Anda di halaman 1dari 3

Kegagalan Proyek pada Gedung Baru Kampus D

Universitas Gunadarma, Depok

Kegagalan konstruksi adalah keadaan hasil pekerjaan yang tidak sesuai


dengan spesifikasi pekerjaan sebagaimana disepakati dalam kontrak baik sebagian
maupun keseluruhan sebagai akibat kesalahan pengguna atau penyedia.
Kegagalan konstruksi pada tahap perencana hingga pelaksanaan masih sering
terjadi dalam proyek konstruksi. Hal ini dapat mengakibatkan proyek tertunda,
rusaknya bangunan pada saat pelaksanaan konstruksi, dan lain sebagainya. Maka
perlu dicari penyelesaian untuk mencegah terjadinya kegagalan proyek konstruksi
tersebut.
Dalam tugas Metode Pelaksanaan dan Kegagalan Konstruksi ini akan dibahas
mengenai kegagalan proyek yang terjadi pada Gedung Baru Kampus D
Universitas Gunadarma. Proyek Gedung Baru Kampus D Universitas Gunadarma
sebelum mengalami kerobohan ditunjukkan pada gambar 1.

Gambar 1. Proyek Gedung Baru Kampus D


Universitas Gunadarma Sebelum Roboh
(Sumber : www.detik.com)

Gedung baru Kampus D Universitas Gunadarma yang terletak di jalan


Margonda Raya, Kota Depok roboh pada pukul 19.14 WIB (www.detik.com).
Gedung yang ambruk tersebut direncanakan sebagai gedung parkir dan masih
dikerjakan satu lantai. Bangunan tersebut roboh ketika sedang dilaksanakan
pengecoran pada gedung tersebut. Keadaan Proyek Gedung Baru Kampus D
Universitas Gunadarma setelah roboh ditunjukkan pada gambar 2.

Gambar 2. Proyek Gedung Baru Kampus D


Universitas Gunadarma Setelah Roboh

Berdasarkan analisa terhadap kegagalan yang terjadi pada proyek Gedung


Baru Kampus D Universitas Gunadarma , terdapat beberapa alasan yang mungkin
mengakibatkan terjadinya kegagalan tersebut, antara lain :
1.

Bekisting dan perancah tidak kuat untuk menahan beban pada saat
pelaksanaan kegiatan pengecoran yang berupa beban besi, beban pekerja, dan
beban beton segar.

2.

Kesalahan

penggunaan

metode

konstruksi

yang

digunakan,

yaitu

melaksanakan kegiatan pengecoran beton dan plat ketika struktur kolom di


bawahnya masih belum mampu menahan beban di atasnya.

3.

Kurangnya pengawasan dan pemeriksaan yang dilaksanakan oleh pihak


pengawas, sehingga tidak ada inspeksi yang menunjukkan apakah proyk
sudah bisa dilaksanakan pengecoran ataupun belum dapat dilaksanakan.

4.

Tidak adanya perizinan yang dimiliki dalam pelaksanaan pembangunan


proyek tersebut, yaitu belum adanya IMB meskipun proyek sudah dalam
proses pembangunan.

Berdasarkan sebab-sebab tersebut, seharusnya proyek tersebut dapat


dilaksanakan lebih baik dengan cara pmilihan metode konstruksi yang sesuai
untuk proyek tersebut. Pihak kontraktor harus memeriksa apakah perancah untuk
menahan beban konstruksi sudah cukup kuat ataupun belum. Untuk dapat
mengetahui apakah perancah sudah cukup kuat atau belum kuat menahan beban
konstruksi, perlu dilaksanakan pengawasan dan pemeriksaan secara teliti terhadap
setiap hasil pekerjaan yang dilaksanakan oleh pekerja. Pihak kontraktor juga harus
mengawasi apakah kegiatan kostruksi sudah bisa dilanjutkan pada tahap
selanjutnya ataupun belum. Selain itu, Kontraktor juga harus melengkapi
perizinan dalam pembangunan proyek tersebut untuk mencegah hal-hal yang tidak
diinginkan berkaitan dengan masalah legalitas bangunan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai