Alkisah di sebuah desa hiduplah seorang pedagang yang mempunyai seorang istri
dan dua orang anak, mereka adalah Bawang Merah dan Bawang Putih. Pedagang
tersebut selalu sibuk dengan kegiatan berdagangnya diluar kota, oleh karena itu
Bawang Putih selalu menjadi bulan-bulanan oleh ibu dan saudara tirinya, Bawang
Merah. Setiap hari, Putih hanya disuruh-suruh dan dibentak-bentak. Dia harus
mengerjakan seluruh pekerjaan rumah seperti memasak, menyapu dan mencuci.
Kejadian itu pun tidak pernah diketahui oleh ayahnya Bawang Putih.
Setting 1 (Dirumah)
Pagi yang sunyi itu terpecah oleh suara Bawang Merah yang keras.
Ibu Tiri: Kamu masih tanya ada apa?? Hei, lihat itu baju kotor sudah menumpuk.
Cepat pergi kesungai sana dan cuci semua baju- baju ini!!(sambil melempar baju
kotor kearah bawang putih) Jangan kembali kalau baju- baju ini belum bersih!
Bawang Putih: Iya bu.. (segera mengambil baju-baju yang berantakan dan
meletakkannya kedalam bakul dan pergi ke sungai)
Setting 2 (Disungai)
Sambil mencuci Bawang Putih berbicara sendiri merenungi nasipnya sebagai anak
tiri.
Bawang Putih: Andai saja ibu masih ada, aku gak akan disuruh-suruh seperti ini.
Ayah, mengapa ayah selalu sibuk dengan pekerjaan ayah?? Mengapa ayah tidak
pernah berpikir kalau aku diperlakukan seperti ini oleh ibu Bawang Merah?? (sambil
menangis)
Tiba- tiba muncul suara dari ikan emas yang sedang berenang di samping Bawang
Putih.
Ikan: Jangan menangis Bawang Putih, suatu hari kamu akan menemukan
kebahagiaanmu bersama seorang pangeran.
Bawang Putih: Iya ikan, Terima kasih ya, tapi aku harus segera pulang. Nanti ibu
dan kakak tiriku marah jika aku pulang terklambat.
Ikan Emas: Iya, hati-hati Bawang Putih. Kuatkan hatimu menghadapi ibu dan kakak
tirimu.
Bawang Putih langsung saja berlari untuk pulang. Namun tanpa sepengetahuan
Bawang Putih, ternyata Bawang Merah melihat dan menderngar percakapan antara
Bawang Putih dan ikan emas. Langsung saja Bawang Merah menuju tepian sungai
dan menangkap ikan emas itu.
Bawang Merah: Hahahaha Rasakan kau Bawang Putih, temanmu ini akan aku
bawa pulang, dia akan mati karena tidak bisa bernapas. Dan kamu gak akan punya
teman lagi.
Bawang Merah pun segera pulang. Sesampainya dirumah, Bawang Merah lalu
memberikan ikan yang sudah mati itu kepada Bawang Putih.
Bawang Putih saat itu sedang menyapu halaman, tiba-tiba Bawang Merah datang.
Bawang Merah: Hei Putih, lihat apa yang aku bawa!! (sambil mengacungkan ikan)
Bawang Putih: Jangan Merah, jangan! Itu temanku, jangan sakiti dia!
Bawang Merah: Uupss Kamu sudah terlambat Putih. Dia sudah mati, nih
bangkainya! Simpan baik-baik. Hahahahhaha. (terus berjalan kedalam rumah)
Bawang Putih segera mengambil bangkai ikan emas itu. Sambil menangis, Bawang
Putih mengubur temannya.
Bawang Putih: Temanku, maafkan aku. Aku tidak bisa menjagamu dari kejahatan
Bawang Merah.
Raja: Wahai anakku, aku tugaskan kamu untuk mencari pohon berdaun emas!
Pangeran: Iya Ayahnda, saya akan mencari pohon berdaun emas. Tapi dimana saya
harus mencarinya??
Raja: Ya kamu cari di sekitar wilayah kerajaan ini, atau kamu bisa mencarinya ke
negeri seberang.
Pangeran: Baiklah Ayahnda, saya pamit untuk melaksanakan tugas dari
Ayahnda. (sambil menunduk dan memberi hormat)
Dihalaman rumah Bawang Putih telah tumbuh pohon berdaun emas. Pohon itu
tumbuh dari tanah tempat Bawang Putih mengubur ikan emas.
Ibu Tiri: Merah.. Merah.. cepat kesini. Lihat nak!! Pohon apa yang tumbuh di depan
rumah kita itu??
Bawang Merah: Apa sih ibu ini teriak-teriak?? (terbelalak dan kaget)Wahhini
pohon emas bu. Pasti ini tanaman langka.
Tiba-tiba pangeran dan punggawa kerajaan lewat depan rumah mereka. Dan
langsung saja pangeran menanyakan pohon berdaun emas itu.
Pangeran: Permisi Bolehkah saya mengetahui siapa pemilik pohon berdaun emas
ini??
Pangeran: Kalau boleh saya akan membelinya dengan harga berapapun yang kamu
minta nona.
Ibu Tiri: Kalau pangeran membutuhkannya, kami akan berikan pohon itu kepada
pangeran. Tapi pangeran harus menjadikan putri saya yang cantik ini sebagai
permaisuri pangeran. Bagaimana??
Pangeran: Baiklah. Saya akan penuhi syarat itu, jika dia mampu mencabut pohon
ini dari akarnya.
Bawang Merah: Okeee Siapa takut. Aku akan mencabutnya (dengan susah payah
mencabut pohon berdaun emas, tapi tidak berhasil)
Ibu Tiri: Aduh nak, kamu ini bagaimana sih?? Coba ibu yang akan mencabutnya.
(dengan susah payah mencabut pohon berdaun emas, tapi tidak berhasl juga)
Pangeran: Kalian telah membohongi saya. Dan sebagai hukumannya, kalian akan
saya kirim ke penjara
Bawang Putih: Jangan pangeran..!! Mereka tidak bersalah. Sayalah pemilik pohon
itu.
Bawang Merah: Hei Putih, kamu ini apa-apaan sih?? Kamu jangan ikut campur ya!!
Ibu Tiri: Putih.. Jangan macam-macam ya kamu!! Awas nanti kamu ya!!
Bawang putih mencabut pohon berdaun emas itu. Dan dia berhasil.
Kemudian dia memberikannya kepada pangeran.
Pangeran: Terima kasih Bawang Putih. Ternyata kamu pemilik pohon itu. Oleh
karena itu, mari ikut bersamaku ke istana dan kita akan segera menikah.
Bawang Merah: Ohhtidak mungkin!! Tidak, tidak, aku tidak rela.(terbelalak dan
kaget)
Pangeran: Dan untuk kalian berdua akan aku kirim ke penjara sebagai balasan
telah berani membohongi saya.
Ibu Tiri: Ampun, pangeran ampun. Kami tidak mau dipenjara (sambil memohon-
mohon kepada pangeran)
Bawang Putih: Jangan Pangeran. Izinkan mereka berdua tinggal dengan kita. Walau
bagaimana pun, mereka tetap ibu dan saudaraku.
_THeeND_