Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang besar guna
melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar tersebut diperlukan untuk
membangun kembali perekonomian Indonesia yang tertinggal dari negara-negara maju baik yang
ada di kawasan regional maupun kawasan global. Adapun salah satu sumber dana utama guna
memenuhi kebutuhan dana yang cukup besar dalam melaksanakan pembangunan nasional
tersebut diperoleh melalui kegiatan penanaman modal atau investasi. Mengingat akan begitu
besarnya peran penanaman modal atau investasi bagi pembangunan nasional, maka sudah
sewajarnya penanaman modal atau investasi mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan
menjadi bagian yang penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional. Sebab dengan
adanya kegiatan penanaman modal atau investasi Indonesia dapat mengolah segala potensi
ekonomi yang ada menjadi kekuatan ekonomi riil.
Bagi negara-negara berkembang, untuk bisa mendatangkan investor setidak-tidaknya
dibutuhkan tiga syarat, yaitu pertama, ada economic opportunity (investasi mampu memberi
keuntungan secara ekonomis bagi investor); kedua, political stability (investasi akan sangat
dipengaruhi stabilitas politik); ketiga, legal certainty atau kepastian hukum.
Dari ketiga faktor diatas dapat dikatakan bahwa faktor kepastian hukum (legal certainty)
merupakan faktor yang paling sering dijadikan dasar pertimbangan utama bagi para investor
dalam mengambil keputusan untuk melakukan kegiatan penanaman modal atau investasi di suatu
negara. Hal ini dikarenakan investor mempunyai kepentingan serta tujuan dalam menanamkan
modalnya dan dalam usaha mempertahankan kepentingan serta tujuan tersebut instrumen hukum
adalah alatnya.
Pembangunan instrumen hukum penanamam modal atau investasi di Indonesia
sebenarnya telah dimulai sejak tahun 1967 yakni dengan diundangkannya Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (UU PMA) Negeri (UU PMDN).
Penggairahan iklim penanaman modal atau investasi pun tidak hanya berhenti disitu saja, hal ini
dapat dilihat dari dilengkapi dan di sempurnakannya kedua undang-undang di atas. Adapun
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang PMA telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967
tentang PMA (UU PMA), sedangkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang PMDN
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang PMDN (UU PMDN).
Semenjak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 jo. Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 1970 tentang PMA (UU PMA) dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 jo.
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1970 tentang PMDN (UU PMDN), dapat dikatakan kegiatan
penanaman modal atau investasi di Indonesia cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Di
dalam perkembangan hukum di Indonesia Undang-Undang Penanaman Modal Asing (UU PMA)
dan Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri (UU PMDN) kini tidak berdiri secara
sendiri-sendiri lagi. Pada saat ini pengaturan mengenai penanaman modal atau investasi telah

diatur dalam sebuah undang-undang, yakni Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal (UU PM), yang disahkan pada tanggal 26 April 2007.
Perlu diketahui pula bahwa lahirnya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal juga tidak dapat dipisahkan dari keanggotaan Indonesia di Wold Trade
Organization (WTO), dimana Indonesia telah meratifikasi kesepakatan pendirian WTO melalui
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 yang mewajibkan Indonesia untuk mengharmonisasikan
peraturan perundang-undangan di bidang penanaman modal dengan kesepakatan-kesepakatan
yang ada dalam WTO.
Sejak diundangkan, undang-undang ini telah menimbulkan perbedaan pandangan yang
cukup signifikan dan cenderung bertolak belakang. Pandangan pertama menganggap undangundang ini sangat berpihak kepada investor asing dengan adanya jaminan perlakuan yang sama
antara investor asing dan domestik.
Pandangan ini mengarah kepada suatu pendapat yang menganggap bahwa undang-undang ini
tidak berpihak kepada kepentingan rakyat. Pandangan kedua, menganggap undang-undang ini
merupakan salah satu solusi yang tepat mengatasi problema penanaman modal di Indonesia.
Undang-undang ini juga dikatakan telah disesuaikan dengan perubahan perekonomian global
yang semakin terbuka dan tanpa batas serta telah memenuhi kewajiban internasional Indonesia
dalam berbagai kerjasama internasional.
Apabila dipahami secara cermat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal sebenarnya dibangun di atas pendekatan yang sama dengan undang-undang
penanaman msodal di negara sedang berkembang pada umumnya. Dimana selain memberi
kesempatan yang lebih luas kepada investor asing dengan menjamin adanya perlakuan yang
sama antara penanam modal asing (PMA) dan penanam modal dalam negeri (PMDN), undangundang ini juga membuka ruang yang luas bagi pemerintah untuk menetapkan persyaratanpersyaratan tertentu kepada penanaman modal asing (PMA) untuk menjaga kepentingan
nasional.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang sebagaimana telah diuraikan diatas, maka perlu dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Penanaman Modal Dalam Negeri?
2. Apa yang dimaksud dengan Penanaman Modal Asing?
3. Bagaimana Penyelesaian Sengketa Penanaman Modal?
Tujuan Penulisan
1. Agar mahasiswa mengetahui Penanaman Modal Asing
2. Agar mahasiswa mengetahui Penanaman Modal Dalam Negeri
3. Agar mahasiswa mengetahui bentuk Penyelesaian Sengketa Penanaman Modal

