Anda di halaman 1dari 8

EKONOMI ISLAM

KEBIJAKAN FISKAL DAN INSTRUMENNYA DALAM


EKONOMI ISLAM

KELOMPOK 3B
ANGGOTA :
1.
2.
3.
4.

ADITYA FAJAR 201310160311472


HIKMAWATI MUCHTAR 201410160311019
AASYIAH 201410160311029
NUR ERA HAFIZA 201410160311033
MANAJEMEN 7I

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016

1. Kebijakan Fiskal Dalam Islam


Kebijakan fiskal dalam Islam bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang
didasarkan pada keseimbangan distribusi kekayaan dengan menempatkan nilai-nilai
material dan spiritual secara seimbang. Kebijakan fiskal lebih banyak peranannya dalam
ekonomi Islam dibanding dengan ekonomi konvensional. Hal ini disebabkan antara lain
sebagai berikut:
a. Peranan moneter relatif lebih terbatas dalam ekonomi Islam dibanding dalam
ekonomi konvensioanal yang tidak bebas bunga.
b. Dalam ekonomi Islam, pemerintah harus memungut zakat dari setiap muslim
yang memiliki kekayaan melebihi jumlah tertentu (nisab) dan digunakan untuk
tujuan-tujuan sebagaimana tercantum dalam QS Al-Taubah: 60.
c. Ada perbedaaan substansial antara ekonomi Islam dan non-Islam dalam peranan
pengelolaan utang publik. Hal ini karena utang dalam Islam adalah bebas bunga,
sebagian besar pengeluaran pemerintah dibiayai dari pajak atau berdasarkan atas
bagi hasil. Dengan demikian, ukuran utang publik jauh lebih sedikit dalam
ekonomi Islam dibanding ekonomi konvensioanal (Istanto, 2013: 1).
2. Kebijakan pemasukan dari kaum Muslimin, yaitu:
a. Zakat, yaitu salah satu dari dasar ketetapan Islam yang menjadi sumber utama
pendapatan di dalam suatu pemerintahan Islam pada periode klasik.
Berkaitan dengan obyek yang dikenakan zakatu, Rasulullah Saw
menetapkan bahwa zakat dikenakan atas jiwa dan semua jenis harta kekayaan
yang dimiliki oleh masyarakat di mana zakat ditetapkan. Zakat atas jiwa disebut
zakat fitrah, sedang zakat atas kekayaan dikenal dengan zakat ml.
Memang terdapat beberapa jenis kekayaan yang disebutkan dan
diperingatkan dalam Al-Qur`an untuk dikeluarkan zakatnya yaitu emas dan perak
(Q.S. 9:34), tanaman dan buah-buahan (Q.S. 6:141), hasil usaha (Q.S. 2:276)
Barang-barang tambang yang dikeluarkan dari perut bumi (Q.S. 6:141).
Sebagai contoh , tidak diadopsikannya zakat dalam system ketatanegaraan,
ini menyebabkan dunia islam kehilangan kekuatan untuk menjalankan program
welfare. Program kesejahteraan untuk memecahkan masalah kemiskinan dan
bencana yang meliputi kesehatan, pangan, balita, dan manula tidak dikenal
dengan standar yang

