PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Salah satu materi/bahan kajian yang wajib dimuat dalam kurikulum pendidikan
dasar dan menengah serta pendidikan tinggi adalah Pendidikan Kewarganegaraan
(Pasal 37 ayat (1) dan (2) UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional). Persoalan yang hendak kita telusuri adalah mengapa upaya bela negara
dapat diselenggarakan melalui pendidikan kewaganegaraan?
bela
negara
dapat
ditempuh
dengan
mengikuti
pendidikan
kewarganegaraan.
Darmawan (2004) menegaskan bahwa pendidikan kewarganegaraan, di samping
mengajarkan hak dan kewajiban warga negara, sudah tercakup di dalamnya
pemahaman tentang kesadaran bela negara untuk pertahanan negara. Kemudian
beliau menegaskan bahwa kewajiban memuat pendidikan kewarganegaraan dalam
kurikulum pendidikan dasar, menengah dan tinggi merupakan wujud dari
keikutsertaan
warga
negara
dalam
upaya
bela
negara
dalam
rangka
upaya
Selain TNI, salah satu komponen warga negara yang mendapat pelatihan dasar
militer adalah unsur mahasiswa yang tersusun dalam organisasi Resimen
Mahasiswa (Menwa). Memasuki organisasi resimen mahasiswa merupakan hak
bagi setiap mahasiswa, namun setelah memasuki organisasi tersebut mereka harus
mengikuti latihan dasar kemiliteran. Saat ini jumlah resimen Mahasiswa sekitar
25.000 orang dan alumni resimen mahasiswa sekitar 62.000 orang (Dephan,
2003). Anggota resimen mahasiswa tersebut merupakan komponen bangsa yang
telah memiliki pemahaman dasar-dasar kemiliteran dan bisa didayagunakan dalam
kegiatan pembelaan terhadap negara. Kegiatan yang perlu dilakukan sekarang
adalah mengamati kegiatan Resimen Mahasiswa dan mewawancarai anggotanya
berkaitan dengan materi pembinaan dan persepsi mereka tentang kesadaran bela
negara.
Sejalan dengan tuntutan reformasi, maka dewasa ini telah terjadi perubahan
paradigma dalam sistem ketatanegaraan khususnya yang menyangkut pemisahan
peran dan fungsi TNI dan POLRI. POLRI merupakan alat negara yang berperan
dalam memelihra keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta
memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam
rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. Sedangkan TNI berperan sebagai
alat pertahanan negara kesatuan Republik Indonesia. Dengan demikian, POLRI
berperan dalam bidang keamanan negara, sedangkan TNI berperan dalam bidang
pertahanan negara.
Dalam upaya pembelaan negara, peranan TNI sebagai alat pertahanan negara
sangat penting dan strategis karena TNI memiliki tugas untuk:
a.
d.
ikut serta secara aktif dalam tugas pemeliharaan perdamaian regional dan
Jika demikian, apakah hanya TNI yang memiliki tugas menghadapi berbagai
ancaman ? Hal ini tergantung pada jenis ancaman yang dihadapi. Jika jenis
ancaman yang dihadapi berbentuk ancaman militer, maka Tentara Nasional
Indonesia ditempatkan sebagai komponen utama dengan didukung oleh
komponen cadangan dan komponen pendukung. Sedangkan apabila yang dihadapi
ancaman non-militer, maka unsur utamanya adalah lembaga pemerintah di luar
bidang pertahahan sesuai dengan bentuk dan sifat ancaman yang dihadapi dengan
didukung oleh unsur-unsur lain dari kekuatan bangsa.
Ancaman militer adalah ancaman yang menggunakan kekuatan bersenjata
yang terorganisasi yang dinilai mempunyai kemampuan yang membahayakan
kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa.
Sedangkan ancaman non-militer adalah ancaman yang tidak menggunakan
kekuatan senjata tetapi jika dibiarkan akan membahayakan kedaulatan negara,
keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa.
Menurut penjelasan undang-undang nomor 3 tahun 2002, ancaman militer
dapat berbentuk antara lain:
a. agresi berupa penggunaan kekuatan bersenjata oleh negara lain terhadap
kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap
bangsa;
b. pelanggaran wilayah yang dilakukan oleh negara lain, baik menggunakan kapal
maupun pesawat non komersial
c. spionase yang dilakukan oleh negara lain untuk mencari dan mendapatkan
rahasia militer
d. sabotase untuk merusak instalasi penting militer dan obyek vital nasional yang
membayakan keselamatan bangsa
e. aksi teror bersenjata yang dilakukan oleh jaringan terorisme internasional atau
bekerja sama dengan teorisme dalam negeri.
f.
Pemberontakan bersenjata
g.
dalam menghadapi kekuatan militer negara lawan, baik berupa invasi, agresi,
maupun infiltrasi. Sedangkan OMSP adalah Operasi militer yang dilaksanakan
bukan dalam rangka perang dengan negara lain, tetapi untuk tugas - tugas lain
seperti melawan pemberontakan bersenjata gerakan separatis ( counter insurgency
), tugas mengatasi kejahatan lintas negara, tugas bantuan, tugas kemanusiaan, dan
tugas perdamaian. Gambar di bawah ini merupakan contoh partisipasi TNI dalam
kegiatan selain perang.
Dilihat dari sifatnya, ancaman keamanan dapat dibedakan atas ancaman yang
bersifat tradisional dan non-tradisonal (Departemen Pertahanan, 2003). Ancaman
tradisional yaitu ancaman yang berbentuk kekuatan militer negara lain berupa
agresi atau invasi yang membahayakan kemerdekaan, kedaulatan dan keutuhan
wilayah negara kesatuan Republik Indonesia.
Sedangkan ancaman yang bersifat non-tradisional yaitu yang dilakukan oleh
aktor
non
negara.berupa
aksi
teror,
perompakan
dan
pembajakan,
besar
kecilnya peranan TNI dan warga negara non-TNI dalam keikutsertaan membela
negara. Dalam menanggulangi ancaman tradisional, peranan TNI untuk
menunaikan kewajiban membela negara sangat dominan, sedangkan kewajiban
warga negara lainnya hanya sebagai pendukung.
Hal ini berberda jika ancaman yang dihadapi bersifat non-militer (non
tradisional) seperti perdagangan narkotik dan obat terlarang lainnya. Dalam
ancaman jenis ini segenap warga negara memiliki peranan penting untuk
menunaikan kewajiban dalam pembelaan negara sesuai kedudukan dan profesinya
masing-masing.
Misalnya seorang siswa atau guru dan warga negara lainnya berkewajiban
untuk melaporkan perdagangan narkotik dan obat terlarang lainnya jika dia
mengetahui hal tersebut. Sedangkan polisi berkewajiban untuk melakukan
penyeledikan dan penyidikan terhadap pelaku kasus tersebut. Demikian pula jaksa
dan hakim masing-masing berkewajiban melakukan proses peradilan terhadap
pelaku kasus itu. Sedangkan TNI dalam hal ini tidak memiliki kewenangan untuk
turut serta menangani permasalahan tersebut.
Pertanyaannya, apakah ancaman non tradisional dapat membahayakan negara
dan harus melibatkan militer? Ancaman non tradisional mungkin pada awalnya
merupakan ancaman terhadap keamanan dan ketertiban publik yang bisa diatasi
oleh Polisi. Namun pada tingkat (eskalasi) tertentu, ancaman dapat berkembang
sampai pada taraf yang membahayakan keselamatan bangsa, sehingga diperlukan
kehadiran kekuatan militer untuk menjalankan tugas OMSP. Dengan demikian,
ada keterkaitan dan kesinambungan antara tugas TNI dan POLRI sesuai dengan
tingkat dan jenis ancaman yang dihadapi.
Kondisi atau status di suatu negara bisa dalam keadaan damai/tertib, konflik
intensitas rendah, darurat sipil, darurat militer, dan darurat perang. Keadaan
tersebut dipengaruhi oleh tingkat ancaman yang dihadapi, sehingga akan
melahirkan keadaan aman, rawan, dan gawat. Status dan kondisi tersebut akan
berpengaruh pada besar-kecilnya peranan POLRI dan TNI khususnya dalam
melaksanakan tugas operasi militer selain perang. Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat keterkaitan antara TNI dan POLRI dalam menangani masalah pertahanan
dan keamanan.
Gambar 7 di atas, oleh Departemen Pertahanan disebutnya sebagai model
Keterlibatan TNI dalam Konteks Keamanan Nasional dihadapkan pada Eskalasi
Ancaman. Model tersebut adalah sebuah model untuk memudahkan pemahaman
tugas TNI dalam konteks operasi militer selain perang. Titik ekstrim paling kiri
menunjukan kondisi ideal dimana relatif tidak ada ancaman, sehingga belum
memerlukan kehadiran TNI. Pada kondisi dimana spektrum ancaman masih
berupa tindak kejahatan (kriminal ) penanganan sepenuhnya merupakan
kewenangan POLRI (Dephan, 2003).
Pernahkah kalian mendengar isitilah darurat sipil, darurat militer, dan darurat
perang? Diskusikan dalam kelompok belajar mu perbedaan ketiga status tersebut?
Sebagai rambu-rambu jawaban dapat dilihat dari aspek penguasanya dan hukum
yang berlaku di daerah tersebut. Selanjutnya diskusikan apa faktor penyebab
daerah Nangro Aceh Darussalam (NAD) pernah berstatus darurat militer ?
Jika membandingkan frekuensi ancaman tradisional dan non-tradisonal yang
dihadapi bangsa kita saat ini, ternyata ancaman yang bersifat non-tradisional
lebih sering muncul dan sangat membahayakan keselamatan masyarakat terutama
generasi muda sebagai penerus bangsa. Untuk mengatasi ancaman-ancaman
tersebut diperlukan peran aktif segenap warga negara bersama-sama aparat atau
instansi terkait.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan