Anda di halaman 1dari 4

LEGENDA

BUKIT KELAM

Pada zaman dahulu, konon terdapat bukit yang dinamakan BUKIT KELAM.
merupakan bukit raksasa atau monolit yang mencapai 1000 meter di atas
permukaan laut.

Dahalu kala ada dua orang sakti yg bernama Bujang dan Temenggung Muraibai.
Dua orang tersebut mem sifat sangat bertolak belakang.
Bujang memiliki sifat yang sombong dan suka mendengki, sedangkang Marubai
memiliki sifat yang rendah hati. Baik Bujang Beji dan Marubai memiliki
pekerjaan sebagai penangkap ikan.

Bujang Beji manangkap ikan di sungai Simpang Kapuas, sedangakan Marubai


menangkap ikan di Simpang Melawi. Bujang Beji selalu membawa pulang semua
ikan, baik ikan besar maupun ikan kecil. Akibatnya populasi ikan di Simpang
Kapuas semakin menyusut.

Berbeda dengan Bujang Beji, Marubai selalu melepaskan ikan ikan yang masih
kecil. Dia hanya membawa ikan yang sudah besar, Hal itulah yang membuat
populasi ikan di Simpang Melawi masih tetap terjaga.

Populasi ikan yang terus menyusut di Simpang Kapuas pun membuat hasil
tangkapan Bujang Beji semakin sedikit. Hingga suatu hari, Bujang Beji yang
mendapat sedikit ikan melihat Marubai membawa banyak ikan besar.

Rasa dengki pun menghadapi dirinya, didorong rasa dengki ini untuk
mengalahkan Marubai. Bujang Beji pun menangkap ikan dengan cara
menggunakan racun. Ikan Sungai Kapuas yang terkenal racun itupun mabuk
menggelepar di permukaan sungai.
Dengan cara tersebut Bujang Beji bisa mendapatkan ikan dalam jumlah yang
banyak, bahkan lebih banyak dari yang didapatkan Marubai. Namun, bukan hanya
populasi ikan yang menyusut, ikan ikan di Sungai Kapuas pun semakin habis
akibat terkena racun.

Kedengkian Bujang Beji semakin menjadi, ketika iya melihat Marubai tetap saja
membawa banyak ikan
“Aku akan menutup aliran Sungai Simpang Malawi, menggunakan puncak Bukit
itu”.ucap Bujang Beji dengan penuh dengki.

Bujang Beji yang di penuhi dengki memiliki rencana jahatnya untuk


mengeringkan Sungai Simpang Melawi agar Marubai lagi tidak bisa lagi
mendapatkan ikan. Dengan kesaktiannya, Bujang Beji membelah puncak Bukit
Batu. Iya kemudian membawa batu besar itu dengan kedua tangannya tanpa
disadari Bujang Beji

“Sombong sekali manusia itu, dengan senaknya memotong puncak sebuah Bukit,”
ucap bidadari. Bidadari itu marah meliahat ulah Bujang Beji yang senaknya
memotong puncak bukit Batu tiba tiba saja, bidadari itu mengirim sebuah petir
dan menyambar tubuh Bujang Beji. Bujang Beji yang tidak mengira hal tersebut,
iyapun terkejut dan batu besar itu jatuh. Betapa marahnya ia mengetahui ada
sosok bidadari yg mengirim petir.

“Awas kau, aku akan menuntut balas,” kata Bujang Beji kepada bidadari itu.
Ketika mau mengangkat Batu yang jatuh itu. “kenapa batu ini sangat susah sekali
untuk di angkat kata Bujang Beji.

Bagian dari Batu itu tercata menancap sangat dalam kedalam tanah. Bujang Beji
pun tidak berhasil mengangkatnya. Melihat caranya gagal, iyapun bersiap siap
untuk menuntut balas. Dia sengaja menancapkan pohon kumpang mambu.
Setelah menunggu akhirnya pohon kumpang mambu tumbuh tinggi dan bisa di
panjat untuk mencapai kayangan, tetapi sebelum itu Bujang Beji melakukan
upacara sesajian adat yang disebut dengan Bedarak Begelak yang merupakan
upacara memberikan makan kepada seluruh binatang dan roh jahat di sekitarnya
agar tidak menghalangi niatnya dan berharap dapat membantunya sampai ke
kayangan untuk membinasakan dewi-dewi tersebut.

Namun, saat upacara masih ada beberapa binatang yang terlupakan oleh Bujang
Beji, sehingga tidak dapat menikmati sesajiannya. Binatang itu adalah kawanan
sampok (Rayap) dan beruang. Mereka sangat marah dan murka, karena merasa
diremehkan oleh Bujang Beji. Mereka kemudian bermusyawarah untuk mufakat
bagaimana cara menggagalkan niat Bujang Beji agar tidak mencapai kayangan.

“Apa yang harus kita lakukan, Raja Beruang?” tanya Raja Sampok kepada Raja
Beruang dalam pertemuan itu.

“Kita robohkan pohon kumpang mambu itu,” jawab Raja Beruang.

“Bagaimana caranya?” tanya Raja Sampok penasaran.

“Kita beramai-ramai menggerogoti akar pohon itu ketika Bujang Beji sedang
memanjatnya,” jelas Raja Beruang.

Seluruh peserta rapat, baik dari pihak sampok maupun beruang, setuju dengan
pendapat Raja Beruang.

Keesokan harinya, ketika Bujang Beji memanjat pohon itu, mereka pun
berdatangan menggerogoti akar pohon itu. Oleh karena jumlah mereka sangat
banyak, pohon kumpang mambu yang besar dan tinggi itu pun mulai goyah. Pada
saat Bujang Beji akan mencapai kayangan, tiba-tiba terdengar suara keras yang
teramat dahsyat.
“Kretak... Kretak... Kretak... !!!”

Beberapa saat kemudian, pohon Kumpang Mambu setinggi langit itu pun roboh
bersama dengan Bujang Beji.

“Tolooong... ! Tolooong.... !” terdengar suara Bujang Beji menjerit meminta


tolong.

Pohon tinggi itu terhempas di hulu sungai Kapuas Hulu, tepatnya di Danau Luar
dan Danau Belidak. Bujang Beji yang ikut terhempas bersama pohon itu mati
seketika. Maka gagallah usaha Bujang Beji membinasakan dewi-dewi di
kayangan, sedangkan Temenggung Marubai terhindar dari bencana yang telah
direncanakan oleh Bujang Beji.

Dalam cerita teladan yang mengandung pesan-pesan moral. Sedikitnya ada dua
pesan moral yang dapat dipetik dari cerita di atas, yaitu akibat yang ditimbulkan
dari sikap iri hati dan tamak, dan keutamaan sifat suka bermusyawarah untuk
mufakat. Sifat iri hati dan tamak tercermin pada sifat dan perilaku Bujang Beji
yang hendak menguasai ikan milik Temenggung Marubai yang ada di Sungai
Melawi. Dari sini dapat diambil sebuah pelajaran, bahwa sifat tamak dan serakah
dapat menyebabkan seseorang menjadi iri dan dengki.

Sumber : http://ksdae.menlhk.go.id/info/2601/legenda-bukit-kelam.html
Sumber : https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-pontianak/baca-
artikel/14003/Bukit-Kelam-di-Sintang-Batu-Monolit-Terbesar-di-Dunia-dengan-
Segala-Keunikannya.html

Nama : Salsabila Fabrianne


Absen : 30
Kelas : X-I

Anda mungkin juga menyukai