memuaskan diseluruh dunia islam. Menghilangnya

regiliositas dari panggung ketatanegaraan dengan serta-merta mengadopsi

sekularisme dan materialism yang tidak dipahami mendorong moralitas yang


bobrok.
b. Ushr, yaitu bea impor yang dikenakan kepada semua pedagang dimana
pembayarannya hanya sekali dalam satu tahun. Yang menarik dari kebijakan
Rasulullah adalah dengan menghapuskan semua bea impor dengan tujuan agar
perdagangan lancar dan arus ekonomi dalam perdangan cepat mengalir sehingga
perekonomian di negara yang beliau pimpin menjadi lancar. Beliau mengatakan
bahwa barang-barang milik utusan dibebaskan dari bea impor di wilayah muslim,
bila sebelumya telah terjadi tukar menukar barang.
Contoh : 10% dari lahan pertanian yang disirami dengan air hujan, Ushr
diwajibkan hanya ketika ada hasil yang nyata dari tanahnya. Tanah yang sudah
diwakafkan tetap diperlakukan sebagai tanah ushr jika pemilik sudah menanami
tanah tersebut. Yang termasuk kedalam harta ushr adalah hasil pertanian dan
perkebunan (buah, madu, dll.). Untuk hasil pertanian yang diairi dengan sumber
alami (hujan, sumber air, dan arus) maka ushr porsinya 10%, apabila pengairan
tersebut masih menggunakan ala-alat produksi lain (alat irrigasi, sumur, dll) maka
ushrnya adalah 5%, dan untuk pengambilan ushr ini adalah apabila sudah
panen.
c. Wakaf adalah harta benda yang didedikasikan kepada umat Islam yang
disebabkan karena Allah SWT dan pendapatannya akan didepositokan di baitul
maal.
Contoh wakdaf produktif, misalnya berupa lahan perkebunan seperti contoh di
mesir, kini juga senang berkembang wacana baru yakni wakaf tunai, yaitu wakaf
dengan uang tunai. Wakaf tunai lebih bersifat fleksibel dari pada wakaf
tanah/banguanan dan pendistribusiannya tidak mengenal batsa wilayah , memang
di Indonesia baru bersifat wanca, namun sesungguhnya wakaf tunai. telah lama
dikenalkan dan ditemukan pada era ottoman dan di mesir (masyita.2003)
d. Amwal Fadhla berasal dari harta benda kaum muslimin yang meninggal tanpa
ahli waris, atau berasal dari barang-barang seorang muslim yang meninggalkan
negerinya.
e. Nawaib yaitu pajak yang jumlahnya cukup besar yang dibebankan kepada kaum
muslimin yang kaya dalam rangka menutupi pengeluaran negara selama masa
darurat dan ini pernah terjadi pada masa perang tabuk.

f. Khumus adalah harta karun/temuan. Khumus sudah berlaku pada periode sebelum
Islam. Dana ini dibagikan kepada orang yang sangat membutuhkan dan fakir
miskin atau untuk membiayai kegiatan mereka dalam mencari kesejahteraan tanpa
diskriminasi.
Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan
perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anakanak yatim, orang-orang miskin dan Ibnus-sabil, jika kamu beriman kepada Allah
dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) dihari
Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah Maha Penguasa segala
sesuatu. (QS. 8:41) Setelah Rasulullah wafat, bagian Rasulullah dan kerabat
Rasulullah saw dimasukkan ke dalam Baitul Mal, untuk digunakan bagi
kemaslahatan kaum muslimin dan jihad fi sabilillah.
g. Kafarat adalah denda yang dikenakan oleh seseorang yang telah melanggar
sumpah, bersumpah palsu, melanggar nazar, serta berjimak pada bulan ramadhan.
Kafarat juga biasa terjadi pada orang-orang muslim yang tidak sanggup
melaksanakan kewajiban seperti seorang yang sedang hamil dan tidak
memungkin jika melaksanakan puasa maka dikenai kafarat sebagai penggantinya
(Sirojuddin, 2013: 1).
3. Kebijakan pemasukan dari kaum non muslim, yaitu:
a. Jizyah (tribute capitis/ pajak kekayaan) adalah pajak yang dibayarkan oleh orang
non muslim khususnya ahli kitab sebagai jaminan perlindungan jiwa, properti,
ibadah, bebas dari nilai-nilai dan tidak wajib militer. Meskipun jizyah merupakan
hal yang wajib, namun dalam islam ada ketentuan yaitu bahwa jizyah dikenakan
kepada seluruh non-muslim dewasa laki-laki yang mampu membayarnya.
Sedangkan bagi perempuan, anak-anak, orang tua dan pendeta dikecualikan
sebagai kelompok yang tidak wajib ikut bertempur dan tidak diharapkan mampu
ikut bertempur.
b. Kharaj (tribute soil/pajak, upeti atas tanah) adalah pajak tanah yang dipungut dari
kaum nonmuslim ketika khaibar ditaklukkan. Tanahnya diambil alih oleh orang
muslim dan pemilik lamanya menawarkan untuk mengolah tanah tersebut sebagai
pengganti sewa tanah dan bersedia memberikan sebagian hasil produksi kepada
negara. Prosedur yang sama juga diterapkan di daerah lain. Kharaj ini menjadi
sumber pendapatan yang penting.

