Anda di halaman 1dari 11

PORTOFOLIO II

BRONKOPNEUMONIA

Disusun sebagai syarat kelengkapan program dokter internship


Oleh :
NOVI HERMAWAN, dr.
Pendamping :
ANDRY SUHARYONO, dr, M.KP

UPTD PUSKESMAS BARENG


DINAS KESEHATAN KABUPATEN JOMBANG
JAWA TIMUR
DOKTER INTERNSIP PERIODE 26 FEBUARI 25 JUNI 2015

PORTOFOLIO
No. ID dan Nama Peserta : dr. Novi Hermawan
No. ID dan Nama Wahana : Puskesmas Bareng Kec.bareng Kab.Jombang
Topik :
Tanggal Kasus : 14 Mei 2015
Nama Pasien : An. M/6 tahun
No. RM :
Tanggal Presentasi :
Pendamping : dr. Andry Suharyono
Tempat presentasi : Puskesmas Bareng
Obyektif Presentasi : Makalah
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Deskripsi : Batuk + demam
Tujuan : Mengetahui penatalaksanaan pasien anak dengan batuk disertai demam
Bahan bahasan
Tinjauan Pustaka
Riset
Kasus
Audit
Cara membahas
Diskusi
Presentasi &
E-mail
Pos
diskusi
Data Pasien

Nama
: An. M
No. Registrasi :
Alamat : Bareng
Nama Klinik : Puskesmas Bareng
Telp. Terdaftar sejak : KELUHAN UTAMA : Batuk + demam
Data Utama untuk bahan diskusi
1. Diagnosis / Gambaran Klinis :
o Pasien mengeluhkan batuk dan pilek yang disertai demam sejak 7 hari sebelum masuk
rumah sakit.
o Keluhan utama tersebut muncul secara bersamaan dan mendadak.
o Nafas pasien berbunyi grok-grok, begitu pula bila batuk juga berbunyi grok-grok. Pasien
juga mengeluhkan sesak nafas.
o Makan dan minum berkurang bila pasien batuk-batuk.
o Tidak ada penurunan berat badan yang signifikan.
o Tidak ada riwayat pergantian makanan atau minuman, tidak ada riwayat alergi makanan
dan yang lain, tidak ada penurunan kesadaran, pasien tampak aktif walaupun sakit.
o Demam turun bila diberikan obat penurun panas. Pasien sudah berobat ke bidan dan tidak
sembuh.
2. Riwayat Pengobatan :
o Berobat ke bidan tetapi tidak sembuh
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
o Pasien sering mengalami batuk dan pilek sebelumnya, tetapi membaik. dengan pengobatan
di puskesmas atau bidan.
o Tidak ada riwayat demam lama, tetapi sering demam.
o Tidak ada riwayat sesak nafas sebelumnya.
o Tidak ada riwayat alergi.
o Tidak ada riwayat kejang sebelumnya.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum :
GCS 455

Tampak sakit ringan, tampak aktif


Nafas spontan adekuat
Tidak sesak
Kesan gizi baik
Tidak biru, tidak rewel
Pakaian dan hiegenisitas cukup baik
a. Tanda vital
Denyut Jantung
:120 x / menit, regular
Denyut nadi
:80 x / menit, reguler
Laju pernafasan : 32 x / menit, reguler adekuat
Suhu aksila
: 37,9C
Kesimpulan gizi baik
Status generalis
Kepala
: dalam batas normal
Mata
: dalam batas normal
THT
: dalam batas normal
Thorax
:
Cor
: ictus invisible; ictus palpable at ICS V MCL (S);
LHM at ictus; RHM at sternal line (D)
S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo :
Inspeksi : dalam batas normal
Palpasi
: dalam batas normal
Perkusi
: dalam batas normal
Auskultasi : Rhonki + +
Wheezing - + - + - Abdomen
:
Inspeksi : pot belly,benjolan (-), dilatasi vena (-), umbilicus normal
Auskultasi : bising usus (+) normal, Bruit (-)
Perkusi : meteorismus (-)
Palpasi : soefl, turgor 1 detik, Hepar tidak teraba, Lien tidak teraba
Extremitas : AH, CRT < 2 detik, ed -/-, cyan -/Hasil Pemeriksaan Laboratorium : Hasil Pemeriksaan EKG: Daftar Pustaka
Anonim, 1996. Program Pemberantasan Penyakit ISPA untuk penanggulangan Pnemonia pada
Balita Dalam Pelita VI, Jakarta.
Ravighone M, OBrien R.Pneumoniae. Dalam : Harrisons Principles of Internal Medicine Edisi 16.
New York: McGraw-Hill. 1998. h. 1004 1014.
SUBYEKTIF :
Pasien mengeluhkan batuk dan pilek yang disertai demam sejak 7 hari sebelum masuk
Puskesmas. Keluhan utama tersebut muncul secara bersamaan dan mendadak. Nafas
pasien berbunyi grok-grok, begitu pula bila batuk juga berbunyi grok-grok. Pasien juga
mengeluhkan sesak nafas. Makan dan minum berkurang bila pasien batuk-batuk. Tidak ada
penurunan berat badan yang signifikan. Tidak ada riwayat pergantian makanan atau
minuman, tidak ada riwayat alergi makanan dan yang lain, tidak ada penurunan kesadaran,
pasien tampak aktif walaupun sakit.

OBYEKTIF
Dari hasil pemeriksaan didapatkan keadaan umum pasien tampak sakit ringan dengan
kesadaran compos mentis. Nadi 120x/menit, kuat, teratur; respirasi 32x/menit. Dari
pemeriksaan temperatur axial 37,9o C tampak pasien mengalami demam.
Dari
pemeriksaan thorax didapatkan jantung dalam batas normal dan pada pemeriksaan thorax
dapat terdengar rhonki di seluruh area paru dan tidak didapatkan wheezing. Dari
pemeriksaan abdomen dan pemeriksaan ekstremitas dalam batas normal. Pemeriksaan
lain-lain dalam batas normal.
1. SUBJEKTIF
Pasien mengeluhkan batuk dan pilek yang disertai demam sejak 7 hari sebelum masuk
rumah sakit. Semakin lama keluhan semakin memberat dan tidak membaik. Keluhan
utama tersebut muncul secara bersamaan dan mendadak. Batuk timbul terus menerus,
berdahak namun susah keluar, tidak dipengaruhi cuaca, aktivitas, waktu maupun posisi
tubuh, tidak disertai dengan suara napas berbunyi. Riwayat tersedak sebelum timbul
sesak napas tidak ada. Keluhan ini baru pertama kali dialami. Dan keluhan dirasa
semakin memberat sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.Nafas pasien berbunyi grokgrok, begitu pula bila batuk juga berbunyi grok-grok. Pasien juga mengeluhkan sesak
nafas. Makan dan minum berkurang bila pasien batuk-batuk.Tidak ada penurunan berat
badan yang signifikan. Tidak ada riwayat pergantian makanan atau minuman, tidak ada
riwayat alergi makanan dan yang lain, tidak ada penurunan kesadaran, pasien tampak
aktif walaupun sakit. Keluhan disertai demam tinggi yang timbul mendadak dan terus
menerus, tidak menggigil dan tidak kejang Demam turun bila diberikan obat penurun
panas. Pasien sudah berobat ke bidan dan tidak sembuh. Tidak ada keluhan pada BAB
dan BAK.
2. OBJEKTIF
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum :
KU : tampak sakit sedang
Kesadaran : CM
Kesan gizi baik
b. Tanda vital
Denyut nadi
:120 x / menit, reguler
Laju pernafasan : 52 x / menit, reguler adekuat
Suhu aksila
: 38,3C
Kesimpulan gizi baik
Status generalis
1. Kepala
: normochepali
UUB : Rata, tidak cekung
Rambut : Hitam, lurus, tidak mudah dicabut
Mata : Mata cowong (-), edema palpebral (-),konjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-),
refleks cahaya (+/+).
Telinga : Bentuk normal, simetris, liang lapang, serumen (-/-)
Hidung : Bentuk normal, septum deviasi (-), pernafasan cuping hidung (-), sekret (+)
Mulut : Bibir tidak kering, sianosis (-), lidah tidak kotor, faring tidak hiperemis, tonsil T1T1 tenang
2. Thorax
:

