Neuropati Demyelinisasi Dan Campuran Akson
Neuropati Demyelinisasi Dan Campuran Akson
Diabetes adalah penyebab paling utama neuropati perifer, dapat menampilkan akson,
demyelinisasi, ata campuran. Pada diabetes, lesi vaskular kecil di distribusi multifokal
menampilkan berbagai pola abnormalitas pada studi konduksi saraf. Pola yang paling sering
di diabetes adalah gejala ringan, neuropati distal general disebabkan oleh lesi additive kecil
multipel, dan momoneuropati nervus medianus pada pergelangan tangan, nervus ulnaris pada
siku, atau nervus fibularis pada tungkai bawah. Seringnya mononeropati fokal didahului
gejala ringan, perubahan difus, reduksi amplitudo CMAP secara general dan pelambatan
konduksi yang ringan.pemeriksaan jarum seringnya menampilkan perubahan ringan,
biasamya pada distal. Akan tetapi pada beberapa pasien didapatkan poliradikulopatipati
lumbosacral yang bermanifestasi utama potensial fibrilasi difus di otot paraspinal L2 sampai
L4, pola ini berkaitan dengan pemanjangan gelombang F sebagai akibat dari perlambatan
konduksi proksimal. Gelombang F adalah pengukuran paling sensitif untuk poliradikulopati
lumbosakral dan neuropati diabetes general. Studi konduksi saraf mennunjukkan korelasi
yang baik pada temuan klinis.pengukuran ambang elektrotonus menampilkan penemuan khas
pada diabetes, yaitu reaktivasi kedalam abnormal yang merupakan gambaran patofisiologi
neuropati diabetik.
NEUROPATI FOKAL
Perubahan
elektrofisiologik
ditemukan
dengan
studi
konduksi
saraf
pada
berkurang dan akhirnya menghilang. 1 minggu setelah cedera akut, respon bangkitan
amplitudo dapat digunakan sebagai perkiraan akson yang intak dan viabel.
Tabel 13-4 Amplitudo potensial aksi terhadap stimulasi supramaksimal setelah cedera saraf
perifer
Cedera
Blok konduksi
Stimulasi proksimal
Stimulasi distal
Disrupsi akson
Stimulasi proksimal
Stimulasi distal
Hari 0-5
Amplitudo
Setelah 5 hari
pemulihan
Rendah
Normal
Rendah
Normal
Meningkat
Normal
Rendah
Normal
Rendah
Rendah
Meningkat
meningkat
tes
elektrofisiologis
dapat
membantu
dalam
mengidentifikasi,
melokalisasi, dan mengkarakterisasi neuropati, tes ini biasanya digunakan pada asesmen saraf
medianus, ulnaris dan fibularis.
Neuropati Medianus
Mononeuropati lokal yang paling sering terjadi adalah Carpal Tunnel Syndrome,
dimana n. medianus terkompresi dalam ruang yang terbentuk dari tulang-tulang pergelangan
tangan dan ligamentum carpalis. Kompresi n. medianus pada tahap awal atau masih ringan
pada CTS mungkin tidak menunjukkan abnormalitas elektrofisiologi; bagaimanapun, lebih
dari 90% pasien yang simptomatik menunjukkan perlambatan konduksi yang terlokalisir pada
serabut sensoriknya.86 Abnormalitas konduksi n. medianus dapat dideteksi dengan beberapa
teknik yang berbeda, dimana teknik-teknik ini memiliki kekurangan dan kelebihan masingmasing. Latensi sensorik sepanjang carpal tunnel merupakan pengukuran yang paling sensitif.
Sensitifitasnya dapat ditingkatkan dengan membandingkan segmen pergelangan tangan
dengan segmen di sebelah distalnya, atau dengan membandingkan latensi sisi median telapak
tangan sampai pergelangan dengan latensi sisi ulnar telapak tangan sampai pergelangan
(Gambar 13-25).87
Interpretasi
Tampilan fibrilasi
lesi lama
lesi lama
blok konduksi
nervus intak
blok konduksi
nervus intak
potensial fibrilasi
Pemulihan
peningkatan potensial aksi komponen
pembersihan blokade
pembersihan blokade
reinnervasi
reinnervasi
perlambatan ringan velositas konduksi motorik pada lengan bawah, yang pada dasarnya
disebabkan hilangnya axon yang memiliki konduksi lebih cepat. 91 Ketika CAMP thenar tidak
ada, respon lumbrical seringkali masih tersisa dan membuat perlambatan lokal masih tampak;
perbedaan latensi lumbrical dan interosseus sudah tampak sesuai dengan studi standar
pengenalan CTS.92,93
(Gambar 13-25. Perpanjangan latensi motorik dan sensorik dengan CTS pada tangan
kanan)
Abnormalitas berat pada studi konduksi nervus berkaitan dengan potesial fibrilasi atau
potensial aksi motor unit pada needle electromyografi (EMG) dengan prediksi akurasi 5070%.94 Dengan demikian EMG juga seringkali dapat menambah informasi pada penilaian
CTS. Pasien dengan CTS kronik menunjukkan insidensi yang lebih tinggi adanya anomali
innervasi otot thenar, dengn respon amplitude yang lebih tinggi pada stimulasi siku diaripada
stimulasi pergelangan atau dengan initial positivity CMAP pada stimulasi siku (Gambar 1327). Outcome tindakan operatif secara signifikan lebih buruk, baik dengan studi konduksi
nervus yang normal maupun abnormal berat, dibandingkan dengan studi pada pasien dengan
kelainan ringan sampai berat.95
Banyak pasien dengan CTS menunjukkan abnormalitas bilateral pada studi konduksi,
walaupun gejala yang tampak mungkin unilateral. Oleh karena itu, konduksi pada ekstremitas
kontralateral juga perlu diukur bila terdeteksi adanya neuropati n. medianus pada pergelangan
tangan. Hanya sedikit pasien yang memiliki respon sensorik yang normal dan latensi motorik
distal yang memanjang. Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa kausa. Misalnya,
mungkin terdapat perlambatan dengan atrofi neurogenik kronik karena lesi di bagian yang
lebih proksimal (contohnya radikulopati C8 atau penyakit sel kornu anterior); atau respon
sensorik radial yang secara tidak sengaja dibangkitkan oleh stimulasi voltase tinggi pada
nervus medianus dan terekam sebagai potensia sensorik medianus yang nyata. Kadangkadang, pasien memiliki cabang sensorik untuk satu jari atau lebih yang secara anatomi
terpisah dari serat motorik. Lebih dari itu, beratnya kompresi mungkin tidak sama untuk
semua fasikulus nervus medianus, sehingga terdapat perlambatan yang lebih hebat pada
beberapa axon nervus medianus dibandingkan yang lain. Neuropati medianus dapat
merupakan temuan awal pada pasien dengan neuropati difus, perlu untuk mengases saraf lain
untuk mengesklusi kemungkinan ini pada pasien dengab bukti klinis hanya carpal tunnel
syndroma. Akan tetapi, perbandingan pada konduksi medianus terhdap konduksi nervus lain
pada ekstremitas atas seharusnya diinterpretasi secara hati-hati pada pasien diabetes dan
neuropati dengan carpal tunnel sindroma, yang seringkali menampilkan prolongasi yang jelas
pada latensi medianus daripada nervus lain. Paling aman membutuhkan moderat atau
pemanjangan latensi medianus distal yang relatif ditandai dibandingkan dengan nervus lain
untuk mengidentifikasi carpal tunnel sindroma yang terdapat pada neuropati perifer umum.
Konduksi segmental yang termasuk segmen distal dari nervus medianus lebih reliabel untuk
mengidentifikasi carpal tunnel sindroma dengan neuropati perifer.
Neuropati medianus di lengan bawah lebih jarang terjadi dan secara langka
menunjukkan abnormalitas pada studi konduksi saraf melainkan sedikit respon sensori pada
amplitudo rendah, atau respon motor, atau keduanya. Neuropati interosseus anterior dan
sindroma pronator biasanya bermanifestasi pada potensi fibrilasi otot yang sesuai. Hal yang
langka, pasien telah terlokalisasi perlambatan konduksi pada segmen saraf yang rusak.
Neuropati ulnaris
Perubahan elektrofisiologis pada neuropati ulnaris bervariasi dengan berbagai macam
variasi dan keparahan lokasi lesi. Hal yang langka pada pasien dengan kompresi nervus
ulnaris pada tangan memiliki pemanjangan latensi hanya pada cabang pertama belakang otot
interosseus atau pada otot lumborikal. Pada pasien tertentu, otot hipothenar seharusnya
bukan satu-satunya tempat perekaman untuk studi konduksi nervus ulnaris. Pada kebanyakan
pasien dengan neuropati ulnaris, abnormalitas terdapat pada siku dan dapat diidentifikasikan
dari rekaman otot hipothenar. Sedangkan pada karpal tunnel sindroma, serabut sensori lebih
sering rusak daripada serabut motorik, jadi gabungan sensor potensial aksi hilang lebih awal.
Pada beberapa pasien, perlambatan fokal terdapat pada serabut sensoris ulnaris di sepanjang
siku. Penemuan fokal paling sering pada neuropati ulnaris pada onset segera adalah blok
konduksi atau perlambatan pada siku. Respon amplitudo masih dalam batas normal dengan
stimulasi pada pergelangan tangan dan dibawah siku, tetapi lebih rendah sekitar 30 persen
atau lebih dengan stimulasi pada daerah diatas dan proksimal dari siku. Penentuan lokasi
daerah kerusakan terkadang dapat dilakukan dengan stimulasi interval pendek (inching) dan
dapat ditingkatkan dengan perekaman yang mendekati saraf. Blok konduksi dapat berkaitan
dengan perlambatan lokal kronik pada neuropati ulnaris biasanya menghasilkan perlambatan
konduksi. Yang secara tipikal terdapat pada siku, tetapi neuropati ulnaris lama dapat meluas
ke distal siku. Penurunan konduksi yang lebih besar dari 10m/detik pada sepanjang segmen
siku dibandingkan dengan segmen lengan bawah terlihat pada demyelinisasi fokal pada siku.
Meskipun kadang-kadang pada pasien menampilkan perlambatan konduksi pada otot fleksor
carpi ulnaris, otot ini biasanya menampilkan sedikit atau bahkan tidak mengalami perubahan
pada studi konduksi saraf dan pemeriksaan jarum. Pada neuropati medianus dan ulnaris,
latensi gelombang F mengalami pemanjangan sesuai proporsi perlambatan di segmen perifer.
Sebab neuropati ulnaris biasanya bilateral, ketika neuropati ulnaris terbukti hanya pada satu
sisi, ekstremitas kontralateral juga harus diperiksa. Sensitivitas local terhadap stimulasi
mekanis pada siku dapat terlihat dengan rekaman elektromyographik jika tidak terdapat
perubahan pada studi konduksi saraf. Kerusakan pada nervus ulnaris bagian distal pada
cabang dalam di ibu jari dapat diidentifikasikan dengan studi konduksi saraf.
Neuropati fibularis (peroneal)
Neuropati pada nervus fibularis pada kepala fibula adalah lesi fokal umum lainnya.
Neuropati dengan onset segera yang disebabkan oleh kompresi paling sering berkaitan
dengan blok konduksi yang dapat ditentukan letaknya dengan tepat menggunakan stimulasi
interval pendek sepanjang saraf untuk menentukan area dimana CMAP berkurang. Neuropati
tanpa blok konduksi tidak jarang ditemukan disebabkab karena kista ganglion yang merusak
saraf; ultrasound atau magnetic resonance imaging (MRI) pada lutut seharusnya selalu
diperhatikan pada kasus ini. Konduksi sepanjang segmen biasanya tidak mengalami
perlambatan, meskipun lesi yang lebih panjang perlambatan menjadi lebih jelas pada dewasa
maupun anak-anak.
