pendalaman ilmu dalam menyelesaikan
persoalan.
Producer = Pelaku produksi dan orkestrasi aktivitas jejaring
- Orang-orang datang kepada mereka untuk ide-ide baru atau untuk
mendapatkan sesuatu dilakukan.
- Produsen juga kemungkinan besar anggota jaringan agar
mempermudah untuk melakukan interaksi dan koneksi di seluruh tim

Gambar 2-6 Langkah-langkah Inovasi Jaringan [McKinsey, 2008]

Kultur yang mendukung terjadinya inovasi dapat dibangun dengan adanya kebijakan
dari para pimpinan puncak sebagai berikut:
1. Merangkul seluruh pimpinan puncak sebagai penggerak inovasi. Inovasi
harus menjadi kesepakatan bersama pimpinan puncak dan menjadi
semangat yang diteruskan sebagai bagian dari strategi inti perusahaan,

Halaman 28 dari 113

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

tercermin pada kinerja dan perilaku mereka sebagai teladan tingkat


manajemen di bawahnya.
2. Memilih manajer-manajer yang tepat sebagai pimpinan inovasi. Jaringan
yang produktif akan terbentuk dengan mengidentifikasi manajer yang
potensial, terbukti berperan sebagai simpul jaringan, serta meningkatkan
keterampilan melatih mereka sehingga mampu mentrasformasi
kemampuan orang lain dalam inovasi menjadi lebih efektif.
3. Merancang peluang-peluang untuk bereksperimen dan meraih sukses cepat.
Pendekatan sukses cepat membuat orang percaya dan mau berpartisipasi
dalam perubahan. Semakin banyak pengalaman positif yang dialami,
semakin meningkat pula kemampuan organisasi dan kepercayaan diri
anggota.
Tabel 2-4 Kepemimpinan dan Performansi Jaringan [McKinsey, 2008]
JARINGAN
SENTRALISASI

KARAKTERISTIK
JARINGAN

JARINGAN
DESENTRALISASI

Sifat
Jaringan

Performansi tinggi,
dinamis, responsif

Performansi rendah,
cenderung statis dan birokratis

Pemimpin

Kepemimpinan kolektif sebagai


pimpinan pusat

Satu orang sebagai pimpinan


pusat; berlaku sebagai satusatunya penentu kebijakan

Pola Pikir
Organisasi

Kolaboratif dan terbuka. Penuh


semangat dan saling percaya

Tidak kolaboratif, sulit percaya,


dan cenderung tertutup

Struktur
Tim

Desentralisasi; penyebaran
wewenang pengambilan
keputusan

Sentralisasi; pemusatan
wewenang pengambilan
keputusan

Interaksi
antar
elemen

Kaya interaksi

Lebih sedikit interaksi

Penelitian McKinsey tahun 2006 menunjukkan bahwa sebagian besar eksekutif


senior bukan pelaku aktif perilaku inovatif. Kalaupun aktif, biasanya hanya berupa
memberikan dukungan bagi karyawan untuk melakukan perubahan atau mengambil

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Halaman 29 dari 113

sejumlah langkah-langkah praktis untuk menciptakan peluang inovasi sebagai


berikut:
1. Menentukan jenis inovasi yang menyokong pertumbuhan dan membantu
memenuhi sasaran strategis organisasi.
2. Menambahkan inovasi sebagai agenda formal pada rapat berkala pimpinan.
Hal ini akan mengirim tentang pentingnya melakukan manajemen inovasi
kepada karyawan.
3. Merancang sasaran dan perangkat untuk mengukur pencapaian inovasi.
Ukuran pencapaian keberhasilan inovasi terbagi dua, yaitu berdasarkan
laporan keuangan (misalnya profit, margin, dll) dan berdasarkan perilaku
kerja organisasi.
Keberhasilan inovasi dalam jaringan juga ditentukan oleh tingkat kepercayaan diri
masing-masing pelaku atau elemen dalam jaringan serta rasa saling percaya antar
pelaku atau elemen jaringan.
Sedangkan, alasan kegagalan inovasi menurut O'Sullivan (2002):
1. Lemahnya Kepemimpinan
2. Lemahnya Organisasi
3. Lemahnya Komunikasi
4. Lemahnya Motivasi Penguatan
5. Lemahnya Manajemen Pengetahuan

2.7 Kewirausahaan
Entrepreneurship Center Universitas Miami di Ohio menyatakan kewirausahaan
sebagai proses mengidentifikasi, mengembangkaan, dan membawa visi ke dalam
kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik
dalam menjalankan sesuatu. Hasil akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha
baru yang dibentuk pada kondisi resiko atau ketidakpastian.
Kewirausahaan mencakup kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk menciptakan
atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau belum

Halaman 30 dari 113

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya belum diketahui


sepenuhnya (Harvey Leibenstein,1968).
Menurut Peter F. Drucker, kewirausahaan merupakan kemampuan dalam
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Pengertian ini mengandung makna
bahwa seorang wirausahawan adalah orang yang memiliki kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru, berbeda dari yang lain. Bisa juga diartikan sebagai
orang yang mampu menciptakan sesuatu yang berbeda dengan yang sudah ada
sebelumnya.
Entrepreneurial Mindset, atau pola pikir wirausaha adalah suatu pola pikir dan
tindakan yang bersifat kewiraan (entrepreneurial) dan secara alami tercerminkan ke
dalam sejumlah perilaku nyata (Thornberry, 2006). Pola pikir ini merupakan model
yang dapat dipelajari jika para pimpinan melakukannya dengan desire atau hasrat
sebagai kunci. Adapun 10 kualitas dari pola pikir entreprenurial, yaitu:
1.
2.
3.

Kontrol diri internal yang kuat


Toleransi terhadap ambiguitas
Dorongan yang konsisten untuk menciptakan, membangun, atau
mengubah hal-hal
4. Kemauan untuk mempekerjakan orang-orang yang lebih pintar atau
mampu dari dirinya sendiri
5. Berhasrat untuk mencari peluang
6. Peka terhadap urgensitas atau krisis
7. Determinasi tinggi
8. Fleksibel
9. Optimis
10. Selera humor
Upaya Penyeimbangan
Proses Kewiraan
TIM

PELUANG
MENGIDENTIFIKASI
PELUANG

MENCIPTAKAN
PELUANG

MENANGKAP
PELUANG

SUMBER
DAYA

Gambar 2-7 Model Timmon tentang Keseimbangan Tindakan Entrepreneur

Neal Thornberry (2006) mengidentifikasi orientasi kewiraan yang dikenal dengan


istilah 7F, yaitu:

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Halaman 31 dari 113

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Friendliness, yaitu bagaimana individu menjadi orang yang ramah,


menyenangkan, dan terbuka
Future orientation, yaitu kemampuan individu untuk melihat masa depan atau
merancang visi
Far-Reaching, yaitu kemampuan untuk melihat dengan kacamata global
Fast, yaitu bergerak dan bertindak cepat dalam mengambil keputusan
Flexiblity, yaitu kemampuan untuk menyesuaikan dengan kondisi
ketidakpastian atau berubah-ubah
Frugality, yaitu kemampuan untuk responsif terhadap kondisi lingkungan dan
internalyang berubah-ubah atau tidak pasti
Focus, yaitu kemampuan untuk menuntaskan suatu perkerjaan atau tujuan
hingga tuntas

2.7.1 Kepemimpinan Kewiraan


Klasifikasi pemimpin entrepreneurial berdasarkan orientasi dan perannya dalam
proses penggalian dan penciptaan peluang, yaitu:
1.

Aktivis, yaitu kepemimpinan entrepreneurial yang dibangun berdasarkan


cara pandang organisasi terhadap proses penciptaan nilai tambah dan
selalu melakukan perbaikan secara berkelanjutan.
- Explorer adalah aktivis berorientasi eksternal dimana penggalian dan
penciptaan peluang dilakukan dengan inovasi interaksi dan
interdependensi organisasi terhadap lingkungan, misalnya mencari
peluang baru dari lingkungan, survey pasar, dll.
- Miner adalah aktivis berorientasi internal dimana penggalian dan
penciptaan peluang didasarkan kepada evaluasi internal organisasi
merujuk kepada nilai inti organisasi, misalnya evaluasi proses bisnis,
perbaikan sistem kerja, rekonstruksi birokrasi, dll
2. Katalis, yaitu kepemimpinan entrepreneurial yang berorientasi pada
pembangunan atmosfer yang memungkinkan terjadinya inovasi dan
peluang untuk berwirausaha secara konsisten dan sistemik. Para katalis
memiliki keberanian eksperimen, kepercayaan diri yang tinggi, keberanian
untuk mengambil resiko, serta mampu memotivasi bawahannya untuk
selalu melakukan inovasi.
- Integrator adalah katalis yang berorientasi eksternal dimana penciptaan
atmosfer entrepreneurship dilakukan oleh organisasi secara holistik
terhadap kondisi eksternal. Integrator memiliki pola pikir denga
kecenderungan fokus melihat organisasi sebagai suatu sistem besar
secara keseluruhan, bukan partisi demi partisi.
- Accelerator adalah katalis yang berorientasi internal dimana penciptaan
atmosfer entrepreneurship dilakukan oleh organisasi lewat

Halaman 32 dari 113

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

pembentukan budaya internal organisasi, misalnya membangun


intrapreneurship, dukungan terhadap inovasi, dll.
2.7.2 Organisasi Kewiraan
Organisasi Entrepreneurial dibentuk dengan adanya interaksi dan kolaborasi
entrepreneurial leaders yang membentuk entrepreneurial culture. Praktik
kepemimpinan entrepreneurial dalam sebuah perusahaan atau organisasi dapat
diukur dengan menggunakan perangkat Entrepreneurial Orientation Survey dan
Entrepreneurial Leadership Questionairre.
Entrepreneurial Orientation Survey mengukur orientasi kewiraan perusahaan atau
organisasi dengan mengidentifikasi 10 dimensi, meliputi Rencana Strategi, Wawasan
ke Depan, Intelijen Pasar, Fokus, Dukungan untuk Ide Baru, Keberanian Mengambil
Resiko, Fleksibilitas, Aktivitas dan Interaksi Lintas Fungsi, dan Kecepatan.
Sementara itu, Entrepreneurial Leadership Questionairre mampu mengidentifikasi
keberadaan 4 tipe kepemimpinan entrepreneurial dalam suatu organisasi
(Thornberry, 2006).

EXTERNAL

INTERNAL

AKTIVIS

KATALIS

Penambang

Akselerator

operasional

unit kerja/divisi

Penjelajah

Integrator

pasar

organisasi

Gambar 2-8 Empat Tipe Entrepreneurial Leaders [Thornberry, 2006]

2.8 Wikinomics 2.0


Wikinomics (2006) mengusung tentang pengembangan ekonomi berbasis kolaborasi
komunitas yang dibangun dengan empat prinsip dasar, yaitu Keterbukaan, Peering,
Berbagi, dan Bertindak Global.
Berbeda dengan konsep 1.0 yang mengedepankan search and consume, Wikinomics
mengusung konsep 2.0 collaboration and participation sebagai berikut:
1. Komunitas bersama-sama mencipta nilai

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Halaman 33 dari 113

2. Customers dan Producers bergabung menjadi prosumer. Individu dalam


komunitas berperan sekaligus sebagai produsen informasi, mengelolanya,
sekaligus menikmatinya sebagai konsumen.
3. Fenomena berbagi informasi lewat situs jejaringan sosial, seperti Blogs, Wiki,
chat rooms, search engines, bittorrent, Youtube, podcast, dll.
4. Budaya terbuka, berbagi, peering, dan paradigma global
5. Model kolaborasi massal Wikinomics 2.0 terdiri dari peer pioneers, ideagoras,
prosumers, new Alexandrians, platforms for participation, global plant floor,
wiki workplace.
8 prinsip Wikinomics, yaitu:

Memanfaatkan pelanggan sebagai outsource riset dan pengembangan


usaha

Membangun komunitas kritis sebagai agen penggerak massal

Menyediakan infrastruktur atau memfasilitasi kolaborasi

Investasi penggunaan waktu untuk mendapatkan struktur dan model


manajemen yang tepat

Memastikan semua partisipan memperoleh nilai tambah

Mematuhi norma-norma masyarakat

Membiarkan proses evolusi terjadi

Menggerinda pola pikir kolaboratif

Konsep Wikinomics yang juga dikenal dengan istilah crowdsourcing ini menawarkan
insentif lewat sistem penghargaan atas kontribusi dan performansi, meskipun di
beberapa kasus sistem penghargaan ini tidak dilakukan lagi karena pelaku sudah
mendapatkan kebutuhan dan nilai tambah mereka ketika berpartisipasi di model 2.0
dengan sendirinya.

Halaman 34 dari 113

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

VALUE CHAIN 2.0


Multistakeholder Infrastructure
Customer Network Management

Communities of
Practice

Viral Marketing

Outbond By Customer

Co-Operations

Open Procurement

Open Inbound
Logistics

Global Activities

Margin
Co-Creation Development

Margin

Participative Activities
Dr. Xavier L. Comfesse, Pr. Jeffrey Huang, Think Studio, 2008

Gambar 2-9 Rantai Nilai 2.0 [Comfesse-Huang, Think Studio 2008]

2.8.1 Komunitas Kreatif


Semakin maju dan mudahnya aliran informasi di dunia menyebabkan tren yang
muncul berupa bertumpuknya informasi sehingga memungkinkan individu untuk
memilih informasi yang akan diolahnya. Ketika komunitas mengalami overload
informasi dan masyarakat terposisikan untuk bisa memilih, maka secara otomatis
persaingan antar informasi akan menyingkirkan informasi sampah (junk) dan
informasi unik dan berkualitas menjadi unggul. Selain itu, kemajuan masyarakat
akan semakin progresif dengan pemerataan akses serta pesatnya transfer ilmu lintas
dunia. Penguatan potensi individu dan komunitas ini akan menumbuhkan suatu
lingkungan kreatif yang lebih produktif, lebih cerdas, dan lebih aman. Hal ini sejalan
dengan konsep Creative Economy seperti yang disampaikan dalam Information vs
Knowledge vs Creative Economy [Botkin, 1999].
Ekonomi kreatif juga tidak akan terjadi tanpa adanya komunitas kreatif. Pada
dasarnya, kreativitas dipicu dengan adanya tiga faktor sebagai berikut:
a. Kecakapan untuk berpikir kreatif menentukan bagaimana fleksibilitas dan
imajinasi manusia menyelesaikan persoalan
b. Motivasi merupakan keinginan besar yang muncul dari dalam diri manusia
untuk memecahkan persoalan dengan lebih kreatif yang melebihi kehendak
sekedar mendapatkan imbalan
c. Keahlian merupakan pengetahuan-teknikal, prosedural dan intelektualitas
The Creative Community [Collaborative Economics, 2000] menyebutkan bahwa
pembentukan komunitas atau masyarakat kreatif tergantung kepada empat faktor,
yaitu:

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Halaman 35 dari 113

Gambar 2-10 Pembentukan Kultur Kreatif [Collaborative Economics, 2000]

1. Cultural Outcomes, harus mampu menunjukkan manfaat kultural yang


diharapkan, misalnya kreativitas yang luas, keterhubungan sosial antar
masyarakat yang beragam, dan keterhubungan terhadap tempat, kontribusi ke
dunia
2. Cultural Participation, harus mampu menunjukkan tingkat partisipasi kultural
masyarakat pada aktivitas-aktivitas seni dan kebudayaan, termasuk seberapa
besar perkembangan jumlah keberagaman orang yang terlibat bersaama-sama
3. Cultural Assets, harus mampu menunjukkan aset-aset budaya, termasuk pelaku
kreatif (nonprofit, publik, dan privat), venue dan fasilitas, dan kualitas estetika
lingkungan kita
4. Cultural Levers, harus mampu menunjukkan kepemimpinan, investasi, dan
kebijakan yang tepat untuk mentransformasi pembentukan kultur kreatif
masyarakat, baik infrastruktur maupun komunitas.
Keith Davis dan John W. Newstrom (1989) mengemukakan bahwa terdapat tiga hal
pokok dalam partisipasi, yaitu:
1. Keterlibatan (involvement). Keterlibatan secara fisik dan secara psikologis
(ego-involved).
2. Dukungan (contribution). Dukungan untuk berkontribusi atau motivasi untuk
ikut serta berperan dalam kegiatan organisasi. Partisipas berupa kesempatan
untuk mengemukakan dan mengembangkan inisiatif serta kreativitasnya ke
arah pencapaian tujuan organisasi.
3. Tanggung jawab (responsibilty). Partisipasi mendorong orang-orang untuk
menerima tanggung jawab dalam aktivitas kelompoknya. orang menjadi
merasa terlibat (self-involved) dalam organisasi dan ingin berhasil dalam
pekerjaannya.
Roethlisberger dalam buku Davis dan Newstrom (1989) menyimpulkan bahwa
keikutsertaan bawahan untuk menentukan kebijaksanaan, keputusan, serta
penyelesaian suatu masalah, cenderung meningkatkan tampilan kerja dari kepuasan
kerjanya. Partisipasi secara khusus memberikan keluaran (output) yang lebih baik
kualitas dan kuantitasnya, yaitu:
Halaman 36 dari 113

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Meningkatkan motivasi karena karyawan merasa lebih diterima dan terlibat


dalam situasi ini.

Meningkatkan harga diri dan kepuasan kerja karyawan, serta peluang


kerjasama dengan manajemen juga meningkat.

Mengurangi stress, lebih terikat pada tujuan dan menerima perubahan secara
lebih baik.

Mengurangi turn over (keluar masuknya karyawan dalam perusahaan) dan


absensi, karena mereka merasa bahwa mereka memiliki tempat kerja yang
lebih baik, serta merasa lebih sukses dalam pekerjaan mereka.

Komunikasi yang lebih baik ketika karyawan mendiskusikan masalah di


bidang kerja mereka.

Mengurangi kesenjangan relasi antara atasan dengan bawahan. Lebih mudah


dalam mengatur bawahan, meningkatkan akurasi keputusan pimpinan, serta
memperlancar aliran informasi internal organisasi.

Faktor-faktor situasional yang mempengaruhi kesuksesan partisipasi didapat dari


lingkungan, organisasi, kepemimpinan, serta karyawan.
Contoh komunitas kreatif, yaitu:
a. Komunitas kreatif yang paling berhasil salah satunya terjadi di Sillicon Valley,
Amerika Serikat. Komunitas kreatif SV menghasilkan berbagai piranti lunak
yang meningkatkan kompetisi, kecepatan, dan serta daya saing dunia di era
informasi ini. Silicon Valley bukanlah berupa sekumpulan masyarakat yang
tinggal di wilayah dengan potensi sumber daya alam luar biasa, atau
masyarakat dengan modal investasi yang super besar, atau mereka memiliki
kewenangan untuk mengatur tata kelola dan peraturan daerah, melainkan
masyarakat yang didalamnya terjadi kolaborasi mutualisme antara modal insani
yang kreatif, kecanggihan dan akses teknologi, serta dukungan kebijakan yang
melahirkan suatu komunitas kreatif yang produktif.

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Halaman 37 dari 113

Gambar 2-11 Ekonomi Kreatif Silicon Valley [Collaborative Economics, 2000]

b. Salah satu model pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia yang kuat


adalah komunitas industri kreatif Bandung. Bandung memiliki sejumlah
komunitas kreatif, mulai dari kesenian daerah, film, multimedia, sablon, dan
potensial lainnya. Tahun 2008, HELARFEST berhasil diadakan untuk pertama
kalinya, sebagai bentuk nyata kolaborasi udunan lintas bidang kreatif yang
dipayungi oleh Bandung Creaticity Forum atau BCCF. Contoh lainnya, yaitu
CEN-BDG atau Creative Entrepreneur Network yang dibentuk sebagai wadah
komunitas-komunitas entrepreneur kreatif muda di Bandung.

Halaman 38 dari 113

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Pendekatan


Metodologi penelitian merupakan alur berpikir yang digunakan dalam memecahkan
masalah secara sistematis, jelas, dan logis. Untuk mencapai tujuan penelitian yang
telah dijelaskan sebelumnya, maka dilakukan penelitian yang menggunakan
pendekatan dengan dua metode utama.
Perspektif Social Network Analysis dipilih untuk memetakan pola hubungan antar
pelaku pada Campus Channel Networks tahun 2007-2009 sebagai jejaring pengelola
pengetahuan KM ITB. Setiap lembaga diwakili oleh satu titik aktor. SNA
memungkinkan analisis peneliti ditekankan pada hubungan antar lembaga, bukan
pada kondisi lembaga perseorangan. Hubungan yang akan dianalisis adalah
hubungan yang ada dalam jaringan Campus Channel Networks. Dengan demikian,
dapat dilihat seberapa jauh pola hubungan atau keterkaitan antar lembaga,
transisinya, serta sejauh mana perngaruhnya terhadap perilaku organisasi terkait.
SNA juga dilakukan untuk membuat peta pengetahuan jaringan Keluarga Mahasiswa
ITB secara kasar untuk kebutuhan usulan perancangan indikator.
Model SECI Nonaka digunakan untuk memetakan proses transfer pengetahuan
Keluarga Mahasiswa ITB dan Campus Channel Networks yang sudah ada, baik
untuk kebutuhan regenerasi internal maupun untuk kebutuhan tranformasi budaya
masyarakat kampus. Model SECI sering dipakai untuk merancang proses penciptaan
pengetahuan dari transfer tacit menjadi explicit knowledge dengan konsep dasar
putaran spiral Socialization, Externalization, Combination, dan Internalization.
Metode SECI juga menjadi dasar perancangan indikator kesuksesan Campus
Channel Networks sebagai sarana penciptaan pengetahuan yang memberikan nilai
tambah baik bagi internal komunitas, maupun terhadap stakeholdernya. Dengan
sistem manajemen pengetahuan yang baik, penyelenggaraan Campus Channel tidak
hanya menjadi formalitas program kerja tahunan atau terjebak dalam kesalahan
berulang akibat pengetahuan tidak sempat mengendap karena yang hilang bersama
lulusan-lulusannya.
Adapun metode yang digunakan untuk mendapatkan data, baik data primer maupun
sekunder, antara lain adalah lewat penyebaran kuesioner, observasi lapangan,
pengumpulan data historis, serta melakukan In Depth Interview secara intensif
dengan para pelaku kunci sistem. Metode In Depth Interview dan metode Delphi

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Halaman 39 dari 113

memungkinkan peneliti untuk mendapatkan informasi yang konsisten sebagai bahan


penelitian.
Delphi merupakan perangkat dalam berkomunikasi yang sangat berguna diantara
sekelompok para ahli sehingga mempermudah pembentukan pandangan bersama
kelompok tersebut (Helmer, 1977). Metode ini secara terstruktur mengumpulkan
pengetahuan dari para ahli dengan panduan kuesioner maupun pertanyaan terbuka
kepada responden serta menjadikan umpan balik responden tersebut sebagai
koridornya. Secara interaktif metode ini menggali informasi inti dengan membedah
gejala-gejala permukaan dengan melakukan pertanyaan berulang. Dengan demikian,
akan diperoleh kata kunci, aktor kunci, maupun inti persoalan yang sebenarnya untuk
ditindaklanjuti.
Metode Delphi yang dilakukan pada penelitian meliputi wawancara individual,
wawancara komunitas, focus group discussion, sesi dengan para ahli, sesi dengan
institusi, sesi dengan alumni, dan sebagainya. Hal ini dilakukan oleh peneliti
bersama-sama komunitas kreatif kampus dan para stakeholder yang terkait dengan
sistem manajemen pengetahuan KM ITB secara umum, terutama lingkaran Campus
Channel Networks, mulai dari proses perancangan sistem, implementasi, adaptasi,
evaluasi, hingga iterasi-iterasinya.

Gambar 3-1 Bagan Metode Pendekatan Penelitian

Tujuan penelitian akan dijawab dengan menganalisis jejaring lintas lembaga di


Campus Channel Networks dan melakukan evaluasi pelaksanaannya berdasarkan
metode SECI sebagai sistem manajemen pengetahuan KM ITB. Sedangkan, EOS
dan ELQ memberikan kondisi aktual mengenai organizational entrepreneurship
dalam organisasi-organisasi di Keluarga Mahasiswa ITB. Dari peta pengetahuan
yang ada ditambah dengan masukan dari hasil psikotes mahasiswa ITB, peneliti
mampu melakukan perancangan indikator keberhasilan sistem sekaligus memberikan
Halaman 40 dari 113

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

langkah-langkah perbaikannya ke depan. Dengan demikian, Campus Channel


Networks mampu bertransformasi menjadi sistem manajemen pengetahuan KM ITB
berbasis web 2.0 yang efektif dan efisien dengan memiliki kurva belajar yang
kontinu, mampu meningkatkan kualitas layanannya baik untuk para pelakunya
maupun untuk pengguna, serta mengoptimasi waktu, potensi, dan biaya yang ada
dalam upaya memenuhi kebutuhan terhadap akses pengetahuan.
3.2 Bagan Alir Penelitian
Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini secara umum dapat
dikelompokkan ke dalam enam bagian utama, yaitu persiapan penelitian, investigasi
awal dan analisis permasalahan, pemetaan dan valuasi dan analisis sistem KM yang
ada, perancangan indikator, inovasi sistem KM hingga menemukan alternatif model,
serta kesimpulan dan saran. Keenam tahapan penelitian tersebut dilakukan dengan
sistematika yang disajikan dalam bagan alir pada gambar 3.2.

Gambar 3-2 Bagan Alir Metodologi Penelitian

3.3 Persiapan Penelitian


Tahapan awal penelitian ini adalah melakukan studi pendahuluan dan penentuan
topik, identifikasi gejala, identifikasi akar permasalahan, analisis, serta perumusan
dan pembatasan masalah.

Studi pendahuluan dilakukan dengan metode observasi dan pengumpulan


data historis mekanisme Manajemen Pengetahuan KM ITB yang sudah
ada sebagai embrio pengembangan Campus Channel ITB. Pengambilan

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Halaman 41 dari 113

data dilakukan juga pada keenam organisasi utama yang terlibat dalam
insiatif Campus Channel. Topik penelitian ini berkaitan dengan
perancangan dan pengembangan model bisnis untuk industri kreatif
berbasis masyarakat akademik.

Gambar 3-3 Persiapan Penelitian

Identifikasi gejala dilakukan untuk mengetahui gejala-gejala permasalahan


yang terjadi di perusahaan. Identifikasi ini mempermudah proses
identifikasi akar permasalahan.

Identifikasi akar permasalahan dilakukan untuk menemukan korelasi antar


gejala-gejala yang terjadi pada sistem sehingga dapat menemukan inti dari
permasalahan yang terjadi. Dengan demikian, solusi dari masalah inti
tersebut diharapkan mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan
turunan lainnya.

Analisis dilakukan untuk mengetahui turunan permasalahan secara


mendetil. Dengan demikian, dapat dilakukan perumusan masalah utama
yang dialami oleh perusahaan.

Di akhir tahap persiapan penelitian, perumusan masalah dilanjutkan


dengan pembatasan masalah untuk menjelaskan ruang lingkup penelitian
yang dilakukan. Perumusan masalah dilakukan untuk mengidentifikasi

Halaman 42 dari 113

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

masalah yang sesungguhnya sehingga solusi yang diterapkan dapat


memberikan hasil optimal.
3.4 Investigasi Awal dan Analisis Permasalahan
Tahap kedua mencakup investigasi awal sebagai pendalaman terhadap masalah
penelitian. Investigasi dilakukan melalui studi literatur dan studi lapangan di
komunitas unit media KM ITB sebagai referensi utama penelitian. Hasil investigasi
awal berupa referensi konsep perancangan dan deskripsi kondisi lapangan yang lebih
detil. Hasil tersebut kemudian dianalisis dan menjadi input proses yang
dikelompokkan berdasarkan permasalahan spesifiknya.

Gambar 3-4 Investigasi Awal dan Analisis Permasalahan

3.5 Studi Lapangan


Pada tahap ini dilakukan wawancara, observasi, dan pengambilan data historis untuk
mengetahui secara mendalam kondisi lapangan. Studi lapangan dilakukan langsung
di komunitas media ITB dengan narasumber orang-orang kompeten di bidangnya.
Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam atau In Depth Interview, baik
terhadap anggota maupun ketua unit media, tim fromatur Campus Channel
Networks, serta sejumlah stakeholder Keluarga Mahasiswa ITB lainnya yang terkait,
seperti alumni dan Unit Sumber Daya Informasi ITB.
Data sekunder berupa data historis meliputi dokumentasi dan arsip perjalanan
pengembangan Integrasi Media ITB dan Campus Channel periode 7 April 2007 April 2009.

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Halaman 43 dari 113

3.5.1 Studi Literatur


Studi Literatur dilakukan terhadap teori-teori yang digunakan sebagai konsep dasar
untuk mencari solusi permasalahan dalam penelitian. Tahap ini meliputi studi
referensi buku teks, internet, multimedia, maupun studi-studi lain yang berhubungan
dengan model bisnis, ekonomi kreatif, sistem industri berbasis komunitas prosumer,
dan perancangan Knowledge Management dengan model SECI.
3.5.2 Analisis Sistem Kerja
Analisis
ini
dilakukan
untuk
mengetahui
secara
detil
relevansi
permasalahanperusahaan dan penjelasan kondisi sistem kerja yang ada. Metode yang
digunakan adalah membandingkan dan mengaitkan variabel-variabel penelitian ke
dalam bentuk model sistem kerja. Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan
Sistem Sosio-Teknik dengan klasifikasi Subsistem Teknologi, Subsistem Personel,
dan Subsistem Lingkungan Eksternal. Pendekatan ini dilakukan untuk
mengelompokkan pelaku media kampus sebagai sebuah komunitas organik. Sistem
Kerja yang dianalisis meliputi:

Analisis kondisi sistem manajemen pengetahuan KM ITB yang ada dan


korelasinya
Analisis kondisi sistem informasi ITB, kondisi rumpun unit media ITB dan
korelasinya
Tabel 3-5 Protokol Pengambilan Data

DATA DAN
INFORMASI YANG
DIBUTUHKAN

METODE
PENGAMBILAN DATA
DAN INFORMASI

Profil ITB

Wawancara, Dokumen

Profil KM ITB

Wawancara, Dokumen

Profil Unit Media KM


ITB

Wawancara, Dokumen

Profil Pelaku Media


internal ITB lainnya

Wawancara

SUMBER
Rektorat, stakeholder, website terkait,
dll
Lembaga KM ITB, stakeholder
lainnya, website terkait, dll
Ketua dan anggota Unit Media : LFM,
GTV, ARC, Radio Kampus, Persma,
Boulevard, Majalah Ganesha
8EH, Tim Formatur Integrasi Media,
PPTIK ITB, LPM USDI ITB

3.6 Pemetaan Sistem KM


Perancangan sistem KM dilakukan dalam dua tahapan, yaitu pemetaan sistem
manajemen pengetahuan KM ITB serta pemetaan sistem Campus Channel 2.0.
Perancangan ini dilakukan berdasarkan hasil analisis sistem kerja lapangan dengan
dasar teori dari studi literatur.
Halaman 44 dari 113

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

3.6.1 Pemetaan Sistem Manajemen Pengetahuan KM ITB


Pemetaan sistem manajemen pengetahuan KM ITB dilakukan untuk melihat kondisi
pelaku media internal kampus pada saat ini. Identifikasi pelaku media kampus
dilakukan dengan mengklasifikasikan semua elemen kampus yang bergerak di
bidang komunikasi dan informasi kampus berdasarkan fungsi dan perannya masingmasin. Pemetaan berupa pembuatan daftar kebutuhan serta permasalahan yang
dialami oleh masing-masing pelaku media kampus, terutama unit media.

Gambar 3-5 Pemetaan dan Evaluasi Sistem

Berdasarkan pemetaan potensi pelaku media kampus, ditemukan bahwa adanya


kebutuhan bersama untuk menciptakan kampus yang cerdas media. Di sisi lain,
tujuan tersebut terhalang kendala yang beragam bagi tiap pelaku, mulai dari
pendanaan, waktu, hingga tenaga. Komunitas media mengalami persoalan masingmasing namun memiliki suatu potensi untuk saling memberikan solusi satu sama lain
apabila dilakukan kolaborasi diantaranya. Hal ini memperlihatkan peluang dan
kebutuhan untuk dibuatnya suatu wadah kolaborasi komunitas media kampus dalam
rangka membentuk komunitas media yang kuat dan mampu menjalankan fungsinya
dengan optimal. Konsep pengembangan jaringan media kampus ini dibedah dengan
menggunakan prinsip-prinsip dasar sistem 2.0, yaitu kolaboratif dan partisipatif.
3.6.2 Pemetaan Sistem Manajemen Pengetahuan Campus Channel ITB
Campus Channel dirancang sebagai sistem manajemen pengetahuan 2.0 untuk KM
ITB dengan basis kolaborasi rumpun unit media. Campus Channel bukanlah
organisasi baru, melainkan jaringan media internal kampus yang mampu
memberikan wahana belajar dan berbagi lintas elemen untuk meningkatkan nilai
tambah, baik untuk masing-masing elemen maupun bersama-sama sebagai
komunitas media ITB. Seiring dengan perjalanan, Campus Channel berevolusi

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Halaman 45 dari 113

menjadi kolaborator komunitas kreatif kampus sehingga model KM dimodifikasi


menjadi model bisnis ekonomi kreatif berbasis komunitas kreatif KM ITB.
Eksekusi konsep Campus Channel ITB dilakukan oleh enam lembaga formatur
Campus Channel Networks ITB, yaitu Departemen Kominfo KM ITB 2007/2008,
Kantor Berita USDI ITB, Amateur Radio Club, Radio Kampus, Liga Film
Mahasiswa, dan Ganesha TV. Inisiasi komunitas Campus Channel dimulai pada
bulan April 2007 dan diluncurkan ke masyarakat kampus sebanyak dua kali, yaitu
soft launching pada acara Digital Culture PPTIK ITB bulan Agustus 2007 dan grand
launching pada bulan September 2007. Sambil berjalan, dilakukan evaluasi dan
perbaikan sistem secara berkelanjutan untuk menemukan bentuk kolaborasi
komunitas media yang paling efektif dan efisien untuk diterapkan di kampus ITB.
Tabel 3-2 Protokol Pengambilan Data
DATA DAN
INFORMASI YANG
DIBUTUHKAN

METODE PENGAMBILAN
DATA DAN INFORMASI

Profil Campus Channel

Wawancara

Tim Inti Campus Channel ITB

Profil Unit Kerja

Wawancara

Ketua
Unit
Media
dan
Pendidikan, KM ITB, dan USDI
ITB

Wawancara, Observasi

Tim Inti Campus Channel ITB,


UKM Media dan Pendidikan

Wawancara

Tim Inti Campus Channel ITB

Dokumen

Struktur Campus Channel ITB

Data-data pelanggan

Dokumen

Database Campus Channel ITB

Data-data produk
Campus Channel ITB

Dokumen

Database Campus Channel ITB

Data-data publikasi
Campus Channel ITB

Dokumen

Database Campus Channel ITB

Data-data biaya Campus


Channel ITB

Dokumen

Database Campus Channel ITB

Data-data feedback
pelanggan

Dokumen

Database Pusdatin KM ITB

Data Aliran Kerja

Dokumen

Database Campus Channel ITB

Data tambahan

Dokumen

Data dari USDI ITB, Laporan


kinerja, Laporan Pertanggung
Jawaban KM ITB, dll

Proses Bisnis
Struktur organisasi
perusahaan

Halaman 46 dari 113

SUMBER

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Ukuran performansi Campus Channel dibuat dengan pendekatan model SECI yang
khusus dirancang untuk memperkuat penciptaan pengetahuan berkelanjutan atau
inovasi pengetahuan. Konsep spiral belajar ini menjadi pilar pengembangan ekonomi
kreatif berbasis pengetahuan komunitas akademik. Selain mengukur performansi,
dilakukan juga pengembangan prosedur dan model sebagai strategi peningkatan
performansi perusahaan. Pada tahap ini, dilakukan analisis kualitatif dengan
mengevaluasi kelebihan dan kelemahan model bisnis baru perusahaan. Verifikasi
model dilakukan dengan perbaikan dan penyesuaian model terhadap kondisi
lapangan. Penyesuaian dilakukan dengan pendekatan bolak-balik yaitu melakukan
adaptasi model terhadap lapangan, maupun sebaliknya dengan menginisasi kultur
komunitas KM ITB yang sesuai.
Perancangan sistem KM Campus Channel v.1 memiliki orientasi dasar yaitu
memunculkan kebutuhan kolaborasi di komunitas rumpun unit media untuk
meningkatkan nilai tambah individu maupun kolektif dari komunitas tersebut.
Campus Channel v.2 menekankan pada menemukan komunitas-komunitas kreatif
lainnya di KM ITB sebagai penghasil konten kreatif dengan memberdayakan
komunitas rumpun unit media sebagai saluran distribusinya. Campus Channel v.2
menekankan kepada pembentukan kultur kolaboratif dan partisipatif lintas bidang,
melibatkan unit, himpunan, dan segenap civitas akademika ITB lainnya. Iterasi
Campus Channel v.3 dilakukan untuk menemukan model ekonomi kreatif yang
mampu dibentuk dengan basis komunitas kreatif KM ITB.

Gambar 3-6 Perancangan dan Analisis

Pada iterasi model ke-3, inovasi Campus Channel juga didasarkan pada EOS dan
ELQ Survey sebagai dasar perancangan perilaku dan transformasi budaya yang tepat,
yaitu budaya apresiatif, inisiatif, kolaboratif, dan partisipatif. Peneliti juga
memanfaatkan data hasil Psikotes Mahasiswa ITB angkatan 2005-2008 sebagai dasar

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Halaman 47 dari 113

pertimbangan perancangan lainnya. Hal ini dilakukan karena perancangan sistem 2.0
untuk KM ITB harus menyentuh dan mentransformasi sejumlah tipikal perilaku
umum mahasiswa ITB, sehingga sistem KM ini bisa berjalan dengan optimal dan
menciptakan nilai tambah bagi komunitas KM ITB, komunitas ITB, dan tentunya
bagi lingkungan secara luas.
Evaluasi dan analisis sistem Campus Channel Networks dilakukan sebanyak 2 kali
sehingga menghasilkan satu model awal (Campus Channel v.1), dan dilakukan iterasi
sebanyak dua kali (Campus Channel v.2, dan usulan Campus Channel v.3). Adapun
perangkat tambahan yang digunakan untuk melakukan inovasi sistem Campus
Channel dipaparkan sebagai berikut.
3.7 Kesimpulan dan Saran
Di akhir penelitian, hasil penelitian disimpulkan untuk menjawab tujuan penelitian
disertai usulan perbaikan model yang berhasil sebagai rekomendasi bagi Campus
Channel Networks, yaitu model Sistem Manajemen Pengetahuan 2.0 berbasis
komunitas kreatif KM ITB.
Saran dibuat sebagai rekomendasi agar rancangan model KM sekaligus dapat
diterapkan secara optimal dan mengembalikan ITB sebagai Knowledge Creating
Company bagi masyarakat Indonesia. Saran juga dibuat bagi penelitian selanjutnya
sehingga dapat dilakukan perbaikan terus-menerus disertai pengembangan fitur yang
lebih kompleks dan mengolaborasikan berbagai disiplin ilmu.
Pengembangan Campus Channel masih tergolong baru, sehingga banyak ruang untuk
melakukan riset serta inovasi yang bisa memberikan dampak tidak hanya untuk
meningkatkan kualitas komunikasi dan interaksi, namun mampu menjadi sarana
warehouse pengetahuan orisinil untuk memperkuat penciptaan nilai dari suatu
komunitas.
Pengembangan kultur kolaboratif dan partisipatif secara khusus di lingkungan KM
ITB bisa dibilang dimulai dengan dibentuknya Campus Channel Networks tahun
2007 sebagai bentuk kolaborasi nyata antara Depkominfo KM ITB, Kantor Berita
USDI, Radio Kampus, Ganesha TV, Amateur Radio Club, dan Liga Film
Mahasiswa. Benturan budaya kerja ternyata menjadi salah satu konflik yang bisa
merefleksikan kondisi organisasi masing-masing selama ini. Dengan penelitian
lanjutan, Campus Channel Networks mampu memicu proses refleksi yang sama ke
organisasi mahasiswa, baik unit, himpunan, maupun kemahasiswaan terpusat lainnya
di Keluarga Mahasiswa ITB.

Halaman 48 dari 113

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

BAB IV
PEMETAAN DAN EVALUASI SISTEM MANAJEMEN
PENGETAHUAN KM ITB

Pemetaan dan evaluasi manajemen pengetahuan Keluarga Mahasiswa ITB dilakukan


dalam 2 tahapan, yaitu :
1. Analisis kondisi KM ITB mengenai sistem umum, sistem manajemen
pengetahuan yang ada dan korelasinya
2. Analisis kondisi Campus Channel Networks, sistem informasi ITB lainnya,
rumpun unit media, dan korelasinya

4.1 Analisis Kondisi Keluarga Mahasiswa ITB


4.1.1 Latar Belakang Organisasi
Keluarga Mahasiswa ITB atau KM ITB adalah organisasi mahasiswa tingkat institut
yang berkedudukan di Institut Teknologi Bandung. Sebelumnya, sempat terjadi
vakum pada kegiatan kemahasiswaan terpusat akibat pembubaran Dewan Mahasiswa
dan pendudukan Kampus oleh tentara ketika peristiwa Normalisasi Kehidupan
Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan tahun 1977. Didasari tingginya
kebutuhan terhadap organisasi mahasiswa tingkat terpusat, dan dengan dukungan
inisiasi oleh Pembantu Rektor III pada saat itu, maka lahirlah Keluarga Mahasiswa
ITB pada tanggal 19 Januari tahun 1996.
Konsepsi KM ITB menyebutkan bahwa organisasi kemahasiswaan dibentuk sebagai
wadah pemenuhan kebutuhan dasar insan akademis dalam mewujudkan peran
utuhnya. Insan akademis berarti selalu mencari dan membela kebenaran ilmiah, serta
memiliki visi untuk menciptakan tatanan masa depan dan masyarakat madani.
Dengan sifat mandiri, kekeluargaan, adil, aspiratif dan partisipatif, representatif,
efektif dan efisien, serta transparan, KM ITB berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
seluruh anggotanya meliputi pendidikan, kesejahteraan, dan aktualisasi diri.
Anggota KM ITB adalah seluruh mahasiswa S1 (program sarjana) yang terdaftar
secara resmi di ITB dan anggota kehormatan yang disahkan oleh Kongres KM ITB
(AD/ART KM ITB bab V pasal 8). Keluarga Mahasiswa ITB merupakan organisasi
dengan sekitar 15000 anggota yang tergabung dalam 29 himpunan dan 74 unit
kegiatan mahasiswa, serta lembaga-lembaga kemahasiswaan terpusat. Sebagai

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Halaman 49 dari 113

bagian dari perguruan tinggi, Keluarga Mahasiswa ITB juga mengemban amanah
untuk memenuhi Tri Darma Perguruan Tinggi yaitu Pendidikan, Penelitian, dan
Pengabdian Masyarakat.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah no.155 tahun 2000, mahasiswa adalah peserta
didik yang terdaftar secara sah dalam institusi Perguruan Tinggi. Pasal 67 ayat 1 juga
mencantumkan bahwa Dalam institut terdapat organisasi kemahasiswaan.
Keluarga Mahasiswa ITB berada di dalam sistem ITB, namun untuk pelaksanaannya
tetap menggunakan prinsip dari, oleh, untuk mahasiswa serta berkoordinasi dengan
institusi.
4.1.2 Tujuan Organisasi
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Keluarga Mahasiswa ITB pasal 6 bab
III menyatakan bahwa tujuan KM ITB adalah sebagai berikut:
1.

Ikut serta mengusahakan tujuan pendidikan untuk membentuk sarjana yang


berbudi pekerti, cakap, mandiri, berwawasan luas, demokratis, dan
bertanggung jawab.

2.

Memberikan dorongan kepada mahasiswa untuk menjadi pemimpin dan


penggerak dalam kehidupan berbangsa.

3.

Ikut serta menyumbangkan karya dan pikiran dalam penataan kehidupan


bangsa.

4.

Memupuk dan membina rasa persaudaraan dan kekeluargaan di lingkungan


civitas akademika.

5.

Mengusahakan kesejahteraan material dan spiritual serta memperjuangkan


kepentingan mahasiswa di lingkungan kampus.

4.1.3 Kelengkapan Organisasi


Untuk menjalankan perannya, KM ITB memiliki enam badan kelengkapan yaitu
Kongres, Kabinet, Unit Kegiatan Mahasiswa, Himpunan Mahasiswa, Tim Beasiswa,
MWA Wakil Mahasiswa dan timnya, dengan penjelasan berdasarkan AD/ART KM
ITB sebagai berikut:
Pasal 11
Kongres Keluarga Mahasiswa Institut Teknologi Bandung, selanjutnya disingkat Kongres KMITB, adalah lembaga pemegang kekuasaan legislatif di tingkat pusat dalam kehidupan
kemahasiswaan di Institut Teknologi Bandung yang merupakan perwakilan dari mahasiswa
Halaman 50 dari 113

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

yang terorganisasi dalam Himpunan Mahasiswa Program Studi dan Rumpun Unit Kegiatan
Mahasiswa di Institut Teknologi Bandung.
Pasal 12
Kabinet Keluarga Mahasiswa Institut Teknologi Bandung, selanjutnya disingkat Kabinet KMITB, adalah lembaga eksekutif tertinggi di tingkat pusat dalam kehidupan kemahasiswaan
Institut Teknologi Bandung dan bertanggung jawab kepada Kongres KM-ITB.
Pasal 13
Himpunan Mahasiswa Program Studi adalah organisasi di tingkat jurusan yang menghimpun
mahasiswa Institut Teknologi Bandung sesuai dengan jurusannya di Institut Teknologi
Bandung, yang telah melakukan pemberitahuan secara resmi atau registrasi ke KM-ITB.
Pasal 14
Unit Kegiatan Mahasiswa adalah organisasi yang berada di Institut Teknologi Bandung yang
menghimpun mahasiswa Institut Teknologi Bandung untuk berkegiatan dalam bidang-bidang
yang terdiri dari keagamaan, pendidikan, olah raga, kesenian dan kebudayaan, yang telah
melakukan pemberitahuan secara resmi atau registrasi ke KM-ITB.
Pasal 15
Tim Beasiswa KM ITB adalah badan independen eksekutif yang bertanggung jawab terhadap
Kongres KM ITB dan seluruh mahasiswa ITB dalam penyelenggaraan beasiswa KM ITB
Pasal 16
Majelis Wali Amanah (MWA) wakil mahasiswa adalah perwakilan mahasiswa dalam majelis
pemegang kekuasaan tertinggi di ITB.
Pasal 17
Tim MWA wakil mahasiswa KM ITB adalah Tim yang dibentuk oleh MWA wakil mahasiswa
untuk memudahkan dan membantu tugas-tugas wakil mahasiswa di MWA.

Keterangan:
P1=Aspirasi program
kebutuhan mahasiswa
jurusan/unit
P2=Aspirasi program
kebutuhan mahasiswa
beberapa jurusan/unit
P3=Aspirasi program
kebutuhan seluruh mahasiswa

Gambar 4-1 Bagan Organisasi KM ITB

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Halaman 51 dari 113

Pergantian kepengurusan Kabinet dan MWA WM KM ITB dilakukan lewat


mekanisme Pemilu Raya yang diselenggarakan oleh Panitia Pemilu dengan mandat
dari Kongres KM ITB. Siklus pergantian kepengurusan terjadi sekali setiap satu
tahun masehi. Keluarga Mahasiswa ITB tiap tahunnya membawa visi jangka pendek
dari Presiden, sementara visi jangka panjang dilaksanakan dengan mekanisme Garis
Besar Haluan Kepengurusan sebagai produk aspirasi dari Kongres KM ITB.
Kabinet KM ITB bertanggung jawab sebagai pelaksana manajemen pengetahuan KM
ITB sebagai koordinator eksekutor sistem, sehingga penelitian ini akan lebih banyak
meneliti dan memeriksa langkah-langkah kerja yang telah dilakukan oleh Kabinet
untuk memastikan sistem transfer pengetahuan organisasi berjalan dengan baik.
4.1.4 Analisis SWOT KM ITB
Penelitian ini mengambil rentang waktu April 2007-April 2009, yaitu pada masa
kepengurusan 2007/2008 dan 2008/2009. Campus Channel Networks merupakan
program dibawah koordinasi Departemen Komunikasi dan Informasi KM ITB dari
tahun 2007 hingga sekarang.
Analisis SWOT (Strength-Weakness-Opportunity-Threat) terhadap kondisi Keluarga
Mahasiswa ITB adalah sebagai berikut.
a. Kondisi Internal
Kekuatan
Telah timbulnya kesadaran di kalangan organisasi mahasiswa untuk berubah
menjadi lebih profesional dan bertanggung jawab memenuhi tujuan
pendirianya.
Mulainya dokumentasi arah transformasi gerakan KM ITB secara terstruktur
dan mudah diakses siapa saja
Norma dan instrumen kemahasiswaan yang dimiliki sudah lengkap sesuai
kebutuhan
Keberagaman mahasiswa yang ada dapat mempermudah dinamisasi serta
kolaborasi yang inovatif
Kembalinya kepercayaan dan optimisme mahasiswa terhadap KM ITB
Tumbuhnya kembali budaya ilmiah di kemahasiswaan ITB, yaitu membaca,
menulis, dan berdiskusi
Telah dilakukannya pembenahan internal organisasi KM ITB dan reorientasi
arah gerak yang memasukkan stakeholder sebagai bagian dari strategi
organisasi
Keterbukaan dan lesadaran masyarakat kampus mengenai pentingnya
berkolaborasi serta mengetahui potensi diri sudah mulai tumbuh
Halaman 52 dari 113

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Munculnya keberanian untuk melakukan pergeseran paradigma gerakan


mahasiswa dengan menjamurnya wadah kolaborasi dan aktivitas interdisipliner
di KM ITB
Potensi kecerdasan intelektual mahasiswa Sarjana ITB sangat tinggi (student
selectivity rank 1)*
Kelemahan
Organisasi
Metode manajemen pengetahuan masih bersifat konvensional (kaderisasi satu
arah, kuatnya ego senioritas, dll)
Tercampurnya pengelolaan pengetahuan tacit-explicit
Sistem manajemen pengetahuan belum terintegrasi dan berkelanjutan
Paradoks permasalahan berulang tiap periodenya
Pembelajaran hanya terjadi dalam angkatan/individu, belum secara organisasi
Masa kepengurusan yang singkat, yaitu hanya satu tahun masehi
Tidak ada indikator yang tepat untuk menunjukkan posisi organisasi saat ini,
sehingga memungkinkan adanya perencanaan strategis yang berkelanjutan
Belenggu tradisi menjadi faktor penghambat terjadinya inovasi
Minimnya pendokumentasian dan pengarsipan menyebabkan sulitnya melacak
jejak sejarah organisasi
Pendidikan
Kurangnya pembelajaran dalam soft skill (komunikasi, kerjasama, dsb)
Mahasiswa ITB cenderung hanya berfokus untuk meningkatkan
indeks prestasi dan mempercepat jangka waktu studi
Kurangnya pengetahuan mahasiswa terhadap program pendidikan yang sedang
atau harus dijalaninya di ITB
Masih kentalnya isu pendikotomian antara aktivitas organisasi dengan
akademik
Penelitian
Belum adanya kebijakan maupun program penelitian terpadu di ITB yang
melibatkan mahasiswa secara nyata
Kurangnya koordinasi kegiatan penelitian lintas disiplin ilmu, baik antar
kelompok keahlian, lab, maupun himpunan
Belum ditemukannya bentuk penelitian skala mahasiswa S1 yang sesuai
Promosi penelitian dan pengabdian masyarakat masih kurang.