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Penanaman Modal Asing
Pengertian penanaman modal asing meliputi penanaman modal asing secara langsung
yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan Undang-undang ini dan yang
digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara
langsung menanggung risiko dari penanaman modal tersebut. perusahaan yang dimaksud dalam
pasal 1 yang dijalankan untuk seluruhnya atau bagian terbesar di Indonesia sebagai kesatuan
perusahaan tersendiri harus berbentuk Badan Hukum menurut Hukum Indonesia dan
berkedudukan di Indonesia
Dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1967 ditegaskan bahwa Pengertian penanaman
modal asing di dalam Undang-undang ini hanyalah meliputi penanaman modal asing secara
langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan Undang-undang ini dan
yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal
secara
langsung
menanggung
risiko
dari
penanaman
modal
tersebut.
Pengertian modal asing dalam Undang-undang ini ialah :
Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan devisa Indonesia, yang
dengan persetujuan Pemerintah digunakan untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia.
Alat-alat untuk perusahaan, termasuk penemuan-penemuan baru milik orang asing dan bahanbahan, yang dimasukkan dari luar ke dalam wilayah Indonesia, selama alat-alat terse-but tidak
dibiayai dari kekayaan devisa Indonesia.
Bagian dari hasil perusahaan yang berdasarkan Undang-undang ini diperkenankan ditransfer,
tetapi dipergunakan untuk membiayai perusahaan di Indonesia.
Adapun modal asing dalam Undang-undang ini tidak hanya berbentuk valuta asing, tetapi
meliputi pula alat-alat perlengkapan tetap yang diperlukan untuk menjalankan perusahaan di
Indonesia, penemuan-penemuan milik orang/badan asing yang dipergunakan dalam perusahaan
di Indonesia dan keuntungan yang boleh ditransfer ke luar negeri tetapi dipergunakan kembali di
Indonesia.

B. METODE PENANAMAN MODAL ASING


a.
b.
c.
d.
a.

Mengacu pada ketentuan yang terdapat dalam UU Penanaman Modal No. 25 Tahun 2007,
maka yang disebut sebagai Penanaman Modal Asing, harus memenuhi beberapa unsur berikut:
Merupakan kegiatan menanam modal
Untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia
Dilakukan oleh penanam modal asing
Menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal
dalam negeri.
Adapun bentuk penanaman modal ini dapat dilakukan melalui beberapa cara, diantaranya:
Mengambil bagian saham pada saat pendirian Perseroan Terbatas;

b. Membeli saham; dan


c. Melakukan cara lain sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
Berdasarkan pengertian ini, maka dapat disimpulkan bahwa setiap Perusahaan yang didalamnya
terdapat Modal Asing, tanpa melihat batasan jumlah modal tersebut dapat dikategorikan sebagai
PMA. Sebagai contoh, sebuah perusahaan lokal (PT ABC) menjual 5% sahamnya dalam rangka
penambahan modal. Selanjutnya sebuah perusahaan asing (XYZ Co. Ltd) bermaksud membeli
saham tersebut. Maka setelah beralihnya saham tersebut kepada XYZ Co. Ltd, PT. ABC akan
berubah menjadi PT PMA setelah melalui prosedur yang dijelaskan pada bagian 3.
Bentuk Hukum, Kedudukan dan Daerah Berusaha
Menurut pasal 3 UPMA perusahaan dijalankan untuk seluruhnya atau bagian terbesar di
Indonesia sebagai kesatuan perusahaan tersendiri harus berbentuk Badan Hukum menurut
Hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia.Penanaman modal asing oleh seorang asing,
dalam statusnya sebagai orang perseorangan, dapat menimbulkan kesulitan/ketidak tegasan di
bidang hukum Internasional. Dengan kewajiban bentuk badan hukum maka dengan demikian
akan mendapat ketegasan mengenai status hukumnya yaitu badan hukum Indonesia yang tunduk
pada hukum Indonesia. Sebagai badan hukum terdapat ketegasan tentang modal yg ditanam di
Indonesia.
Pemerintah menetapkan daerah berusaha perusahaan-perusa-haan modal asing di Indonesia
dengan memperhatikan perkembangan ekonomi nasional maupun ekonomi daerah, macam
perusahaan. besarnya penanaman modal dan keinginan Ekonomi Nasional dan Daerah . Dengan
ketentuan ini maka dapat diusahakan pembangunan yang merata di seluruh wilayah Indonesia.
Badan Usaha Modal Asing
Dalam pasal 5 UPMA disebutkan, bahwa :
a. Pemerintah menetapkan perincian bidang-bidang usaha yang terbuka bagi modal asing menurut
urutan prioritas, dan menentukan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh penanam-an modal
asing dalam tiap-tiap usaha tersebut.
b. Perincian menurut urutan prioritas ditetapkan tiap kali pada waktu Pemerintah menyusun
rencana-rencana pembangunan jangka menengah dan jangka panjang, dengan memperhatikan
perkembangan ekonomi serta teknologi
Bidang-bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal asing secara penguasaan penuh
ialah bidang-bidang yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup rakyat banyak menurut
pasal 6 UPMA adalah sebagai berikut :
a. Pelabuhan-pelabuhan
b. Produksi, transmisi dan distribusi tenaga listrik untuk umum
c. Telekomunikasi
d. Pelayaran
e. Penerbangan
f. Air minum
g. Kereta api umum
h. Pembangkit tenaga atom
i. Media Massa
Khusus mengenai penanaman modal asing (PMA) dibidang pertambangan didasarkan
pada satu kerjasama yang berdasarkan pada suatu kerjasama pada pemerintah atas dasar kontrak
karya atau bentuk lain sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku. Sistem

kerjasama atas dasar kontrak karya atau dalam bentuk lain dapat dilaksanakan dalam bidangbidang usaha lain yang akan ditentukan oleh pemerintah (pasal 8 Penanaman Modal asing).
TenagaKerja
Menurut pasal 9 UPMA pemilik modal mempunyai wewenang sepenuhnya untuk
menentukan direksi perusahaan-perusahaan di mana modalnya ditanam. Kepada pemilik modal
asing diperkenankan sepenuhnya menetapkan direksi perusahaannya. Hal demikian itu sudah
sewajarnya karena penanaman modal asing ingin menyerahkan pengurusan modal kepada orang
yang dipercayanya. Dalam hal kerjasama antara modal asing dan modal nasional direksi ditetapkan bersama-sama.
Dalam pasal 10 ditegaskan, bahwa perusahaan-perusahaan modal asing wajib memenuhi
kebutuhan akan tenaga kerjanya dengan warganegara Indonesia kecuali dalam hal-hal tersebut
pada pasal 11. Sedangkan dalam pasal 11 UPMA disebutkan bahwa perusahaan-perusahaan
modal asing diizinkan mendatangkan atau menggunakan tenaga-tenaga pimpinan dan tenagatenaga ahli warganegara asing bagi jabatan-jabatan yang belum dapat diisi dengan tenaga kerja
warga negara Indonesia.
Perusahaan-perusahaan modal asing berkewajiban menyeleng-garakan atau menyediakan
fasilitas-fasilitas latihan dan pendidikan di dalam atau di luar negeri secara teratur dan terarah
bagi warganegara Indonesia dengan tujuan agar berangsur-angsur tenaga-tenaga warga negara
asing dapat diganti oleh tenaga-tenaga warga negara Indonesia.
Hak Atas Tanah Penanaman Modal Asing (PMA)
Dalam pasal 14 UPMA disebutkan, bahwa untuk keperluan perusahaan-perusahaan modal
asing dapat diberikan tanah dengan hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai menurut
peraturan perundangan yang berlaku.
Ketentuan pasal 14 ini yang memungkinkan diberikannya tanah kepada perusahaanperusahaan yang bermodal asing bukan saja dengan hak pakai, tetapi juga dengan hak guna
bangunan dan hak guna usaha, merupakan penegasan dari apa yang ditentukan di dalam pasal 55
ayat 2 Undang-undang Pokok Agraria, berhubungan dan pasal 10, 62 dan 64 Ketetapan MPRS
No. XXIII/MPRS/ 1969.
Sesuai dengan ketentuan Undang-undang Pokok Agraria pasal 35, pasal 29 dan pasal 41,
maka hak guna bangunan tersebut dapat diberikan dengan jangka waktu paling lama 30 tahun,
yang meng-ingat keadaan perusahaan dan bangunannya dapat diperpanjang dengan waktu paling
lama 20 tahun. Hak guna usaha dapat diberikan dengan jangka waktu paling lama 25 tahun.
Kepada perusahaan-perusahaan yang berhubungan dengan macam tanaman yang
diusahakannya memerlukan waktu yang lebih lama dapat diberikan hak guna usaha dengan
jangka waktu hak guna usaha tersebut dapat diperpanjang paling lama 25 tahun. Hak pakai
diberikan dengan jangka waktu menurut keperluannya, dengan mengingat pembatasanpembatasan bagi hak guna bangunan dan hak guna usaha tersebut di atas.

Jangka Waktu Penanaman Modal Asing, Hak Transfer dan Repatriasi


Pasal 18 UPMA menegaskan, bahwa dalam setiap izin penanaman modal asing ditentukan
jangka waktu berlakunya yang : tidak melebihi 30 (tigapuluh) tahun.
Selanjutnya (menurut Penjelasan Pasal 18 UPMA) diadakan ketentuan-ketentuan sebagai berikut
:
a. Perusahaan Modal Asing harus mengadakan pembukaan ter-sendiri dari modal asingnya
b. Untuk menetapkan besarnya modal asing maka jumlahnya harus dikurangi dengan jumlahjumlah yang dengan jalan repatriasi telah ditransfer.
c. Tiap tahun perusahaan diwajibkan menyampaikan kepada Pemerintah suatu ikhtisar dari
modal asingnya.
Mengenai hak transfer, dalam pasal 19 UPMA ditetapkan sebagai berikut :
1. Kepada perusahaan modal asing diberikan hak transfer dalam valuta asing dari modal atas dasar
nilai tukar yang berlaku untuk :
a. Keuntungan yang diperoleh modal sesudah dikurangi pajak-pajak dan kewajiban-kewajiban
pembayaran lain.
b. biaya-biaya yang berhubungan dengan tenaga asing yang dipekerjakan di Indonesia
c. biaya-biaya lain yang ditentukan lebih lanjut
d. penyusutan atas alat-alat perlengkapan tetap
e. kompensasi dalam hal nasionalisasi.
2. Pelaksanaan transfer ditentukan lebih lanjut oleh Pemerintah. modal asing akan adil apabila
perusahaan-perusahaan yang menggunakan modal asing tidak diperbolehkan merepatriasi
modalnya mentransfer penyusutan selama perusahaan-perusahaan itu masih memperoleh
kelonggaran-kelonggaran perpajakan dan pungutan-pungutan lain. Perlu diterangkan bahwa
transfer keuntungan modal asing dapat dilakukan juga selama perusahaan itu memperoleh
kelonggaran-kelonggaran perpajakan dan pungutan-pungutan lain.
Nasionalisasi dan Kompensasi
Pemerintah tidak akan melakukan tindakan nasionalisasi/pencabutan hak milik secara
menyeluruh atas perusahaan-perusahaan modal asing atau tindakan-tindakan yang mengurangi
hak menguasai atau mengurus perusahaan yang bersangkutan.kecuali jika dengan Undangundang
dinyatakan
kepentingan
Negara
menghendaki
tindakan
demikian
.
Jika diadakan tindakan seperti tersebut maka Pemerintah wajib memberikan
kompensasi/gantirugi yang jumlah, cara pembayarannya disetujui oleh kedua belah pihak sesuai
dengan asas-asas hukum internasional yang berlaku. Apabila antara kedua belah pihak tidak
terdapat persetujuan mengenai jumlah, dan cara pembayaran kompensasi tersebut maka akan
diadakan
arbitrasi
yang
putusannya
mengikat
kedua
belah
pihak.
Untuk menjamin ketenangan bekerja modal asing yang ditanam di Indonesia maka
dalam pasal ini ditetapkan bahwa Pemerintah tidak akan melakukan nasionalisasi terhadap
perusahaan modal asing, kecuali jika kepentingan negara menghendakinya. Tindakan demikian
itu hanya dapat dilakukan dengan Undang-undang serta dengan pemberian kompensasi menurut
prinsip-prinsip Hukum Internasional.

Kerjasama Modal Asing dan Modal Nasional


UPMA daJam pasal 23 menegaskan, bahwa daJam bidang-bidang usaha yang terbuka bagi
modal asing dapat diadakan kerja-sama antara modal asing dengan modal nasional dengan
mengingat ketentuan dalam pasal 3 di atas. dan modal swasta nasional.
Adapun keuntungan yang diperoleh perusahaan modal asing sebagai hasil kerjasama antara
lain modal asing dan modal nasional tersebut pada pasal 23 setelah dikurangi pajak-pajak serta
kewajiban-kewajiban lain yang harus dibayar di Indonesia, diizinkan untuk ditransfer dalam
valuta asli dari modal asing yang bersangkutan seimbang dengan bagian
Pemerintah
menetapkan lebih lanjut bidang-bidang usaha, bentuk-bentuk dan cara-cara kerjasama antara
modal asing dan modal nasional dengan memanfaatkan modal dan keahlian asing dalam bidang
ekspor serta produksi barang-barang dan jasa-jasa. Pengertian modal nasional dalam Undangundang ini meliputi modal Pemerintah Pusat dan Daerah, Koperasi modal asing yang ditanam
(Pasal 24).
a.

b.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Adapun klasifikasi daftar bidang usaha dalam rangka penanaman modal terbagi atas:
Daftar bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal, seperti Perjudian/Kasino,
Peninggalan Sejarah dan Purbakala (candi, keratin, prasasti, pertilasan, bangunan kuno, dll),
Museum Pemerintah, Pemukiman/Lingkungan Adat, Monumen, Objek Ziarah, Pemanfaatan
Koral Alam serta bidang-bidang usaha lain sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Perpres
No.111thn2007.
Daftar bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan (Sebagaimana tercantum dalam Lampiran
II Perpres No.111 Tahun 2007):
Dicadangkan untuk UMKMK
Kemitraan
Kepemilikan modal
Lokasi Tertentu
Perizinan khusus
Modal dalam negeri 100%
Kepemilikan modal serta lokasi
Perizinan khusus dan kepemilikan modal
Modal dalam negeri 100% dan perizinan khusus.
Dasar hukum:
1.

Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

2.

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

3.

Undang-Undang No. 7 Tahun 1981 tentang Wajib Lapor Ketenaga Kerjaan di Perusahaan.

4.

Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2010 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan
Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.
(lampiran:Daftar Negatif Investasi).

5.

Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 12 Tahun 2009 tentang
Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal

6.

Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor: 131/M-IND/PER/10/2009


tentang Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Fashion.

7.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pedoman Penetapan Izin
Gangguan di Daerah.

8.

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor. 57/M-DAG/PER/12/2010


tentang Ketentuan Impor Produk Tertentu.

9.

Peraturan Menteri Perdagangan No 27 Tahun 2012 tentang Ketentuan Angka Pengenal


Impor.

10.Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 57 Tahun 2009 tentang Klasifikasi Baku
Lapangan Usaha Indonesia.
11.Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 46/M-DAG/PER/9/2009 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 36/MDAG/PER/9/2007 tentang Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan.
12.Peraturan Menteri Keuangan Nomor 63/PMK.04/2011 tentang Registrasi Kepabeanan.
13.Peraturan Menteri Keuangan Nomor 124/PMK.04/2007 tentang Registrasi

C. PROSES PENDIRIAN PT.PMA


1. Prosedur pendirian Perusahaan PMA di Indonesia Menurut Peraturan Kepala BKPM No.
12 Tahun 2009 Mulai berlaku 02 Januari 2010
Prosedur pendirian perusahaan PMA dapat dibagi atas 2 bagian, yaitu:
a. Pendirian perusahaan baru
b. Penyertaan pada perusahaan dalam negeri yang telah ada
Beberapa dokumen yang perlu diperhatikan pada saat mengajukan permohonan untuk
mendirikan PMA di Indonesia adalah:
1.
Formulir yang dipersyaratkan dalam rangka penanaman modal sebagaimana diatur dalam
Perka BKPM No. 12 Tahun 2009;

Surat dari Instansi Pemerintah Negara yang bersangkutan atau surat yang dikeluarkan
oleh kedutaan besar/kantor perwakilan Negara yang bersangkutan dalam hal pemohon adalah
pemerintah Negara lain
3.
Paspor dalam hal pemohon adalah perseorangan asing
4.
Rekomendasi visa untuk bekerja (dalam hal akan dilakukan pemasukan tenaga kerja
asing)
5.
KTP dalam hal pemohon adalah warga Negara Indonesia
6.
Anggaran dasar dalam hal pemohon adalah badan usaha asing
7.
Akta pendirian dan perubahannya beserta pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM
dalam hal pemohon adalah Badan Usaha Indonesia
8.
Proses dan flow chart uraian kegiatan usaha
9.
Surat kuasa (bila ada); dan
10.
NPWP
Setelah diperolehnya persetujuan PMA dari BKPM, maka persetujuan tersebut selanjutnya
akan diteruskan kepada Notaris dalam rangka perubahan Anggaran Dasar dan pembuatan Akta
Jual beli Saham (bila penanaman modal tersebut dilakukan melalui jual beli saham). Setelah itu,
maka proses selanjutnya adalah permohonan penyampaian persetujuan kepada Menteri Hukum
dan HAM dengan menyertakan semua dokumen pendukung. Setelah mendapatkan
Pengesahan/Persetujuan dari Menteri Hukum dan HAM, maka dilanjutkat dengan permohonan
Izin Usaha Tetap melalui BKPM dengan melampirkan semua dokumen yang diperlukan
sebagaimana tergambar dalam skema dibawah ini:
Sumber:
1.
UU No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal
2.
UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
3.
Perpres No. 76 Tahun 2007 Tentang Kriteria dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha
Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman
Modal.
4.
Perpres No. 77 Tahun 2007 Tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang
Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal
5.
Perpres No. 111 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Perpres No. 77 Tahun 2007 Tentang
Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan di
Bidang Penanaman Modal (revisi: sudah diubah dengan Perpres No. 36 Tahun 2010 sebagai
Perpres terbaru)
6.
Perka BKPM No. 12 Tahun 2009 Tentang Pedoman dan Tata Cara Penanaman Modal
2.

2. PENDIRIAN PT. PMA


I.

Pengajuan Izin Sementara untuk pendirian Perseroan Terbatas Penanaman Modal Asing (PT
PMA) melalui BPKM dengan terlebih dahulu memperhatikan Perpres No. 36 Tahun
2010 untuk mengetahui apakah bidang usaha PT PMA tersebut terbuka untuk investasi asing,
dan jika terbuka -- berapa besar komposisi penanaman modal asing yang diperbolehkan.

II.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
III.

a.
1.
2.
3.
4.
b.
1.
2.
c.
IV.