Contoh : keringanan dari orang islam maka non-muslim tersebut masih bisa
menguasai tanahnya untuk bercocok tanam yang hasilnya akan dibagi 50%-50%
c.

antara non-muslim dan orang islam.


Ushr adalah bea impor yang dikenakan kepada semua pedagang, dibayar hanya
sekali dalam setahun dan hanya berlaku terhadap barang yang nilainya lebih dari
200 dirham (Sirojuddin, 2013: 1).
Contoh : Dalam pemungutan bea cukai ini dilakukan selama satu tahun sekali
sebesar 10% dan diberlakukan terhadap barang yang nilainya lebih dari 200
dirham, seperti dalam hadits Ziyad Ibn Judair (yang merupakan seorang
pemungut bea cukai pada Umar Ibn Khattab) Umar Ibn Khattab menulis surat
kepadaku seraya berkata, janganlah kamu memungut pajak 10% dari mereka
kecuali sekali selama satu tahun, bea cukai ini juga hanya tertentu pada barang
yang nilainya lebih dari 200 dirham

4. Kebijakan Pengeluaran
Menurut Khalifah Umar Bin Khatab (40 SH-23 H/ 584-644 M)
Kontribusi yang diberikan Umar untuk mengembangkan ekonomi Islam:
Reorganisasi baitul mal, dengan mendirikan Diwan Islam yang pertama yang
disebut dengan al-Divan (sebuah kantor yang ditujukan untuk membayar

tunjangan-tunjangan angkatan perang dan pension dan tunjangan-tunjangan lain.


Pemerintah bertanggung jawab pemenuhan kebutuhan makanan dan pakaian

kepada warga Negaranya.


Diversifikasi terhadap objek zakat (zakat tehadap karet di Semenanjungkan
Yaman), tariff zakat (misalnya mengenakan dasar advalorem, satu dirham untuk

40 dirham).
Pengembangan ushr (pajak) pertanian (misalnya perbebanan sepersepuluh hasil

pertanian)
Undang-undang perubahan pemilikan tanah (land reform).
Pengelompokan pendapatan Negara dalam 4 bagian:

SUMBER PENDAPATAN
Zakat dan ushr
Khums dan Shadaqah
Kharaj, fay, jizyah, ushr
sewa tetap
Pendapatan

dari

PENGELUARAN
Pendistribusian untuk local jika berlebihan disimpan
Fakir miskin dan kesejahteraan
Dana pension, Dana pinjaman (allowance)

semua Pekerja, pemeliharan anak terlantar dan dana sosial

sumber
Kebijakan Pengeluaran pendapatan negara didistrubusikan langsung kepada
orang-orang yang berhak menerimanya. Di antara golongan yang berhak menerima
pendapatan (distribusi pendapatan) adalah berdasarkan atas kreteria langsung dari Allah
S.W.T yang tergambar di dalam al-Quran QS. At-Taubah Ayat 90:
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,
pengurus-pengurus zakat, para Mu'allaf yang dibujuk hatinya,untuk (memerdekaan)
budak, orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam
perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; Dan Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Biajaksana. (QS. 9:60)
Orang-orang yang berhak menerima harta zakat ini terkenal dengan sebutan delapan
ashnaf. Delapan asnab ini langsung mendapat rekomendasi dari Allah S.W.T sehingga
tidak ada yang bisa membatahnya. Ini artinya kreteria dalam al-Qur;an terhadap orangorang yang berhak mendapatkan atas kekayaan negara lebih rinci dibandingkan dengan
kreteria yang tetapkan oleh pemerintah kita yang secara umum di-inklud-kan kepada
orang-orang miskin saja (Sirojuddin, 2013: 1).
Delapan orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat mengalami
kesengsaraan dalam perjalanannya.:
a) Fakir (al Fuqara) adalah orang yang tiada harta pendapatan yang mencukupi
untuknya dan keperluannya. Tidak mempunyai keluarga untuk mencukupkan
nafkahnya seperti makanan, pakaian dan tempat tinggal.
b) Miskin (al-Masakin) mempunyai kemampuan usaha untuk mendapatkan
c)
d)
e)
f)