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Halaman 53 dari 113

Pengabdian kepada Masyarakat


Pengabdian masyarakat belum ditinjau dengan perspektif multidisiplin dan
kolaborasi lintas organisasi mahasiswa
Pengabdian masyarakat cenderung berupa bakti sosial dan baru sekedar
menggali rasa kepekaan sosial
Pengabdian masyarakat bidang belum menggali bidang keilmuan yang dipelajari
Pengabdian masyarakat baru mulai untuk dilakukan secara berkelanjutan, namun
belum memiliki tranfer pengetahuan yang baik
Sarana dan Prasarana
Keterbatasan lahan kampus membatasi pengembangan kemahasiswaan, terutama
yang memerlukan lokasi khusus seperti Marching Band, dll
Fasilitas kemahasiswaan tidak menjadi prioritas dan cenderung belum
direncanakan secara strategis
Pemutahiran dan perawatan peralatan pendidikan dan riset belum memadai
Utilitas listrik dan air bersih belum memadai
Kapasitas teknologi informasi belum memadai, akses cenderung terbatas dan
sering terjadi salah paham mengenai pemakaian ICT untuk kepentingan
akademik
Kapasitas layanan asrama masih kurang, baik dari segi fisik maupun mekanisme
pengelolaan
Sumber Dana
Terbatasnya alokasi dana kemahasiswaan
Tidak informatifnya pengelolaan serta prosedur pemanfaatan dana
kemahasiswaan
Sulitnya prosedur penurunan dana kemahasiswaan, selain yang berasal dari
kantong alokasi WRMA
Ketidakseragaman perlakuan pendanaan untuk kemahasiswaan di masingPesatnya perkembangan kondisi sosial, masing Fakultas, ditambah lagi dengan
tumpang tindih dana WRMA
b. Kondisi Eksternal
Peluang
ekonomi, dan budaya secara global
Indonesia memiliki berbagai potensi sebagai bekal kemandirian bangsa

Halaman 54 dari 113

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Gerakan Kebangkitan Nasional yang mengusung kemandirian bangsa dengan


kolaborasi dan partisipasi quadroheliks menjadi energi positif transformasi
gerakan mahasiswa pasca reformasi
Jumlah peminat pendidikan S1 ITB sangat tinggi
Terdapatnya kesempatan
mahasiswa S1 dari luar ITB untuk pindah ke ITB
(twining program)
Adanya mahasiswa asing yang tergabung dalam International Student Forum
Tersedianya dana riset dan pendidikan bagi mahasiswa
Tingginya reputasi ITB di dalam negeri * Asiaweek, 2000
Dosen ITB berkualifikasi tinggi (rank 37)*
Kerjasama dan kolaborasi dengan industri, pemerintah, universitas luar negeri,
dan institusi luar negeri
Terdapatnya lahan yang berpotensi untuk dilakukan perluasan ITB, yaitu lahan
Universitas Winaya Mukti, Jatinangor.
Potensi jumlah alumni sebagai jejaring ITB (beasiswa, endowmentfund,
kolaborasi riset, investasi)
Dibukanya mata kuliah Pengembangan Keprofesian dan Komunitas sebanyak 9
SKS untuk mengapresiasi karya kreatif dan invoatif mahasiswa ITB
Tantangan
Sifat inferioritas dan pesimisme masyarakat Indonesia secara umun
Stakeholder yang berinteraksi dengan KM ITB seringkali terpaksa harus
mengulang informasi dari tahun ke tahun
ITB belum menjadi think tank bangsa dalam pengelolaan negara.
Kondisi gerakan mahasiswa yang semakin tidak berarah dan dimanfaatkan
untuk kepentingan golongan.
Kurangnya promosi dan informasi mengenai program pendidikan ITB terhadap
mahasiswanya, misalnya pengenalan program studi pada mahasiswa TPB, atau
pengenalan mata kuliah minor bagi mahasiswa.
Kurangnya informasi mengenai birokrasi ITB serta sifatnya yang kurang
partisipatif
Pengelolaan laboratorium sebagai sarana yang sangat penting masih tidak
terkoordinasi

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Halaman 55 dari 113

4.1.5 Kondisi Manajemen Pengetahuan KM ITB


Manajemen Pengetahuan KM ITB selama ini dilakukan dalam bentuk:
a.
Kaderisasi lembaga
Kaderisasi merupakan proses transfer nilai organisasi dan pembentukan karakter
yang dilakukan oleh organisasi mahasiswa. Bentuk kaderisasi KM ITB
tergantung kepada tradisi lembaga masing-masing. Kaderisasi anggota KM ITB
secara umum merupakan pelatihan kepemimpinan yang dipetakan sebagai
berikut:

Kaderisasi Inisiasi
Kaderisasi Wilayah
Kaderisasi Unit Kegiatan Mahasiswa
Kaderisasi Himpunan

Tahun 2005, terjadi pelarangan kaderisasi dengan dikeluarkannya Surat


Keputusan Rektor no. 082/2005, sehingga kemudian mulai diinisasi bentukbentuk alternatif untuk menjamin tetap berjalannya transfer pengetahuan,
misalnya dengan memberlakukan Kaderisasi Berjenjang. Pelarangan tersebut
secara tidak langsung menyebabkan sejumlah kejadian beruntun dalam
transformasi kemahasiswaan ITB secara khusus, dan ITB secara umum.
Beberapa hal yang populer terkait alternatif kaderisasi pada masa itu:

Kolaborasi kaderisasi dengan institusi


Inovasi metode
Transformasi arah gerak kemahasiswaan ITB

Sebelum momentum tersebut ada, terjadi banyak bias dalam pemaknaan


kaderisasi. Kaderisasi yang harusnya menjadi sarana transfer pengetahuan dan
proses pengenalan diri serta optimasi potensi yang dimiliki setiap peserta,
seringkali tidak disertai dengan pendampingan evaluasi dan penentuan
parameter pencapaian dengan baik. Hal tersebut menyebabkan pelaksanaan
kaderisasi hanya menjadi tradisi dan formalitas yang semakin jauh dari tujuan
yang seharusya.
Ketika proses transfer pengetahuan hanya bergantung pada kaderisasi, tanpa
dokumen atau aktivitas kontinu lainnya, maka mahasiswa ITB menjadi sangat
sulit untuk mengakses pengetahuan kemahasiswaan yang benar misalnya untuk
mempelajari mekanisme advokasi akademik anggota lembaga. Degradasi
pengetahuan internal organisasi yang terjadi sedikit demi sedikit, ditambah
faktor evolusi gaya hidup generasi Y dari mahasiswa sekarang menyebabkan
Halaman 56 dari 113

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

terjadinya disorientasi kemahasiswaan ITB. Namun, momen pelarangan


kaderisasi secara tidak langsung memberikan shock therapy dan memaksa KM
ITB melakukan evaluasi serta menginovasi sistem transfer pengetahuan
organisasi secara menyeluruh.
b.
Kegiatan besar rutin, misalnya Olimpiade, INKM, dll
Untuk mencapai tujuannya, KM ITB melakukan kegiatan-kegiatan terstrukur
yang digagas untuk mewujudkan tercapainya visi KM ITB. Kegiatan yang
dilakukan memiliki bentuk dan peserta yang beragam namun diupayakan
transfer pengetahuan yang dimiliki elemen KM ITB. Transfer pengetahuan ini
dilakukan antar personal di komunitas pelaksana kegiatan. Dalam kegiatan besar
rutin ini masih didapati kekurangan dalam proses transfer pengetahuan, hal ini
mungkin terjadi karena:

Kurangnya teknis dalam pelaksanaan kegiatan sehingga peserta seringkali


tidak menangkap tujuan kegiatan.

Komunikasi yang tidak baik dalam struktur organisasi pelaksana sehingga


transfer pengetahuan antara pimpinan dan staff tidak terjadi optimal.

Proses evaluasi tidak terlaksana dengan baik akibat budaya permisif yang
dimiliki oleh sebagian besar anggota KM ITB. Evaluasi jauh dari efektif
akibat tidak terbahasnya agenda evaluasi dengan tuntas, seperti
parameterisasi ketersampaian tujuan acara, kurangnya kerapian dokumen
yang bisa dipelajari selanjutnya, kurangnya kesadaran bahwa pengetahuan
yang diperoleh hari ini merupakan hak seluruh anggota organisasi masa
depan, kecenderungan menunda-nunda evaluasi, euforia acara selesai
berarti kepanitiaan selesai, rasio kehadiran anggota yang rendah pada saat
evaluasi, dll. Seringkali, evaluasi tidak menghasilkan peningkatan
pembelajaran yang signifikan karena hanya sedikit jejaring yang mendapat
pembelajaran.

c. Aktivitas organisasi
Setiap organisasi bagian dari KM
maupun tidak terstruktur. Bentuk
pelatihan-pelatihan, kunjungan kerja,
Pada umumnya, kekurangan yang
adalah:

ITB memiliki kegiatan yang terstruktur


kegiatan tersebut bervariasi mulai dari
diskusi, rekreasi bersama, dan sebagainya.
dimiliki oleh kegiatan-kegiatan tersebut

Metode transfer pengetahuan yang digunakan konvensional, yaitu cerita dari


pendahulu dan kaderisasi. Belum adanya pemisahan antara pengelolaan
pengetahuan tacit dan pengetahuan explicit.

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Halaman 57 dari 113

Kaderisasi sengaja dikondisikan sebagai satu-satunya metode penjamin


berjalannya transfer pengetahuan, tetapi hanya sedikit lembaga yang
menyiapkan mekanisme untuk mengantisipasi ketika berhalangan. Selain
itu, minat mahasiswa terhadap kaderisasi semakin menurun akibat
kurangnya inovasi pada keseluruhan proses (dari perencanaan hingga
pelaksanaan, dari pengader hingga kader), semakin sempitnya waktu untuk
berinteraksi sosial maupun untuk menggali pengetahuan baru dengan
tuntutan akademik yang tinggi seperti waktu kelulusan atau IP. Selama hal
ini masih menjadi indikator kesuksesan seorang mahasiswa, maka proses
penciptaan pengetahuan di KM ITB tidak akan berjalan dengan sempurna.
Hal itu dikarenakan transfer pengetahuan belum diletakkan sebagai bagian
dari keseharian, melainkan hanya dilakukan sebagai pengisi waktu luang.
Kuliah atau kurikulum akademik secara tidak sadar diposisikan seakan
bertentangan dengan kegiatan kemahasiswaan, baik oleh mahasiswa
maupun ITB sebagai institusi. Hal ini menimbulkan mahasiswa berpotensi
memiliki keengganan berkegiatan di organisasi mahasiswa. Jumlah
partisipasi yang minim menyebabkan minimnya pula kompetisi untuk
mengembangkan potensi dalam organisasi mahasiswa. Hal ini berdampak
terhadap semakin jauhnya organisasi mahasiswa sebagai wadah
pengembangan potensi dan karakter, melainkan berevolusi menjadi wadah
pencitraan dan formalitas. Ditambah dengan manajemen pengetahuan yang
tidak teratur, organisasi menjadi tidak belajar, tidak dinamis, dan tidak
mampu melakukan inovasi dengan progresif.
Sistem dokumentasi buruk sehingga sulit ditemukan berkas maupun arsip
sejarah yang relevan untuk dipelajari sehingga pembelajaran sangat
tergantung dari subyektivitas cerita dari senior pendahulunya. Proses ini
mengkhawatirkan karena ternyata cenderung hanya mewariskan sebagian
pengetahuan saja, umumnya prestasi yang baik saja, sementara proses yang
gagal tidak diceritakan. Dengan demikian, seringkali organsisasi mahasiswa
tidak dapat belajar dari kesalahan sebelumnya, bahkan mengulangi
kesalahan yang serupa.
Penciptaan pengetahuan dan inovasi yang dihasilkan berbagai komunitas
kreatif di mahasiswa ITB masih terkotak-kotak akibat kurangnya ruang
publik untuk berinteraksi, saling mengapresiasi, dan melakukan kolaborasi
yang konstruktif.
Keberagaman KM ITB belum dimanfaatkan secara optimal, baru sebatas
saling menghargai keberadaan dari keberagaman itu saja . KM ITB terdiri
dari mahasiswa dengan berbagai latar belakang, suku, agama, ras, dll.
Sayangnya, pengetahuan tentang potensi keberagaman tersebut hanya
disampaikan secara formal sebanyak satu kali tiap tahunnya, yaitu pada

Halaman 58 dari 113

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

masa penerimaan mahasiswa baru. Seringkali setelah mahasiswa berkuliah


atau beraktivitas, mereka lupa akan potensi tersebut dan hanya berkutat di
lingkungan program studi atau unitnya saja.
Mobilitas dan kemanfaatan Organisasi Mahasiswa masih rendah. KM ITB
memiliki sekitar 15000 mahasiswa S1 yang tergabung ke dalam 29
himpunan, 74 unit, maupun organisasi kemahasiswaan terpusat. Banyaknya
persoalan-persoalan lokal yang berkepanjangan, misalnya himpunan dengan
fakultasnya, unit dengan alumninya, dll, kerap kali menjadikan organisasi
kemahasiswaan terhambat untuk berkembang, akibat wawasannya
tersempitkan oleh persoalan-persoalan internal saja

4.2 Analisis Kondisi Campus Channel Networks


4.2.1 Sejarah Perkembangan
Pembentukan Campus Channel Networks diawali dengan Inisiatif Integrasi Media
yang diinisiasi oleh Kantor Berita USDI ITB serta Kabinet KM ITB, Campus
Channel lahir sebagai bentuk kolaborasi unit media dan pendidikan untuk
menciptakan nilai tambah dari keberlimpahan informasi di ITB. Campus Channel
menjunjung prinsip berbagi informasi, pengetahuan, serta membentuk budaya
apresiasi yang diharapkan mampu menjadi pemicu kultur ilmiah di ITB.
Campus Channel mulai dikembangkan sejak April 2007 dan turut andil dalam r-ICT
Digital Culture Conference yang diadakan oleh PPTIK pada tanggal 6-7 Agustus
2007. Sejak peluncuran resminya di Aula Barat, 21 September 2007, Campus
Channel mulai mengudara di ITB dan dapat diakses melalui situs resmi
www.campuschannel.itb.ac.id.
Berikut ini merupakan tahapan-tahapan yang dilalui oleh Campus Channel Networks
sejak tahun 2007-2009:
Tahun 2007

Inisiatif Integrasi Media Kantor Berita USDI ITB serta Kabinet KM ITB
April 2007 r-ICT Digital Culture Conference oleh PPTIK (6-7 Agustus 2007)
21 September 2007, Campus Channel mengudara lewat campuschannel.itb.ac.id.
Sistem broadcast terpadu berbasis IP

Tahun 2008

Campus Channel dibawa dan dipresentasikan di depan Dirjen Telematika


Departemen Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Halaman 59 dari 113

Terjadi reorientasi pengembangan Campus Channel. Unit Media kurang stabil


untuk broadcasting, sehingga Campus Channel memfokuskan pada pengadaan
konten. bentuk tim khusus produksi

Tahun 2009

Campus Channel berkembang menjadi Campus Channel Network


Campus Channel Records lahir dengan proyek perdana Concerto in G 10 unit
ITB Student Orchestra
Campus Channel Network ditargetkan ITB sebagai potensi pengembangan
kewirausahaan ITB untuk industri kreatif. Istilah Creativepreneur mulai
digunakan.

4.2.2 Tujuan
Campus Channel Networks dibangun dengan tujuan bersama sebagai berikut:
1.
2.
3.

Menciptakan budaya apresiasi


Mengakselerasi Knowledge Sharing internal ITB
Memberikan ruang komunikasi dan interaksi di internal ITB

Pada dasarnya, keberadaan CCN terinisiasi dengan adanya hambatan dalam


kebutuhan untuk berbagi pengetahuan, seperti:
1. Dipersingkatnya masa studi akademik ITB menjadi 4-6 tahun, sehingga perlu
dilakukan inovasi untuk memenuhi kebutuhan berbagi pengetahuan dan
pengalaman di ITB
2. Bertumbuh pesatnya sarana teknologi informasi dan komunikasi
menyebabkan perubahan cara orang untuk mengakses dan mengolah
informasi
3. Adanya kebutuhan untuk mengembangkan penelitian terkait usaha
pemerataan akses informasi di pedesaan (rural ICT)
4.2.3 Konsep 2.0 Campus Channel ITB
Hal mendasar dari konsep pengelolaan pengetahuan yang digagas Campus Channel
Networks terletak pada inovasi model pengelolaan pengetahuannya, dimana CCN
mengadaptasi konsep web 2.0 yang memungkinkan terjadi kolaborasi dan partisipasi
antar user.
User dalam hal ini bertindak sebagai prosumer, yaitu individu dalam komunitas ITB
yang berperan sekaligus sebagai produsen informasi, mengelolanya, sekaligus
menikmatinya sebagai konsumen. Konsep ini akan mampu mempersingkat masa
adaptasi dan penyerapan pengetahuan, menghubungkan antara user satu dengan
Halaman 60 dari 113

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

lainnya, mempererat solidaritas komunitas, menciptakan nilai tambah pengetahuan


bagi komunitas dan lingkungannya.

Gambar 4-2 Konsep Prosumer Campus Channel 2.0 [Sukarsono, 2007]

Campus Channel Networks diharapkan mampu menjadi model interaksi dan


komunikasi berbasis web 2.0 yang mampu memediasi penyerapan pengetahuan dan
inovasi perguruan tinggi oleh civitas akademika serta lingkungannya secara dua arah
dalam rangka meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara luas.
Secara konseptual, CCN didukung oleh potensi keberagaman ITB (mulai dari modal
insani, modal pengetahuan, akses, dll) sehingga seharusnya dengan berjalannya CCN
maka akan terbentuk komunitas ITB yang solid dan tidak pernah berhenti berbagi
dan belajar.
4.2.4 Rancangan Sistem Kerja
Skema kerja dan pembagian tugas pada pengembangan konsep Campus Channel
Networks ditampilkan dalam gambar 4.3 dan Tabel 4.1.

Gambar 4- 3 Skema Teknis Campus Channel

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Halaman 61 dari 113

Tabel 4- 6 Pembagian Tugas Kolaborasi Unit Campus Channel 2007


LEMBAGA

TUGAS
Membuat dan mengatur traffic TV Kampus
Merancang program TV

GTV
Mengisi program TV selama 1,5 jam
Menjalankan dan menjaga keberjalanan TV Kampus
Membuat dan mengatur traffic Radio Kampus
Merancang program Radio
RK
Mengisi program Radio
Menjalankan dan menjaga Radio
Menyiapkan konten dokumentasi
LFM

Memberikan dokumentasi rutin


Memberikan konten non dokumentasi, misalnya film pendek
Menyiapkan platform jaringan

ARC

Menjalankan dan menjaga jaringan


Menjadi admin teknis
Mengoordinir bersama tim berita USDI
Bagian urusan birokrasi, ke mahasiswa

Kominfo KM ITB
Memastikan integrasi terwujud
Membuat sistem untuk maintenance dan kepemilikan berikutnya
Mengoordinir bersama KM
Kantor Berita
USDI

Bagian urusan birokrasi, ke rektorat


Memastikan integrasi terwujud
Membuat sistem untuk maintenance dan kepemilikan berikutnya
TIM FORMATUR CAMPUS CHANNEL NETWORKS
Mengenalkan dan mempromosikan mengenai integrasi media

Tim Promosi

Membuat berbagai media promosi


Mempresentasikan integrasi media
Merancang program

Tim Konten

Mengisi program
Editor
Merancang platform

Tim Teknis

Maintenance platform
Admin teknis

Halaman 62 dari 113

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

4.2.5 Unit Sumber Daya Informasi ITB


Campus Channel Networks merupakan kerjasama dengan Kantor Berita USDI. Sejak
2001, PPTIK ITB mengembangkan konsep Smart Campus dimana ITB mengelola
sendiri sistem informasinya. Pengelolaan sistem informasi ITB kini secara khusus
dilakukan di bawah USDI (Unit Sumber Daya dan Informasi), di bawah Wakil
Rektor Bidang Komunikasi dan Informasi. Pengelolaan tersebut bisa dikategorikan
sebagai community-based information management karena dijalankan oleh
komunitas ITB itu sendiri.
Misi USDI
Mengelola, menyediakan dan memanfaatkan informasi, terutama yang berbasis
teknologi informasi dan komunikasi yang dibutuhkan ITB agar ITB dapat mencapai
keistimewaan (excellence) dalam pengajaran, pembelajaran, penelitian, dan
pelayanan/pemberdayaan kepada masyarakat.
Fungsi USDI
USDI merupakan unsur penunjang akademik di ITB yang berfungsi mengelola
segala kegiatan yang terkait dengan sistem informasi ITB baik dalam pemeliharaan,
pengembangan maupun pengoperasiannya.
USDI memfasilitasi kebutuhan ITB sebagai suatu pusat pengetahuan dengan tugastugas sebagai berikut:
1. Menyiapkan, mengelola dan mengembangkan infrastruktur teknologi
informasi untuk kebutuhan organ dan masyarakat ITB
2. Mengembangkan, mengelola, dan menyediakan data dan informasi organ dan
masyarakat ITB
3. Memfasilitasi pembangunan dan pengembangan sistem informasi organ dan
masyarakat ITB
4. Memfasilitasi penerapan teknologi Informasi dalam kampus
Struktur USDI
Kepala Unit Sumber Daya Informasi

: Basuki Suhardiman

Kepala Divisi Infrastruktur Teknologi Informasi

: Affan Basalamah

Kepala Divisi Fasilitas dan Layanan Teknologi Informasi

: Iyan Sofyan

Kepala Divisi Pengembangan Sistem Informasi

: belum ada

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Halaman 63 dari 113

Working Groups yang berada di bawah koordinasi USDI, yaitu :

KMRG (Knowledge Management Research Group)


CNRG (Computer Network Research Group)
AI3
Comlabs
Kantor Berita
Webmaster
LPM-USDI (Layanan dan Produksi Multimedia USDI)
SOI (School on Internet)

Berikut ini adalah riset yang dikembangkan oleh Pusat Pengembangan Teknologi
Informasi dan Komunikasi ITB, dimana Campus Channel Networks menjadi bagian
di antaranya.
Tabel 4-7 Riset Pusat Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi ITB

NO

NAMA PROGRAM

Riset Unggulan 2006

KETERANGAN
Rural Next Generation Networks (R-NGN)

TAHUN
PROGRAM
2006-2007

Affordable Next Generation Computing (A-NGC)


Creative Contents, Digital Arts, and Knowledge
Society Applications
Regulation and Policy Studies for Knowledge
Society
2

Program Tahunan 1
2006-2007

Keterangan Program Tahunan 1 2006-2007

2006-2007

Program Tahunan 2
2006-2007

Keterangan Program Tahunan 2 2006-2007

2006-2007

Riset Unggulan

(1) Rural Next Generation Networks

2007-2008

ITB 2007

(2) Affordable Next Generation Computing


(3) Indonesian Creative Contents and Knowledge
Society Applications
(4) ICT Regulation and Policy Studies

Riset Unggulan

Riset Unggulan 2008

2007-2008

2008
6

Program Tahunan 1
2007-2008

Keterangan Program Tahunan 1 2007-2008

2007-2008

Program Tahunan 2
2007-2008

Keterangan Program Tahunan 2 2007-2008

2007-2008

Halaman 64 dari 113

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

4.2.6 Unit Media KM ITB


Rumpun Unit Media Keluarga Mahasiswa ITB terdiri dari total 8 Unit, yaitu Radio
Kampus, Liga Film Mahasiswa, Ganesha TV, Amateur Radio Club, Boulevard, Pers
Mahasiswa, Majalah Ganesha, dan Genshiken. Terdapat satu unit PPTIK yang
bergerak di bidang penyiaran kampus, yaitu 8 EH Radio, ditambah tim USDI yang
terdiri dari LPM USDI dan Kantor Berita.
Pada masa 2007-2008, anggota formatur CCN terdiri dari 4 unit media, dan 2
lembaga. Tahun 2008-2009, pengembangan jejaring Campus Channel mengalami
pertambahan 8eH, Apres, serta sejumlah unit-unit seni budaya KM ITB.
Unit yang tergabung dalam kolaborasi Campus Channel Networks adalah:
a.

Radio Kampus
Bidang Keahlian : Penyiaran Radio Komunitas

b.

Liga Film Mahasiswa


Bidang Keahlian : Layanan Multimedia meliputi Videografi, Fotografi, Kine,
Pertunjukan

c.

Ganesha TV
Bidang Keahlian : Produksi Konten dan Penyiaran TV Komunitas

d.

Amateur Radio Club


Bidang Keahlian : Instalasi, riset, dan pengembangan software, dan pengelolaan
jaringan fiber optic intranet kampus, wi-fi, dll

e.

8EH
Bidang Keahlian : Penyiaran Radio Komunitas

4.2.7 Siaran Percobaan Campus Channel ITB


Selama masa siaran percobaan, Campus Channel hanya melakukan siaran televisi
selama 2 jam setiap harinya. Sedangkan, siaran radio, yang dalam hal ini dikelola
oleh Radio Kampus, berjalan dari pukul 07.00-17.00 setiap harinya. Berikut ini
merupakan program-program yang dirancang oleh rekan-rekan Campus Channel
ITB. Program meliputi program broadcast IP radio serta IP TV lewat
campuschannel.itb.ac.id.

