PENDAHULUAN
Syok adalah suatu keadaan dimana pasokan darah tidak mencukupi untuk kebutuhan
organ-organ di dalam tubuh. Syok juga didefinisikan sebagai gangguan sirkulasi yang
mengakibatkan penurunan kritis perfusi jaringan vital atau menurunnya volume darah
yang bersirkulasi secara efektif. Pada seseorang yang mengalami syok terjadi penurunan
perfusi jaringan, terhambatnya pengiriman oksigen, dan kekacauan metabolisme sel
sehingga produksi energi oleh sel tidak memadai. Apabila sel tidak dapat menghasilkan
energi secara adekuat, maka sel tidak akan berfungsi dengan baik sehingga pada gilirannya
akan menimbulkan disfungsi dan kegagalan berbagai organ, akhirnya dapat menimbulkan
kematian.1
Syok merupakan salah satu kedaruratan pediatrik yang sering ditemukan dan
mempunyai morbiditas serta mortalitas yang tinggi bila tidak ditangani dengan cepat dan
tepat. 1 Syok terus menjadi penyebab kematian bagi banyak penyakit masa kanak-kanak
dan telah diperkirakan bahwa 10 juta anak-anak di dunia meninggal setiap tahunnya.2
Sekitar 10% penyebab pasien anak-anak dirawat di Unit Perawatan Intensif adalah karena
syok.3 Oleh karena itu, perlu pemahaman yang baik mengenai pengenalan syok secara dini
guna penatalaksanaannya lebih tepat dan adekuat sehingga prognosisnya lebih baik dan
dapat menghindari kerusakan organ lebih lanjut.
II. DEFINISI
Syok adalah sindrom klinis akibat kegagalan sistem sirkulasi dalam mencukupi
kebutuhan nutrien dan oksigen baik dari segi pasokan maupun utilisasinya untuk
metabolisme seluler jaringan tubuh, sehingga terjadi defisiensi akut okigen di tingkat
seluler.4
Sedangkan syok neurogenik disebut juga syok spinal yang merupakan bentuk dari
syok distributif, syok neurogenik terjadi akibat kegagalan pusat vasomotor karena
hilangnya tonus pembuluh darah secara mendadak di seluruh tubuh, sehingga terjadi
hipotensi dan penimbunan darah pada pembuluh tampung (capacitance vessels). Hasil dari
perubahan resistensi pembuluh darah sistemik ini diakibatkan oleh cedera pada sistem
saraf seperti trauma kepala, cedera spinal, atau general anestesi yang terlalu dalam
Pada anak gejala awal tidak sama bila dibandingkan orang dewasa karena fungsi
organ dan kemampuan kompensasi tubuh yang relatif berbeda sesuai dengan
perkembangan usia.5
1
III. EPIDEMIOLOGI
Spinal Cord Injury (SCI) pada pediatrik terjadi pada 2 dari 100.000 anak di Amerika
Serikat dan kasus baru ditemukan sekitar 1500 pertahun pada rawat inap Rumah Sakit..
Penyebab tersering terjadinya jejas tulang belakang pediatrik adalah kecelakaan
kendaraan bermotor (41-56%) dan 67% dari pasien ini tidak dilakukan fiksasi dengan
baik. Penyebab lain dari SCI antara lain spinal anesthesia, Guillain-Barre Syndrome,
autonomic nervous system toxin , dan neuropati lainnya.9
Penyebab SCI pada neonatus adalah jejas akibat proses melahirkan, jejas karena
penggunaan sabuk pengaman, myelitis transversus dan child abuse. Subluksasi servikal
sering terjadi pada cedera servikal pada anak dengan Trisomi 21, juvenile idiopathic
arthritis, skeletal dysplasia dan tonsilofaringitis. Cedera servikal pada anak lebih sering
terjadi dibandingkan pada orang dewasa, kemungkinan disebabkan karena perbedaan
struktur anatomi antara lain ukuran kepala yang lebih besar dan otot leher yang belum
berkembang pada anak. Cedera tulang servikal menyebabkan kematian sebesar 18-27%.9
Hilangnya tonus simpatis yang kemudian menjadi syok neurogenik paling sering
terjadi ketika cedera di tulang belakang diatas vertebra T6. Selain itu, syok neurogenik
dapat muncul kapan saja setelah terjadinya sakit atau cedera, mulai saat terjadinya sakit
atau cedera sampai beberapa minggu setelah sakit atau cedera. 9
Tidak ada studi mengenai perubahan hemodinamik yang terjadi setelah SCI akut pada
anak dan insidensi syok neurogenik pada anak dengan SCI tidak diketahui. Namun,
laporan dari Congress of Neurological Surgeons guideline for management of SCI, 5090% orang dewasa dengan cedera servikal membutuhkan resusitasi cairan dan infus
vasoaktif untuk mendapatkan target tekanan darah (MAP > 85-90 mmHg dalam 7 hari).