keperluan hidupnya akan tetapi tidak mencukupi sepenuhnya


Amil orang yang dilantik untuk memungut dan mengagih wang zakat.
Muallaf seseorang yang baru memeluk agama Islam.
Riqab seseorang yang terbelenggu dan tiada kebebasan diri.
Gharimin penghutang muslim yang tidak mempunyai sumber untuk
menjelaskan hutang yang diharuskan oleh syarak pada perkara asasi untuk diri

dan tanggungjawab yang wajib ke atasnya.


g) Fisabilillah orang yang berjuang, berusaha dan melakukan aktiviti untuk
menegakkan dan meninggikan agama Allah.
h) Ibnus Sabil musafir yang kehabisan bekalan dalam perjalanan atau semasa
memulakan perjalanan dari negaranya yang mendatangkan pulangan yang baik
kepada Islam dan umatnya atau orang Islam yang tiada perbekalan di jalanan.

Kepentingan pertama diarahkan pada biaya pertahanan negara dan menjaga


perdamaian negara. Kemudian kepentingan kedua dikeluarkan untuk pokok pengeluaran
lain, menurut Ibn Taimiyah, dijelaskan sebagai beriukut:
a. Pengeluaran untuk para gubernur, menteri dan pejabat pemerintah lain tak dapat
dielakkan oleh pemerintah manapun, harus dibiayai dari anggaran penerimaan
fai
b. Memelihara keadilan.
c. Biaya pendidikan warga negara, baik siswa maupun gurunya.
d. Utilitas umum, infrastruktur dan guugus tugas ekonomi, harus ditanggung negara.
5. Aplikasi / penerapan kebijakan fiskal
a. Masih kentalnya pemahaman bahwa zakat merupakan ritual individu. Pemahaman
seperti ini secara prinsip tidak dapat disalahkan Karena Zakat merupakan salah satu
rukun islam artinya zakat adlah salah satu faktor pelengkap keislaman sesorang zakat
merupakan perintah Allah yang harus dilaksanakan oleh orang islam. Anggapan
masyarakat harta benda yang dizakatkan tidak untuk Allah Karena sudah kaya dan
tidak membutuhkan harta benda, yang dibutuhkan Allah adalah ketakwaan manusia.
b. Zakat disamakan dengan pajak. Implikasinya orang sudah membayar zakat tidak
perlu membayar zakat, sedangkan jika orang-orang islam membayar dua kali pajak
dan zakat. Permasalahan ini sesungguhnya tidak terjadi di Indonesia tetapi disemua
negara yang warga negaranya tidak mutlak beragama islam mengalami persoalaan ini.
Zakat dianggap sebagai hukum konvensional yang hanya mengikat golongan islam
saja.
c. Keterlambatan pemerintah menetapkan undang-undang zakat. Penetapan undangundang di Indonesia berlaku baru sekitar dua tahun lalu walaupun kekuatan
hukumnya lebih kuat dibandingkan dengan syariat islam yang masuk dalam
Komplikasi Hukum Islam (KHI). Undang-undang zakat ini belum menampakan
perannya dalam kehidupan masyarakat. Hal ini disebabkan Karena keterlambatan
pemerintah menetapkan undang-undang tersebut.
d. Tingkat kesadaran masyarakat akan peran social zakat. Diakui secara kuantitatif,
jumlah warga Negara Indonesia beragama islam memang lebih dari 80% namun

secara kualitatif jumlah umat islam yang konsekuen dan memiliki komitmen yang
tinggi terhadap pelaksanaan ajaran-Nya hanya separuh dari jumlah itu. Hal ini
mengindikasikan bahwa tingkat kesadaran masyarakat dalam meksanakan zakat
masih rendah.

Anda mungkin juga menyukai