Inspeksi :
Bentuk
: normal, Simetris
Kulit
: tidak ditemukan kelainan
Axilla
: tidak ditemukan kelainan
Retraksi intercostal (+)

Paru

Inspeksi

ANTERIOR
Kiri
Kanan
Pergerakan
Pergerakan

POSTERIOR
Kiri
Kanan
Pergerakan
Pergerakan

pernafasan

pernafasan

pernafasan

pernafasan

simetris
simetris
simetris
simetris
Fremitus taktil Fremitus taktil Fremitus taktil Fremitus taktil =

Palpasi
Perkusi
Auskulta
si

= kanan
Sonor
Bronkovesikul
er
Ronkhi basah
halus (+)
Wheezing (-)

= kiri
Sonor
Bronkovesikul
er
Ronkhi basah
halus (+)
Wheezing (-)

= kanan
Sonor
Bronkovesikul
er
Ronkhi basah
halus (+)
Wheezing (-)

kiri
Sonor
Bronkovesikuler
Ronkhi basah
halus (+)
Wheezing (-)

Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

Iktus cordis: tidak tampak


Iktus: teraba, di ICS V MCL sinistra (Apex)
Thrill: tidak didapat
Batas kanan: ICS III-IV Parasternal line dextra
Batas kiri: ICS V, 1 cm lateral MCL sinistra
S1, S2: tunggal
Suara Tambahan: tidak didapat (murmur (-), gallop (-) )

Abdomen
:
Inspeksi : Datar, simetris
Palpasi
: Supel, turgor cukup, hepar dan lien tidak teraba.
Perkusi
: Timpani.
Auskultasi : Bising usus (+) normal.
Extremitas
Atas

Bawah

:
Umum:
-Akral: Hangat, kering, merah
-Tidak didapat deformitas
-Eritema Palmaris: tidak didapat
Sendi: tidak didapat kelainan
Kuku: tidak didapat kelainan, CRT<2
Sianosis (-/-)
Umum:
-Akral: Hangat, kering, merah
-Tidak didapat deformitas
Edema: -, CRT<2
Sianosis (-/-)

Hasil Pemeriksaan Laboratorium :