Orang dewasa dengan cedera yang lebih tinggi (C1-C6) lebih sering membutuhkan
intervensi kardiovaskular seperti obat vasoaktif atau cardiac pacing dibanding yang
cederanya lebih rendah (C6-C7).9
IV. ETIOLOGI
Syok neurogenik disebabkan oleh beberapa faktor yang menganggu SNS.
Masalah ini terjadi akibat transmisi impuls yang terhambat dan hambatan hantaran
simpatik dari pusat vasomotor pada otak. Dan penyebab utamanya adalah SCI . Syok
neurogenik keliru disebut juga dengan syok tulang belakang. Kondisi berikutnya
2
mengacu pada hilangnya aktivitas neurologis dibawah tingkat cedera tulang belakang,
tetapi tidak melibatkan perfusi jaringan tidak efektif.7
Penyebabnya antara lain :
1. Disfungsi saraf simpatis yang disebabkan oleh trauma tulang belakang dan spinal
syok, seperti trauma pada medula spinalis dengan quadriplegia atau paraplegia
2. Rangsangan pada medula spinalis, misalnya penggunaan
obat anastesi
2. Fase Dekompensasi
Pada fase ini mekanisme kompensasi mulai gagal mempertahankan curah jantung
yang adekuat dan sistem sirkulasi menjadi tidak efisien lagi. Jaringan dengan perfusi yang
buruk tidak lagi mendapat oksigen yang cukup, sehingga metabolisme berlangsung secara
anaerobik yang tidak efisien. Alur anaerobik menimbulkan penumpukan asam laktat dan
asam-asam lainnya yang berakhir dengan asidosis. Asidosis akan bertambah berat dengan
Kompensasi
Dekompensasi
Irreversibel
Sampai 25
25 40
> 40
Frekuensi nadi
Takikardi +
Takikardi ++
Takikardi/bradikardi
Normal or falling
Plummeting
Pulse volume
Normal/menurun
Menurun +
Menurun ++
CRT
Normal/meningkat
Meningkat +
Meningkat ++
Kulit
Dingin, pucat
Dingin, mottled
Dingin,
pucat/deathly
pale
Frekuensi napas
Takipneu +
Takipneu ++
Status mental
Agitasi sedang
Letargi,
kooperatif
Sighing respiration
tidak Hanya bereaksi akan
nyeri atau tidak respon
simpatis.
Secara
anatomis,
serabut-serabut
saraf
vasomotor
simpatis
meninggalkan medula spinalis melalui semua saraf spinal toraks dan melalui satu atau
dua saraf spinal lumbal pertama. Serabut-serabut ini segera masuk ke dalam rantai
simpatis yang berada di tiap sisi korpus vertebra, kemudian menuju sistem sirkulasi
melalui dua jalan utama :
-
prekapiler, dan sebagian besar metarteriol diinervasi oleh saraf simpatis. Tentunya
inervasi ini memiliki tujuan tersendiri. Sebagai contoh, Inervasi arteri kecil dan arteriol
menyebabkan rangsangan simpatis untuk meningkatkan tahanan aliran darah dan
dengan demikian menurunkan laju aliran darah yang melalui jaringan. Inervasi
pembuluh darah besar, terutama vena, memungkinkan rangsangan simpatis untuk
menurunkan volume pembuluh darah ini. Keadaan tersebut dapat mendorong darah
masuk ke jantung dan dengan demikian berperan penting dalam pengaturan pompa
jantung.
Selain serabut saraf simpatis yang menyuplai pembuluh darah, serabut simpatis
juga pergi secara langsung menuju jantung. Perlu diingat kembali bahwa rangsangan
simpatis jelas meningkatkan aktivitas jantung, meningkatkan frekuensi jantung, dan
menambah kekuatan serta volume pompa jantung.
Hubungan antara saraf simpatis dan sistem sirkulasi yang baru saja dijabarkan
secara singkat, sebenarnya membawa serabut saraf vasokonstriktor dalam jumlah yang
banyak sekali dan hanya sedikit serabut vasodilator. Serabut tersebut pada dasarnya
didistribusikan ke seluruh segmen sirkulasi dan efek vasokonstriktornya terutama
sangat kuat di ginjal, usus, limpa dan kulit tetapi kurang kuat di otot rangka dan otak.
Dalam keadaan normal, daerah vasokonstriktor di pusat vasomotor terus menerus
mengantarkan sinyal ke serabut saraf vasokonstriktor seluruh tubuh, menyebabkan
serabut ini mengalami cetusan yang lambat dan kontinu dengan frekuensi sekitar satu
setengah sampai dua impuls per detik. Impuls ini, mempertahankan keadaan kontraksi
parsial dalam pembuluh darah yang disebut tonus vasomotor. Tonus inilah yang
mempertahankan tekanan darah dalam batas normal, sehingga fungsi sirkulasi tetap
terjaga untuk kebutuhan jaringan.
Melemahnya tonus vasomotor, secara langsung menimbulkan manifestasi klinis
dari syok neurogenik. Sebagai contoh, trauma pada medula spinalis segmen toraks
bagian atas akan memutuskan perjalanan impuls vasokonstriktor dari pusat vasomotor
ke sistem sirkulasi. Akibatnya, tonus vasomotor di seluruh tubuh pun menghilang.
Efeknya (vasodilatasi), paling jelas terlihat pada vena-vena juga arteri kecil.
Dalam vena kecil yang berdilatasi, darah akan tertahan dan tidak kembali bermuara ke
dalam vena besar. Karena faktor ini, aliran balik vena maupun curah jantung akan
menurun, dan dengan demikian tekanan darah secara otomatis jatuh hingga nilai yang
sangat rendah. Di momen yang bersamaan, dilatasi arteriol menyebabkan lemahnya
tahanan vaskular sistemik yang seharusnya membantu memudahkan kerja jantung
sebagai pompa yang mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Pada saat ini, didapatkanlah
tanda-tanda syok neurogenik yang jalur akhirnya tidak jauh berbeda dengan syok tipe
lain.
Konsekuensi akhir dari gangguan perfusi dalam berbagai bentuk syok distributif
dapat berbeda pada tiap pasien, tergantung dari derajat dan durasi hipoperfusi, jumlah
sistem organ yang terkena, serta ada tidaknya disfungsi organ utama. Harap ditekankan
bahwa apapun tipenya, sekali syok terjadi, cenderung memburuk secara progresif.
Sekali syok sirkulasi mencapai suatu keadaan berat yang kritis, tidak peduli apa
penyebabnya, syok itu sendiri akan menyebabkan syok menjadi lebih berat. Artinya,
aliran darah yang tidak adekuat menyebabkan jaringan tubuh mulai mengalami
kerusakan, termasuk jantung dan sistem sirkulasi itu sendiri, seperti dinding pembuluh
darah, sistem vasomotor, dan bagian-bagian sirkulasi lainnya.8
Suhu lingkungan
panas, terkejut,
takut atau nyeri
SCI
Fraktur tulang
Trauma kepala
Nyeri hebat
Perdarahan
Obat-obatan
anastesi
Spinal
Reaksi
vasovagal
Perfusi ke
jaringan
berkurang
Lumbal
refleks
Nadi
Vasokonstriksi
pembuluh
darah
Lumpuhnya
neurogenik
sfingter
perkapiler
Penekanan
venus
venomotor
Volume
sirkulasi darah
tidak efektif
Syok
neurogenik
Syok Neurogenik
Defisit
neurogenik
Quadriplegi
a
Hilangnya kontrol
saraf simpatis
terhadap tahanan
vaskular
Paraplegia
Hilangnya tonus
simpatik
Vasodilatasi
periferal
Vasodilatasi
Tidak sadar
Dilatasi
vena
Dilatasi
arteri
Pengumpulan
darah di arteriol,
vena dan kapiler
Kulit
hangat
Kulit merah,
vasodilatasi
kulit
Menghambat
respon
baroreseptor
Resiko
cedera
Darah akan
tertahan dan
tidak kembali
bermuara ke
dalam vena
Tonus pemb.