Untuk pendirian PT PMA, maka pertama Anda harus mengajukan aplikasi kepada BKPM
untuk pendaftaran penanaman modal, yaitu dengan mengisi formulir aplikasi yang telah
ditentukan dalam Lampiran I Perka BKPM No. 12 Tahun 2009, dan melampirkan dokumendokumen sebagai berikut:
Surat dari instansi pemerintah negara yang bersangkutan atau surat yang dikeluarkan oleh
kedutaan besar/kantor perwakilan negara yang bersangkutan di Indonesia untuk pemohon adalah
pemerintah negara lain
Rekaman paspor yang masih berlaku untuk pemohon adalah perseorangan asing;
Rekaman Anggaran Dasar (Article of Association) dalam Bahasa Inggris atau terjemahannya
dalam Bahasa Indonesia dari penterjemah tersumpah untuk pemohon adalah untuk badan usaha
asing
Rekaman Akta Pendirian perusahaan dan perubahannya beserta pengesahan dari Menteri Hukum
dan HAM untuk pemohon adalah badan usaha Indonesia;
Rekaman NPWP baik untuk pemohon adalah perseorangan Indonesia maupun badan usaha
Indonesia;
Permohonan Pendaftaran ditandatangani di atas meterai cukup oleh seluruh pemohon (bila
perusahaan belum berbadan hukum) atau oleh direksi perusahaan (bila perusahaan
sudah berbadan hukum)
Surat Kuasa asli bermeterai cukup untuk pengurusan permohonan yang tidak dilakukan secara
langsung oleh pemohon/direksi perusahaan;
Ketentuan tentang surat kuasa sebagaimana dimaksud pada butir h diatur dalam Pasal 63
Peraturan ini.
Setelah izin pendaftaran penanaman modal dari BKPM dikeluarkan, selanjutnya Anda perlu
mengajukan permohonan izin prinsip penanaman modal dari BKPM, yaitu izin untuk memulai
kegiatan penanaman modal di bidang usaha yang dapat memperoleh fasilitas fiskal dan dalam
pelaksanaan penanaman modalnya memerlukan fasilitas fiskal (Pasal 1 angka 15 Perka BKPM
No. 12 Tahun 2009). Izin prinsip diajukan dengan mengisi formulir aplikasi yang telah
ditentukan oleh BKPM, dan melampirkan:
Bukti diri pemohon, yaitu:
Pendaftaran bagi badan usaha yang telah melakukan pendaftaran
Rekaman Akta Pendirian perusahaan dan perubahannya
Rekaman Pengesahan Anggaran Dasar Perusahaan dari Menteri Hukum dan HAM
Rekaman Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
Keterangan rencana kegiatan, berupa:
Uraian proses produksi yang mencantumkan jenis bahan0bahan dan dilengkapi dengan diagram
alir (flowchart)
Uraian kegiatan usaha sektor jasa.
Rekomendasi dari instansi pemerintah terkait, bila dipersyaratkan
Setelah izin prinsip keluar dan perusahaan telah siap melakukan kegiatan/berproduksi komersial,
maka perusahaan tersebut wajib memperoleh izin usaha dari BKPM (Pasal 20 Perka BKPM
No. 12 Tahun 2009). Izin usaha didapat dengan mengajukan permohonan pada BKPM, dengan
mengisi formulir aplikasi yang telah ditentukan dan melampirkan dokumen-dokumen sebagai
berikut:

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Laporan Hasil Pemeriksaan proyek (LHP), untuk permohonan Izin Usaha atau Izin Usaha
Perluasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1) dan ayat (2) yang kegiatan usahanya
memerlukan fasilitas bea masuk atas impor barang dan bahan
Rekaman akta pendirian dan pengesahan serta akta perubahan dan pengesahan dari Kementerian
Hukum dan HAM
Rekaman Pendaftaran/Izin Prinsip/Izin Prinsip Perluasan/Surat persetujuan Penanaman
Modal/Izin Usaha dan/atau Surat Persetujuan Perluasan Penanaman Modal/Izin Usaha Perluasan
yang dimiliki
Rekaman NPWP
Bukti penguasaan/penggunaan tanah atas nama
1. Rekaman sertifikat Hak Atas Tanah atau akta jual beli tanah oleh PPAT
2. Rekaman perjanjian sewa-menyewa tanah.
Bukti penguasaan/penggunaan gedung/bangunan
1. Rekaman Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
2. Rekaman akta jual beli/perjanjian sewa menyewa gedung/bangunan
Rekaman izin Gangguan (UUG/HO) atau rekaman Surat Izin Tempat Usaha (SITU) bagi
perusahaan yang berlokasi di luar kawasan industri
Rekaman Laporan Kegiatan Penanaman modal (LKPM) periode terakhir
Rekaman persetujuan/pengesahan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) atau
rekaman persetujuan/pengesahan dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya
Pemantauan Lingkungan (UPL)
Persyaratan lain sebagaimana diatur dalam peraturan instansi teknis terkait dan/atau peraturan
daerah setempat
Dalam hal pengurusan pendirian PT PMA tersebut diwakilkan, maka surat kuasa diperlukan. Hal
ini sesuai dengan Pasal 63 ayat (1) Perka BKPM No. 12 Tahun 2009:
Penandatanganan dan pengurusan permohonan penanaman modal ke PTSP BKPM, PTSP
PDPPM, atau PTSP PDKPM dapat dilakukan sendiri oleh pemohon atau pihak lain yang diberi
kuasa oleh pemohon dengan surat kuasa asli bermaterai cukup yang dilengkapi identitas diri
yang jelas dari penerima kuasa
Pengertian surat kuasa diatur dalam Pasal 1792 KUHPerdata:
Pemberian kuasa adalah perjanjian dengan mana seseorang memberikan kekuasaan kepada
orang lain, untuk atas namanya melakukan suatu urusan
Karena ada tiga calon pendiri PT PMA, maka surat kuasa tersebut harus berasal dari ketiga calon
pendiri PT PMA tersebut.

