dan kondisi saat ibu hamil, serta faktor eksternal terkait: gizi,
radiasi, usia, komplikasi penyakit.
PENDEKATAN PSIKOLOGIS. Pendekatan tersebut meyakini bahwa
faktor psikologis berpengaruh besar pada kondisi mental seseorang,
dimana dalam pendekatan psikologis memiliki 3 pandangan yang
besar yang membahas mengenai hal tersebut, yaitu:
A. PSIKOANALISA
Pendekatan yang meyakini bahwa interaksi individu pada awal
kehidupannya serta konflik intrapsikis yang terjadi akan
mempengaruhi perkembangan kesehatan mental seseorang.
Faktor Epigenetik mempelajari kematangan psikologis
seseorang yang berkembang seiring pertumbuhan fisik dalam
tahap-tahap perkembangan individu, juga merupakan faktor
penentu kesehatan mental individu.
B. BEHAVIORISTIK
Pendekatan yang meyakini Proses pembelajaran dan Proses
belajar sosial akan mempengaruhi kepribadian seseorang.
Kesalahan individu dalam proses pembelajaran dan belajar
sosial akan mengakibatkan gangguan mental.
C. HUMANISTIK
Perilaku individu dipengaruhi oleh hirarkhi kebutuhan yang
dimiliki. Selain itu, individu diyakini memiliki kemampuan
memahami potensi dirinya dan berkembang untuk mencapai
aktualisasi diri.
PENDEKATAN SOSIO-KULTURAL. Memiliki beberapa pendekatan,
yaitu: STRATIFIKASI SOSIAL yang membahas faktor sosial-ekonomi
dan seleksi sosial; INTERAKSI SOSIAL yang membahas fungsi dalam
suatu hubungan interpersonal (Teori Psikodinamik, Teori rendahnya
interaksi sosial : isolasi, kesepian); TEORI KELUARGA yang
mempelajari pengaruh pola asuh, interaksi antar anggota keluarga,
dan fungsi keluarga terhadap kesehatan mental individu:
PERUBAHAN SOSIAL, yang mengkaitkan perubahan jangka panjang,
migrasi dan industrialisasi, serta kondisi krisis dengan kondisi
mental individu;
Kesehatan Mental 17
SOSIAL-BUDAYA, yang mempelajari pengaruh agama dan budaya
pada kondisi mental seseorang;
STRESSOR SOSIAL, yang mempelajari pengaruh berbagai situasi
sosial yang berdampak psikologis (misal: perkawinan, meninggal,
kriminalitas, resesi) terhadap kondisi mental individu.
PENDEKATAN LINGKUNGAN. Pendekatan ini memiliki dua dimensi:
DIMENSI LINGKUNGAN FISIK, yang terkait dengan: ruang, waktu,
dan sarana (gizi) yang menyertai.
DIMENSI LINGKUNGAN KIMIAWI DAN BIOLOGIS, yang terkait dengan:
polusi, radiasi, virus dan bakteri, populasi makhluk hidup lain.
Kepribadian dan Kepribadian Sehat
DEFINISI KEPRIBADIAN SEHAT. Secara umum, kepribadian dipahami
sebagai pola-pola yang jelas dari perilaku, pikiran, dan perasaan yang
menjadi karakteristik individu dalam penyesuaiannya untuk
memenuhi tuntutan kehidupan (Rathus dan Nevid, 2002). Sedangkan
menurut Hahn dan Payne (2003), Kepribadian Sehat (psychological
wellness) merupakan keadaan individu yang mengarah pada
keintiman pasangan.
CINTA. Cinta adalah emosi positif yang kuat yang melibatkan
perasaan sayang dan dorongan untuk bersama serta membantu
individu lain (Duffy & Atwater, 2005). Clyde & Susan Hendrick (1986)
mengembangkan skala sikap terkait dengan cinta dengan
membedakan 6 gaya cinta:
1. Eros cinta romantis:
kekasih saya adalah ideal; kami saling tertarik pada pandangan
pertama.
2. Ludus cinta permainan:
saya akan buat kekasih saya melayang, saya dengan mudah
terlibat percintaan.
3. Storge cinta persahabatan
cinta yang terbaik berkembang dari sebuah persahabatan.
4. Pragma cinta logika
Saya mempertimbangkan potensi yang ada pada kekasih saya
sebelum berkomitmen; saya pertimbangkan bahwa kekasih
saya adalah calon ortu yang baik.
Kesehatan Mental 99
5. Mania cinta menggebu, posesif
Saya begitu merasa menggebu ketika jatuh cinta sehingga sulit
tidur; saya akan jatuh sakit ketika kekasih mengabaikan saya.
6. Agape cinta menyendiri
Saya akan lakukan apapun untuk orang yang saya cintai;
kebutuhan dan keinginan kekasih adalah lebih penting
ketimbang saya sendiri.
Terungkap bahwa: setiap individu memiliki gaya cinta yang
merupakan kombinasi di antara 6 gaya tersebut. Ada perbedaan
gaya terkait gender: laki-laki lebih ludic daripada perempuan,
perempuan lebih storgic, pragmatic, dan manic daripada lakilaki,
serta tidak ada perbedaan gender pada gaya cinta agape
dan eros.
SEGITIGA CINTA. Robert Stenberg (1988) memperkenalkan tiga
komponen cinta :
a. Keintiman
Merupakan komponen emosional, mau berbagi informasi
terdalam dan memiliki perasaan menerima satu sama lain.
b. Nafsu
Motivasi pendorong di balik cinta, di dalamnya terdapat
ketertarikan seksual dan dorongan untuk memiliki keintiman
seksual.
c. Komitmen
Merupakan kompenen kognitif dalam cinta, terkait dengan
pengambilan keputusan bahwa dialah yang akan dipilih.
Berdasar kombinasi 3 komponen tersebut, Stenberg (dalam
Duffy & Atwater, 2005) mengungkap ada 7 tipe cinta:
1. Liking (Saling suka)
Persahabatan sejati, tanpa nafsu ataupun komitmen jangka
panjang.
2. Companionate Love (Cinta pertemanan)
Pertemanan dengan komitmen jangka panjang, misal
Salah satu tugas perkembangan yang harus diselesaikan oleh dewasa muda,
yaitu menikah. Setelah melewati masa remaja, golongan dewasa muda semakin
memiliki kematangan fisiologis (seksual), dimana dewasa muda siap untuk
melakukan tugas reproduksi, yaitu mampu melakukan hubungan seksual
dengan lawan jenisnya, asalkan sudah dalam ikatan perkawinan yang sah.
Sementara waktu dewasa muda ini harus menahan hasrat tersebut apabila
belum ada ikatan perkawinan yang secara sah. Semasa muda akan berupaya
mencari calon teman hidup yang cocok untuk dijadikan pasangan hidup dalam
sebuah pernikahan nantinya ataupun dalam membentuk sebuah keluarga yang
baru, dimana calon pendamping tersebut sudah dibinanya sejak masa remaja
atau masa sebelumnya. Dewasa muda akan menentukan kriteria usia,
pendidikan, pekerjaan, atau suku bangsa tertentu, sebagai prasyarat pasangan
hidupnya untuk mencari sebuah kecocokan dalam membina rumah tangga
nantinya yang akan mereka berdua jalani. Setiap orang mempunyai kriteria
yang berbeda-beda.
Menurut Hurlock (2009: 247) rata-rata pemuda dewasa sekarang mulai
menentukan pola hidupnya dan memilih pasangan hidupnya sekitar umur tiga
puluhan. Menurut Kepala BKKBN Sugiri Syarif (dalam Indarini, 2011),
menyatakan bahwa untuk perempuan, idealnya menikah di usia 20-35 tahun.
Sedangkan untuk laki-laki beda 5 tahun yakni 25-40 tahun.
Umur rata-rata perkawinan pertama yang mencapai angka diatas 25 tahun bagi
wanita, erat kaitannya dengan tingkat pendidikan yang semakin tinggi, dan
pemahaman terhadap perkawinan yang semakin baik, serta karena tuntutan
ekonomi atau perkembangan jaman yang mengharuskan wanita untuk bekerja
yang pada akhirnya akan berdampak pada tingkat kelahiran penduduk karena
masa suburnya semakin berkurang.
Umur rata-rata perkawinan pertama yang mencapai angka diatas 25 tahun bagi
wanita, erat kaitannya dengan tingkat pendidikan yang semakin tinggi, dan
pemahaman terhadap perkawinan yang semakin baik, serta karena tuntutan
ekonomi atau perkembangan jaman yang mengharuskan wanita untuk bekerja
yang pada akhirnya akan berdampak pada tingkat kelahiran penduduk karena
masa suburnya semakin berkurang.