darah perifer
Kegagalan
termoregulasi
Perfusi
Jaringan
Venous return
, SV
CO
MAP
TD
10
2. Kualitas Nadi
Kualitas nadi merupakan hal yang penting untuk menilai volume dan aliran sirkulasi
perifer. Nadi yang tidak adekuat dan tak teraba pada satu sisi menunjukkan
berkurangnya aliran darah atau terjadi sumbatan aliran darah pada sisi tersebut.
Umumnya pada syok, nadi melemah merupakan tanda awal terjadinya fase
dekompensasi. Pada awal septik syok (fase hiperdinamik/ warm shock) dapat teraba nadi
yang kuat dan penuh (bounding pulse). 1,5
3. Perfusi Kulit
Gangguan perfusi kulit merupakan tanda awal syok dengan manifestasi pengisian
kapiler yang melambat lebih dari 2 detik. Tanda lain adalah kulit pucat, mottled, dan
sianosis merupakan tanda perfusi perifer yang buruk. Tapi hati-hati menilai keadaan
tersebut bila pasien sebelumnya telah terpapar dengan suhu yang dingin. 1
Perbedaan suhu tubuh sentral (core temperature) dengan suhu perifer lebih dari 2C
merupakan tanda gangguan perfusi akibat maldistribusi aliran darah ke daerah perifer
(vasokonstriksi). 1
Cara pemeriksaan pengisian kapiler antara lain dengan 1:
a. Nail bed pressure, yaitu penekanan pada daerah kuku.
b. Blancing skin test. Pada pemeriksaan ini ekstremitas harus lebih tinggi sedikit
dibandingkan level jantung pasien dan kemudian ditekan pada daerah telapak
tangan/ kaki selama 5 detik, biasanya kepucatan akan segera menghilang kurang
dari 2-3 detik setelah tekanan dilepaskan.
4. Tekanan Darah
11
Tekanan darah harus diukur dengan cermat secara serial (menggunakan cuff yang
sesuai). Kadang-kadang pengukuran cukup sulit pada syok berat, bayi yang sangat kecil
atau edema yang hebat, nadi sulit diraba atau bunyi korotkof sulit terdengar sehingga
perlu dibantu dengan alat doppler. 1
Pada syok hipovolemik, dengan kemampuan kompensasi tubuh anak dapat
mempertahankan nilai normal tekanan darah lebih lama dibandingkan orang dewasa.
Bila terjadi hipotensi berarti syok telah berlanjut ke fase dekompensasi. 5
Tabel 2. Tekanan darah
Umur
Sistolik
Diastolik
Neonatus (1 bulan)
85-100
51-65
Bayi (6 bulan)
87-105
53-66
Toddler (2 tahun)
95-105
53-66
Sekolah (7 tahun)
97-112
57-71
112-128
66-80
6. Produksi Urin
Penurunan curah jantung pada syok akan menyebabkan aliran darah ginjal dan
filtrasi glomerular menurun ehingga urin output berkurang. Pada awal pemeriksaan
mungkin hal tersebut sukar dinilai, sehingga pada setiap syok sebaiknya dipasang kateter
urin. Pada pengamatan selanjutnya hal tersebut penting untuk menilai tahapan fase syok
dan keberhasilan terapi. Bila perfusi ginjal adekuat, produksi urin bayi minimal 2
ml/kgBB/jam dan pada anak 1 ml/kgBB/jam. 1,5,6
12
VII. DIAGNOSIS
7.1 Anamnesis
Dari menganamnesis pasien atau keluarga pasien mengenai riwayat penyakit dapat
diperoleh keterangan dan dugaan penyebab syok yang sangat penting untuk diagnosis
dan tatalaksana yang tepat. Pada syok neurogenik, riwayat trauma dan riwayat operasi
atau penggunaan obat anestesia perlu ditanyakan.1
3.
PENATALAKSANAAN
oksigen
merupakan
penanganan
yang
sangat
umum,
tanpa
Pemantauan awal
1. Nilai respon penderita terhaap pemberian fluid challenge (loading) dengan
memantau status kardiovaskular/ tanda vital dan perfusi perifer. Dengan
meningkatkan preload diharapkan kontraktilitas jantung menigkat dan curah
jantung bertambah, sehingga sirkulasi dapat diperbaiki kembali. 1
2. Pasang kateter urin untuk menilai respons perbaikan sirkulasi dengan memantau
produksi urin. 1
3. Ambil pemeriksaan urin dan darah sito untuk darah tepi, analisis gas darah, kadar
glukosa dan elektrolit (bila perlu kultur resistensi dan golongan darah). 1
Resusitasi lanjut
1. Bila resusitasi cairan telah diberikan (2-3 kali fluid challenge) dimana kurang
lebih 40-60% dari volume darah telah dimasukkan namun belum ada respon yang
adekuat, maka dilakukan tindakan intubasi dan bantuan ventilasi. Evaluasi hasil
analisis gas darah dankoreksi asidosis metabolik yang terjadi bila pH kurang dari
7,15. 1 Penurunan resistensi vaskuler sistemik menyebabkan hipovolemia relative
karena peningkatan kapasitas vena dan pemberian cairan isotonis dibutuhkan.
Namun, hipotensi karena syok neurogenik sering sulit diatasi dengan resusitasi
cairan.9
2. Bila masih terdapat hipotensi dan nadi tidak teraba sebaiknya dipasang kateter
vena sentral untuk pemberian resusitasi cairan berikutnya berdasarkan nilai CVP
(central venous pressure). 1
3. Nilai kembali kenaikan CVP setelah pemberian fluid challenge secara berhati-hati
(metode Weil). 1
4. Evaluasi apakah efek inotropic negative yang terjadi pada syok telah dikoreksi,
sebelum pemberian obat inotropik dimulai. Obat vasoaktif diberikan bila diyakini
tidak terdapat lagi hipovolemik dan oksigenesi telah adekuat. 1
15
merusak
pada
pasien
dengan
fungsi
ventrikuler
kiri
yang
membahayakan. 7
e.
Vasopressin ( VP )
Hormon yang disintesis dalam hipotalamus dan disimpan dalam pituiari
posterior. VP juga dikenal sebagai antidiuretic hormone ( ADH ) dan terutama
terlibat dalam proses osmosis dan homeostatis volume seperti regulasi hormon
yang lain. VP juga merupakan vasokontriktor langsung tanpa efek inotropik
dan kronotropik. Terapi dosis rendah VP mengandung 0,04 unit/menit. 7
f. Ephedrine
-indirek dan agonis yang menyebabkan peningkatan denyut jantung dan
kardiak output dengan vasokontriksi sedang.7
5. Bila kadar Hb < 5 g/dl, koreksi dengan transfuse PRC (10 ml/kgBB) dengan
golongan darah yang sesuai. Usahakan agar Hb lebih besar dari 10 g/dl dengan
nilai Ht 40-50 vol%.1
Konsep dasar untuk syok distributif adalah dengan pemberian vasopressor seperti
fenilefrin dan efedrin, untuk mengurangi daerah vaskuler dengan penyempitan sfingter
prekapiler dan vena kapasitan untuk mendorong keluar darah yang berkumpul ditempat
tersebut.
4.
KOMPLIKASI
1. Kegagalan multi organ akibat penurunan aliran darah dan hipoksia jaringan yang
berkepanjangan.