(8/03/15)
Darah :
Widal :
Hb
: 11,4 gr/dl
Widal A (-) neg
Hematokrit : 35,3 %
Widal B (-) neg
3
Leukosit : 20.600/mm
Widal H (-) neg
3
Trombosit : 230.000 /mm
Widal O (-) neg
ASESSMENT
Bronkhopneumonia adalah salah satu jenis tipe dari pneumonia. Bronkhopneumonia adalah
inflamasi dari paru-paru yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau jamur. Infeksi menyebabkan
inflamasi di alveoli dalam paru yang menyebabkan alveoli terisi oleh pus atau cairan radang.
Ada dua tipe dari bronkhopneumonia : lobaris dan bronchialis. Pada bronkhopneumonia lobaris,
yang terinfeksi adalah satu atau lebih dari lobus atau paru. Sedangkan pada
bronkobronkhopneumonia yang terinfeksi adalah bronkus. Bronkobronkhopneumonia ada tipe
ringan dan berat, pada infeksi virus biasanya ringan.Bronkhopneumonia adalah salah satu
penyakit yang menyerang saluran nafas bagian bawah yang terbanyak kasusnya di dapatkan di
praktek-praktek dokter atau rumah sakit dan sering menyebabkan kematian terbesar bagi
penyakit saluran nafas bawah yang menyerang anak-anak dan balita hampir di seluruh dunia.
Diperkirakan bronkhopneumonia banyak terjadi pada bayi kurang dari 2 bulan, oleh karena itu
pengobatan penderita bronkhopneumonia dapat menurunkan angka kematian anak.
Definisi
Bronkopneumonia atau disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan pada parenkim
paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga mengenai alveolus
disekitarnya, yang sering menimpa anak-anak dan balita, yang disebabkan oleh bermacammacam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. Bronkopneumonia merupakan
peradangan pada parenkim paru yang melibatkan bronkus / bronkiolus yang berupa distribusi
berbentuk bercak-bercak (patchy distribution)
Epidemiologi
Di seluruh dunia setiap tahun diperkirakan terjadi lebih 2 juta kematian balita karena pneumonia.
Di Indonesia menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001 kematian balita akibat
pneumonia 5 per 1000 balita per tahun. Ini berarti bahwa pneumonia menyebabkan kematian
lebih dari 100.000 balita setiap tahun, atau hampir 300 balita setiap hari, atau 1 balita setiap 5
menit.
Etiologi
Faktor Infeksi :
Neonatus :Streptococcus grup B, Respiratory Sincytial Virus (RSV)
Bayi :Virus parainfluensa, virus influenza, Adenovirus, RSV, Cytomegalovirus. Chlamidia
trachomatis, Pneumocytis. Streptokokus pneumoni, Haemofilus influenza, Mycobacterium
tuberculosa, B. pertusis.
Anak-Anak :Parainfluensa, Influensa Virus, Adenovirus, RSV. Mycoplasma pneumonia,
Pneumokokus, Mycobakterium tuberculosa.
Anak besar-Dewasa muda :Mycoplasma pneumonia, C. trachomatis. Pneumokokus, B.
Pertusis, M. tuberculosis
Faktor Non Infeksi
Patogenesis
Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme, keadaan ini

disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan paru. Terdapatnya bakteri di dalam paru
merupakan ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, sehingga mikroorganisme dapat
berkembang biak dan berakibat timbulnya infeksi penyakit. Masuknya mikroorganisme ke dalam
saluran nafas dan paru dapat melalui berbagai cara, antara lain :
Inhalasi langsung dari udara
Aspirasi dari bahan-bahan yang ada di nasofaring dan orofaring
Perluasan langsung dari tempat-tempat lain
Penyebaran secara hematogen
Mekanisme daya tahan traktus respiratorius bagian bawah sangat efisien untuk mencegah infeksi
yang terdiri dari :
Susunan anatomis rongga hidung
Jaringan limfoid di nasofaring
Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan sekret lain
yang dikeluarkan oleh sel epitel tersebut.
Refleks batuk.
Refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi.

Drainase sistem limfatis dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional.


Fagositosis aksi limfosit dan respon imunohumoral terutama dari Ig A.
Sekresi enzim enzim dari sel-sel yang melapisi trakeo-bronkial yang bekerja
sebagai antimikroba yang non spesifik.
Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme dapat melalui jalan nafas
sampai ke alveoli yang menyebabkan radang pada dinding alveoli dan jaringan
sekitarnya.
Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses peradangan
yang meliputi empat stadium, yaitu :
Stadium I (4 12 jam pertama/kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang berlangsung pada daerah
baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di
tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel
mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut mencakup
histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen.
Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot polos
vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan
eksudat plasma ke dalam ruang interstisium sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar
kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang
harus ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling
berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin
Stadium II (48 jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat dan fibrin
yang dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena
menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna
paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada
atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat
singkat, yaitu selama 48 jam.
Stadium III (3 8 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru

yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan
terjadi fagositosis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih
tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah
tidak lagi mengalami kongesti.
Stadium IV (7 11 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan mereda, sisasisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke
strukturnya semula.
Diagnosis
Gambaran Klinis
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas selama beberapa
hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39-400C dan mungkin disertai kejang karena
demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnu, pernafasan cepat dan dangkal disertai
pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak
dijumpai pada awal penyakit,anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari, di mana pada
awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif.
Pemeriksaan Fisik
Dinding thorak terlihat retraksi intercostali dan kalau berat disertai retraksi epigastrium.
Stemfremitus teraba mengeras bila beberapa kelainan kecil menyatu. Pada perkusi sering tidak
ditemukan kelainan, tetapi kalau sarang bronkopneumonia menjadi satu, pada perkusi terdengar
redup. Pada auskultasi terdengar vesikuler mengeras, ronkhi basah halus dan sedang nyaring
yang terdengar pada stadium permulaan dan stadium resolusi sedangkan pada stadium
hepatisasi ronkhi tidak terdengar.
Pemeriksaan Laboratorium
Gambaran darah menunjukkan leukositosis, biasanya 15.000 40.000/ mm3
dengan pergeseran ke kiri. Jumlah leukosit yang tidak meningkat berhubungan
dengan infeksi virus atau mycoplasma.
Nilai Hb biasanya tetap normal atau sedikit menurun.
Peningkatan LED.
Kultur dahak dapat positif pada 20 50% penderita yang tidak diobati. Selain
kultur dahak , biakan juga dapat diambil dengan cara hapusan tenggorok (throat
swab).
Analisa gas darah (AGDA) menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia.Pada
stadium lanjut dapat terjadi asidosis metabolik.
Diagnosis etiologi dibuat berdasarkan pemeriksaan mikrobiologi serologi, karena pemeriksaan
mikrobiologi tidak mudah dilakukan dan bila dapat dilakukan kuman penyebab tidak selalu dapat
ditemukan. Oleh karena itu WHO mengajukan pedoman diagnosa dan tata laksana yang lebih
sederhana. Berdasarkan pedoman tersebut bronkopneumonia dibedakan berdasarkan:
Bronkopneumonia sangat berat : Bila terjadi sianosis sentral dan anak tidak
sanggup minum,maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotika.
Bronkopneumonia berat : Bila dijumpai adanya retraksi, tanpa sianosis dan masih
sanggup minum,maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotika.
Bronkopneumonia: Bila tidak ada retraksi tetapi dijumpai pernafasan yang cepat
Penatalaksanaan
Tatalaksana Umum
Pada pneumonia berat, asupan oral dikurangi atau dihentikan, diberikan cairan
intravena dan dilakukan balans cairan ketat

Antipiretik dan analgetik dapat diberikan untuk menjaga kenyamanan pasien dan
mengontrol batuk.
Nebulisasi B2 agonis dan/atau NaCl dapat diberikan untuk memperbaiki
mucocilliary clearance
Pasien yang mendapatkan terapi oksigen harus diobservasi setidaknya setiap 4
jam sekali, termasuk pemeriksaan saturasi oksigen

Antibiotik
Rekomendasi UKK Respirologi
Neonatus-2 bulan : Ampisilin + Gentamisin
> 2 bulan :
Lini pertama Ampisilin bila dalam 3 hari tidak ada perbaikan dapat ditambahkan kloramfenikol
Lini kedua golongan sefalosporin,contoh Ceftriaxone, cefotaxime
Pilihan antibiotik intravena untuk pneumonia
Antibiotik
Dosis
Frekuensi
Keterangan
Penisilin G

50.000 unit/kg/x. Dosis Tiap 4 jam


tunggal
maksimal
4.000.000 unit

S. Pneumonia

Ampisilin

100 mg/kg/hari

Tiap 6 jam

Kloramfenikol

100 mg/kg/hari

Tiap 6 Jam

Ceftriaxone

50 mg/kg/kali

Tiap 24 Jam

S.
Pneumonia,
Influenzae

H.

Cefuroxime

50 mg/kg/kali

Tiap 8 Jam

S.
Pneumonia,
Influenzae

H.

Clindamycin

10 mg/kg/kali

Tiap 6 Jam

Eritromisin

10 mg/kg/kali

Tiap 6 jam

Gentamisin

3-5 mg/kg/hari

Tiap 12 Jam

Nutrisi

Pada anak dengan distres pernafasan, pemberian makanan peroral harus


dihindari. Makanan dapat diberikan lewat NGT atau Intravena. Tetapi harus diingat
bahwa pemasangan NGT dapat menekan pernafasan khususnya pada bayi/anak
dengan ukuran lubang hidung kecil. Jika memang dibutuhkan, sebaiknya
menggunakan ukuran yang terkecil
Perlu dilakukan pemantauan balans cairan ketat agar anak tidak mengalami
overhidrasi karena pada pneumonia berat terjadi peningkatan sekresi hormone
antidiueretik.
Kriteria Pulang
Gejala dan tanda pneumonia menghilang
Asuhan per oral adekuat
Pemberian antibiotic dapat diteruskan di rumah (per oral)
Keluarga mengerti dan setuju untuk pemberian terapi dan rencana control
Kondisi rumah memungkinkan untuk perawatan lanjutan di rumah

Diagnosis Banding
Secara klinis pneumonia yang disebabkan oleh kuman (bakteri), virus tidak dapat dibedakan.
Keadaan yang menyerupai pneumonia secara klinik:
Bronkhiolitis
TB Paru
Payah jantung
Aspirasi benda asing
Komplikasi
Otitis media
Bronkiektasis
Abses paru
Empiema
Prognosis
Sembuh total, mortalitas kurang dari 1 %, mortalitas bisa lebih tinggi didapatkan pada anak-anak
dengan keadaan malnutrisi energi-protein dan datang terlambat untuk pengobatan. Interaksi
sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah lama diketahui. Infeksi berat dapat memperjelek
keadaan melalui asupan makanan dan peningkatan hilangnya zat-zat gizi esensial tubuh.
Sebaliknya malnutrisi ringan memberikan pengaruh negatif pada daya tahan tubuh terhadap
infeksi. Kedua-duanya bekerja sinergis, maka malnutrisi bersama-sama dengan infeksi memberi
dampak negatif yang lebih besar dibandingkan dengan dampak oleh faktor infeksi dan malnutrisi
apabila berdiri sendiri.
Pencegahan
Penyakit bronkopneumonia dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan penderita atau
mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya bronkopneumonia
ini. Selain itu hal-hal yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan daya tahan tubuh kaita
terhadap berbagai penyakit saluran nafas seperti: cara hidup sehat, makan makanan bergizi dan
teratur ,menjaga kebersihan, beristirahat yang cukup, rajin berolahraga, dan lain-lain
Melakukan vaksinasi juga diharapkan dapat mengurangi kemungkinan terinfeksi antara lain:
Vaksinasi Pneumokokus
Vaksinasi H. influenza
Vaksinasi Varisela yang dianjurkan pada anak dengan daya tahan tubuh rendah
PLAN
Planning Diagnosis :
DL
Foto x-ray thorax Ap/lateral
Planning Terapi
:
MRS
Pasang O2 KP

Nebulizer (3x1): fentolin flas, NaCl 1 cc

Infus D5 NS 15 tpm

Inj. Ampicilin 3x 250 mg IV

GG 30 mg + Dexa 0,25 mg + ctm 1 mg + bcomp 1 tab in pulf 3x1 pulf

Diet makanan lunak

Planning Monitoring:
Tanda Vital (denyut nadi, laju pernafasan, suhu tubuh, tekanan darah)
Intake
Tanda distres nafas
Planning KIE :
Menjelaskan kepada orang tua pasien tentang penyakit yang diderita oleh anaknya
(infeksi saluran nafas bagian bawah), rencana pemeriksaan, dan rencana terapi yang
akan dilakukan.
Menjelaskan kemungkinan perkembangan penyakit dan pentingnya kerjasama pasien dan
keluarga dalam pelaksanaan tindakan medis dan pengobatan.
o Menjaga kecukupan kuantitas dan kualitas makanan dan minuman sesuai anjuran
dokter.
o Mengikuti terapi dengan baik sesuai petunjuk dokter.

Jombang, Mei 2015


Peserta

dr. Novi Hermawan

Pendamping

dr. Andry Suharyono

Anda mungkin juga menyukai