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Halaman 65 dari 113

Siaran televisi dilakukan dengan sistem tayangan berulang-ulang (looping) selama


jam kerja dengan rincian sesi 09.00-11.00, sesi 11.00-13.00, sesi 13.00-15.00, dan
sesi 15.00-17.00. Keterbatasan waktu, tenaga dan alat membuat tim konten hanya
sanggup melakukan update konten siaran setiap 1-2 minggu sekali. Diharapkan
evolusi Campus Channel mampu mengubah hal tersebut secara bertahap. Rincian
konten siaran televisi dapat dilihat pada Tabel 4.3.
TV kampus ini merupakan stasiun TV kampus yang menghadirkan suguhan-suguhan
berbau edukasi, news dan entertainment. Untuk permulaan pada program ini kontent
akan diiberikan oleh GTV, LFM dan mungkin beberapa unit lainnya yang akan
dhubungi untuk berpartisipasi dalam pembuatan kontent.
Selain TV Kampus, program inisiasi lainnya adalah Radio Kampus dengan kontent
acara meliputi hal-hal seperti telah disebutkan pada TV Kampus, yaitu edukasi,
entertainment dan news.
TV Kampus akan siaran pada pukul 11.00-13.00 WIB. Dengan 1 jam konten dari
GTV,yaitu tayangan-tayangan entertainment dan news seputar ITB dan segala
sesuatu yang berhubungan dengannya. Radio Kampus siaran pada pukul 08.00-17.00
WIB. Tetapi pada program inisiasi ini, Radio akan siaran selama 5 jam pada pukul
09.00-11.00 WIB dan 13.00-15.00.

Gambar 4-4 Program IP Radio Kampus

Halaman 66 dari 113

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Tabel 4-8 Program IP TV Broadcast GTV


JAM
TAYANG

NAMA ACARA

DESKRIPSI

11.00 11.30

Kilas Kampus

berita-berita faktual seputar kampus yang diproduksi oleh tim


berita GaneshaTV. Di masa depan acara berita ini akan diisi
oleh berita-berita hasil liputan tim-tim berita unit, himpunan,
dan fakultas yang tersebar di seluruh penjuru kampus.

11.30 12.00

Infotainment

Menayangkan salah satu dari dua acara infotainment produksi


GaneshaTV yaitu Fashionholic dan Kaki Lima

>> Fashionholic

Liputan khas anak muda mengenai distro-distro yang marak


digemari masyarakat kampus, terutama di Bandung. Informasi
yang disajikan meliputi berbagai macam barang yang dijual,
kisaran harga, lokasi, serta opini baik pelanggan maupun
pemilik distro.

>> Kaki Lima

Infotainment ini berisi liputan menarik tentang berbagai


macam warung, kios, dan lapak kaki lima yang menjamur di
kota Bandung. Disajikan dengan gaya anak muda dan
dipenuhi dengan informasi mengenai lokasi, berbagai barang
yang dijajakan serta kisaran harga.

Creative Zone

Slot acara ini khusus dipersembahkan untuk seluruh anggota


civitas akademika ITB untuk menampilkan karya-karya
kreatif yang mereka miliki. Karya tersebut dapat berupa film
maupun animasi dan hendaknya merupakan karya asli sendiri.
Tentunya karya yang diserahkan kepada tim konten Campus
Channel akan disortir sedemikian sehingga tidak mengandung
SARA maupun berpotensi menyinggung suatu pihak tertentu

12.00 13.00

4.3 Social Network Analysis Campus Channel


Berikut ini adalah identifikasi Social Network Analysis Campus Channel Networks
1. Aktor, yaitu pelaku dalam sistem jaringan dalam hal ini para pelaku dalam
sistem Campus Channel Networks ITB
a. Idea generator = Pencipta Gagasan
- Kantor Berita, KM ITB, dan unit-unit berdasarkan bidang masing-masing
b. Researcher = Peneliti
- PPTIK
c. Expert = Ahli atau Pakar
- Pak Armein Langi dari PPTIK
- Pak Cahyana
d. Producer = Pelaku produksi dan orkestrasi aktivitas jejaring
- Kantor Berita, KM ITB, ARC, LFM, GTV, RK, 8EH

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Halaman 67 dari 113

2. Relasi, yaitu pola hubungan dan keterkaitan antar pelaku dalam sistem jejaring
Campus Channel Networks.
LFM

CAMPUS CHANNEL
POLA HUBUNGAN :
SKEMA KERJA UTAMA
Shana Fatina

KETERANGAN

Konten
visual:Film,
dokumentasi

Program TV
sekunder
Koridor kerja tim konten

Program TV
utama

Koridor kerja tim teknis


perwakilan
GTV

penyelenggara

Program TV

Terdiri dari

www.ganeshatv.itb.ac.id

TV Kampus

STAKEHOLDER
Teknis TV

Stakeholder utama

Mahasiswa
ITB

perwakilan

KOMINFO KM
ITB

KANTOR
BERITA

Campuschannel.itb.ac.id

Situs

TEKNIS
SENTRAL

campuschannel.it
b.ac.id

ARC

Rektorat
ITB

perwakilan

Dosen,
alumni, dll
Teknis radio

www.radiokampus.ee.itb.ac.id

Radio Kampus

Program
radio
RK

Program
Radio
sekunder

Program
radio
utama

Gambar 4-5 Sistem Kerja Campus Channel 2.0

Tabel 4-9 Relasi Campus Channel Network


LEMBAGA

AKTIVITAS

RELASI

Membuat dan mengatur traffic TV Kampus

Tim konten
tim teknis

Merancang program TV

Tim teknis

Mengisi program TV selama 1,5 jam

Tim konten

GTV

Menjalankan dan menjaga keberjalanan TV Kampus

Membuat dan mengatur traffic Radio Kampus

Tim konten
tim teknis
Tim konten
tim teknis

Merancang program Radio

Tim konten

Mengisi program Radio

Tim konten

RK

Menjalankan dan menjaga Radio

Halaman 68 dari 113

Tim konten
tim teknis
Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Tabel 4-9 Relasi Campus Channel Network (lanjutan)


LEMBAGA

LFM

ARC

Kominfo KM
ITB

Kantor Berita
USDI

AKTIVITAS

RELASI

Menyiapkan konten dokumentasi

Tim konten

Memberikan dokumentasi rutin

Tim konten

Memberikan konten non dokumentasi, misalnya film


pendek

Tim konten

Menyiapkan platform jaringan

tim teknis

Menjalankan dan menjaga jaringan

tim teknis

Menjadi admin teknis

tim teknis

Mengoordinir bersama tim berita USDI

Bagian urusan birokrasi, ke mahasiswa

Tim promosi

Memastikan integrasi terwujud

Membuat sistem untuk maintenance dan kepemilikan


berikutnya

Mengoordinir bersama KM

Bagian urusan birokrasi, ke rektorat

Tim promosi

Memastikan integrasi terwujud

Membuat sistem untuk maintenance dan kepemilikan


berikutnya

4.4 Analisis Pemanfaatan Campus Channel Networks 2007-2009


Pengembangan Campus Network sebagai sistem Manajemen Pengetahuan KM ITB
dapa ditelusuri dengan analisis sebagai berikut:

Tabel 4-10 CCN-Kabinet KM ITB periode 2007-2008

PERIODE
Visi

Misi

KABINET KM ITB 2007/2008


Aku Cinta Indonesia
Berpikir
Bergerak
Bersama-sama
Mencetak profil manusia ganesha yakni mahasiswa ITB yang :

Arahan Umum

1.

Sadar akan tanggung jawabnya untuk membangun Indonesia

Kabinet KM
ITB 0708

2.

Memiliki gambaran tatanan masyarakat ideal indonesia

3. Memiliki kemauan untuk bergerak ke masyarakat sesuai potensi


dan segala kelebihan serta kekurangan yang dimiliki

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Halaman 69 dari 113

Tabel 4-10 CCN-Kabinet KM ITB periode 2007-2008 (lanjutan)

PERIODE

KABINET KM ITB 2007/2008


Arahan Kominfo
1. Menjalin hubungan kultural dengan rumpun unit media.
2. Memfasilitasi kebutuhan rumpun unit media.
3. Membentuk kultur ilmiah dengan menggiatkan aktivitas
membaca menulis dan berdiskusi
4. Membuat mekanisme saling tukar informasi antara elemen km itb
5. Membuat mekanisme agar pewacanaan dari kabinet efektif dan
tepat sasaran
6. Membuat mekanisme agar massa kampus mendapat kesempatan
seluas-luasnya untuk menyampaikan aspirasi, ide dan gagasan
7. Mekanisme-mekanisme yang tersebut diatas harus menyentuh
massa umum yang tidak terikat di himpunan dan unit

Arahan Umum
Kominfo

Arahan CCN
Landasan:
Adanya inisiasi integrasi media yang belum terlaksana
Tujuan:
Ingin membentuk masyarakat ITB yang sadar informasi, meliputi
memperoleh informasi yang baik, mendapatkan edukasi, dan
memunculkan budaya apresiasi

Overview

Proker terkait
CCN

Halaman 70 dari 113

Departemen Kominfo menjadi bagian Kabinet KM ITB yang khusus


bergerak di bidang komunikasi dan informasi massa kampus.
Secara umum, kinerja Depkominfo dibagi menjadi 4 bidang utama:
Multimedia, Humas, Cetak, dan Acara (Event).
Kominfo KM ITB 07/08 memiliki 2 fokus utama, yaitu membangun
kembali kepercayaan massa kampus terhadap Kabinet KM ITB
TRUST dan menumbuhkan kultur ilmiah baca tulis dan diskusi di
anak ITB SCIENTIFIC CULTURE. Kedua wilayah utama ini
masing-masing dipegang oleh seorang wakil menteri.
Salah satu pencapaian Kominfo adalah inisiasi Campus Channel
sebagai bentuk kolaborasi masyarakat kampus untuk membentuk
sistem informasi terintegrasi di Kampus ITB. Gerakan ini diinisiasi
oleh 6 lembaga, yaitu KM, USDI, LFM, ARC, dan RK sebagai
pionir dan pengadaan platform utama.
Pada Kepengurusan 0708, Campus Channel memiliki satu set
perangkat computer siaran di Comlabs, dan akan ditambah lagi di
beberapa lokasi lainnya.
Campus Channel juga berperan serta dalam Expo Digital Culture
yang diadakan oleh PPTIK, Gran Launching 21 September 2007
Merilis sejumlah program kerja terkait Campus Channel, yaitu ABS
(Arya BL Show) sebagai program TV sebanyak 1 episode, dan
Revolution 10) sebagai program Radio
pelatihan jurnalistik terpusat bekerjasama dengan PERSMA di
pertengahan Februari 2008. Campus Channel diakses melalui web
campuschannel.itb.ac.id
Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Tabel 4-10 CCN-Kabinet KM ITB periode 2007-2008 (lanjutan)

PERIODE

Evaluasi

KABINET KM ITB 2007/2008


Program Kominfo selama 8 bulan ini terfokus pada pengadaan dan
perapihan sistem serta mekanisme informasi antar elemen kampus
terutama sebagai corong terdepan Kabinet KM ITB ke masyarakat
kampus. Sejumlah media diperbaiki, dan kultur partisipasi informasi mulai
dimulai. Dengan fokus terhadap perbaikan dan pelayanan, Kominfo belum
mengarahkan konten dari media secara tegas. Gaya penyampaiannya
masih disesuaikan dengan narasumber, sehingga packaging isu belum
maksimal.
4 bulan terakhir akan diarahkan untuk memperkuat arahan wacana dan
pencerdasan massa Kampus. Selain itu, akan difokuskan untuk
menyiapkan jaminan semangat dan sistem informasi yang bisa diteruskan
turun-temurun ke generasi berikutnya, terutama Campus Channel.

Tabel 4-11 CCN-Kabinet KM ITB periode 2008-2009

PERIODE

KABINET KM ITB 2008/2009

Visi

KM ITB MILIK SEMUA

Misi

Berani menggagas, berani berubah, berani berkarya


Satu ITB, Satu Keluarga
KM ITB (Kita Mau Indonesia Terus Bangkit)

Arahan Umum
Kabinet KM ITB
0809

Arahan Umum
Kominfo

Memberikan pelayanan dan pemenuhan kebutuhan dasar mahasiswa


ITB secara keseluruhan
Mengembangkan dan mengoptimalkan potensi mahasiswa di berbagai
bidang sebagai center of excellence
Menggerakkan kemahasiswaan ITB dalam bentuk kontribusi nyata ke
masyarakat dan menjalankan pencerdasan publik dengan pola
pergerakan yang efektif, dengan isu kedaulatan energi, kedaulatan
pangan, dan pendidikan
Kemandirian dan keprofesionalan lembaga KM ITB dalam
melaksanakan kegiatannya
Membangun pola gerakan mahasiswa yang khas, relevan, dan mampu
bersaing

Menjadi corong informasi internal kampus

Mengoptimalkan unit media sebagai mitra penyampaian informasi dan


jaringan sistem informasi independen di ITB

Memastikan informasi tersampaikan dengan berbagai cara dan


menjangkau sebanyak-banyaknya mahasiswa ITB
Arahan CCN
Tujuan:

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Halaman 71 dari 113

Tabel 4-11 CCN-Kabinet KM ITB periode 2008-2009 (lanjutan)

PERIODE

KABINET KM ITB 2008/2009


Ingin membentuk masyarakat ITB yang sadar informasi, meliputi
memperoleh informasi yang baik, mendapatkan edukasi, dan
memunculkan budaya apresiasi
Sasaran:
Campus Channel menjadi wadah bagi media ITB untuk saling berbagi
informasi
Campus Channel menjadi potensial Income bagi unit media ITB

Overview

1. Menjadi corong informasi internal kampus


2. Mengoptimalkan unit media sebagai mitra penyampaian informasi dan
jaringan sistem informasi independen di ITB
3. Memastikan informasi tersampaikan dengan berbagai cara dan
menjangkau sebanyak-banyaknya mahasiswa ITB
Berikut tahap-tahap yang telah kami lakukan:

Proker terkait
CCN

Halaman 72 dari 113

Membentuk tim dan menambah anggota tim campus channel


Mematangkan bisnis plan dan menyusun proposal
Membuat struktur kepengurusan campus channel sesuai konsep yang
baru
Menyusun proposal dan membuat presentasi Campus Channel
Konsolidasi dengan berbagai unit media mengenai Campus Channel
Berhasil menjalin kerja sama dengan USDI ITB
Mencari sponsor dan sumbangan dari pihak alumni, perusahaan, dll.
Seperti bertemu dengan calon penyandang dana [(departemen
KOMINFO RI), angktn '74, angktn '73]. Namun, pengusahaan
sumbangan ini kami hentikan karena dirasa belum perlu (harus
menunggu kesiapan GTV untuk mampu siaran sesuai konsep, baru
saat itu kita akan membutuhkan sumbangan untuk menyesiakan
beberapa display/TV plasma (atas pertimbangan tersebut sampai saat
ini dihentikan)
Persiapan pindah server
Mempersiapkan base web
Menyusunan aplikasi web (pengembangan sistem web)
Setelah web-base berhasil dibuat maka perlu diujicobakan atau dirunning selama beberapa minggu
Mendokumentasian acara-acara seni di ITB untuk pengarsipan awal di
web campus channel. Seperti OHU, Olimpiade V KM ITB,dll.
Mendapatkan fasilitas Ruang Multimedia TVST untuk menunjang
campuschannel serta unit-unit multimedia yang tergabung di
dalamnya. Selain itu fasilitas lainnya adalah website, streaming server,
TV 29 inch, enclosure ke website ITB, izin 6 tempat siaran saat siaran
percobaan, alat-alat video shooting & broadcasting
Memproduksi berbagai video dan MP3 dari hasil pendokumentasian
kegiatan UKM dan kegiatan lainnya dengan bekerjasama dengan unitunit media. Dan berbagi project lainnya, seperti: project album konser
ISO, project album kompilasi unit senbud, album konser ganesh
harmonic, album kompilasi "tribute to baksil", album campus channel
compilation beta 1.0, official broadcaster olim, siaran percobaan, film
dokumenter sejarah 50 thn kemahasiswaan, siaran radio on the spot @
dies emas
Mendistribusikan/mempublikasikan hasil karya tersebut melalui web
Campus Channel dan facebook Campus Channel agar dapat diapresiasi
oleh mahasiswa ITB khususnya dan masyarakat umumnya
Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Tabel 4-11 CCN-Kabinet KM ITB periode 2008-2009 (lanjutan)

PERIODE

KABINET KM ITB 2008/2009

Menyelenggarakan Workshop multimedia yaitu workshop ANTV dan


workshop Metro TV
Membuat program rutin campus channel archive, program rutin
campus channel podcast
Saat ini dalam proses pengembangan Broadcasting Campus Channel
seperti IP Radio dan IP Phone
Analisis Parameter keberhasilan:

Campus channel dapat mewadahi informasi yang beredar di kampus


ITB
Campus Channel dapat menciptakan produk yang dapat membantu
perkembangan unit media ITB baik melalui dana atau fasilitas
Berdasarkan hasil kegiatan kami dimana campus channel berhasil
memproduksi berbagai video, mp3, maupun project lainnya dengan dana
yang disediakan pemberi project; penambahan berbagai fasilitas yang
menguntungkan berbagai unit media; dan proses pendistribusian informasi
berbasiskan video dan broadcasting; maka berdasarkan berbagai
pertimbangan tersebut kami rasa parameter keberhasilan saat ini telah
tercapai. Meskipun ketercapaiana tersebut seharusnya dapat lebih optimal
lagi apabila setiap lembaga telah memiliki kesadaran untuk berbagi karya
dan informasi serta salaing mengapresiasi.
Analisis tujuan dan sasaran kegiatan:
Tujuan:
Ingin membentuk masyarakat ITB yang sadar informasi, meliputi
memperoleh informasi yang baik, mendapatkan edukasi, dan
memunculkan budaya apresiasi
Evaluasi
Analisis: Konsep campus channel saat ini lebih menekankan pada budaya
apresiasi dimana dirasa tercapai terlihat dari jumlah mahasiswa yang
mengakses video-video yang telah di produksi tim produksi campus
channel. Namun untuk edukasi dan kesadaran informasi diakui masih
sangat kurang sehingga kami menganggap tercapai namun belum
optimal. Namun, hal tersebut dapat optimal dicapai apabila campus
channel yang saat ini masih dalam proses dapat selesai sepenuhnya
Analisis Sasaran:

Campus Channel menjadi wadah bagi media ITB untuk saling


berbagi informasi dirasa tercapai dilihat dari berbagai respon baik
dari mahasiswa ITB mengenai ketersampaian informasi berupa karya
yang selama ini tidak diketahui banyak orang.
Campus Channel menjadi potensial Income bagi unit media ITB
kami rasa belum tercapai karena saat ini masih belum berhasil
membuat produk yang komersil dan juga belum berhasil mengambil
keuntungan melalui iklan yang sebelumnya telah ditarget sehingga
belum berhasil membuat income rutin.

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Halaman 73 dari 113

BAB V
PERANCANGAN DAN ANALISIS SISTEM

5.1 Perancangan Indikator Campus Channel Networks


Perancangan Indikator keberhasilan Campus Channel Networks dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pengamatan dilakukan terutama untuk melihat perubahan perilaku aindividu
maupun komunitas di dalam lingkaran Keluarga Mahasiswa ITB, yaitu
meliputi seluruh mahasiswa Program Identifikasi Keberjalanan Campus
Channel Networks yang dilakukan pada:
a. Masa kepengurusan KM ITB 2007/2008, yaitu Campus Channel v.1
yang dilaksanakan pada rentang April 2007-April 2008
b. Masa kepengurusan KM ITB 2008/2009, yaitu Campus Channel v.2
yang dilaksanakan pada rentang April 2008-April 2009
Keberjalanan sistem Campus Channel Networks dilihat dari orientasi sistem,
pembagian kerja antar lembaga, kejadian-kejadian penting, serta pandangan
terhadap relasi yang terjadi antar satu lembaga dengan lainnya selama periode
kepengurusan. Identifikasi terutama dilakukan untuk melihat dampak maupun
manfaat langsung yang terjadi di lingkungan KM ITB secara umun, dan
terhadap pengelolaan pengetahuan di dalamnya secara khusus. Perilaku,
aktor, serta interaksi yang diamati dilakukan terhadap Keluarga Mahasiswa
ITB yang tergabung didalamnya 15000 mahasiswa Sarjana ITB, 74 Unit
Kegiatan Mahasiswa, 29 Himpunan, Kabinet, Kongres, MWA WM dan tim,
serta komunitas kreatif mahasiswa ITB lainnya.
Meskipun penelitian ini ditekankan kepada pemanfaatan Campus Channel
Networks sebagai sistem Manajemen Pengetahuan KM ITB berbasis web 2.0,
pengamatan perlu juga dilakukan terhadap stakeholder KM ITB lainnya,
meliputi:

Civitas akademika lainnya, meliputi dosen, karyawan, rektorat, MWA,


alumni, dan sebagainya

Mitra Campus Channel Networks atau calon mitra potensial, meliputi


badan maupun institusi terkait inovasi Seni Budaya, Iptek, Bisnis,

Halaman 74 dari 113

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

komunitas kreatif lokal, komunitas pemuda dan pelajar, pusat Inovasi dan
Kewirausahaan.
-

Akademisi: universitas, organisasi mahasiswa, sekolah menengah,


sekolah dasar, pelatihan dan pembinaan pengajar

Seniman dan Budayawan: KBRI, Galeri, Gedung pertunjukan,


komunitas kreatif, Pusat kebudayaan negara lainnya

Ilmuwan dan profesional: CIEL, ICMI, Habibie Center,

Pengusaha dan profesional: Ikatan keprofesian, Koperasi, Komunitas


Pedagang

Pemerintah: Depdiknas, Departemen Industri, Departemen


Perdagangan, Depbudpar, BPPT, KADIN, Pemda, BAPPEDA

2. Identifikasi Kriteria Indikator


Indikator Campus Channel Network dirancang berdasarkan kriteria yang
menjadi tujuan pengadaan sistem tersebut. Kriteria-kriteria tersebut kemudian
dikombinasikan menjadi sebuah kerangka usulan indikator CCN.
a. Model SECI, untuk kriteria yang berkaitan dengan CCN sebagai
Manajemen Pengetahuan, yaitu adanya interaksi spiral pengetahuan
Socialization, Externalization, Combination, dan Internalitation
b. Model Komunitas Kreatif, untuk kriteria yang berkaitan dengan CCN
sebagai pembentuk Komunitas Kreatif
c. Hasil Kuesioner EOS dan ELQ, untuk kriteria yang berkaitan dengan
budaya kewiraan 7F, meliputi kemampuan kontrol diri, kemampuan
untuk melihat masa depan, kemampuan berpikir global, kemampuan
berkolaborasi, dll sehingga mendukung prinsip kolaborasi dan
partisipasi aktif yang ditawarkan oleh CCN
d. Hasil Psikotes Mahasiswa ITB, untuk kriteria yang berkaitan dengan
potensi kecerdasan serta kondisi psikologis mahasiswa ITB terutama
yang berkaitan dengan kebutuhan karakter kolaboratif dan partisipatis
sesuai konsep 2.0
Kerangka indikator CCN kemudian diujikan ke lapangan untuk melihat
kelayakannya Pengujian indikator dilakukan dengan pengambilan dan
pengujian data primer dari responden KM ITB, wawancara langsung dengan
Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Halaman 75 dari 113

penulis untuk mengonfirmasi usulan, serta dengan metode-metode dalam


penelitian ini
3. Implementasi dan rekomendasi perbaikan
Indikator CCN yang sudah diujikan kemudian digunakan untuk mengukur sejauh
mana Campus Channel Network memenuhi kriteria sistem manajemen
pengetahuan Keluarga Mahasiswa ITB berbasis web 2.0 yang sudah dirancang.
5.2 Identifikasi Keberjalanan Campus Channel Networks
5.2.1 Campus Channel v.1
Pada tahun 2008, Campus Channel berbentuk layanan IP TV dan IP Radio lewat
campuschannel.itb.ac.id sebagai portal komunitas multimedia di ITB. Radio
dioperasikan pada pukul 7-11 dan 13-15, sedangkan TV pada pukul 11-13 selama 5
hari kerja (Senin-Jumat). Campus Channel dapat diakses melalui streaming situs
menggunakan Real Player atau Media Player. Untuk mempermudah akses lebih
lanjut, direncanakan untuk dipasang beberapa spot Campus Channel berupa TV dan
speaker yang akan beroperasi setiap harinya. Pemasangan spot Campus Channel baru
berhasil dilakukan di Comlabs ITB, BNI GKU Timur, serta Perpustakaan Pusat ITB.
Namun, pemasangan spot lainnya sudah mendapatkan ijin dari Sarana Prasarana ITB
dan tinggal menunggu pengadaan infrastruktur.
Orientasi utama
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Membentuk kolaborasi berbasis potensi bidang pers dan media ITB


Membangun arsitektur dasar Campus Channel
Memperkenalkan Campus Channel ke internal ITB
Menciptakan budaya apresiasi
Mengakselerasi Knowledge Sharing internal ITB
Memberikan ruang komunikasi dan interaksi di internal ITB

Pembagian Kerja
Pada fase perancangan dan implementasi awal Campus Channel Networks dibentuk
tim formatur yang terdiri dari Kominfo Kabinet KM ITB, Kantor Berita USDI, ARC,
LFM, GTV, dan RK. Keenam lembaga berperan sebagai tim formatur CC dan
berbagi tugas sebagai berikut:

Tim Promosi
Tim promosi bertugas untuk mengenalkan dan mempromosikan mengenai
integrasi media, membuat berbagai media promosi, serta mempresentasikan
integrasi media ke stakeholder dan calon sponsor

Halaman 76 dari 113

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Tim Konten
Tim konten bertugas untuk merancang program Campus Channel, mengisi
program dengan konten tersebut, serta menjadi editor program
Tim Teknis
Tim teknis bertugas untuk merancang platform teknis, mengelola dan
merawat perangkat teknis, sekaligus menjadi Admin teknis
LFM

Gambar 5-1 Sistem Kerja Campus Channel v.1

Analisis Keberjalanan Sistem


Berdasarkan analisis, dapat dirumuskan bahwa permasalahan utama yang terjadi di
Campus Channel v.1 adalah belum adanya perumusan konsep Knowledge
Management Campus Channel yang jelas. Karena komunitas kreatif merupakan
penggerak sistem, maka tidak produktifnya komunitas akan menyebabkan
keberjalanan sistem menjadi terganggu (lihat tabel ceklist keberjalanan sistem CCN
2007-2008, pada Tabel 5.1)
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian yang akan menjawab model KM dan
model bisnis seperti apa yang paling sesuai untuk Knowledge Creative Company
komunitas akademik dengan memperhitungkan faktor kultur komunitas dan fungsi
produk bisnis itu sendiri. Poin penting dalam usulan perbaikan sistem, meliputi:

Produktivitas Campus Channel Network tidak boleh hanya bergantung pada


sejumlah lembaga saja, sehingga perlu diidentifikasi lebih banyak lagi konten
kreatif dari komunitas ITB.

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Halaman 77 dari 113

Pendampingan unit dan himpunan perlu dilakukan mengingat banyaknya


keluhan dan inferioritas mengenai pengetahuan dasar dokumentasi untuk
kebutuhan pembuatan konten Campus Channel. bisa diatasi dengan
pengadaan pelatihan berkala, workshop, serta pendampingan yang mudah
gdiakses setiap saat, misalnya dengan memanfaatkan salah satu fitur
interaktif di web campuschannel.itb.ac.id.
Pentingnya kolaborasi dan partisipasi tiap elemen harus digaungkan tidak
hanya untuk unit media atau divisi media dan informasi lembaga, melainkan
juga untuk semua bidang kemahasiswaan lainnya, seperti kolaborasi
membangun desa binaan multidisiplin. Hal ini penting mengingat sepanjang
implementasi awal Campus Channel v.1, ditemukan bahwa mahasiswa ITB
tidak terbiasa berkolaborasi dan bertanggung jawab atas peran yang
diembannya pada suatu komunitas.
Kondisi ini wajar terjadi akibat terlalu lamanya organisasi mahasiswa itb
bergelut di persoalan permukaan sehingga semakin meredupkan kompetensi
dasar dari bidangnya sendiri.
Dengan demikian, konsep Kolaborasi dan Partisipasi harus diterjemahkan
ke dalam bentuk penciptaan budaya, , misalnya sebagai contoh dapat
digunakan pendekatan SECI sebagai berikut:
- Sosialisasi : metafora 2.0 untuk memperkenalkan konsep kolaborasi
dan partisipasi, menyiapkan dokumen-dokumen tertulis yang mudha
diakses
- Internalisasi : program magang CCN, workshop bersama humas KM ITB
- Kombinasi : mengumpulkan konten kreatif dan dokumentasi lewat CCN,
mendata aktivitas yang terjadi di kampus kemudian memberikannya ke
tim penyiaran CCN
- Eksternalisasi : mengajak mahasiswa mengakses CCN, buzz marketing
untuk apresiasi karya kreatif di CCN, menjadikan CCN saluran untuk
sharing konten

Tabel 5-12 Check List Keberjalanan Campus Channel 2007

Membuat dan mengatur traffic TV Kampus

Berjalan/
tidak
X

Merancang program TV

Mengisi program TV selama 1,5 jam

Menjalankan dan menjaga keberjalanan TV Kampus


Membuat dan mengatur traffic Radio Kampus

Merancang program Radio

Lembaga

GTV

RK

Joblist

Halaman 78 dari 113

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Tabel 5-12 Check List Keberjalanan Campus Channel 2007

LFM

ARC

Kominfo KM
ITB
2007/2008

Kantor Berita

Tim Promosi

Tim Konten

Tim Teknis

Mengisi program Radio

Menjalankan dan men\\jaga Radio

Menyiapkan konten dokumentasi

Memberikan dokumentasi rutin

Memberikan konten non dokumentasi, misalnya film pendek

Menyiapkan platform jaringan

Menjalankan dan menjaga jaringan

Menjadi admin teknis

Mengoordinir bersama tim berita USDI

Bagian urusan birokrasi, ke mahasiswa

Memastikan integrasi terwujud


Membuat sistem untuk maintenance dan kepemilikan
berikutnya
Mengoordinir bersama KM

Bagian urusan birokrasi, ke rektorat

Memastikan integrasi terwujud


Membuat sistem untuk maintenance dan kepemilikan
berikutnya
Mengenalkan dan mempromosikan mengenai integrasi
media
Membuat berbagai media promosi

Mempresentasikan integrasi media

Merancang program

Mengisi program
Editor

Merancang platform

Maintenance platform

Admin teknis

5.2.2 Campus Channel v.2


Tahun 2009, apresiasi dan minat masyarakat kampus terhadap kolaborasi dan
komunitas kreatif semakin besar dengan pemicu Gerakan Kebangkitan Nasional KM
ITB. Campus Channel kemudian diluncurkan ulang sebagai branding partner GKN
KM ITB, sebuah gerakan berbasis kolaborasi potensi komunitas untuk menuju
Indonesia yang Mandiri. Campus Channel Network juga beberapa kali terlibat dalam
produksi aktivitas kemahasiswaan seperti Concerto in G10 oleh ITB Student
Orchestra, pembuatan album Save Our Baksil bersama satuan tugas Lebak Siliwangi
KM ITB, pembuatan album kompilasi seni dan budaya vol.1, official broadcaster
Olimpiade KM-ITB 2009, official broadcaster Dies Emas ITB, dan lain-lain.
Kesadaran masyarakat kampus akan pentingnya berkolaborasi dan mengetahui
potensi mulai tumbuh. Hal ini dapat kita lihat dari optimisme yang mulai terlihat,

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Halaman 79 dari 113

pergeseran paradigma gerakan mahasiswa, serta menjamurnya wadah kolaborasi dan


aktivitas interdisipliner di KM ITB. Pengadaan ruang publik, ruang kreasi, dan ruang
berkarya yang dilakukan lintas keilmuan ternyata melahirkan banyaknya produk
kreatif yang menjamur dari kemahasiswaan ITB. Individual empowerment juga
menjadikan keunikan karakter mulai dihargai sebagai potensi untuk saling mengisi
dan saling belajar untuk mengejar tujuan bersama sebagai bagian dari komunitas
kampus. Denan kebutuhan tersebut ditambah bangkitnya gerakan kewirausahaan
kreatif, lahirlah prototype Campus Channel Records yang sekaligus meresmikan
tranformasi bentuk menjadi Campus Channel Networks.
Orientasi utama
1. Menginovasi CCN v.1 untuk menemukan bentuk yang paling sesuai untuk
KM ITB
2. Membentuk kebutuhan kolaborasi di komunitas rumpun unit media
3. Menemukan komunitas-komunitas kreatif sebagai potensi prosumer konten
lokal dari ITB
4. Menciptakan Budaya Apresiasi
5. Mengakselerasi Knowledge Sharing internal ITB
6. Memberikan ruang komunikasi dan interaksi di internal ITB
Tahun 2008-2009, Campus Channel mengalami transisi dari kolaborasi unit menjadi
kolaborasi komunitas kreatif ITB. CCN v.2 mengumpulkan konten kreatif karya
mahasiswa ITB kemudian memberdayakan komunitas rumpun unit media sebagai
saluran distribusinya. Campus Channel pada masa ini dipegang oleh tim khusus.
Lembaga yang terlibat menjadi prosumer bertambah 8EH, Apres!, dan sejumlah unit
seni budaya lainnya.
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, sistem serta pembagian kerja Campus
Channel pada fase ini difokuskan pada riset untuk mendapatkan bentuk Campus
Channel yang paling sesuai. Untuk melakukan hal ini, berbeda dengan Campus
Channel versi sebelumnya, dibentuklah tim intern yang sumber dayanya berada
terpisah dari seluruh stakeholder yang terlibat pada kegiatan Campus Channel.
Pembagian Kerja
Pembagian kerja Campus Channel pada fase ini dibuat lebih sederhana, dengan
membagi pada 3 domain kerja yang melibatkan seluruh stakeholder Campus
Channel, yaitu sivitas akademika sebagai sumber konten, tim intern Campus Channel
sebagai penghubung antara sumber konten dan broadcaster melalui berbagai program
dan produknya, serta unit media kampus sebagai broadcaster yang menyampaikan
Halaman 80 dari 113

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

informasi mengenai konten lokal kepada sivitas akademika khususnya dan


masyarakat pada umumnya.
Tim Campus Channel Networks memiliki tugas merumuskan kegiatan-kegiatan yang
akan dilakukan oleh CCN, dengan karakteristik struktur jejaring sederhana yang
memiliki fleksibilitas tinggi
Struktur Jaringan CCN

Koordinator bertanggung jawab pada seluruh kegiatan Campus Channel,


termasuk berinteraksi terkait CCN dengan non tim.
Program Director bertugas merancang kegiatan Campus Channel dengan
membawahi beberapa orang creative director
Creative director melakukan kagiatan kreatif CCN bersama-sama PD dan tim
lainnya
Tim teknis dan marketing melakukan riset, promosi, serta distribusi

Relasi Jaringan CCN terhadap Eksternal:

Civitas akademika sebagai sumber konten


Tim intern Campus Channel sebagai penghubung antara sumber konten dan
broadcaster melalui berbagai program dan produknya
Unit media kampus sebagai CCN Broadcasting yang menyampaikan
informasi mengenai konten lokal

Analisis Keberjalanan Sistem


Usaha berikutnya dilanjutkan pada kepengurusan KM ITB 08/09, yang dimulai
dengan pengajuan Campus Channel ke Dirjen Telematika Menteri Komunikasi dan
Informasi Republik Indonesia yang kebetulan adalah alumni Teknik Industri ITB
angkatan 74. Tindak lanjut terhadap pengajuan terhambat mengingat bahwa Dirjen
dan timnya sedang fokus kepada komunitas blogger Indonesia.. Ditambah dengan
tumbangnya salah satu unit penyokong Campus Channel, menyebabkan pengelola
harus mencari langkah alternatif untuk bisa selamat dari krisis sekaligus melanjutkan
pengembangan gerakan kreatif ini.
Melihat belum optimalnya Campus Channel pada versi sebelumnya, serta belum
kuatnya unit media sebagai broadcaster, Campus Channel terus berbenah untuk
mencari bentuk yang paling sesuai untuk menumbuhkan budaya sharing dan
kontributif terhadap konten lokal yang dimiliki oleh sivitas akademika ITB. Struktur
ataupun bentuk Campus Channel versi 2 ini difokuskan untuk riset kegiatan apa saja
yang sesuai untuk dilakukan. Untuk mencapai tujuanya, beberapa stakeholder baru

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Halaman 81 dari 113

dari kalangan diajak bergabung, yaitu Radio 8EH dan LPM USDI. Selain itu pada
fase ini, stakeholder Campus Channel tidak hanya terbatas pada kalangan media,
tetapi sampai pada seluruh sivitas akademika kampus yang ingin bekerjasama. Atas
dasar ini, Campus Channel bertransformasi menjadi Campus Channel Network yang
menggunakan prinsip kolaborasi dan partisipasi komunitas kreatif ITB.
Selama masa riset pada kepengurusan Campus Channel tahun 2008/2009, Campus
Channel Network melahirkan beberapa prototype produk. Prototype produk yang
dianggap sesuai kemudian dirumuskan menjadi struktur dan bentuk Campus Channel
pada kepengurusan tahun berikutnya. Struktur inilah yang kemudian mengantarkan
Campus Channel Network berpeluang sebagai Creative Centre ITB. Muncul juga
kebutuhan pengembangan Campus Channel dari Knowledge Management System
menjadi Knowledge Creative Company. Dengan demikian, seiring dengan
berkembangnya perlu dilakukan identifikasi proses bisnis untuk membuat model
ekonomi kreatif Campus Channel Networks yang tepat, misalnya metode periklanan,
penyelenggaraan administrasi, biaya operasional, dan sebagainya.
Tidak hanya itu, Campus Channel mulai membuka berbagai kemungkinan untuk
berkolaborasi dengan lembaga-lembaga lain untuk menciptakan konten yang makin
baik serta riset pengembangan yang semakin multidisipliner dan luas. Lembagalembaga tersebut meliputi Depkominko RI, Inkubator Ide dan Inovasi Mahasiswa
ITB, Inubator Industri dan Bisnis ITB, CIEL SBM, dll. Kerjasama dengan lembaga
lain ini merupakan nilai tambah dan akan mempekuat inovasi internal yang terjadi,
baik di Campus Channel sendiri, maupun KM ITB secara keseluruhan.
Adapun pengembangan Campus Channel Networks berikutnya sebaiknya juga
memperhatikan hal sebagai berikut:

Setiap unit media yang tergabung harus terus mengasah diri agar dapat
menyesuaikan dengan konsep Campus Channel Network dan
memanfaatkannya untuk meningkatkan kompetensi sekaligus nilai tambah
organisasinya.
Membudayakan perilaku berbagi karya dan informasi serta menumbuhkan
saling apresiasi antar mahasiswa maupun lembaga dalam KM ITB. Apresiasi
Campus Channel Network adalah solusi alternatif untuk mengurangi
publikasi tempelan yang tidak rapi dan penggunaan kertas berlebihan.
Campus Channel harus membuat prosedur yang bisa dan mudah untuk
dipelajari oleh anggota KM ITB lainnya sehingga tingkat penggunaannya
akan semakin tinggi.

Halaman 82 dari 113

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Perlu dilakukan studi untuk mengetahui budaya organisasi dan perilaku


individu mahasiswa untuk Keluarga Mahasiswa ITB. Hal ini diperlukan
untuk menyentuh calon user Campus Channel.

Iterasi Campus Channel v.3 dilakukan untuk menemukan model ekonomi kreatif
yang mampu dibentuk dengan basis komunitas kreatif KM ITB. Perancangan ini juga
menggunakan analisis yang diperoleh dari data hasil psikotes mahasiswa ITB
angkatan 2005-2008 serta evaluasi Entrepreneurial Orientation Survey dan
Entrepreneurial Leadership Questionnaire.

Gambar 5-2 Peran Campus Channel Network

Berdasarkan prototype yang telah diciptakan selama masa riset, pada


kepengurusan tahun berikutnya, sebaiknya dalam Campus Channel Network dibuat 4
bidang, yaitu Campus Channel Podcast, Campus Channel Production and
Broadcasting, Campus Channel Records, Campus Channel Archive sehingga
keberjalanannya akan fokus untuk dikembangkan ke arah ekonomi kreatif.
a. Campus Channel Podcast bergerak pada sharing informasi melalui media
radio. Program ini bekerjasama dengan Radio Kampus dan 8EH melalui
siaran radio blocking time, kemudian hasil program ini selanjutnya akan
dimuat pada website www.itb.ac.id dan bersifat dapat diakses kapanpun atau
disebut juga dengan audio on demand. Pada tahun 2008 / 2009, prototype
program ini sudah dibuat sejak masa Dies Emas ITB.
b. Campus Channel Production and Broadcasting bergerak pada sharing
informasi melalui media video. Program ini bekerjasama dengan LFM-ITB
dan Ganesha TV melalui siaran program TV atau berita. Program ini dapat
berupa siaran langsung, siaran tunda, dan juga sebagai video on demand yang
dapat diakses pada website www.itb.ac.id. Pada tahun 2008 / 2009, prototype
program ini dimulai sejak Olimpiade KM-ITB 2009 melalui program Daily

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Halaman 83 dari 113

Match Highlights yang berupa program berita mengenai pertandingan selama


2-3 menit.
c. Campus Channel Records merilis konten kreatif sivitas akademika yang
memiliki live performance dalam bentuk DVD. Album pertama yang dirilis
oleh Campus Channel Records ialah album Concerto in G10 bekerjasama
dengan ITB Student Orchestra pada bulan Januari tahun 2009. Rilisan
keduanya ialah DVD kompilasi unit seni dan budaya ITB.
d. Campus Channel Archive bergerak dalam pengarsipan seluruh karya kreatif
sivitas akademika ITB pada on-line media. Program ini berbentuk 2.0 di
mana seluruh sivitas akademika dapat berkontribusi untuk memajukan konten
lokal. Pada kepengurusan tahun 2008/2009, on-line media yang digunakan
ialah website Campus Channel, facebook dan Youtube.
Tabel 5-13 Check List Keberjalanan Campus Channel 2008-2009
Lembaga
Lembaga
GTV*
RK

8EH

LFM

Memastikan siklus regenerasi internal


*Campus Channel Broadcast vakum sementara,
revitalisasi GTV dan pengadaan konten yang kontinu

menunggu

Bersama 8EH, mengatur traffic Radio CCB

Merancang program Radio Kampus

Bersama 8EH, mengisi program Radio CCB

Bersama 8EH, menjalankan dan menjaga Radio

Bersama RK,mengatur traffic Radio CCB

Merancang program Radio

Bersama RK, mengisi program Radio

Bersama RK, Menjalankan dan menjaga Radio

Menyiapkan konten dokumentasi

V
V

Memberikan dokumentasi rutin *revitalisasi


Memberikan
*revitalisasi

ARC

Berjalan/
tidak
-

Joblist

konten

non

dokumentasi,

misalnya

film

pendek

Menyiapkan platform jaringan

Menjalankan dan menjaga jaringan

Menjadi admin teknis

Kominfo
Kabinet KM
ITB

Menjadi mediator Tim Campus Channel dengan civitas akademika ITB

Bagian urusan birokrasi

Memastikan integrasi terwujud, terutama di KM ITB


Membuat sistem untuk maintenance dan kepemilikan berikutnya

Civitas
Akademika ITB
Tim Campus
Channel
Halaman 84 dari 113

Sumber konten Campus Channel Network


Unit, himpunan, prodi, fakultas, komunitas kreatif ITB lainnya
penghubung antara sumber konten dan broadcaster melalui berbagai
program dan produknya

Riset dan pengembangan CCN bersama dengan KM ITB

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Tabel 5-13 Check List Keberjalanan Campus Channel 2008-2009 (lanjutan)


Merumuskan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh Campus
Channel.
Tim CCN : program director, creative director , serta tim teknis dan
marketing.

V
V

5.3 Identifikasi Kriteria Indikator


Berdasarkan tujuan penelitian, analisis dilakukan untuk menjawab dua hal utama,
yaitu perancangan indikator keberhasilan Campus Channel Networks sebagai sistem
manajemen pengetahuan KM ITB berbasis 2.0, serta usulan perbaikan untuk ke
depan. Berikut penjelasan mengenai indikator yang dirancang.
Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan indikator sebagai sesuatu yg dapat
memberikan (menjadi) petunjuk atau keterangan. Merriam-Webster Dictionary
mengartikan indikator sebagai One that point out.
5.3.1 Indikator Proses Penciptaan Pengetahuan Model SECI
Tingkat efektivitas penciptaan pengetahuan di Keluarga Mahasiswa ITB
diidentifikasi berdasarkan model SECI Nonaka, yaitu dengan mengidentifikasi
penciptaan pengetahuan yang dihasilkan dari interaksi pengetahuan sejenis (tacittacit, explicit-explicit) maupun lintas jenis (tacit-explicit, explicit-tacit).
Tabel 5-14 Indikator Proses Penciptaan Pengetahuan SECI
KATEGORI
PENGETAHUAN

PROSES
PENCIPTAAN
PENGETAHUAN

INDIKATOR
Jalur komunikasi langsung

Simpatisan

Sosialisasi

Interaksi di luar jam kerja


Sosialisasi terstruktur (edaran, dll)

Konseptual

Eksternalisasi

Jumlah dokumen kegiatan/kepengurusan


yang dihasilkan (dalam Byte)
% waktu yang digunakan untuk rapat
kegiatan
Jumlah alternatif KM yang ada

Sistemik

Kombinasi

Jumlah kategori KM (dalam KB)


Jumlah dokumen kegiatan/kepengurusan
yang diarsipkan(dalam KB)
Usia pengalaman organisasi (dalam tahun)

Operasional

Internalisasi

Frekuensi penggunaan KM
Jumlah pengguna (account)

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Halaman 85 dari 113

Proses penciptaan pengetahuan KM ITB dijabarkan berdasarkan kategori dan


prosesnya, kemudian tiap proses dijabarkan kembali secara mendetil ke dalam
indikator-indikator teknis yang terukur. Satuan yang mendefinisikan ukuran indikator
ditentukan sedemikian rupa agar mampu memberikan deskripsi proses yang terjadi.
Satuan disesuaikan dengan indikatornya masing-masing dan harus cukup deskriptif
untuk melakukan karakterisasi sistem.
Adapun indikator yang digunakan untuk mengukur efektivitas transfer pengetahuan
KM ITB lewat Campus Channel serta pembentukan kultur kolaboratif dan
aprtisipatif yang diperlukan dijabarkan sebagai berikut:
a.

Indikator Sosialisasi, meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan


pembentukan citra, pengetahuan tahap permukaan, serta keberadaan perangkat
minimum tentang akan adanya pemberian informasi dalam rangka
mendapatkan simpati dari pihak pertama.

b.

Indikator Eksternalisasi, meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan


keberadaan materi atau dokumen pengetahuan, presentase rapat dalam suatu
kegiatan, serta produktivitas seluruh anggota tim untuk berkarya dalam rangka
menciptakan dokumen pengetahuan sebanyak-banyaknya dari pihak kedua.

c.

Indikator Kombinasi, meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan


akumulasi dokumen pengetahuan yang ada, metode pengumpulan dan
distribusi pengetahuan, alternatif media yang disediakan maupun alternatif
media yang dipakai untuk tiap kegiatan dalam rangka mengumpulkan dokumen
pengetahuan dari berbagai pihak kedua secara teroganisir.

d.

Indikator Internalisasi, meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan


keberadaan mekanisme sistemik, baik struktural maupun kultural, yang
bertujuan untuk memastikan segala pengetahuan yang sudah dihasilkan
sebelumnya dapat digunakan, menjadi budaya, dievaluasi, serta kemudian
timbul kemampuan untuk berinovasi.

