KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan anugerah
kepada penyusun untuk dapat menyusun makalah yang berjudul Dampak Korupsi di Bidang
Pendidikan Makalah ini disusun berdasarkan hasil data-data dari media elektronik berupa
Internet dan media cetak. Ucapan terima kasih kepada rekan-rekan kelompok delapan yang telah
memberikan partisipasinya dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua dalam menambah
pengetahuan atau wawasan mengenai keperawatan. Penyusun sadar makalah ini belumlah
sempurna maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar
makalah ini menjadi sempurna.
Bengkulu,April 2016
Penyusun
NAMA KELOMPOK 1 :
1.ANJANI GUSANTI PUTRI
2.DYOBA RUSSITO
3.FRESI NOVITASARI
4.RHAHMI AULIA PRIMASWARI
5.ULBA UTAMI
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Pengertian Korupsi
Korupsi berasal dari kata latin Corrumpere, Corruptio, atau Corruptus. Arti harfiah dari
kata tersebut adalah penyimpangan dari kesucian (Profanity), tindakan tak bermoral,
kebejatan, kebusukan, kerusakan, ketidakjujuran atau kecurangan. Dengan demikian korupsi
memiliki konotasi adanya tindakan-tindakan hina, fitnah atau hal-hal buruk lainnya. Bahasa
Eropa Barat kemudian mengadopsi kata ini dengan sedikit modifikasi; Inggris : Corrupt,
Corruption; Perancis : Corruption; Belanda : Korruptie. Dan akhirnya dari bahasa Belanda
terdapat penyesuaian ke istilah Indonesia menjadi : Korupsi.
Kumorotomo (1992 : 175), berpendapat bahwa korupsi adalah penyelewengan tanggung
jawab kepada masyarakat, dan secara faktual korupsi dapat berbentuk penggelapan,
kecurangan atau manipulasi. Lebih lanjut Kumorotomo mengemukakan bahwa korupsi
mempunyai karakteristik sebagai kejahatan yang tidak mengandung kekerasan (nonviolence) dengan melibatkan unsur-unsur tipu muslihat (guile), ketidakjujuran (deceit) dan
penyembunyian suatu kenyataan (concealment).
Selain pengertian di atas, terdapat pula istilah-istilah yang lebih merujuk kepada modus
operandi tindakan korupsi. Istilah penyogokan (graft), merujuk kepada pemberian hadiah
atau upeti untuk maksud mempengaruhi keputusan orang lain. Pemerasan (extortion), yang
diartikan sebagai permintaan setengah memaksa atas hadiah-hadiah tersebut dalam
pelaksanaan tugas-tugas Negara. Kecuali itu, ada istilah penggelapan (fraud), untuk
menunjuk kepada tindakan pejabat yang menggunakan dana publik yang mereka urus untuk
kepentingan diri sendiri sehingga harga yang harus dibayar oleh masyarakat menjadi lebih
mahal.
Dengan demikian, korupsi merupakan tindakan yang merugikan Negara baik secara
langsung maupun tidak langsung. Bahkan ditinjau dari berbagai aspek normatif, korupsi
merupakan suatu penyimpangan atau pelanggaran. Di mana norma soisal, norma hukum
maupun norma etika pada umumnya secara tegas menganggap korupsi sebagai tindakan yang
buruk
Korupsi telah memasuki berbagai bidang dalam pemerintahan birokrasi, swasta, hukum,
politik dan berbagai bidang yang memungkinkan terjadinya tindak pidana korupsi. Korupsi saat
ini seperti penyakit tumor yang ganas yang telah menggerogoti tubuh manusia, sehingga, korupsi
menjadi ancaman eksistensi dari negara Indonesia. Dunia pendidikan merupakan salah satu
bidang yang memiliki posi penganggaran yang cukup besar dari APBN dan APBD yaitu 20%
sebagai amanat dari UUDNRI tahun 1945. Sehingga bidang pendidikan menjadi sebuah kue
yang manis yang harus diperebutkan tikus dan semut-semut kecil untuk menikmatai kue yang
besar ini.oleh karena itu, dalam bidang pendidikan telah terjadi korupsi yang sistematik dan
sistemik. Walaupun korupsi dari tiap-tiap oknum kecil tetapi jika di akumulasi maka akan
menjadi nilai yang sangat besar yang merugikan negara. Kerugian korupsi dalam bidang
pendidikan bukan hanya tentang nominal angagran yang dikorup tetapi berdampak langsung
terhadap peserta didik karena menyebabkan menurunnya kualitas pendidikan bahkan
pelanggaran HAM karena pendidikan merupakan Hak asasi Manusia (warga negara).
Bidang-bidang aktivitas pemerintah yang rawan korupsi adalah
1. Pengadaan publik
2. Perubahan lahan
3. Pengumpulan sumber-sumber pendapatan pemerintah
4. Pengangkatan pejabat pemerintah
5. Pemerintah daerah (Kesuma et. al 2009:24)
Tindak korupsi yang terjadi dalam bidang pendidikan dapat di anatomi menjadi beberapa
aktivtas yang rawan terjadi korupsi yaitu :
1. Pengangkatan jabatan kepala sekolah
2. Pengadaan sarana dan prasarana termasuk (seragam, buku, gedung, peralatan,
laboratorium dsb)
3. Penggunaan dana BOS
4. Penerimaan siswa baru
Enam anatomi dari tindak pidana korupsi bidang pendidikan merupakan aktivitas yang
terjadi dalam dunia pendidikan saat ini. Tindak pidana ini terjadi secara sotemik melibatkan
beberapa oknum mulai dari oknum guru, oknum kepala sekolah, dinas pendidikan, kepala daerah
bahkan sampai tingkat pusat. Oleh karena itu kita harus memahami anatomi ini sehingga mampu
mengidentifikasi tindak pidana korupsi dalam bidang pendidikan, karena hal ini terkait langsung
dengan anak-anak kita.
Dalam tulisan ini akan coba dijelaskan mengenai ke-enam anatomi tindak pidana korupsi
di bidang pendidikan sebagai berikut :
1. Pengangkatan jabatan kepala sekolah
Pengangakatan kepala sekolah terutama terjadi di sekolah-sekolah negeri (publik),
tetapi tidak menurup kemungkinan di sekolah Swasta/ Yayasan. pengisian jabatan
kepala sekolah, sudah menjadi rahasia umum dan kebiasaan bahwa untuk menjadi
seorang kepala sekolah harus memberikan uang kepada dinas bahkan kepada kepala
daerah di daerah tersebut. bahkan jumlah uang disetorkan dari seorang kepala sekolah
bahkan tiap tingkatan berbeda, SD sekitar puluhan juta rupiah, SMP dan SMA bahkan
mencapai angka ratusan juta rupiah. Bahkan di salah satu kabupaten, kepala sekolah
menyetor kepada kepala daerah tiap tahunnya agar tidak di non-jobkan. Tindak
korupsi di dunia pendidikan dengan pengisian jabatan ini pastinya akan berdamak
sistemik karena sang calon kepala sekolah yang sudah menyetor kepada dinas dan
kepala sekolah akan mencari uang pengganti modal yang ia setor dengan mengambil
dari anggaran sekolah. Karena nilai tunjangan fungsional yang ia terima tidak akan
mampu menutupi modal yang ia keluarkan.
Selanjutnya, hal ini akan berdampak pada kualitas sekolah karena karena tidak
maksimalnya program-program yang dilaksanakan, bahkan menjadi program fiktif.
Pengadaan sarana dan prasarana termasuk (seragam, buku, gedung, peralatan,
laboratorium dsb) Kepala sebagai pusat pengambil kebijakan disekolah harusnya
Oleh karena itu, sangat diharapkan keberanian dan pembuktian diri dari aparat
penegak hukum selain KPK yaitu Polisi dan Jaksa serta peran serta masyarakat dalam
melaporkan tindak pindana kourupsi dalam pengisian jabatan Kepala Sekolah. LSM
(sebagai wujud dari masyarakat yang aktif) harus menjadi LSM yang terus bergerak
dan tidak menjai LSM yang gampang disuap untuk tutup mulut.
2. Penggunaan dana BOS
Anggaran sekolah dan sejenisnya Penyalahgunaan Dana Bantuan Operasional
Sekolah (BOS), Anggaran Sekolah dan Sejenisnya merupakan salah satu dampak dari
praktik korupi dalam pengisian jabatan kepala sekolah, sebagaimana poin pertama.
Dana BOS, Anggaran Sekolah, bantium dam sejenisnya, menjadi lahan basah untuk
suburnya tindak pidana korupsi. Sehingga dengan berbagai cara dan upaya agar
anggaran
bisa
masuk
kedalam
kantong
pribadi
sang
pemegang
jabatan.
kepala sekolah, Wakil kepala sekolah dan guru dan disalahgunakan dalam penerimaan
siswa baru ini. Oleh karena itu harus dibangun sistem dan pengawasan untuk dapat
mengecilkan tindak pidana korupsi dalam penerimaan siswa. Bisa saja terjadi orang
tua calon siswa baru memberikan gratifikasi untuk mempengaruhi keputusan dalam
penerimaan siswa baru
4. Undangan untuk memasuki PTN
Sama seperti penerimaan siswa baru, undangan untuk memasuki PTN dapat
menjadi kesempatan penyalahgunaan jabatan publik dari Kepala Sekolah, wakil kepala
sekolah dan guru. Dengan menyembunyikan atau memberikan informasi secara tidak luas
kepada seluruh siswa untuk mendapatkan hak yang sama bersaing dalam jalur undangan
dari PTN. Orang tua guru dapat saja memberikan gratifikasi untuk mempengaruhi
keputusan sekolah tentang siswa yang akan menjadi peserta dalam jalur undangan ini.
Sekali dengan nominal yang kecil seakan perbuatan ini menjadi perbuatan biasa saja.
Padahal sebagai pejabat publik tidakboleh menerima gratifikasi dari masyarakat terutama
terkait degan jabatannya menetukan sesuatu hal. Perbuatan seperti ini sebenarya
menimbulkan lingkungan yang tidak sehat bagi berkembangna sikap atni korupsi dari
peserta didik. Karena dari proses ini ada indikasi telda yang buruk dari proses ini. Walau
hal yang kecil tapi snagat berdampak terhadap budaya sekolah. Apalagi ketika saat ini
sekolah ingin menjadi sekolah yang anti kourpsi.
5. Pengangkatan guru menjadi CPNS
Pengangkatan guru menjadi CPNS merupakan rahasia umum, hal ini terjadi dari
seleksi umum CPNS dan Seleksi dari honorer menjadi CPNS. Kedua-duanya
memiliki peluang yang sama untuk menjadi lahan yang subur terjadinya tindak
pindana korupsi dengan menyelahgunakan jabatan publik yang mereka pegang.
Dalam pengangkatan CPNS dari jalur umum, sudah menjadi rahasia umum bahwa
ada oknum-oknum pegawai negeri di pemerintahan daerah, BKD yang memanfaatkan
jabatan mereka untuk melakukan tindak pidana korupsi dengan berjanji bisa
memberikan kelulusan bagi seorang peserta seleksi asalkan menyiapkan uang dengan
nominal bahkan sampai ratusan juta. Hal ini bagaimanapun merupakan bentuk
penyalahgunaan jabatan publik yang ada pada dirinya. Selain itu, dapat menjadi
tindak pdaiana penyuapan dan kedua belah pihak akan kena hukuman baik yang
meyuap dan yang disuap. Selain itu ada pula, penyalahgunaan jabatan publik dengan
menipu peserta seleksi CPNS, seperti broker, jadi sang pejabat bermain untunguntungan walau sebenarnya dia tidak memiliki akses untuk meluluskan peserta
tersebut. Jadi pejabat korup tersebut menerima dari peserta tes CPNS sejumlah uang
dengan janji dapat meluluskan peserta tersebut.
Permasalahannya lagi adalah terkadang tersangka penyuap dan yang disuap slit
diungkap karena terjadi rahasia diantara mereka berdua, dan ketika keduanya
berbicara maka kedua belahpihak dapat dipidana. Penulis dapat menyimpulkan sebab
sulitnya mengungkap praktik suap dalam pengangkatan CPNS ini, karena para pelaku
tidak ingin dirnya bermasalah dengan hukum.