Studi konduksi saraf, pada nervus fibularis superficial penting dalam hal melokalisasi
kerusakan sepanjang serabut fibularis. Neuropati fibularis fokal biasanya menampilkan
hilangnya respon sensori, sebagaimana lesi pada nervus sciatic, nervus lumbal, dan nervus
spinal lebih distal terhadap ganglion radiks dorsalis. Di radikulopati L5 dengan hilangnya
sensoris dan beberapa perlambatan motorik, nervus fibularis superficial bagian sensoris
normal pada kebanyakan pasien jika kerusakan terletak proksimal terhadap ganglion radiks
dorsalis. Beberapa pasien dengan neuropati fibularis derajat sedang berat dapat kehilangan
respon dari otot ekstensor digitorum brevis, yang merupakan daerah perekaman paling
sering. Hasil rekaman dari m.tibialis anterior dan otot lain di kompartemen anterior pada
stimulasi caput fibula dan lutut masih dapat menunjukkan adanya blok atau perlambatan
konduksi saraf. Latensi gelombang F dapat membantu membedakan neuropati serabut saraf
dan lesi radix L5 jika menunjukkan perlambatan di proksimal. Inervasi yang menyimpang
dari m. Extensor digitorum brevis oleh cabang dalam n.superficialis fibularis membuat
neuropati fibular sulit dikenali. Karena lesi pada n. Ischiadica dapat menimbulkan neuropati
fibularis tanpa adanya perlambatan lokal konduksi, caput brevis dari musculus biceps femoris
kolateral
sprouting. Perubahan paling mencolok yang ditemukan di pemeriksaan konduksi saraf pada
penyakit motor neuron adalah penurunan amplitudo CMAP. Penurunan ini berhubungan
dengan hilangnya inervasi otot dengan variasinya berdasarkan progresivitas penyakit. Pada
penyakit
yang
progresivitasnya
lambat,
jika
kolateral
dan
reinervasinya
dapat
mengkompensasi kehilangan pada sel cornu anterior, amplitudo CMAP nya bisa tetap normal,
dengan sedikit penurunan konduksi. Pada kasus ini, nomor unit motorik akan menunjukkan
unit motorik yang hilang. Biasanya, perlambatan ringan pada konduksi motorik tidak dapat
dilihat sampai amplitudo potensial aksinya menurun di bawah normal. Terkadang, pasien
dengan penyakit motor neuron akan mengalami penurunan stimulasi repetitif, biasanya saat
terjadi respon terhadap amplitudo yang rendah. Amplitudo CMAP yang rendah dan
penurunan stimulasi repetitif mengindikasikan prognosis yang buruk pada penyakit motor
neuron. Pada penyakit motor neuron, biasanya serabut sensorik tidak terlibat dan
pemeriksaan konduksi sensoriknya normal.
Sistem sensorik
Akson aferen dapat mengalami degenerasi ringan pada penyakit seperti Friedreich
ataxia, adrenomyeloneuropathy, dan defisiensi vitamin B12 (carcinomatous sensory
neuropathy dapat menunjukkan gambaran yang mirip), dan pada sejumlah penyakit infeksi
dan keracunan. Degenerasi yang terlihat pada akson di posterior dan lateral medula spinalis
pada penyakit ini disebabkan oleh degenerasi sel asalnya di ganglia radix dorsalis. Badan sel
tersebut bersatu menjadi serabut sensorik yang besar di saraf perifer yang menyumbang
proporsi terbesar pada potensial aksi saraf pada pemeriksaan konduksi sensorik. Maka dari
itu, pada kelompok penyakit ini, amplitudo potensial aksinya cenderung turun, dan SNAP
sering tidak dapat dinilai dengan elektroda superfisial. Mungkin terdapat sedikit perubahan
pada konduksi motorik sarafnya, tetapi tidak sebesar yang terjadi pada konduksi sensorik.