Sedangkan bentuk pengondisian yang dapat dilakukan untuk mendukung terjadinya


spiral pengetahuan SECI di KM ITB meliputi:
a. Penguatan intensi tentang pentingnya kolaborasi dan berpartisipasi. Seberapa
besar metode-metode untuk pembangunan kegiatan lintas bidang keilmuan
dilakukan, seperti pembangunan proyek bersama, perlombaan multidisiplin,
forum-forum berbagi seni dan kebudayaan, kegiatan lintas departemen,divisi,
atau lintas institusi, dan lain-lain.
b. otonomi anggota untuk mengembangkan kreativitas dan inovasi organisasi
Halaman 86 dari 113

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Seberapa jauh organisasi diberikan wewenang dan tanggung jawab untuk


mengurus urusannya sendiri, misalnya dengan budaya kerja bakti sekretariat
kampus, mengelola dana kemahasiswaan, akses terhadap stakeholder isntitusi
dan yang terkait dengan minat, bakat, maupun keprofesian organisasi.
c. memberlakukan dinamisasi lewat creative chaos
Seberapa sering diadakannya kegiatan atau aktivitas yang mengusung
spontanitas dan pengambilan keputusan secara cepat, outbond atau latihan
kepemimpinan di alam, dll
5-15 Rancangan Indikator Proses Penciptaan Pengetahuan KM ITB

K a t eg o ri

Operasional

Sistemik

Konseptual

Simpatisan

Pengetahuan

Proses
Penciptaan
Pengetahuan

Indikator
Jalur komunikasi
langsung

Interaksi lintas lembaga/bidang, Forum


Massa, Rapat Pimpinan, Forum Humas

Interaksi di luar jam kerja

Forum silaturahmi, Kerjasama lintas


lembaga, frekuensi makan siang
bersama

Sosialisasi terstruktur
(edaran, dll)

Surat Edaran, Undangan Milis,


Undangan Jarkom, Jumlah pelibatan
elemen

Jumlah dokumen
kegiatan/kepengurusan
yang dihasilkan (dalam
Byte)

Dokumen LPJ, Dokumen Diklat,


Modul, Slide presentasi, Penerbitan
Buku, Bagan, Peta

% waktu yang digunakan


untuk rapat kegiatan

Notulensi rapat, tingkat kehadiran


dalam rapat, intensitas rapat kerja

Jumlah alternatif KM
yang ada

Fitur web, alternatif media

Jumlah kategori KM
(dalam KB)

Jumlah folder kategori dalam Byte

Jumlah dokumen
kegiatan/kepengurusan
yang diarsipkan(dalam
KB)

Jumlah konten dokumen terarsipkan


dalam Byte

Usia pengalaman
organisasi (dalam tahun)

Usia organisasi, keterlibatan dalam


jejaring, produktivitas karya organisasi,
produktivitas perluasan jejaring

Frekuensi penggunaan
KM

Hitrate
web,
hitrate
download
dokumen, jumlah feedback, jumlah
download dokumen

Jumlah pengguna
(account)

Jumlah user terdaftar, tingkat partisipasi


elemen

Sosialisasi

Eksternalisasi

Kombinasi

Internalisasi

Contoh

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Halaman 87 dari 113

d. redudansi propaganda nilai-nilai dan kultuSenantiasa mengulang-ulang


pembaruan yang sedang terjadi, baik di rapat, keseharian, aktivitas organisasi,
maupun deklarasi terhadap seluruh stakeholder organisasi. Pengulangan dan
propaganda ini bisa juga dengan membuat semboyan atau slogan yang menarik,
simbol gambar, maupun metafora-metafora lainnya. Pengulangan nilai-nilai ini
dilakukan agar pembelajaran pengetahuan baru menjadi kesadaran dan motivasi
internal organisasi untuk melakukan perubahan nyata.
e. organisasi lebih terbuka sehingga terjadi interaksi dan konflik konstruktif dari
tuntutan keragaman lingkungan.
Seberapa banyak jaringan baru yang dibentuk, jumlah kerjasama/proyek dengan
institusi lain, penerimaan anggota baru, budaya organisasi, MoU dengan
organisasi lain.
Berdasarkan Collaborative Community (2000) ditentukan bahwa faktor-faktor
situasional yang mempengaruhi kesuksesan terbentuknya kultur kreatif terdiri dari 4
pilar sebagai berikut:
Tabel 5-16 Tabel Indikator Kultur Kreatif KM ITB

Indikator Kultur Kreatif KM ITB


LEVERS

ASSET

PARTICIPATION

OUTCOMES

Kepemimpinan
Investasi
Kebijakan

Sektor Kreatif
SarPras
Nilai Estetika

Tingkat partisipasi
komunitas

Kreativitas
Konektivitas
Kontribusi

Syarat terjadinya kreativitas adalah adanya:


1. Kecakapan untuk berpikir kreatif
2. Motivasi
3. Keahlian
Syarat terjadinya partisipasi adalah adanya:
1. Keterlibatan
2. Dukungan
3. Tanggung jawab

Halaman 88 dari 113

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Faktor-faktor situasional yang mempengaruhi kesuksesan meliputi kondisi


lingkungan, organisasi, kepemimpinan, motivasi serta pelaku / anggota organisasi.
Pada Campus Channel Networks, hal-hal yang harus diperhatikan yaitu:
1. Lingkungan, meliputi suasana kerja, fasilitas seperti kepemilikan AI3, akses
internet dan intranet, sejauh maan penggunaan CCN dalam keseharian akademik
dan kemahasiswaan
2. Organisasi, jumlah birokrasi, kejelasan sistem dan alur organisasi, budaya
apresiasi, saling percaya, entreprenurial culture
3. Kepemimpinan
4. Motivasi, meliputi Reward System, Jaminan sosial, jaminan dan wawasan masa
depan, value perusahaan
5. Orang/Pelaku, meliputi tingkat kepercayaan diri anggota, Inisiatif Anggota,
Keterlibatan Anggota
Mengingat kualitas orang atau pelaku dalam Campus Channel adalah hal yang
sangat penting, maka dilakukan identifikasi kondisi pelaku Campus Channel
Networks, yaitu individu dan organisasi. Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan pendekatan EOS, ELQ serta data psikologis. Sedangkan aspek
psikologi yang diperhitungkan sebagai berikut:
Tabel 5-17 Data Psikologis Manusia
Potensi Kecerdasan
Intelektual

Kecerdasan Intelektual
Berpikir Konkrit Praktis
Berpikir Induktif dengan bahasa

Taraf Kecerdasan :
potensi yang dimiliki oleh
mahasiswa sebagai individu

Fleksibilitas berpikir
Membentuk pengertian dengan bahasa
Berfikir induktif praktis dengan angka
Berfikir induktif teoritis dengan angka
Berfikir konstruktif
Abstraksi ruang
Mengingat dan konsentrasi
Berpikir Kreatif

Kehidupan Emosi

Kehidupan Sosial

Sikap Kerja

Kepekaan

Adaptasi

Produktivitas kerja

Regulasi Emosi

Komunikasi Sosial

Keinginan Berprestasi

Kepercayaan Diri

Kemandirian

Daya Juang

Kerjasama

Daya Tahan

Kepemimpinan

Inisiatif
Keteraturan & Perencanaan
Ketelitian
Ketekunan & Kesabaran

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Halaman 89 dari 113

5.4 Identifikasi Persepsi Organisasi KM ITB


Entrepreneurial Orientation Survey dan Entrepreneurial Leadership Questionnaire
digunakan oleh peneliti untuk mengukur budaya Entrepreneurial pada organisasiorganisasi Keluarga Mahasiswa ITB. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan 10
dimensi Entrepreneurial Organization yang didesain oleh Thornberry untuk
kuesioner EOS dan ELQ. 10 dimensi tersebut meliputi:

Rencana Strategi, identifikasi mekanisme perencenaan aktivitas organisasi,


mulai dari proses pembuatan, pelaksanaan, serta evaluasi berkala yang
memungkinkan adanya penyesuaian dengan kondisi terbaru
Wawasan ke Depan, identifikasi sejauh mana organisasi mampu melihat
peluang-peluang yang ada, memberikan ruang kreativitas bagi anggota, dan
melakukan inovasi
Intelijen Pasar, identifikasi sejauh mana organisasi mampu memposisikan
dirinya dengan organisasi atau lingkungannya yang lain
Fokus, identifikasi sejauh mana organisasi mampu memfokuskan semua
elemen didalamnya untuk mencaia suatu tujuan bersama
Dukungan untuk Ide Baru, identifikasi sejauh mana organisasi memberikan
ruang dan menstimulus anggotanya untuk melakukan inovasi cara-cara baru
Risk Taking, identifikasi sejauh mana organisasi berani mengambil resiko dan
memberi ruang untuk kesalahan/kegagalan
Fleksibilitas, identifikasi sejauh mana organisasi responsif terhadap
perubahan yang dinamis, serta strategi yang memungkinkan adaptasi dengan
cepat dan tanggap untuk menyikapinya
Cross-Functionality, identifikasi sejauh mana komunikasi dan interaksi lintas
bidang atau divisi di internal organisasi mampu menciptakan organisasi
organik
Kecepatan, identifikasi penghargaan terhadap waktu dalam bentuk
ketanggapan dan kecepatan organisasi dalam beraktivitas

Kuesioner EOS dan ELQ dipilih untuk memperoleh informasi mengenai praktik
kepemimpinan kewiraan baik secara individu maupun secara umum organisasi
dengan objek penelitian Keluarga Mahasiswa Institut Teknologi Bandung. Hasil dari
pengolahan data EOS dan ELQ akan menjadi bahan pertimbangan dan rekomendasi
perbaikan Campus Channel. Untuk alasan tersebut, metode dipilih sebagai metode
penelitian.
5.4.1 Penyebaran Kuesioner
Kuesioner disebar untuk mengetahui karakteristik individu dan perilaku mahasiswa
ITB serta pertumbuhan budaya kewiraan yang berkaitan dengan peningkatan
Halaman 90 dari 113

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

keberjalanan sistem Campus Channel Networks. Spesifikasi kuesioner yang dibuat


oleh peneliti adalah sebagai berikut.
Objek Penelitian
1. Objek penelitian ini adalah Keluarga Mahasiswa ITB dengan variabel yang
akan diteliti:
a. Keberjalanan organisasi
b. Kepemimpinan entrepreneurial organisasi
c. Perilaku entrepreneurial organisasi
2. Karena KM ITB bukan objek tunggal, maka kedua variabel itu harus diteliti pada
organisasi yang menjadi bagian KM ITB:
a. Kongres (tunggal)
b. Kabinet (tunggal)
c. Tim MWA (tunggal)
d. Tim Beasiswa (tunggal)
e. Himpunan (majemuk)
f. Unit (majemuk)
Populasi dan Sampel

Populasi penelitian yaitu Seluruh Mahasiswa S1 ITB (anggota KM ITB)


sebanyak kurang lebih 15000 orang.
Output Data yang diharapkan:

1) Penilaian keberjalanan organisasi berdasarkan:


i. Pimpinan lembaga/pengurus inti eselon 1
ii. Kepanitiaan/pengurus inti eselon 2
iii. Warga biasa (non-pengurus)
2) Penilaian kepemimpinan berdasarkan:
i. Pimpinan lembaga/pengurus inti (tidak termasuk ketua lembaga)
ii. Kepanitiaan/pengurus inti eselon 2
iii. Warga biasa (non-pengurus)
Survey dilakukan kepada 300 orang sampel anggota KM ITB yang tersebar dengan
konfigurasi responden sebagai berikut:

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Halaman 91 dari 113

Tabel 5-18 Data Psikologis Manusia


NO.

ELEMEN

Kongres

POPULASI

29 org

SAMPEL

KETERANGAN RESPONDEN
2

Ketua, Ketua Komisi

Komisi

Manajer/Anggota

2
2

Kabinet

20 org

MWA

19 org

Tim Beasiswa

Himpunan

10 org

29 himp

12

6 x 29

Unit

74 unit

TOTAL

6 x 78

Menteri, Manajer Biro, Panitia Inti

Wakil men/man,Deputi,Staff, Anggota


Kepanitiaan

MWA

3 komisi

Manajer, staff ahli

Ketua

Koordinator Bidang

Anggota

Ketua, Sekjen/ Wakil, BPA, DPA/ BPA/


MPA

2
2

Presiden, Menko, Menseskab,

Menteri (Kabid), Deputi, Ketua Kegiatan


Staff, Anggota, Panitia

Ketua, DPA/BPA

Kabid, Ketua Panitia

Staff, Anggota, Panitia

294

300 responden

Ilmu statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah statistika induktif atau
inferensial, yaitu deskripsi populasi berdasarkan sampel dengan data inferensial nonparametrik (data tidak perlu terdistribusi normal). Akan dilakukan dua evaluasi, yaitu
evaluasi organisasi dan evaluasi kepemimpinan organisasi dengan kacamata
kepemimpinan kewiraan (entrepreneurial leadership).
1. Data Primer, yaitu data yang akan diperoleh dari kuesioner yaitu
o

Karakteristik individu responden:


1.

Profil (No 1-3, hal 2)

2.

Alasan ber-KM (No 1, hal 2)

3.

Preferensi manajemen pengetahuan KM (No 2, hal 3)

Halaman 92 dari 113

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

4.

Preferensi manajemen pengetahuan potensi diri responden (No 3, hal 3)

5.

Preferensi ttg diri sendiri dlm lingkup organisasi (No 70-79, hal 9)

EOS: penilaian tentang kewirausahaan secara organisasi


1.

Penilaian terhadap kondisi organisasi yang diikuti, secara detil (No 165, hal 4-7)

2.

Penilaian terhadap kondisi organisasi yang diikuti, secara umum (No


66-71, hal 8)

ELQ: penilaian tentang kepemimpinan entrepreneurial/kewiraan


1.

Harapan tentang kepemimpinan dan penilaian (No 1-39, hal 10-13)

2.

Harapan tentang Top Management Leadership dan penilaian (No 4049, hal 14)

2. Ilmu Statistik induktif


3. Sampling KM ITB, meliputi Kabinet, Kongres, TB, MWA WM, himpunan,
dan unit
5.4.2 Uji Kuesioner
Kuesioner yang berhasil dikumpulkan kemudian diuji statistik untuk mengetahui
apakah data kuesioner realible dan valid untuk digunakan pada penelitian.
1. Entreprenurial Orientation Survey
Tabel 5-19 Case Process Summary EOS
N
Cases

Valid

%
90

97.8

2.2

92

100.0

Excluded(a)
Total

Tabel 5-20 Uji Statistik Reliablitas : EOS

Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items

Cronbach's
Alpha
.754

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

.789

N of Items
81

Halaman 93 dari 113

Uji Reliabilitas
Karena nilai cronbach alpha > 0.7,maka kuesioner EOS reliable dan bisa digunakan
untuk penelitian sejenis selanjutnya.
Uji Validitas
Dari perhitungan didapatkan bahwa nilai R Kritis untuk EOS adalah 0.258 , sehingga
variabel yang memiliki nilai Corrected Item-Total Correlation < 0.258 berarti tidak
valid dan variabel tersebut dibuang (lihat tabel EOS).
Tabel 5-21 Item-Total Statistics : EOS

VAR00001
VAR00002
VAR00003
VAR00004
VAR00005
VAR00006
VAR00007
VAR00008
VAR00009
VAR00010
VAR00011
VAR00012
VAR00013
VAR00014
VAR00015
VAR00016
VAR00017
VAR00018
VAR00019
VAR00020
VAR00021
VAR00022
VAR00023
VAR00024
VAR00025
VAR00026
VAR00027
VAR00028
VAR00029
VAR00030
VAR00031
VAR00032
VAR00033
VAR00034

Scale Mean
if Item
Deleted

Scale
Variance if
Item Deleted

Corrected ItemTotal
Correlation

Squared
Multiple
Correlation

Cronbach's
Alpha if Item
Deleted

267.8667
268.4889
267.8111
267.6556
268.0444
267.2111
267.3667
267.7222
267.7333
268.7444
268.7889
268.2222
267.3889
267.5667
268.3111
268.1667
267.4222
267.9667
267.8556
268.3444
267.3333
267.6444
268.5778
268.4556
268.6889
267.8556
267.5000
267.9111
268.1667
268.4667
267.6889
268.4111
267.8778
268.4667

278.926
272.208
275.481
275.037
273.077
274.101
248.392
278.967
280.647
280.642
276.079
272.400
274.061
276.945
274.509
273.736
276.224
270.325
276.013
280.431
275.910
275.131
279.617
278.790
279.520
277.294
276.253
272.486
283.938
280.229
277.700
279.728
276.064
280.589

.130
.390
.286
.328
.324
.321
.129
.179
.079
.108
.310
.303
.347
.230
.309
.305
.317
.411
.225
.085
.292
.278
.121
.144
.158
.208
.273
.407
-.027
.106
.191
.116
.274
.088

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

.752
.745
.748
.748
.747
.747
.791
.751
.754
.753
.748
.747
.747
.750
.748
.747
.748
.744
.750
.754
.748
.748
.752
.752
.752
.750
.749
.745
.756
.753
.751
.753
.749
.753

Halaman 94 dari 113

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Tabel 5-21 Item-Total Statistics : EOS (lanjutan)

VAR00035
VAR00036
VAR00037
VAR00038
VAR00039
VAR00040
VAR00041
VAR00042
VAR00043
VAR00044
VAR00045
VAR00046
VAR00047
VAR00048
VAR00049
VAR00050
VAR00051
VAR00052
VAR00053
VAR00054
VAR00055
VAR00056
VAR00057
VAR00058
VAR00059
VAR00060
VAR00061
VAR00062
VAR00063
VAR00064
VAR00065
VAR00066
VAR00067
VAR00068
VAR00069
VAR00070
VAR00071
VAR00072
VAR00073
VAR00074
VAR00075
VAR00076
VAR00077
VAR00078
VAR00079
VAR00080
VAR00081

Scale Mean
if Item
Deleted

Scale
Variance if
Item Deleted

Corrected ItemTotal
Correlation

Squared
Multiple
Correlation

Cronbach's
Alpha if Item
Deleted

267.7333
267.9889
268.4778
267.5444
267.9778
268.0667
268.5667
268.5333
268.3000
268.0556
267.8444
267.8778
268.4222
267.4444
268.0222
267.2667
267.9889
267.9556
268.2444
268.1111
268.5778
268.4222
267.2111
268.3556
268.0667
268.1889
267.5000
267.7333
267.3556
267.1667
267.6111
268.6889
268.4111
268.5778
268.6889
268.6778
268.7556
268.5556
268.7222
267.9667
268.0444
268.3333
268.2556
267.5889
267.1667
267.1000
267.4667

279.838
276.168
282.252
278.341
274.696
274.198
280.945
287.937
271.785
276.952
280.785
273.659
277.146
278.564
288.808
276.715
273.247
269.481
281.962
279.695
278.966
281.101
275.786
277.131
269.681
283.481
278.590
282.467
275.558
278.837
278.308
282.958
285.121
283.640
284.419
281.906
280.838
280.946
281.461
277.111
272.065
284.742
273.249
282.604
280.365
279.821
277.622

.138
.280
.028
.189
.306
.369
.081
-.168
.373
.203
.073
.285
.194
.173
-.200
.306
.336
.498
.043
.130
.188
.069
.234
.182
.380
-.017
.181
.019
.275
.207
.179
.027
-.074
-.019
-.049
.060
.106
.076
.073
.231
.338
-.058
.285
.022
.137
.182
.179

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

.752
.749
.755
.751
.748
.747
.753
.760
.745
.750
.754
.748
.750
.751
.761
.749
.747
.743
.754
.752
.751
.754
.749
.751
.744
.756
.751
.755
.748
.751
.751
.754
.757
.756
.755
.754
.753
.754
.754
.750
.746
.757
.747
.755
.752
.751
.751

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Halaman 95 dari 113

Dari uji validitas diperoleh hasil bahwa sejumlah pertanyaan tidak valid dan harus
dibuang. Pertanyaan yang harus dibuang pada pengolahan data EOS adalah Variabel
1, 7-10, 14, 19,20, 23-26, 29-32,34-35, 37-38, 41-42,44-45, 47-49, 53-58, 60-62,6474,76,78-81

2. Entreprenurial Leadership Questionnaire


Tabel 5 -22 Case Processing Summary : ELQ

Cases

Valid

84

94.4

Excluded(a)

5.6

Total

89

100.0

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Tabel 5-23 Uji Statistik Realibilitas : ELQ

Cronbach's
Alpha

Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items

N of Items

.984

.984

117

Uji Reliabilitas
Karena nilai cronbach alpha > 0.7,maka kuesioner reliable dan bisa digunakan untuk
penelitian sejenis selanjutnya.

Uji Validitas
Dari perhitungan didapatkan bahwa nilai R Kritis untuk ELQ 0.26 , sehingga
variabel yang memiliki nilai Corrected Item-Total Correlation < 0.26 berarti tidak
valid dan variabel tersebut dibuang (lihat tabel ELQ).

Halaman 96 dari 113

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Tabel 5-24 Item-Total Statistics : ELQ

Scale Mean if
Item Deleted
VAR00001
VAR00002
VAR00003
VAR00004
VAR00005
VAR00006
VAR00007
VAR00008
VAR00009
VAR00010
VAR00011
VAR00012
VAR00013
VAR00014
VAR00015
VAR00016
VAR00017
VAR00018
VAR00019
VAR00020
VAR00021
VAR00022
VAR00023
VAR00024
VAR00025
VAR00026
VAR00027
VAR00028
VAR00029
VAR00030
VAR00031
VAR00032
VAR00033
VAR00034
VAR00035
VAR00036
VAR00037
VAR00038
VAR00039
VAR00040
VAR00041
VAR00042

Scale
Variance if
Item
Deleted

Corrected
Item-Total
Correlation

Squared
Multiple
Correlation

378.2143
4965.038
.391
378.3214
4944.269
.575
378.6190
4936.070
.552
379.2143
4967.809
.338
379.1667
4968.671
.331
379.3095
4950.554
.407
377.9762
4942.361
.554
378.1905
4949.554
.542
378.4048
4932.292
.559
378.0714
4931.200
.605
378.2262
4921.382
.702
378.4405
4928.153
.573
378.7500
4983.756
.183
378.7857
4970.821
.297
378.8095
4967.963
.294
378.0595
4942.755
.535
378.0833
4932.126
.671
378.2619
4931.810
.652
378.0952
4951.099
.483
378.2500
4934.045
.606
378.3929
4947.519
.475
378.2024
4924.428
.593
378.4167
4926.872
.682
378.5238
4927.843
.643
378.0357
4934.758
.528
378.2738
4912.418
.716
378.5714
4930.465
.574
377.6905
4989.325
.181
378.2857
4943.484
.508
378.3690
4933.465
.651
Tabel
5-23 Item-Total
377.9405
4931.840Statistics : ELQ
.592(lanjutan)
378.1190
4931.407
.626
378.4286
4928.007
.630
378.4167
4957.933
.370
378.4762
4960.734
.374
378.6548
4958.831
.353
378.1548
4930.952
.588
378.3214
4930.510
.658
378.5119
4938.229
.562
378.3690
4943.995
.498
378.4762
4917.433
.652
378.7500
4924.696
.565

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984

Halaman 97 dari 113

Tabel 5-24 Item-Total Statistics : ELQ (lanjutan)


Scale
Corrected
Squared
Scale Mean if
Variance if
Item-Total
Multiple
Item Deleted
Item
Correlation
Correlation
Deleted
VAR00043
VAR00044
VAR00045
VAR00046
VAR00047
VAR00048
VAR00049
VAR00050
VAR00051
VAR00052
VAR00053
VAR00054
VAR00055
VAR00056
VAR00057
VAR00058
VAR00059
VAR00060
VAR00061
VAR00062
VAR00063
VAR00064
VAR00065
VAR00066
VAR00067
VAR00068
VAR00069
VAR00070
VAR00071
VAR00072
VAR00073
VAR00074
VAR00075
VAR00076
VAR00077
VAR00078
VAR00079
VAR00080
VAR00081
VAR00082
VAR00083
VAR00084
VAR00085
VAR00086
Halaman 98 dari 113

377.9405
4939.695
.541
378.2857
4922.881
.613
378.6786
4918.968
.626
378.4048
4946.172
.457
378.5476
4930.395
.557
378.7976
4938.308
.511
378.0357
4928.830
.581
378.3810
4905.709
.732
378.8333
4914.526
.620
378.2738
4886.105
.768
378.3333
4901.863
.745
378.5714
4908.826
.701
378.2738
4909.912
.628
378.4167
4907.258
.744
378.6429
4905.606
.653
378.3214
4939.160
.455
378.2857
4931.773
.529
378.4405
4915.912
.617
378.2262
4913.936
.657
378.4167
4927.475
.608
378.6548
4908.422
.675
378.0476
4931.395
.562
378.1905
4910.903
.707
378.4048
4917.111
.657
378.1667
4930.695
.605
378.3810
4920.504
.631
378.5952
4911.858
.679
378.3214
4939.281
.563
378.5238
4913.915
.694
378.7500
4916.142
.676
378.0714
4937.055
.594
378.2024
4936.549
.585
378.3810
4929.805
.609
Tabel 5-23 Item-Total
: ELQ (lanjutan)
378.4405
4929.719 Statistics .575
378.3810
378.6548
378.5119
378.5476
378.8690
378.9167
378.9167
379.1429
378.8214
378.9048

4923.998
4912.229
4912.108
4918.492
4903.922
4936.294
4925.282
4912.196
4950.558
4960.569

.652
.644
.659
.659
.657
.556
.599
.612
.410
.340

Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Tabel 5-24 Item-Total Statistics : ELQ (lanjutan)


Scale
Corrected
Squared
Scale Mean if
Variance if
Item-Total
Multiple
Item Deleted
Item
Correlation
Correlation
Deleted
VAR00087
VAR00088
VAR00089
VAR00090
VAR00091
VAR00092
VAR00093
VAR00094
VAR00095
VAR00096
VAR00097
VAR00098
VAR00099
VAR00100
VAR00101
VAR00102
VAR00103
VAR00104
VAR00105
VAR00106
VAR00107
VAR00108
VAR00109
VAR00110
VAR00111
VAR00112
VAR00113
VAR00114
VAR00115
VAR00116
VAR00117

379.0714
378.2024
378.3571
378.6310
378.2738
378.3929
378.6786
378.4405
378.5238
378.7143
378.2262
378.3095
378.5000
378.3929
378.4286
378.5833
377.8929
378.1548
378.3333
378.2024
378.3571
378.6190
378.2738
378.4167
378.6429
377.8095
378.1190
378.2500
377.9048
378.0833
378.3929

4956.862
4914.115
4913.124
4919.633
4914.442
4915.832
4909.980
4921.623
4909.072
4904.255
4914.298
4920.939
4906.157
4935.205
4931.645
4938.487
4934.290
4939.747
4933.526
4927.440
4921.775
4925.950
4909.478
4922.800
4928.666
4943.987
4936.106
4938.190
4926.666
4908.559
4912.217

.348
.684
.748
.629
.685
.650
.693
.580
.703
.692
.634
.683
.743
.537
.595
.540
.582
.546
.600
.592
.712
.633
.704
.658
.558
.519
.545
.525
.644
.753
.705

Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984
.984

Dari uji validitas diperoleh hasil bahwa sejumlah pertanyaan tidak valid dan harus
dibuang. Pertanyaan yang harus dibuang pada pengolahan data ELQ adalah Variabel
13 dan 28, maka pertanyaan yang dibuang adalah:
VAR

Variabel

Pertanyaan

VAR0013

13

Memvisikan kondisi organisasi masa depan dengan jelas, sebagai target


pencapaian dan alasan ketika harus melakukan perubahan

VAR0028

28

Mendukung staff tipe pemberontak yang mungkin berpikir dan bertindak


berbeda dari mayoritas staff

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Halaman 99 dari 113

5.4.3 Hasil Entrepreneurial Orientation Survey


Dari hasil kuesioner diperoleh seperti pada tabel berikut
Entrepreuneurial Orientation Survey KM ITB
Umum

Rencana Strategi

Cross Functionally

Dukungan

Intelejen Pasar

Resiko

Kecepatan

Fleksibilitas

Fokus

Masa Depan

Orientasi Individu

5,0
4,2
3,4

3,80
3,42

3,26

3,35

3,48
3,09

3,34

3,64
3,07

3,39
2,34

2,6
1,8
1,0
Umum

Cross
Functionally

Intelejen
Pasar

Kecepatan

Fokus

Orientasi
Individu

Gambar 5-3 Entrepreneurial Orientation Survey KM ITB

Tabel 5-25 EOS KM ITB


Kategori
Umum
Rencana Strategi
Cross Functionally
Dukungan
Intelejen Pasar
Resiko
Kecepatan
Fleksibilitas
Fokus
Masa Depan
Orientasi Individu

Nilai
Rata-Rata
3.26
3.42
3.35
3.80
3.09
3.48
3.34
3.07
3.64
3.39
2.34

Kondisi Organisasi

Tentang Saya

3.21

Halaman 100 dari 113

Diatas 3.0

Tidak

Keterangan

Rawan, selisih 0.09

Rawan, selisih 0.07

Variabel Kondisi Organisasi tidak


lolos uji validitas, sehingga untuk
penghitungan EOS tidak bisa
dilakukan.

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Entrepreneurial Orientation Survey


KM ITB
Umum
5,0
Orientasi
4,2
3,4
Masa Depan
2,6
1,8
1,0
Fokus

Rencana
Cross
Dukungan

Fleksibilitas
Kecepatan

Series1

Intelejen Pasar
Resiko

Gambar 5-4 Diagram Entrepreneurial Orientation Survey KM ITB

Berdasarkan EOS, organisasi KM ITB bersifat Entrepreneurial apabila nilai


EOS diatas 3.0, sehingga diperoleh hasil sebagai berikut:
1.

Indikator yang memiliki nilai di atas 3.0, yaitu untuk dimensi sebagai berikut:
Rencana Strategi, Wawasan ke Depan, Dukungan untuk Ide Baru, Keberanian,
Mengambil Resiko, Fleksibilitas, CrossFunctionality, Kecepatan

2.

KM ITB memiliki nilai dibawah 3.0, yaitu untuk dimensi sebagai berikut:
Intelijen Pasar, Fleksibilitas, dan Orientasi Individu dalam organisasi

3.

Dimensi Kondisi Organisasi tidak valid sehingga untuk penghitungan EOS tidak
bisa dilakukan. Hal ini terjadi karena ketika mengisi kuesioner responden
menggunakan organisasi masing-masing sebagai referensi kuesionernya.
Mengingat terdapat 6 lembaga yang berbeda di KM ITB, hal ini menunjukkan
adanya perbedaan kondisi untuk keenam lembaga tersebut.

Untuk itu, KM ITB harus melakukan perbaikan di bidang terutama Intelijen Pasar,
Fleksibilitas, dan memperhatikan persoalan orientasi indovidu dalam organisasinya.
5.4.4 Hasil Entrepreneurial Leadership Questionnaire
Entrepreneurial Leaderaship Questionnaire dilakukan untuk mengerti dan
mempelajari dimensi intrapreneurship dari atasan, rekan sejawat, dan bawahan
anggota dalam praktek sehari-hari organisasi Keluarga Mahasiswa ITB.

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Halaman 101 dari 113

Entreprenerial Leadership Questionairre


Importance

Frequency
80

Maximum Value

45
27,33333333
70 57
43,16666667

45
35,83333333
25,5

0
21,83333333
28,66666667
29,5
35
43,33333333
50

Gambar 5-5 Entrepreneurial Leadership Questionnaire KM ITB


Rata-rata
Jumlah
GEL
I
F
33.57
29.46

GEL
Selisih

GEL
4.11

Explorer
I
F
36.35
32.26

Explorer

Miner
I
F
29.69
26.03

Explorer
4.09

Miner

Miner
3.66

Accelerator
I
F
42.70
39.09
Acceler
ator

Integrator
I
F
59.92
47.60

Acceler
ator
3.61

Integrat
or

Integrat
or
12.32

Skala
H
M
L

GEL
34
23
9

45
33
22

Explorer
34
23
9

45
33
22

Miner
26
18
7

35
25
17

Accelerator
38
50
27
37
10
26

Integrator
53
70
36
52
14
35

Berdasarkan ELQ, organisasi KM ITB memiliki nilai tipe pimpinan


entreprenurial dengan preferensi secara berurutan:
Integrator Accelerator Explorer Miner

Kebutuhan Integrator ternyata masih memiliki kesenjangan terhadap realitasnya


sebesar 12.32 poin dimana hal itu berarti KM ITB harus meningkatkan
kemampuan integrator dari para pimpinannya.

Halaman 102 dari 113

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Kebutuhan Accelerator ternyata masih memiliki kesenjangan terhadap


realitasnya 3.61 poin, Explorer sebesar 4.09 poin, dan Miner sebesar 3.66 poin

Integrator adalah katalis yang berorientasi eksternal dimana penciptaan atmosfer


entrepreneurship dilakukan oleh organisasi secara holistik terhadap kondisi
eksternal. Integrator memiliki pola pikir denga kecenderungan fokus melihat
organisasi sebagai suatu sistem besar secara keseluruhan, bukan partisi demi partisi.
Mengingat bahwa diperlukannya Integrator yang baik, maka KM ITB seharusnya
mampu melakukan sejumlah pengondisian sehingga organisasi-organisasi di
dalamnya bisa memiliki kapabilitas tersebut.
Data ini diperoleh dari hasil tes psikologi yang dilakukan oleh mahasiswa baru
Institut Teknologi Bandung pada awal tahun semester pertama. Data yang digunakan
merupakan data akumulasi kondisi potensi dan performa psikologis mahasiswa ITB
dari angkatan 2005 hingga 2008. Tes psikologi yang dilakukan terhadap mahasiswa
ITB memberikan data dan peta potensi individu.
Analisis dilakukan dengan membandingkan potensi kecerdasan intelektual
Mahasiswa ITB dengan realita aspek-aspek kehidupannya, yaitu aspek kecerdasan
intelektual, kehidupan emosi, kehidupan sosial, serta sikap kerja. Selain itu, analisis
juga dilakukan dengan mencocokkan hasil dari kuesioner EOS dan ELQ yang
disebar ke organisasi mahasiswa di Keluarga Mahasiswa ITB periode 2008/2009
dengan kondisi psikologis mahasiswa ITB. Berdasarkan analisis, disarankan sebagai
berikut:

Perlu dilakukan Manajemen Transformasi untuk merangsang kreativitas dan


inovasi mahasiswa sebagai bagian dari Perguruan Tinggi (pendidikan,
penelitian, pengabdian masyarakat)
o MKDU 9 sks Pengembangan Keprofesian dan Komunitas
o Agen-agen perubahan untuk pemerataan pengetahuan
Program kolaborasi antar kampus
Kerjasama lintas Innovation Center Kampus, misal I3M ITB dan ITS, dll
Memicu pendidikan dan program2 pelatihan yang banyak dan intensif di
bidang IT, ICT dan dalam bidang software.
o Pelatihan e-gov, e-commerce, e-health care, e-education, dan emitigation of hazard
Dosen dan mahasiswa terlibat dalam kerjasama yang menyenangkan.
misalnya : kaderisasi diarahkan ke pengabdian masyarakat berdasarkan
penerapan bidang keilmuan masing-masing yang dapat dkolaborasikan juga
dengan jurusan lain

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Halaman 103 dari 113

5.5 Rekomendasi Indikator


SECI ANALYSIS
Tabel 5-26 Data Psikologis Manusia

KATEGORI
PENGETAHUAN

PROSES
PENCIPTAAN
PENGETAHUAN

INDIKATOR

METODE

NILAI

Sosialisasi

Eksternalisasi

Operasional

Sistemik

Konseptual

Simpatisan

campuschannel itb 2007-2009

Kombinasi

Internalisasi

Jalur komunikasi
langsung

Interaksi lintas lembaga/bidang,


Forum Massa, Rapat Pimpinan,
Forum Humas

Interaksi di luar jam


kerja

Forum silaturahmi, Kerjasama


lintas lembaga, frekuensi makan
siang bersama

Sosialisasi terstruktur
(edaran, dll)

Surat Edaran, Undangan Milis,


Undangan Jarkom, Jumlah
pelibatan elemen

Jumlah dokumen
kegiatan/kepengurusan
yang dihasilkan
(dalam Byte)

Dokumen LPJ, Dokumen Diklat,


Modul, Slide presentasi,
Penerbitan Buku, Bagan, Peta

% waktu yang
digunakan untuk rapat
kegiatan

Notulensi rapat, tingkat kehadiran


dalam rapat, intensitas rapat kerja

Jumlah alternatif KM
yang ada

Fitur web, alternatif media

Jumlah kategori KM
(dalam KB)

Jumlah folder kategori dalam


Byte

Jumlah dokumen
kegiatan/kepengurusan
yang diarsipkan(dalam
KB)

Jumlah konten dokumen


terarsipkan dalam Byte

Usia pengalaman
organisasi (dalam
tahun)

Usia organisasi, level manajemen


jejaring

Frekuensi penggunaan
KM

Hitrate web, hitrate download


dokumen, jumlah feedback,
jumlah download dokumen

Jumlah pengguna
(account)

Jumlah user terdaftar, tingkat


partisipasi elemen

Tabel 5-27 Kriteria Kultur Kreatif KM ITB

Kultur Kreatif KM ITB : campuschannel itb v.1


LEVERS

Kepemimpinan
Investasi
Kebijakan

Halaman 104 dari 113

ASSET

PARTICIPATION

Sektor Kreatif
SarPras
Nilai Estetika

Tingkat partisipasi
komunitas

OUTCOMES

Kreativitas
Konektivitas
Kontribusi

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Secara umum, proses pengembangan Campus Channel Networks merupakan hasil
dari sebuah perjuangan panjang sejak tahun 2004 oleh unit media secara terpisah.
Campus Channel Networks ITB lahir sebagai gerakan kolaborasi perdana lintas unit
media, dimana unit media tidak perlu cemas lahan mereka akan diambil melainkan
justru mempertajam peran mereka sebagai unit media secara khusus, dan sebagai
bagian dari Keluarga Mahasiswa ITB secara umum. Campus Channel Networks juga
menjadi awal dari gerakan kolaboratif partisipatif yang menumbuhkan kebutuhan di
mahasiswa ITB era 2007-an akan pentingnya bekerjasama, pentingnya mengetahui
kekhasan dan keunikan diri, serta pentingnya bergerak untuk tujuan bersama.
Perancangan sistem KM Campus Channel v.1 memiliki orientasi dasar yaitu
memunculkan kebutuhan kolaborasi di komunitas rumpun unit media untuk
meningkatkan nilai tambah individu maupun kolektif dari komunitas tersebut.
Campus Channel v.2 menekankan pada menemukan komunitas-komunitas kreatif
lainnya di KM ITB sebagai penghasil konten kreatif dengan memberdayakan
komunitas rumpun unit media sebagai saluran distribusinya. Campus Channel v.2
menekankan kepada pembentukan kultur kolaboratif dan partisipatif lintas bidang,
melibatkan unit, himpunan, dan segenap civitas akademika ITB lainnya. Iterasi
Campus Channel v.3 dilakukan untuk menemukan model ekonomi kreatif yang
mampu dibentuk dengan basis komunitas kreatif KM ITB.
a. Berdasarkan evaluasi EOS, diperoleh bahwa kondisi kepemimpinan
entrepreneurial di organisasi KM ITB memiliki kelemahan di poin-poin
Intelijen Pasar, Fleksibilitas serta Orientasi Individu. Hal ini menyebabkan
sulitnya mahasiswa ITB untuk bergerak secara strategis, atau membayangkan
jalannya gerakan strategis; lemahnya inisiatif; serta semunya kebanggaan
padahal anggota tidak memiliki arah gerak dan alasan kenapa dia harus
bergabung ke organisasi. Hal ini menyebabkan semakin redupnya nilai tawar
dan manfaat dari organisasi itu sendiri. namun demikian, dapat dilihat adanya
organisasi yang sehat dan bisa dijadikan percontohan untuk organisasi
lainnya.
b. Berdasarkan evaluasi ELQ, sebagian besar organisasi mahasiswa ITB
memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap pemimpin puncaknya, tanpa
melihat bahwa sebenarnya kepemimpinan di tiap lini mampu mereka
terapkan dan menjadikan organisasi tidak hanya tergantung kepada pimpinan
utamanya. Selisih paling besar terdapat pada ekspektasi dan realitas pimpinan

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Halaman 105 dari 113

integrator yaitu sebesar 12.32 poin, dimana hal itu berarti KM ITB harus
meningkatkan kemampuan integrator dari para pimpinannya.
c. Intrapreneurship mahasiswa ITB harus dibangun secara khusus, misalnya
dengan revitalisasi identitas Keluarga Mahasiswa ITB, maupun inovasi
sistem kerja yang profesional, sehingga mahasiswa ITB memiliki kebanggaan
yang riil akan nilai tambah dari organisasinya serta sekaligus meningkatkan
kapabilitas dan karakternya sebagai insan intelektual ITB harapan bangsa.
Pengembangan Campus Channel Networks dengan mengusung kolaborasi dan
partisipasi lintas lembaga menjadi gagasan baru yang mampu menggerakkan
kemahasiswaan ITB untuk kembali menjadi pembentuk insan-insan dewasa yang
senantiasa memperjuangkan kebenaran ilmiah dalam rangka mewujudkan visinya
tentang masa depan yang lebih baik.
Campus Channel Networks dengan konsep keberagamannya juga memberikan
dampak yang besar terhadap transformasi kemahasiswaan ITB, terutama perihal
saling menghargai, toleransi, serta solidaritas komunitas. Keluarga Mahasiswa ITB
kini mulai berani untuk melakukan inovasi model pergerakan mahasiswa,
membuktikan kebenaran serta keluar dari belenggu mitos, saling berbagi
pengetahuan dan budaya positif untuk berlomba-lomba menciptakan karya untuk
membangun peradaban bangsa dan dunia.

6.2 Saran
Meskipun bersifat universal ITB, Campus Channel dikelola secara khusus oleh
mahasiswa ITB itu sendiri sehingga sistem manajemen pengetahuan ini harus
disesuaikan dengan kepentingan mahasiswa, seperti libur, jadwal ujian, dan jadwal
kuliah lainnya. Kesinergisan antara pengembangan keativitas dan karakter
mahasiswa ITB dengan pengembangan pengetahuan akademik akan menjadikan
komunitas KM ITB menjadi inspiratif dan inovatif. Hal-hal yang dapat dilakukan
selanjutnya, antara lain:

Perkuat hubungan dengan institusi ITB serta kolaborasi lintas lembaga untuk
memperoleh dinamisasi konstruktif di kampus Campus Channel juga
diharapkan mampu dimanfaatkan oleh komunitas akademik ITB seperti
dosen, lab, serta kelompok keahlian untuk mempublikasikan penelitian
mereka.
Berdayakan ruang gerak yang telah disediakan, misalnya pemanfaatan mata
kuliah 9 SKS dari Pengembangan Keprofesian dan Komunitas untuk
menyinergiskan dengan kurikulum.

Halaman 106 dari 113

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Penelitian lanjutan bisa dilakukan lebih mendetil untuk tiap jurusan atau
angkatan untuk mendapatkan prekondisi dari mahasiswa ITB sehingga dapat
diberikan perlakuan yang tepat sebagai peserta didik di ITB
Memastikan pengarsipan dokumen organisasi secara rapi serta meninggalkan
jejak kepengurusan secara tertulis (berupa materi) sehingga pembelajaran
secara organisasi bisa mengkultur dan kemudian memungkinkan terjadinya
inovasi.
Saling memasyarakatkan keberadaan fasilitas Knowledge-Sharing Campus
Channel Network yang terdiri dari 4 bidang, yaitu Campus Channel Podcast,
Campus Channel Production and Broadcasting, Campus Channel Records,
Campus Channel Archive.
Perlu dibuat mekanisme feedback terintegrasi untuk mengakselerasi
perbaikan berkelanjutan dari sistem yang bekerja sepanjang 24 jam tiap
harinya. Model open source bisa diterapkan sehingga melibatkan user tidak
hanya sebagai prosumer konten, melainkan juga prosumer sistem
warehousing, fitur web, dll.
Pengembangan model Campus Channel bisa diteruskan untuk keperluan
memasyarakatkan Sistem Teknologi dan Infomasi terpadu dengan konten
kreatif lokal sehingga tidak hanya mengakselerasi pemerataan pengetahuan di
Indonesia, tetapi bisa juga untuk memperkuat perekonomian masyarakat yang
berbasis kreativitas, tidak hanya berbasis tersedianya sumber daya alam.

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Halaman 107 dari 113

Tabel 6-1 Model Bisnis Campus Channel ITB

PILAR

KOMPONEN
MODEL
BISNIS

DESKRIPSI

PRODUK

Value Proposition

Produk Campus Channel adalah pengumpulan dan penciptaan konten kreatif lokal berbasis kolaborasi lembaga di
KM ITB

Overview
karakter
barang
dan
jasa
perusahaan

KONTEN LOKAL
KOMUNITAS
KREATIF ITB

INTERFACE
PELANGGAN

Halaman 108 dari 113

Target Customer
Segmen target pasar
yang akan ditawarkan
value perusahaan

Blogging

Video kreatif

Fashion

Youth Activies

Jurnalistik

Karya Ilmiah

Kuliner

Publikasi Akademik

Bisnis

Hardware-Software menarik

Band Kampus
Olahraga
Karya Seni Eksperimental
Seni Budaya & daerah

SPESIFIKASI
pengguna internet aktif,
terutama untuk internal
ITB (ai3); akses
bandwidth
besar;budaya sharing
tinggi; komunitas
kreatif dan inovatif

Komunitas KM ITB
Komunitas ITB
Komunitas akademik Bandung, Jawa Barat, Indonesia, dan dunia
Komunitas kreatif Bandung, Jawa Barat, Indonesia, dan dunia

PROFIL
PELANGGAN

Akademisi: universitas, organisasi mahasiswa, sekolah menengah, sekolah dasar, pelatihan


dan pembinaan pengajar

Badan dan Institusi

Seniman dan Budayawan : KBRI, Galeri, Gedung pertunjukan, komunitas kreatif, Pusat
kebudayaan negara lainnya

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Shana Fatina Sukarsono- Tugas Sarjana

Tabel 6-1 Model Bisnis Campus Channel ITB (lanjutan)


terkait inovasi Seni
Budaya, Iptek, Bisnis,
komunitas kreatif lokal,
komunitas pemuda dan
pelajar, pusat inovasi
dan kewirausahaan

Distribution
Channel
Saluran-saluran
perusahaan
untuk
menjangkau segmen
pelanggan

MANAJEMEN
INFRASTRUKTUR

Ilmuwan dan profesional : CIEL, ICMI, Habibie Center,


Pengusaha dan profesional : Ikatan keprofesian, Koperasi, Komunitas Pedagang
Pemerintah : Depdiknas, Departemen Industri, Departemen Perdagangan, Depbudpar,
BPPT, KADIN, Pemda, BAPPEDA

Layanan berbasis portal multimedia network www.campuschannel.itb.ac.id, yang menjadi kantor pusat Campus
Channel Podcast, Campus Channel Production and Broadcasting, Campus Channel Records, dan Campus Channel
Archive

Relationship

Bentuk partnership dengan semua pelanggan

Hubungan kedekatan
perusahaan
dengan
pelanggan

Campus Channel Networks menjadikan Pelanggan sebagai Prosumer

Value
Configuration

Kolaborasi dan riset pengembangan memungkinkan cost cutting yang signifikan

Pengaturan
model
aktivitas dan sumber
daya

Core Competency
Outline kompetensi

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

15000 mahasiswa ITB, 74 Unit Kegiatan Mahasiswa, 29 Himpunan, Kabinet, Kongres, MWA WM dan tim,
serta komunitas kreatif mahasiswa ITB lainnya
Dosen, Karyawan, Rektorat, Alumni, serta komunitas kreatis civitas akademika ITB lainnya Golongan
Akademisi : alternatif sarana belajar interaktif, active learning
Seniman dan Budayawan : sarana collaborative sharing and performances, pertukaran budaya, pelestarian
budaya, mediator, cross-culture-and-technology
Ilmuwan dan cendekiawan : inovasi Iptek, interaksi dan kolaborasi dengan elemen lain
Pengusaha dan profesional : penelitian dan pengembangan produk, inovasi model bisnis dan pengetahuan,
memungkinkan partnership langsung ke pihak pertama, sarana self-learning
Pemerintah : Mempersingkat lead time untuk penyelesaian masalah, memungkinkan interaksi langsung dengan
para ahli
Distribusi dan Eksebisi konten lokal komunitas kreatif ITB
Media informasi independen pada segmen lokal dengan audience sekitar 18000 orang

Halaman 109 dari 113

Halaman 109 dari 113

Tabel 6-1 Model Bisnis Campus Channel ITB (lanjutan)


inti untuk
mengeksekusi model
bisnis

Partner Network

Inkubator Ide dan Inovasi Mahasiswa ITB

Mitra
untuk
value

Profil Mitra

perusahaan
meningkatkan

Badan dan Institusi terkait inovasi Seni Budaya, Iptek, Bisnis, komunitas kreatif lokal, komunitas pemuda dan
pelajar, pusat Inovasi dan Kewirausahaan

ASPEK FINANSIAL

Inovasi teknologi telekomunikasi untuk menciptakan sistem informasi yang efisien dan berbiaya rendah
Pusat konten kreatif pada suatu segmen lokal yang telah terarsip

Akademisi: universitas, organisasi mahasiswa, sekolah menengah, sekolah dasar, pelatihan dan pembinaan
pengajar
Seniman dan Budayawan : KBRI, Galeri, Gedung pertunjukan, komunitas kreatif, Pusat kebudayaan negara
lainnya
Ilmuwan dan profesional : CIEL, ICMI, Habibie Center,
Pengusaha dan profesional : Ikatan keprofesian, Koperasi, Komunitas Pedagang
Pemerintah : Depdiknas, Departemen Industri, Departemen Perdagangan, Depbudpar, BPPT, KADIN, Pemda,
BAPPEDA

Cost Structure
Rangkuman
sistem
keuangan perusahaan
berserta
konsekuensinya

Revenue Model
Kombinasi
model
perusahaan

Halaman 110 dari 113

modelrevenue

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Shana Fatina Sukarsono- Tugas Sarjana

DAFTAR PUSTAKA

Davis, Keith. and J.W. Newstorm. 1989. Human Behaviour At Work: Organizational
Behaviour, eight edition, McGraw Hill, New York.
Davenport, Thomas. 1993. Process Innovation: Reengineering work through information
technology, Harvard Business School Press, Boston
Departemen Perdagangan Republik Indonesia. 2008. Pengembangan Ekonomi Kreatif
2025: Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif 2009-2015. Indonesia
Gourlay, Stephen. 2004. The SECI model of knowledge creation: some empirical
shortcomings. Kingston Business School, UK
Hammer, Michael and Champy, James. 1993. Reengineering the Corporation: A Manifesto
for Business Revolution, Harper Business
Hendrick, Hal.W. dan Brian M. Kleiner. 2000. Macroergonomics : An Introduction to
Work System Design. Santa Monica, USA : HFES.
Langi, Armein Z. 2001. Pengembangan Industri Teknologi Informasi dan Software di
BHTV
Langi, Armein Z. 2006. ITB Smart Campus: Peer Production of Knowledge Community,
PPTIK ITB, Bandung
Nonaka, Ikujiro and Hirotaka Takeuchi. 2004. Hitotsubashi on Knowledge Management.
John Wiley & Sons (Asia) Pte Ltd, Singapore
Osterwalder, Pigneur and Tucci. 2005. Clarifying Business Models; Origins, Present, and
Future of the Concept
Popadiuka, Silvio dan Chun Wei Choob. 2006. Innovation and knowledge creation: How
are these concepts related?. International Journal of Information Management ed
26 : 302312
Platt, Michael.2007. Web 2.0 in the Enterprise. The Architecture Journal ed July 2007
Rummler & Brache .1995. Improving Performance: How to manage the white space on the
organizational chart. Jossey-Bass, San Francisco

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Halaman 111 dari 113

Sambodo, Amir. 2004. Menyongsong Gelombang Baru Bisnis Teknologi. Penerbit


Kompas, Jakarta
Sukarsono, Shana Fatina. .2007. Individual Participatory in Increasing Quality of
Information and Media Institutions. Presented in Indonesian Students International
Scientific Meeting. London, UK
Tapscott, Don and Anthony D. Williams. 2006. Wikinomics: How Mass Collaboration
Changes Everything. Portfolio
Thornberry, Neal. 2006. Lead Like an Entrepreneur. McGraw-Hill Companies, Inc. USA
Yurniwati. (2005). Pengaruh Lingkungan Bisnis Eksternal dan Perencanaan Strategi
Terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur. Studi Ilmu Pertanian Program Pasca
Sarjana, Universitas Padjadjaran Bandung
http://campuschannel.itb.ac.id
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0403/04/opini/892106.htm
http://en.wikipedia.org/wiki/Business_process_reengineering
http://en.wikipedia.org/wiki/Community_radio
http://en.wikipedia.org/wiki/Community_media
http://km.itb.ac.id
http://searchcio.techtarget.com/sDefinition/0,,sid19_gci536451,00.html
http://itb.ac.id/web
http://helarfest.com
http://pasarkreasi.com
Students Galleries
http://www.flickr.com/groups/lfm_photography/
http://rubahkelabu.multiply.com/photos
http://radenprisya.carbonmade.com/
Halaman 112 dari 113

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

CONTOH KUESIONER

Shana Fatina Sukarsono Tugas Sarjana

Halaman 113 dari 113

MANAJEMEN PENGETAHUAN
adalah suatu keilmuan yang terdiri dari berbagai praktek-praktek yang digunakan dalam
suatu organisasi untuk mengidentifikasi, membuat, merepresentasikan, mendistribusikan dan
memungkinkan adopsi dari pengalaman dan wawasan.
KM bisa berupa Sosialisasi, Dok um en dan Arsip, Transfer Pengetahuan dan Nilainilai, Diklat, K aderisasi, LPJ, m edia inform asi, w ebsite, m ilis, dll.

PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER

Kongres

Kabinet

MWA

TB

Himpunan

Unit

TOP

Ketua, Ketua
Komisi

Presiden, Menko,
Menseskab

MWA,
Ketua
Komisi

Ketua

Ketua,
Sekjen/Wakil, BPA,
DPA/ BPA/MPA

Ketua,
Sekjen/Wakil, BPA,
DPA/ BPA/MPA

MIDDLE

Anggota Komisi,
ketua panitia

menteri, manajer,
WaMenteri/WaMen,
Deputi, Panitia Inti

Anggota
Komisi

Koordin
ator
bidang

Menteri/kabid,
deputi, ketua
kegiatan panitia

Kabid, Ketua
Kegiatan

LOW

Pengisian Kuesioner dilakukan dengan paradigma Levelling Management organisasi, yaitu


penjabaran menjadi Top Management, Middle Management, dan Low Management. Adapun
ekivalensi level dengan manajemen organisasi dapat dilihat sebagai berikut:
KM

Manajer, Staff,
Kepanitiaan

Staff, Anggota,
Kepanitiaan

Manajer,
staff

Anggota

Staff, Anggota,
Panitia

Staff, Anggota,
Panitia

Untuk merespon pernyataan-pernyataan selanjutnya, mohon gunakanlah referensi salah


satu elemen KM ITB yang Anda tergabung didalamnya.
Saya menjawab kuesioner ini sebagai perwakilan elemen Keluarga Mahasiswa ITB, yaitu
Kongres/Kabinet/MWA/TB/Himpunan/Unit:
dan berperan sebagai:
tabel)

(beri tanda pada

JANGAN LUPA : RENTANGNYA 7 APRIL 08 - 7 APRIL 09 ;)


jika berminat untuk dikirimkan hasilnya, bisa menuliskan imelnya disini:
______________

Jika anda ingin menambahkan sesuatu yang berkaitan dengan penelitian ini, silahkan untuk menuliskannya di balik kertas ini
atau mengirimkan pesan ke pickbird@yahoo.com

I.

PROFIL RESPONDEN

Setiap pertanyaan hanya boleh diberi tanda cek [ ] sebanyak 1 kali


Anda kuliah S1 ITB angkatan masuk :
[1] 2008
1.

2.

[2] 2007

Jenis kelamin Anda :


[1] Pria

[3] 2006

[4] 2005

[5] 2004

[6] 2003-..

[2] Wanita

Program Studi Anda sekarang :


[1] FMIPA
: MA, FI, KI, AS
[2] FSRD
: DP, DI, DKV, KR, SM
[3] STEI
: EL, IF
[4] SITH
: BI, MI
[5] SAPPK
: PL, AR
[6] SBM
: SBM

[7] FTSL
[8] SF
[9] FTTM
[10] FITB
[11] FTI
[12] FTMD

:
:
:
:
:
:

TL, SI, KL
FA
TM, TA, MG, TG
GL, GD, ME, OS
FT, TK, TI
PN, MS, MT

3.

Total SKS tuntas Anda saat ini :146 ____/144+2___ SKS

4.

Organisasi di KM ITB yang Anda ikuti (boleh lebih dari 1)


[1] Kongres
[4] Himpunan
[2] Kabinet
[5] Unit, sebutkan :
[3] MWA-MW
[6] Tim Beasiswa

5.

Tujuan Anda secara umum terhadap berkegiatan di KM ITB (boleh lebih dari 1)
[1] Mendukung pelajaran di kuliah
[2] Belajar Organisasi
[3] Persiapan untuk beasiswa atau S-2
[4] Persiapan untuk melamar pekerjaan
[5] Mencari Teman
[6] lainnya__
__________(sebutkan)

________________________________________
____________________________________________________
6. Pandangan Anda secara umum terhadap keberjalanan manajemen pengetahuan KM ITB
[1] Buruk
[2] Agak Buruk
[3] Biasa saja
[4] Agak Baik
[5] Baik
7. Pandangan Anda secara umum terhadap keberjalanan manajemen pengetahuan organisasi
Anda
[1] Buruk
[2] Agak Buruk
[3] Biasa saja
[4] Agak Baik
[5] Baik

Jika anda ingin menambahkan sesuatu yang berkaitan dengan penelitian ini, silahkan untuk menuliskannya di balik kertas ini
atau mengirimkan pesan ke pickbird@yahoo.com

II. ENTREPRENEURIAL ORIENTATION SURVEY (EOS)

Di bagian- bagian berikut, Anda akan menemukan pernyataan-pernyataan dalam ruang lingkup organisasi.
Gunakan acuan kondisi organisasi Anda secara keseluruhan dalam memberi respon bagi setiap pernyataan.
Lingkari SATU JAWABAN yang sesuai dengan reaksi pertama Anda terhadap setiap pernyataan. Jangan berpikir
terlalu panjang. Rentang survey 7 April 2008-7 April 2009.

STS = Sangat Tidak Setuju ; TS = Tidak Setuju ; R = Ragu-ragu ; S = Setuju ; SS = Sangat Setuju

Secara UMUM, organisasi saya


1

Menekankan pengendalian anggaran secara ketat


Memberikan reward bagi seorang anggota yang melakukan cost

cutting

STS

TS

SS

Menyediakan dana untuk peluang baru

Menyediakan dana untuk ide-ide yang benar-benar bagus dari


anggota

Membutuhkan banyak tahapan persetujuan untuk mendapatkan


dana investasi di luar anggaran

Mengutamakan pencapaian tujuan organisasi sesuai dengan


nilai-nilai dasar organisasi

STS

TS

SS

Mengenai RENCANA STRATEGI, organisasi saya


7

Menggunakan proses perencanaan strategi yang formal

Membiarkan strategi tumbuh dan mungkin berubah mengikuti


tren pasar/analisis kondisi (misalnya, kebutuhan stakeholder)

Mengharapkan untuk selalu berpedoman pada rencana dan


anggaran tahunan

10

Tidak mempunyai rencana strategi yang jelas dan bisa diakses


oleh semua anggota

11

Sangat bergantung pada konsultan di luar organisasi untuk


membuat strategi

STS

TS

SS

Mengenai antar departemen/antar fungsi (CROSSFUNCTIONALITY), organisasi saya


12

Memiliki sedikit hambatan untuk kerjasama antar


departemen/fungsi

13

Mempunyai departemen/komisi/divisi yang mau dan aktif


membagi ide dan informasi satu dengan yang lain

14

Mendorong pemecahan masalah out of the box lewat kegiatan


diskusi lintas departemen/fungsi

15

Secara formal memberikan penghargaan terhadap kerjasama


antar departemen/antar fungsi

16

Merotasi staff pada fungsi-fungsi yang berbeda sebagai bagian


dari proses formal pengembangan SDM

Jika anda ingin menambahkan sesuatu yang berkaitan dengan penelitian ini, silahkan untuk menuliskannya di balik kertas ini
atau mengirimkan pesan ke pickbird@yahoo.com

Mengenai DUKUNGAN untuk ide-ide baru

STS

TS

SS

17

Secara umum, para pengurus memberikan dukungan untuk


menggunakan cara-cara baru dan berbeda dalam mengerjakan
sesuatu

18

Ada satu fungsi penting di dalam organisasi kami, yang


tanggung jawab utamanya adalah untuk inovasi yaitu
pengembangan ide maupun peluang baru

19

Kami memiliki sarana sumbang saran yang berhasil dalam


menampung ide-ide staff

20

Organisasi kami segan mempertanyakan/ mengubah tradisi


(cara-cara lama)

21

Kami sering bertemu secara informal untuk mendiskusikan ide


dan peluang baru

STS

TS

SS

Mengenai INTELIJEN PASAR


22

Anggota adalah raja bagi organisasi kami

23

Kecuali berada di divisi kominfo/humas/kesra, dorongan


pengurus untuk bertemu anggota sangat kurang

24

Organisasi kami secara rutin melakukan survey kepuasan


anggota dan menyebarkan hasilnya kepada internal pengurus

25

Pimpinan puncak organisasi kami jarang sekali mengunjungi


anggota secara langsung

26

Sebagian besar anggota mengetahui apa tujuan organisasi kami


beserta tantangannya dan bagaimana cara kami bersama-sama
menghadapinya.

27

Stakeholders adalah bagian penting yang tidak lepas dari


organisasi kami

28

Organisasi kami secara rutin berupaya mendapatkan feedback


dari stakeholder menyebarkan hasilnya kepada internal
pengurus

29

Kecuali berada di divisi hublu/esternal, dorongan pengurus


untuk bertemu stakeholder sangat kurang

STS

TS

SS

Mengenai pengambilan resiko (RISK AVERSION)


30

Organisasi kami bangga akan orientasi dan budaya konservatif


(anti perubahan)

31

Kami berhati-hati untuk tidak membuat kesalahan

32

Kami berani melakukan ide/gagasan/peluang baru hanya


berdasarkan intuisi tanpa menggunakan analisis mendalam

33

Orang-orang yang didalam organisasi kami secara umum


memiliki kebebasan dan keberanian yang cukup besar untuk
mencoba hal baru dan gagal

34

Kita berbicara banyak tentang perlunya pengambilan resiko


dalam organisasi, namun kenyataannya orang-orang yang
berani mencoba dan kemudian gagal tidak bertahan lama
(bisa karena dihukum, dijauhi, dll)

35

Kami lebih memilih untuk tumbuh berkembang secara terencana


dan terkontrol

Mengenai KECEPATAN

STS

TS

SS

36

Keluhan-keluhan anggota ditangani secara cepat dan efisien

37

Masalah-masalah yang ada tidak bisa dituntaskan dengan cepat/sigap

Jika anda ingin menambahkan sesuatu yang berkaitan dengan penelitian ini, silahkan untuk menuliskannya di balik kertas ini
atau mengirimkan pesan ke pickbird@yahoo.com

38

Para pengurus memiliki otonomi yang besar dalam membuat keputusan

39

Anggota menggambarkan kita sebagai organisasi yang bergerak cepat

40

Stakeholder menggambarkan kita sebagai organisasi yang bergerak cepat

STS

TS

SS

Mengenai FLEKSIBILITAS
41

Kami sangat bergantung pada satgas jangka pendek dalam


menyelesaikan masalah-masalah.

42

Ketika kami melihat peluang, kami lambat dalam mengalokasikan sumber


daya untuk menangkap peluang tersebut.

43

Kami sering memindahkan orang-orang ke beberapa fungsi dan


departemen yang berbeda untuk memberikan perspektif yang lebih luas.

44

Kami diharapkan untuk mengikuti prosedur formal yang telah ditetapkan


dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.

45

Kami tidak mementingkan penggunaan status jabatan dan gelar di dalam


tubuh organisasi

STS

TS

SS

Mengenai FOKUS
46

Kami hanya melakukan beberapa hal, tetapi kami mengerjakannya


dengan baik

47

Organisasi kami terkotak-kotak, bagian yang satu tidak mengetahui apa


yang dilakukan bagian yang lain

48

Pimpinan puncak memiliki visi yang sangat jelas mengenai kemana arah
kita dan bagaimana mencapainya

49

Jika kamu bertanya pada dua orang yang berbeda tentang strategi
kepengurusan, kamu mungkin akan mendapat dua jawaban yang
berbeda

50

Kami bersedia mengeluarkan effort, selama itu untuk hal-hal yang benar

51

Bahkan orang-orang yang bekerja pada level terbawah (staff/anggota)


tahu mengenai visi kepengurusan/kepanitiaan/organisasi

STS

TS

SS

Mengenai MASA DEPAN


52

Kami sadar bahwa organisasi kami telah melakukan fungsinya secara


optimal

53

Kami tidak banyak melakukan riset pengembangan

54

Kepengurusan kami senang menciptakan lahan yang benar-benar baru


berdasarkan metode yang sangat inovatif, dimana anggota sendiri belum
tahu kalau mereka butuh/menginginkannya

55

Kepengurusan kami cenderung lebih sebagai pengikut/ follower daripada


pemimpin dalam inovasi hal baru

56

Secara umum, para staff tidak diberikan penghargaan dalam


bereksperimen mencoba hal-hal baru

STS

TS

SS

ORIENTASI INDIVIDU. Tolong evaluasi diri anda sendiri


berdasarkan pernyataan-pernyataan berikut
57

Saya sering berangan-angan menciptakan dan menjalankan usaha


sendiri (berwirausaha)

58

Saya tidak menilai diri saya sebagai pemberontak (suka


mempertanyakan hal-hal yang tidak berjalan seperti seharusnya)

59

Jalan tercepat untuk mencapai puncak adalah dengan melakukan


pekerjaan anda sebaik-baiknya sesuai deskripsi pekerjaan yang telah

Jika anda ingin menambahkan sesuatu yang berkaitan dengan penelitian ini, silahkan untuk menuliskannya di balik kertas ini
atau mengirimkan pesan ke pickbird@yahoo.com

ditentukan.
60

Saya sering berkhayal/melamun di organisasi

61

Saya suka mempertanyakan dan berusaha mengubah status quo.


Saya suka berinovasi untuk perubahan yang lebih baik

62

Saya tidak menyukai orang yang suka melanggar aturan

63

Sangat penting bagi saya untuk mendapatkan apresiasi yang adil


dan pasti

64

Saya rela mengambil posisi beresiko dan memiliki tanggung jawab


besar, namun sesuai dengan impian saya

65

Saya lebih nyaman dalam suatu lingkungan yang relatif lebih


terstruktur/teratur

STS

TS

SS

Tentang Saya
Harap lingkari satu jawaban terhadap setiap pernyataan
mengenai diri anda sendiri
70

Saya lebih bangga terhadap keberhasilan dari keahlian teknis saya


dibandingkan dengan kemampuan saya dalam memimpin

71

Saya lebih memilih menjalankan organisasi yang sudah terkelola


dan terintegrasi dengan baik dibandingkan dengan organisasi belum
mapan dan tidak terkelola

72

Sebagian besar orang di organisasi kami menggambarkan saya


sebagai orang yang maverick (pemberani dan independen)

73

Saya bangga terhadap diri saya sebagai orang yang mengerti


politik di dalam organisasi

74

Rekan kerja menggambarkan saya sebagai orang kreatif yang suka


kerja sendiri

75

Saya yakin entrepreneur itu dilahirkan bukan diciptakan

76

Saya yakin entrepreneur dapat belajar beberapa hal namun harus


memiliki banyak kualifikasi/ karakter lain yang tepat

77

Saya yakin entrepreneur sukses adalah hasil dari karakter personal


dan pembelajaran

78

Saya yakin entrepreneur bisa belajar banyak bagaimana menjadi


seorang entrepreneur

79

Saya yakin sebagian besar entrepreneur adalah hasil dari


pembelajaran dan pengalaman bukan dari karakter personal.

Kondisi Organisasi
Harap lingkari satu jawaban yang paling menggambarkan perasaan anda terhadap organisasi anda
66. Dibanding organisasi mahasiswa sejenis lainnya, saya menggambarkan kinerja organisasi saya sebagai:
a) Sangat baik
b) Di atas rata-rata
c) Rata-rata
d) Di bawah rata-rata
e) Sangat buruk
67. Dalam hal pemberdayaan SDM, saya menggambarkan organisasi saya sebagai:
a) Sangat baik
b) Di atas rata-rata
c) Rata-rata
Jika anda ingin menambahkan sesuatu yang berkaitan dengan penelitian ini, silahkan untuk menuliskannya di balik kertas ini
atau mengirimkan pesan ke pickbird@yahoo.com

d)
e)

Di bawah rata-rata
Sangat buruk

68. Dalam hal inovasi, saya menggambarkan organisasi saya sebagai:


a) Sangat suka bereksperimen
b) Suka bereksperimen
c) Rata-rata
d) Tidak suka bereksperimen
e) Sangat konservatif
69. Dalam hal apresiasi, saya mengambarkan organisasi saya sebagai :
a) Memberikan apresiasi sesuai kinerjanya
b) Hampir sama dengan kompetitor/organisasi sejenis yang setara
c) Di bawah kompetitor/organisasi sejenis yang setara
d) Buruk dibandingkan kompetitor/organisasi sejenis yang setara
e) Paling buruk
70. Dalam hal komunikasi, saya menggambarkan organisasi saya sebagai:
a) Sangat banyak memberikan media dan ruang komunikasi interaktif/diskusi, formal-informal
b) Ada media dan ruang komunikasi interaktif/diskusi, formal-informal
c) Rata-rata
d) Jarang melakukan komunikasi interaktif/diskusi informal, cenderung formal
e) Sangat tertutup dan tidak ada ruang komunikasi formal
71. Dalam hal akses informasi, saya menggambarkan organisasi saya sebagai:
a) Informasi apapun sangat mudah diakses, sistem pendokumentasiannya rapi, dan berkelanjutan
b) Informasi mudah diakses, sistem pendokumentasiannya menengah, belum berkelanjutan
c) Rata-rata
d) Akses hanya untuk golongan tertentu, pendokumentasian tidak berkelanjutan
e) Tidak memberikan akses, tidak ada dokumen yang bisa diakses

Jika anda ingin menambahkan sesuatu yang berkaitan dengan penelitian ini, silahkan untuk menuliskannya di balik kertas ini
atau mengirimkan pesan ke pickbird@yahoo.com

ENTREPRENEURIAL LEADERSHIP QUESTIONNAIRE (ELQ)

III.
Petunjuk pengisian:
1. Untuk kolom Kepentingan
2. Untuk kolom Frekuensi

: Angka 5 menunjukan bahwa perilaku ini SANGAT PENTING bagi Anda dan angka 1 SANGAT TIDAK PENTING
: Angka 5 menunjukan bahwa perilaku ini SANGAT SERING dipraktekkan oleh atasan/rekan sejawat/bawahan*
Anda dan angka 1 HAMPIR TIDAK PERNAH DILAKUKAN

3. Lingkarilah jawaban anda. *) jika ada

No.

Pernyataan Perilaku

Seberapa PENTING
menurut Anda seorang
ATASAN/PIMPINAN
melaksanakan perilaku
tersebut

Seberapa SERING
perilaku tersebut
dilakukan oleh ATASAN
LANGSUNG Anda

TP

SP

SR

Seberapa SERING
perilaku tersebut
dilakukan oleh rekan
sejawat anda
J

SR

Seberapa SERING
perilaku tersebut
dilakukan oleh
bawahan* Anda
J

SR

Meluangkan waktu untuk mengembangkan layanan baru.

Memperhatikan kelemahan organisasi sejenis lainnya dan


mencari cara untuk memanfaatkan kelemahan mereka.

Mendengarkan dan melakukan tindakan atas keluhan anggota.

Mengajak berpikir untuk menemukan cara baru dan lebih baik


dalam melaksanakan pekerjaan.

Mendukung untuk tidak mengikuti peraturan organisasi bila


dianggap peraturan tersebut menghambat pencapaian tujuan
organisasi.

Secara positif berkomunikasi dengan atasan menyangkut hal-hal


yang bisa dilakukan dengan lebih baik.

Mencari cara-cara kreatif dalam mengatur dan menggunakan


aset dan sumber daya organisasi.

Bersemangat untuk mencari cara-cara baru dalam berorganisasi

Memotivasi bawahan untuk berpikir cara-cara inovatif dalam


mencapai tujuan organisasi

10

Secara efektif meyakinkan atasan tentang ide-ide metode dan


aktivitas baru

11

Mendukung saran-saran dari bawahan demi perbaikan organisasi

Jika anda ingin menambahkan sesuatu yang berkaitan dengan penelitian ini, silahkan untuk menuliskannya di balik kertas ini atau mengirimkan pesan ke pickbird@yahoo.com

No.

Pernyataan Perilaku

Seberapa PENTING
menurut Anda seorang
ATASAN/PIMPINAN
melaksanakan perilaku
tersebut

Seberapa SERING
perilaku tersebut
dilakukan oleh ATASAN
LANGSUNG Anda

TP

SP

SR

Seberapa SERING
perilaku tersebut
dilakukan oleh rekan
sejawat anda
J

SR

Seberapa SERING
perilaku tersebut
dilakukan oleh
bawahan* Anda
J

SR

12

Menyelesaikan tugas dengan baik walau harus menyimpang dari


sistem yang berlaku

13

Memvisikan kondisi organisasi masa depan dengan jelas, sebagai


target pencapaian dan alasan ketika harus melakukan perubahan

14

Mendukung bawahan untuk mempertanyakan dan berusaha


mengubah status quo (status aman/statis)

15

Memastikan bahwa kepentingan anggota diperhatikan ketika kita


membuat perubahan dalam organisasi

16

Menyampaikan kepada bawahan dimana posisi organisasi


terhadap pesaing/tantangan

17

Mendorong bawahan untuk melakukan inovasi dalam


melaksanakan pekerjaan.

18

Secara aktif mencari peluang-peluang berkemahasiswaan yang


baru.

19

Memastikan bahwa kita memiliki tim yang tepat untuk


memanfaatkan peluang berkemahasiswaan yang baru.

20

Menunjukkan antusiasme apabila bawahan mempelajari


keterampilan baru.

21

Cepat mengambil tindakan lain ketika hasil yang ditetapkan


dirasa tidak akan tercapai.

22

Mendukung staff merealisasikan inisiatif untuk ide mereka.

23

Memotivasi staff berpikir untuk menemukan cara- cara dalam


bekerja.

24

Menyediakan waktu untuk membantu staff menemukan cara


memperbaiki output berkemahasiswaan

25

Menciptakan suasana yang mendukung perbaikan


berkesinambungan.

26

Dengan yakin tetap melaksanakan cara baru yang menjanjikan,


meskipun orang lain mungkin tidak akan melaksanakannya.

Jika anda ingin menambahkan sesuatu yang berkaitan dengan penelitian ini, silahkan untuk menuliskannya di balik kertas ini atau mengirimkan pesan ke pickbird@yahoo.com

No.

Pernyataan Perilaku

Seberapa PENTING
menurut Anda seorang
ATASAN/PIMPINAN
melaksanakan perilaku
tersebut

Seberapa SERING
perilaku tersebut
dilakukan oleh ATASAN
LANGSUNG Anda

TP

SP

SR

Seberapa SERING
perilaku tersebut
dilakukan oleh rekan
sejawat anda
J

SR

Seberapa SERING
perilaku tersebut
dilakukan oleh
bawahan* Anda
J

SR

27

Menciptakan lingkungan yang mendukung pengambilan resiko.

28

Mendukung staff tipe pemberontak yang mungkin berpikir dan


bertindak berbeda dari mayoritas staff

29

Mendorong staff untuk mengakali birokrasi organisasi

30

Secara cepat menggunakan pendekatan berbeda untuk


mengatasi hambatan ketika pendekatan lama yang digunakan
tidak menunjukkan hasil

31

Mengajak bawahan untuk secara kreatif menemukan cara


menghasilkan banyak lebih dengan biaya rendah

32

Menunjukkan sifat-sifat kewirausahaan /entrepreneurial dalam


berorganisasi

33

Mendorong organisasi untuk menjadi lebih fleksibel sehingga


cepat bereaksi ketika muncul peluang berkemahasiswaan

34

Secara aktif memerangi birokrasi yang berlebihan dalam


organisasi

35

Memanfaatkan setiap hubungan dengan orang-orang dalam


organisasi yang dapat membantu apabila diperlukan

36

Menganalisis sumber daya, potensi, proses, dan aliran kerja


untuk hasil yang lebih baik bagi organisasi dan anggota

37

Mengharapkan bawahan untuk secara konstruktif


mengidentifikasi dan memecahkan masalah-masalah antar
organisasi

38

Memiliki kemauan untuk mendengarkan saran dari orang lain


mengenai bagaimana suatu hal dapat dikerjakan dengan cara
berbeda.

39

Mendukung bawahan dalam mengusahakan perubahan demi


perbaikan berorganisasi

Jika anda ingin menambahkan sesuatu yang berkaitan dengan penelitian ini, silahkan untuk menuliskannya di balik kertas ini atau mengirimkan pesan ke pickbird@yahoo.com

Survey di bawah ini diisi sesuai pendapat anda tentang Pimpinan Puncak (Top Management) organisasi anda.
Perilaku pimpinan puncak dinilai dari kumpulan perilaku berbagai pimpinan Badan Pengurus/Badan
Perwakilan/pimpinan Kepanitiaan
Seberapa PENTING
Seberapa SERING perilaku
menurut Anda seorang
tersebut dilakukan oleh
PIMPINAN PUNCAK
No. Pernyataan Perilaku
PIMPINAN PUNCAK Anda
melaksanakan perilaku tsb
TP

40
41

Top Management:
Berusaha sekuat tenaga untuk membangun
budaya yang inovatif dalam organisasi.
Mendorong perilaku kewirausahaan/

entrepreneurial dan pengambilan resiko.

SP

TP

SP

42

Bereaksi cepat untuk menghilangkan


hambatan organisasi yang dapat
mengganggu jalannya urusan organisasi.

43

Mendorong komunikasi yang terbuka dan


berbagi ide antar unit fungsi.

44

Memberi informasi terbaru tentang trend


mahasiswa dan strategi pesaing.

45

Secara aktif mendorong saran perbaikan


berkemahasiswaan dari seluruh komponen
organisasi.

46

Melakukan tindakan nyata untuk


mengimplementasikan berbagai saran
perbaikan.

47

Membuat organisasi selalu fokus dalam


layanan utamanya namun juga mendukung
inisiatif layanan baru.

48

Menyisihkan uang di luar anggaran rutin


untuk membiayai dan mendukung ide-ide
inovatif.

49

Mendukung para staff untuk


mempertanyakan lagi keputusan yang sudah
diambil.

Apabila Anda telah menyelesaikan seluruh rangkaian pernyataan di atas,


selanjutnya mohon untuk dapat mengembalikan kuesioner ini ke:
Shana Fatina Sukarsono
Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Bandung
Jl. Ganesha No. 10, Bandung
pickbird@yahoo.com
085624071902

Terimakasih banyak ya atas partisipasinya dalam survei ini!SUPER!!

Jika anda ingin menambahkan sesuatu yang berkaitan dengan penelitian ini, silahkan untuk menuliskannya di balik kertas ini
atau mengirimkan pesan ke pickbird@yahoo.com

Anda mungkin juga menyukai