2. Sindrom distress pernapasan dewasa akibat destruksi pertemuan alveolus kapiler
karena hipoksia
3. DIC (Koagulasi intravascular diseminata) akibat hipoksia dan kematian jaringan
yang luas sehingga terjadi pengaktifan berlebihan kaskade koagulasi.
4. Kematian dapat terjadi jika syok tidak ditangani dengan baik.
5.
PROGNOSIS
Syok neurogenik dapat bertahan sampai 1-6 minggu setelah terjadinya cedera.
Disrefleksia otonom, tekanan darah istirahat yang rendah serta hipotensi ortostatik adalah
gejala yang tidak jarang ditemukan pada fase kronik, biasanya setelah syok neurogenik
ditangani. Instabilitas otonom sering bermanifestasi menjadi hipertensi episodic,
diaphoresis, takikardi dan flushing. Prognosis syok neurogenik tergantung penyebab
syok tersebut. Berhasil tidaknya penanggulangan syok terghantung kemampuan
mengenal gejala-gejala syok, mengetahui, dan mengantisipasi penyebab syok.9
18
KESIMPULAN
Syok bukanlah merupakan suatu diagnosis. Syok merupakan sindrom klinis yang
kompleks yang mencakup sekelompok keadaan dengan manifestasi hemodinamik yang
bervariasi tetapi petunjuk yang umum adalah tidak memadainya perfusi jaringan. Syok
neurogenik merupakan kegagalan pusat vasomotor sehingga terjadi hipotensi dan
penimbunan darah pada pembuluh tampung (capacitance vessels).
Penyebab syok neurogenik antara lain adalah trauma medula spinalis dengan
quadriplegia atau paraplegia (syok spinal), rangsangan hebat yang kurang menyenangkan
seperti rasa nyeri hebat pada fraktur tulang, rangsangan pada medula spinalis seperti
penggunaan obat anestesi spinal/lumbal, trauma kepala (terdapat gangguan pada pusat
otonom), suhu lingkungan yang panas, terkejut, takut.
Syok neurogenik termasuk syok distributif dimana penurunan perfusi jaringan dalam
syok distributif merupakan hasil utama dari hipotensi arterial karena penurunan resistensi
pembuluh darah sistemik (systemic vascular resistance).
Diagnosis syok neurogenik hampir sama dengan syok pada umumnya tetapi pada
syok neurogenik terdapat tanda tekanan darah turun, nadi tidak bertambah cepat, bahkan
dapat lebih lambat (bradikardi) kadang disertai dengan adanya defisit neurologis berupa
quadriplegia atau paraplegia.
Konsep dasar untuk syok distributif adalah dengan pemberian vasoaktif seperti
fenilefrin dan efedrin, untuk mengurangi daerah vaskuler dengan penyempitan sfingter
prekapiler dan vena kapasitan untuk mendorong keluar darah yang berkumpul ditempat
tersebut.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Latief, Abdul., dkk. Kumpulan Materi Pelatihan Resusitasi Pediatrik Tahap Lanjut.
2006.
2. Mtaweh, Haifa., et al. Advances in Monitoring and Management of Shock. 2013.
USA: NIH Public Access
3. Weiss, Scott L., et al. Global Epidemiology of Pediatric Shock: The Prevalence,
Outcomes, and Therapies Study. 2015. USA: Pubmed
4. Pudjiadi, Anonius H.,dkk. Syok dalam Pedoman Pelayanan Medis Jilid 1. 2009.
Jakarta: IDAI.
5. Kushartono, Hari. Syok dalam Buku Ajar Pediatri Gawat Darurat. 2013. Jakarta:
IDAI.
6. Sherwood, L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 6. Jakarta: EGC.
7. Cole, Elaine. 2009. Trauma Care. UK : Wiley-Blackwell
8. Huether. McCance & Brashers. Rote. Understanding Patophysiology. 2008. Missouri:
Mosby
9. Elizabeth H, Mack. Neurologic Shock in The Open Pediatric Medicine Journal, 2013,
7, (Suppl 1: M4) 16-18
10. Vogel CL, Anderson CJ. Spinal cord injuries in children and adolescents: A review. J
Spinal Cord Med 2003; 26:193-203. (Ristari, 2012)
20