Pola Abnormalitas
Walaupun kebanyakan pemeriksaan konduksi saraf melibatkan neuropati aksonal dan
neuropati difus, hal tersebut tidak memunculkan penyebab khusus, beberapa pola
abnormalitas dapat memberikan kemungkinan penyebab atau proses patologis. Ringkasan
berikut dan tabel 13-2, 13-4, 13-5 dan 13-6 merangkum pola abnormalitas yang signifikan
yang telah didiskusikan di bab sebelumnya.
1. Penurunan amplitudo CMAP dengan respon sensorik normal dapat terjadi pada
polyradiculopathi motorik, tetapi lebih banyak ditemukan pada amyotrophic lateral
sclerosis
2. Penyakit demyelinisasi dengan abnormalitas difus pada sebagian besar saraf biasanya
lebih bersifat diturunkan daripada didapat. Proses kelainan yang didapat biasanya
asimetris dengan keterlibatan saraf yang bervariasi.
3. Plantar medial dan SNAP sural adalah yang memiliki respon sensorik paling sensitif
dan abnormal diantara neuropati serabut saraf besar. Mereka lebih menunjukkan
penurunan amplitudo daripada respon sensorik nervus medianus, pada neuropati
demyelinisasi.
4. Fungsi sensorik yang hilang dengan potensial sensorik yang normal sepanjang
perjalanannya banyak disebabkan oleh kerusakan di proksimal radiks ganglion
dorsalis, sementara kerusakan di distal menimbulkan potensial sensorik dengan
amplitudo yang rendah.
5. Interpretasi dari temuan kerusakan saraf fokal tergantung pada waktu. Perubahan
respon amplitudo dengan blok konduksi atau gangguan aksonal dapat dilokalisir di
suatu lesi segera setelah terjadi cedera. Sementara itu, beberapa sumber meyakini
bahwa pemeriksaan konduksi saraf tanpa nilai klinis sampai 2 minggu setelah cedera
adalah keliru.
6. Respon amplitudo di distal dan proksimal dari cedera saraf di atas 5 hari dapat
menunjukkan luas kerusakan akson dan prognosisnya untuk penyembuhan spontan.
7. Kelemahan semata-mata karena penyembuhan blok konduksi memakan waktu 1-12
minggu, tergantung jenis kerusakannya.
Kelainan Neuro Muscular Junction
Pada kelainan transmisi Neuro Muscular Junction, sindrom myasthenia dan
intoksikasi Clostridium Botullinum banyak menyebabkan perubahan pada pemeriksaan
konduksi saraf, yaitu amplitudo CMAP yang rendah. Pada kedua kondisi tersebut, kecepatan
pelepasan asetilkolin dari saraf terminal sangat lambat, dan transmisi neuromuscular di blok
oleh besarnya proporsi serabut saraf. Oleh sebab itu, pada stimulus tunggal biasanya
didapatkan CMAP yang kecil. Pasien dengan riwayat kelemahan dan memiliki CMAP yang
rendah sebaiknya diperiksa lebih lanjut dengan stimulasi yang lambat dan repetitif, dan
dianjurkan mencari angka kejadian pengurangan tersebut dan fasilitasnya, serta tanda tanda
yang biasa ditemukan pada kelainan transmisi neuromuscular. Pada myasthenia gravis,
amplitudo CMAP mungkin lebih rendah dari normal, tapi kebanyakan pasien memiliki
amplitudo dalam batas normal.
Kecepatan konduksi saraf motorik, dan pemeriksaan konduksi saraf sensoriknya normal.
Sindrom myasthenia kongenital dapat menunjukkan kenaikan CMAP berulang.
Kelainan Otot Primer
Bukannya CMAP tunggal yang ditemukan pada stimulus tunggal, tetapi ditemukan 2-6
kelompok potensial kenaikan amplitudo pada interval reguler.