6. Pungutan Liar
Pungli memang seperti panu dalam kulit manusia, penyakit kecil tetapi sulit
dihilangkan. Di sekolah yang korup akan menjadikan pungutan liar ini menjadi salah
satu sumber mendapatkan anggaran untuk dapat diselewengkan. Banyak dalih dalam
pungutan liar ini, mulai dari pengambilan ijazah, raport, pembuatan surat, sumbangan
ke sekolah dan sebagainya perbuatan-perbuatan yang terus berkembang untuk
mendapatkan uang. Pungutan liar ini bisa saja salah satu efek dari pengengkatan
kepala sekolah dengan tarif sebagaimana poin pertama, sehingga kepala sekolah
beserta jajaranya mengada-ada soal kebuthan dana, padahal sudah ada anggaran dari
pemerintah
untuk operasional.
mendapat perhatian khusu dari aparat penegak hukum dalam tipikor selain KPK
yaitu Polisi dan Jaksa untuk mampu menyeret para koruptor dalam bdaing
pendidikan. Dengan Anggaran 20% dari APBN dan APBD dan dana yang besar itu
dipecah menjadi bagian-bagian kecil lalu bagian-bagian kecil itu ternayata dikorupsi
maka kerugian finansia akan langsung terasa kepada negara. Selain itu kerugian
finansial akan juga berdampak kepada masyarakat umum dengan pungutan-pungutan
liar yang terjadi disekolah. Walau dari tiap orang tua nominalnya kecil tetapi bila
dijumlahkan maka akan menjadi nominal yang cukup besar.
Sebagai contoh 1 orang siswa dipungli Rp.10.000 dikali jumlah seluruh siswa
yang ada disekolah tersebut contoh 1000 siswa maka 10.0000 x 1000 maka
terkumpul dana Rp 10.000.000 dan dikalikan semua sekolah yang ada di Indonesia
maka akan terakumulasi jumlah dana yang sangat besar.
3. Ketidakadilan sosial
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan sila ke-lima dari
Pancasila. melalui perilaku pengisian jabatan guru dan kepala seklah selannjutnya
perilaku korups dalam penerimaan siswa baru dan undangan dari PTN akan
menciderai rasa keadilan dari seluruh warga negara Indonesia. Semua warga negara
Indonsia berhak mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Ketika terjadi tindak
pidana korupsi dalam bidang pendidikan akan mematikan potensi dari warga negara
muda karen mereka akan kehilangan pendidikan yang berkualitas, dan kesempatan
untuk mengabdi kepada negara.
4. Pengurangan tingkat partisipasi
Partisipasi warga negara dalam pendidikan merupakan usaha agar mewujudkan
warga negara yng terdidik. Semakin banyak partisipasi maka semakin banyak pula
warga negara yang terdidik dan hal ini merupakan modal utama negara dalam
pembangunan. Tetapi ketika sarana dan prasanara tidak tersedia yang diakibatkan
dari tindak korupsi, maka akan menurunkan jumlah partispasi warga negara dalam
pendidikan dan ini jelas menguarangi potensi warga neagra terdidik.
5. Hilangnya akhlak mulia
Pendidikan Indonesia bukan merupakan pendidikan yang sekuler, yang
memisahkan agama dalam mebentuk warga negara yang baik. Tindak Pidana korupsi
dalam bidang pendidikan menjadikan peserta didik kehilangan teladan bahkan
kepercayaan terhdap sekolah dalam mebentuk mereka. Sehingga muncul generasi
yang memiliki akhlak yag sejalan dengan pejabat dibidang pendidikan. Benar juga
pepatah yang mengatakan guru kencing berdiri, murid kencing berlari ketika jiwa
korup sudah meuncul dari pejabat-pejabat dalam bidang pendidikan bahkan termasuk
kepala sekolah dan guru. Maka siswa juga akan muncul jiwa korup karena
mendapatkan teladan langusng dari kepala sekolah dan guru. Pendidikan Anti
Kourpsi harus didasari keimanan terhadap Tuhan YME, warga negara yang cerdas,
beriman dan bertakwa merupakan modal utama dari jiwa anti korupsi. Oleh karena
itu, sekolah harus menjadi lingkungan yang anti korupsi sehingga tidak terjadi
pendekatan formaslistik dalam pendidikan Anti korupsi tetapi pendekatan
pembudayaan anti korupsi.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.kompasiana.com/feriansyach/korupsi-dalam-bidangpendidikan_551f8670a33311253bb66120http://www.kompasiana.com/feriansyach/dampaktindak-pidana-korupsi-dalam-bidang-pendidikan_552014c38133113b719de302