LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Umur : 31 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku/bangsa : Makassar/Indonesia
Alamat : Muh. Yamin Lr. 14
No. Rekam Medik : 105839
Pekerjaan : Wiraswasta
Tanggal Pemeriksaan : 04 Agustus 2017
Rumah Sakit : BKMM
II. ANAMNESIS
Keluhan utama :
Benjolan di kelopak mata kiri bawah
Anamnesis Terpimpin :
1
III.FOTO KLINIS
Palpebra sinistra
IV. PEMERIKSAAN
Status Generalis
Keadaan Umum : Sakit ringan, gizi cukup, compos mentis
Tanda Vital : Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 90 kali/menit
Pernafasan : 20 kali/menit
Suhu : 36,7 C
Inspeksi
OD OS
Palpebra Edema (-) Edema (+), palpebra
inferior, nyeri tekan
tidak ada, hiperemis
tidak ada
Silia Sekret (-) Sekret (-)
Apparatus Lakrimalis Lakrimasi (-) Lakrimasi (-)
Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Bola Mata Normal Normal
Mekanisme Muskular Kesegala arah Kesegala arah
2
Kornea Jernih Jernih
Bilik Mata Depan Kesan normal Kesan normal
Iris Coklat, kripte (+) Coklat, kripte (+)
Pupil Bulat, Sentral Bulat, Sentral
Lensa Jernih jernih
Palpasi
OD OS
Tensi Okuler Tn Tn
Nyeri Tekan (-) (-)
Massa Tumor (-) (-)
Glandula Pre Aurikuler Tidak Ada Pembesaran Tidak Ada Pembesaran
Tonometri
TIO Dextra: 10 mmHg
TIO Sinistra: 9 mmHg
Visus
VOD: 20/20 F
VOS: 20/20 F
Campus visual
Tidak dilakukan pemeriksaan
Color sense
Tidak dilakukan pemeriksaan
Light sense
Tidak dilakukan pemeriksaan
Penyinaran oblik
OD OS
Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)
3
Kornea Jernih Jernih
Bilik Mata Depan Kesan Normal Kesan Normal
Iris Coklat, kripte(+) Coklat, kripte(+)
Pupil Bulat, Sentral, RC(+) Bulat, Sentral, RC(+)
Lensa Jernih Jernih
Oftalmoskopi
Tidak dilakukan pemeriksaan
Slit lamp
o SLOD: Konjungtiva hiperemis (-), kornea jernih, BMD kesan
normal, iris coklat, kripte (+), pupil bulat, sentral, RC (+), lensa
jernih
V. RESUME
Pasien laki-laki, 31 tahun, datang ke poli mata RS BKMM dengan keluhan
benjolan di kelopak mata bawah kiri sejak 5 bulan yang lalu. Awalnya
benjolan dirasakan nyeri, sekarang tidak nyeri. Riwayat insisi kalazion
ada, satu minggu yang lalu. Pada pemeriksaan fisis didapatkan edema pada
palpebral inferior sinistra, nyeri tekan tidak ada, hiperemis tidak ada.
VI. DIAGNOSIS
OS Kalazion
VII. TERAPI
Cefadroxyl 5 mg/12 jam/oral
Metil prednisolon 4 mg/8 jam/oral
C. xitrol zalf/8 jam
4
Rencana insisi kalazion
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
1. Kulit
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena
tipis, longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa
lemak subkutan.
2. Muskulus orbikularis okuli
Fungsi otot ini adalah untuk munutup palpebra. Serat ototnya
mengelilingi fissura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit
melewati tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi.
Bagian otot yang terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai bagian
pratarsal; bagian diatas septum orbitae adalah bagian praseptal.
Segmen luar palpebra disebut bagian orbita. Orbikularis okuli
dipersarafi oleh nervus facialis.
3. Jaringan Areolar
Terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli, berhubungan degan
lapis subaponeurotik dari kulit kepala.
4. Tarsus
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan
fibrosa padat yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus
terdiri atas jaringan penyokong kelopak mata dengan kelenjar
Meibom (40 buah di kelopak atas dan 20 buah di kelopak bawah).
5. Konjungtiva Palpebra
Bagian posterior palpebra dilapisi selapis membran mukosa,
konjungtiva palpebra, yang melekat erat pada tarsus. Tepian
palpebra dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi
tepian anterior dan posterior. Tepian anterior terdiri dari bulu mata,
glandula Zeiss dan Moll. Glandula Zeiss adalah modifikasi
kelenjar sebasea kecil yang bermuara dalam folikel rambut pada
dasar bulu mata. Glandula Moll adalah modifikasi kelenjar
keringat yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata.
Tepian posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang tepian
7
ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah
dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal).
Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra
superior, bagian otot rangka adalah levator palpebra superioris,
yang berasal dari apeks orbita dan berjalan ke depan dan bercabang
menjadi sebuah aponeurosis dan bagian yang lebih dalam yang
mengandung serat-serat otot polos dari muskulus Muller (tarsalis
superior). Di palpebra inferior, retraktor utama adalah muskulus
rektus inferior, yang menjulurkan jaringan fibrosa untuk
membungkus muskulus obliqus inferior dan berinsersio ke dalam
batas bawah tarsus inferior dan orbikularis okuli. Otot polos dari
retraktor palpebra disarafi oleh nervus simpatis. Levator dan
muskulus rektus inferior dipasok oleh nervus okulomotoris.
Pembuluh darah yang memperdarahi palpebra adalah a. Palpebra.
Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus
frontal nervus V, sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua
nervus V.
8
Pada kelopak terdapat kelenjar-kelenjar untuk menyokong fungsi
palpebra, yaitu:
1. Kelenjar sebasea
2. Kelenjar Moll atau kelenjar keringat
3. Kelenjar Zeiss pada pangkal rambut, berhubungan dengan folikel
rambut dan menghasilkan sebum
4. Kelenjar Meibom (kelenjar tarsalis), terdapat di dalam tarsus.
Kelenjar ini menghasilkan sebum (minyak).
B. Definisi
Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kelenjar Meibom
atau kelenjar Zeiss yang tersumbat. pada kalazion terjadi penyumbatan
kelenjar Meibom dengan infeksi ringan yang mengakibatkan peradangan
kronis tersebut. Biasanya kelainan ini dimulai dengan penyumbatan
kelenjar oleh infeksi dan jaringan parut lainnya. Awalnya dapat berupa
radang ringan disertai nyeri tekan yang mirip hordeolum, dibedakan
dengan hordeolum karena tidak adanya tanda- tanda radang akut (Ilyas,
2009).
C. Patofisiologi
Kalazion merupakan radang granulomatosa kelenjar Meibom. Di
dalam nodul terdapat sel imun yang responsif terhadap steroid termasuk
jaringan ikat makrofag seperti histiosit, sel raksasa multinucleate plasma,
sel polimorfonuklear, leukosit dan eosinofil. Kalazion akan memberi gejala
adanya benjolan pada kelopak, tidak hiperemi, tidak ada nyeri tekan, dan
adanya pseudoptosis. Kelenjar preaurikuler tidak membesar. Kadang-
kadang mengakibatkan perubahan bentuk bola mata akibat tekanannya
sehingga terjadi kelainan refraksi pada mata tersebut. (Sidharta, 2004,
Lang, 2000)
Kerusakan lipid yang mengakibatkan tertahannya sekresi kelenjar,
kemungkinan karena enzim dari bakteri, membentuk jaringan granulasi
9
dan mengakibatkan inflamasi. Proses granulomatous ini yang
membedakan antara kalazion dengan hordeolum internal atau ekstrenal
(terutama proses piogenik yang menimbulkan pustul), walaupun kalazion
dapat menyebabkan hordeolum, begitupun sebaliknya. Secara klinik,
nodul tunggal (jaringan multipel) yang agak keras berlokasi jauh di dalam
palpebra atau pada tarsal. Eversi palpebra menampakkan kelenjar Meibom
yang berdilatasi. (Lang, 2000)
D. Etiologi
Beberapa literatur menyebutkan bahwa penyebab kalazion adalah
idiopatik, tetapi ada yang menyebutkan bahwa penyebabnya adalah
berhubungan dengan blefaritis kronik. Blefaritis adalah peradangan
palpebra dengan gejala utama tepi kelopak meradang yang disebabkan
oleh infeksi dan alergi yang berjalan kronis atau menahun. (Ilyas, 2009)
Kalazion mungkin timbul spontan disebabkan oleh sumbatan pada
saluran kelenjar atau sekunder dari hordeolum internum. Kalazion
dihubungkan dengan seborrhea, chronic blepharitis, dan acne rosacea.
E. Gejala Klinis
Pasien biasanya datang dengan riwayat singkat adanya keluhan
pada palpebra baru-baru ini, diikuti dengan peradangan akut (misalnya
merah, pembengkakan, perlunakan). Seringkali terdapat riwayat keluhan
yang sama pada waktu yang lampau, karena kalazion memiliki
kecenderungan kambuh pada individu-individu tertentu (Kanski JJ, 2009).
Kalazion lebih sering timbul pada palpebra superior, di mana
jumlah kelenjar Meibom terdapat lebih banyak daripada palpebra inferior.
Penebalan dari saluran kelenjar Meibom juga dapat menimbulkan
disfungsi dari kelenjar Meibom. Kondisi ini tampak dengan penekanan
pada kelopak mata yang akan menyebabkan keluarnya cairan putih seperti
pasta gigi, yang seharusnya hanya sejumlah kecil cairan jernih berminyak.
10
F. Diagnosis Banding
Kalazion paling sering didiagnosis banding dengan hordeolum,
yang merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata. Hordeolum
biasanya merupakan infeksi staphylococcus pada kelenjar sabasea kelopak
mata. Biasanya sembuh sendiri dan dapat diobati dengan hanya kompres
hangat. Hordeolum secara histopatologik gambarannya seperti abses.
(Ilyas, 2009)
Hordeolum dikenal dalam bentuk (Ilyas, 2009):
1. Hordeolum internum atau radang kelenjar meibom, dengan penonjolan
terutama ke daerah konjungtiva tarsal.
2. Hordeolum eksternum atau radang kelenjar zeis atau moll, dengan
penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak.
11
Hordeolum externum timbul dari blokade dan infeksi dari kelenjar
Zeiss atau Moll. Hordeolum internum timbul dari infeksi pada kelenjar
Meibom yang terletak di dalam tarsus. Obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini
memberikan reaksi pada tarsus dan jaringan sekitarnya. Kedua tipe
hordeolum dapat timbul dari komplikasi blefaritis.(Ilyas, 2009)
G. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
Antibiotik, bila dengan kompres hangat selama 24 jam tidak ada
perbaikan.
Jenis antibiotiknya yaitu:
1) Antibiotik topikal
Bacitracin atau tobramicin salep mata diberikan
setiap 4 jam selama 7-10 hari.
2) Antibiotik sistemik
Diberikan bila terdapat tanda-tanda bakteremia atau
terdapat tanda pembesaran kelenjar limfe
preaurikular. Pada kasus kalazion dengan kasus
yang sedang sampai berat dapat diberikan
cephalexin atau dicloxacilin 500mg per oral 4 kalo
sehari selama 7 hari. Bila alergi penisilin atau
cephalosporin dapat diberikan clindamycin 300mg
12
oral 4 kali sehari selama 7 hari atau klaritromycin
500mg 2 kali sehari selama 7 hari.
a. Non medikamentosa
- Kompres hangat selama 10-15 menit, minimal 4
kali/hari untuk membantu drainase.
- Jangan menekan atau menusuk kalazion, hal ini dapat
menimbulkan infeksi.
b. Pembedahan (Ekskokleasi)
Mata ditetesi dengan anestesi topikal (pantokain). Obat
anestesi infiltrat disuntikan dibawah kulit di depan kalazion.
Kalazion dijepit dengan klem kalazion kemudian dibalik
sehingga konjungtiva tarsal dan kalazion terlihat. Dilakukan
insisi tegak lurus margo palpebra dan kemudian isi kalazion
dikuret sampai bersih. Klem kalazion dilepas dan diberi salep
mata.
Pada abses palpebra pengobatan dilakukan dengan insisi
dan pemasangan drain jika perlu diberikan antibiotik, lokal dan
sistemik. Analgetik dan sedatif diberikan bila sangat diperlukan
untuk rasa sakit.
13
Gambar 6.
Ekskokleasi
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Sidarta, I. Ilmu Penyakit Mata, Edisi III, Cetakan I, Balai Penerbit FK UI,
Jakarta. 2004: Hal 92-94
2. Kanski JJ. Clinical Ophtalmology A Synopsis. Butterworth-Heimann,
Boston, 2009.
3. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Cet. IV. Jakarta: Penerbit FKUI, 1996. Hal
92-94
4. External Disease and Cornea. America Academic of Ophtalmology.
Singapura.2008-2009. Hal 87-88
5. Lang G. Ophthalmology A short Textbook. Thieme. Stuttgart. New York.
2000
15