Pengawasan Selama Prosedur Bedah
Pemeriksaan konduksi saraf terbukti bermanfaat di kamar operasi sebagai pedoman
asistensi ahli bedah dalam menentukan saraf yang terlibat pada tumor dan mengidentifikasi
lokasi lesi pada saraf, juga untuk mendeteksi potensiasi kerusakan saraf selama prosedur
pembedahan. Prosedur pembedahan yang dilakukan pada atau di sekitar saraf tepi di tungkai,
plexus, dan saraf kranial dapat mengandalkan pemeriksaan konduksi saraf intraoperatif.
Prosedur ini termasuk transposisi nervus ulnaris, pembebasan syndrom pronator, rekonstruksi
bahu, reseksi tumor yang melibatkan pleksus brachialis, rekonstruksi pleksus brachialis ec
cedera, reseksi sciatic nerve dan tumor sraf perifer lain, rekonstruksi panggul, dan operasi
tumor pada fossa posterior.
Metode stimulasi dan perekaman yang digunakan untuk pengawasan intraoperatif
hampir sama dengan yang digunakan pada pemeriksaan standar konduksi saraf, termasuk
pengukuran amplitudo dan latensi senyawa otot dan senyawa potensial aksi saraf dengan
stimulasi langsung pada saraf di lokasi pembedahan. Pengawasan intraoperatif sering
membutuhkan elektroda perekam yang didesain khusus, dan selalu diperlukan teknik khusus
untuk menjaga sterilitas pada lokasi pembedahan. Ahli neurofisiologi klinis harus sudah
terbiasa dengan masalah unik yang terjadi di kamar operasi. Perubahan respon yang
disebabkan oleh aktivitas ahli anestesi dan ahli bedah sudah biasa terjadi. Artefak elektrik
selalu ada, dan biasanya lebih luas pada kondisi pengujian standar.
Saraf Perifer
Saraf perifer motorik, sensorik, atau campuran keduanya dapat di monitor selama
prosedur pembedahan. Pemilihan yang sesuai antara perekaman dan lokasi stimulasi dapat
mengisolasi akson motorik dan sensorik, untuk pemeriksaan diagnostik di laboratorium.
Untuk mendapatkan informasi yang maksimal dan cadangan data jika terjadi masalah teknis,
dilakukan stimulasi dan lokasi perekaman yang multipel. Pengawasan pada masing-masing
radiks saraf servikal dengan SEPs dan MEPs, untuk merekam langsung potensial aksi saraf
menjadi hal yang paling penting untuk pembedahan rekonstruksi pada pleksus brachialis.
Pengawasan nervus ulnaris adalah yang biasa dilakukan pada prosedur pengawasan
intraoperatif perifer. Potensial aksi saraf langsung didapatkan dari elektroda yang terpasang
pada saraf, atau dari CMAP yang direkam dari otot perifer. Pada masing-masing kasus,
stimulasi atau rekaman didapatkan dari macam-macam lokasi pada interval pendek sepanjang
saraf untuk mengetahui secara tepat dimana area kerusakan yang utama.
Saraf Kranial
Pengawasan intraoperatif dari saraf kranial motorik terutama digunakan selama
reseksi neuroma akustik atau meningioma, tetapi juga berguna pada prosedur dekompresi
mikrovaskuler dan pembedahan pada tumor di petrous ridge. Nervus kraniales III, V, VI,
VII, X, XI, dan XII dapat diawasi satu demi satu atau secara simultan sesuai kebutuhan
pembedahan. Rekaman dibuat dengan elektroda permukaan atau elektroda fine wire yang
ditempatkan pada masing-masing otot. Cara tersebut merupakan yang terbaik untuk
pemeriksaan konduksi saraf yang dikombinasi dengan pengawasan elektromyografi selama
diseksi bedah. Iritasi atau kerusakan saraf dapat diketahui dengan adanya dischgaege
neurotonic atau perubahan amplitudo CMAP.