D. TAHAP PEMBUATAN AKTA PENDIRIAN PMA


Secara umum, syarat-syarat dan tahapan-tahapan untuk mendirikan PT. PMA adalah sebagai
berikut:
Pengajuan Ijin Sementara untuk pendirian PT. PMA melalui BPKM
1. Identitas perusahaan yang akan didirikan, yang meliputi:
a.
Nama Perusahaan
b.
Kota sebagai tempat domisili usaha
c.
Jumlah Modal
d.
Nama pemegang saham dan presentase modal
e.
Susunan Direksi dan Komisaris

Pengajuan permohonan tersebut harus mengisi surat permohonan (INVESTMENT APPLICATION


UNDER THE FOREIGN INVESTMENT LAW terlampir) dengan melampirkan dokumen2
sebagai berikut:
1. Pendiri (Pemegang Saham) asing
a.
Anggaran dasar Perusahaan dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris berikut seluruh
perubahan-perubahannya, pengesahannya ataupun pelaporan /pemberitahuannya
b.

2.

Copy passport yang masih berlaku dari pemegang saham individual

Dari Perusahaan PMA


a.
Anggaran dasar Perusahaan dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris berikut seluruh
perubahan-perubahannya, pengesahannya ataupun pelaporan /pemberitahuannya
b.
NPWP Perusahaan
3. Pendiri (Pemegang Saham) Indonesia
a.
Anggaran dasar Perusahaan dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris berikut seluruh
perubahan-perubahannya, pengesahannya ataupun pelaporan/pemberitahuannya atau KTP untuk
individual
b.
NPWP pribadi
4. a. Flowchart proses produksi dan bahan baku (raw materials) yang dibutuhkan untuk proses
industri tersebut
b. Descripsi/explanation untuk proses kelangsungan bisnis
5. Asli surat kuasa (dalam hal pendiri diwakili oleh orang/pihak lain)
6. a. Kelengkapan data lain yang dibutuhkan oleh Departemen terkait (bila ada) dan dinyatakan
dalam Technical guidances book on investment implementation.
b. Untuk sector tertentu, contohnya sector pertambangan yang melakukan kegiatan ekstraksi,
sektor energi, perkebunan kelapa sawit dan perikanan, membutuhkan Surat Rekomendasi dari
Departemen teknis terkait.
7. Dalam sektor bisnis yang diperlukan dalam hal kerja sama :
a.
Perjanjian kerja sama (bisa berupa Joint Venture, Joint Operation, MOU, dll)
antara
pengusaha kecil dan pengusaha menengah/besar yang menyebutkan pihak-pihaknya, system
kerjasamanya, hak dan kewajibannya.
b.
Surat Pernyataan dari perusahaan kecil yang memenuhi criteria sebagai Perusahaan Kecil
berdasarkan Peraturan No. 9/1995.
Catatan: untuk persyaratan No. 6 poin a dan b akan dikoordinasikan oleh BKPM dengan
institusi/Departemen terkait.
Setelah berkas lengkap, ijin baru dapat diproses di BKPM selama jangka waktu + 2 bulan
Ijin BKPM tersebut berlaku sebagaimana halnya Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) pada PT
biasa
Pembuatan akan Pendirian PT. PMA
1. Setelah Ijin dari BKPM keluar, maka dapat mulai untuk proses pendirian PT. PMA (dengan
catatan, nama PT. sudah bisa digunakan/memperoleh persetujuan Menteri).
2. Salinan Akta akan selesai dalam jangka waktu maksimal 2 minggu kerja sejak penandatanganan akta.
3. Pengurusan Domisili dan NPWP atas nama PT. yang bersangkutan NPWP yang dibuat untuk
PT. PMA harus NPWP khusus PT. PMA Waktunya+12hari kerja. Catatan: Pada saat ini bisa

4.
5.
6.
7.

sekalian mengurus Surat PKP (Pengusaha Kena Pajak) pada KPP khusus PMA tersebut. dan
nantinya akan dilakukan survey/tinjau lokasi perusahaan. Waktunya + 12 hari kerja, karena ada
survei dari Kantor Pajak setempat lokasi usaha.
Pembukaan rekening atas nama Perseroan dan menyetorkan modal saham dalam bentuk
uang tunai ke kas Perseroan. Bukti setornya diserahkan kepada Notaris untuk kelengkapan
permohonan pengesahan pada Departemen Kehakiman RI .
Pengajuan pengesahan ke Depkeh, Waktunya + 1,5 bulan.
Setelah keluar pengesahan dari Departemen Kehakiman, dapat diurus Tanda Daftar Perusahaan
(TDP) dan Wajib Daftar perusahaan (WDP) nya waktunya 2 minggu.
Setelah semua selesai, tinggal pengurusan Berita Negara nya waktunya 3 bulan
Setelah semua prosedur dilewati, maka harus dilanjutkan dengan jenis usahanya.Apabila
merupakan industri, maka harus diurus Ijin Lokasi, Undang-Undang gangguan (HO) nya, Surat
Ijin Usaha Industri.
Dalam hal perusahaan tersebut akan memasukkan mesinmesin pabrik, karena berstatus PT PMA,
maka ada subsidi atau keringanan pajakbea masuk atas mesinmesin tersebut. Namun untuk itu, P
Ttersebut harus mengurus Ijin lagi di BKPM,yaitu: Masterlist dan APIS. Setelah itu, pada saat m
esin akan masuk, ybs harus mengurus surat bebas bea,masuknya pada KPPPT PMA, yang
disebut: SKBPPN dan dilanjutkan dengan ijin dari Bea cukai berupa Surat Registrasi Produsen
(SRP) atau Surat Registrasi Importir (SRI).
Setelah perusahaan berjalan beberapa waktu, maka akan dilanjutkan dengan pengurusan
Ijin Usaha Tetap (IUT) pada BKPM.

Struktur Organisasi PT. JOIN VENTURE


Struktur organisasi perusahaan patungan menunjukkan hubungan antara orang-orang
dalam usaha itu. Ini menggambarkan hirarki bahwa pihak telah disepakati. Ini adalah diagram
yang meliputi seluruh karyawan dan manajemen dalam bottom-up serta struktur side-by-side,
yang detail rantai pelaporan antara para pihak.
Joint Ventures International dikembangkan ketika dua perusahaan bekerja sama untuk memenuhi
tujuan tertentu. Sebagai contoh, Perusahaan A dan Perusahaan B pertama kali mulai dengan
mengidentifikasi dan memilih mitra IJV. Proses ini melibatkan beberapa langkah seperti riset
pasar, cari mitra, pilihan mengevaluasi, negosiasi, penilaian bisnis, perencanaan bisnis, dan due
diligence.Langkah-langkah yang diambil oleh masing-masing perusahaan. Ada juga prosedur
hukum yang terlibat seperti kesepakatan IJV, perjanjian tambahan, dan persetujuan
peraturan.Setelah proses ini selesai, Perusahaan IJV terbentuk dan selama ini prosedur akhir
langkah-langkah yang diambil adalah pembentukan dan manajemen.
Penataan ini IJV dapat menimbulkan tantangan ketika pihak dari dua latar belakang budaya yang
berbeda atau yurisdiksi Setelah kedua belah pihak telah mencapai kesepakatan tentang isu-isu
fundamental seperti bersifat komersial, ruang lingkup dan tujuan saling joint venture, para pihak
harus memutuskan mana , geografis, usaha itu akan berlangsung dan apa struktur hukum bagi
usaha akan terlihat seperti.Sebagian besar waktu, struktur disepakati akan antara berbagai jenis
perusahaan, kemitraan, atau beberapa bentuk perseroan terbatas.

BAB III
KESIMPULAN
Undang-undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal (UUPM) dalam
ketentuan umum Bab I Pasal 1 ayat (1) mendefinisikan Penanaman Modal sebagai segala bentuk
kegiatan menanam modal, baik oleh penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal
asing untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia. Penanam modal Dalam
Negeri dapat dilakukan oleh perseorangan WNI, badan usaha Negeri, dan/atau pemerintah
Negeri yang melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik Indonesia. Kegiatan
usaha usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau
jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan dan batasan kepemilikan
modal Negeri atas bidang usaha perusahaan diatur didalam Peraturan Presiden No. 36 Tahun
2010 Tentang Perubahan Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka
dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.
Sedangkan Penanaman Modal Asing (PMA) merupakan bentuk investasi dengan jalan
membangun, membeli total atau mengakuisisi perusahaan. Penanaman Modal Asing (PMA)
lebih banyak mempunyai kelebihan diantaranya sifatnya jangka panjang, banyak memberikan
andil dalam alih teknologi, alih keterampilan manajemen, membuka lapangan kerja baru.
Lapangan kerja ini, sangat penting bagi negara sedang berkembang mengingat terbatasnya
kemampuan pemerintah untuk penyediaan lapangan kerja.
Apabila terjadi sengketa antara investor domestik dengan pihak Pemerintah Indonesia
dan masyarakat sekitarnya, hukum yang digunakan adalah hukum Indonesia melalui
musyawarah dan mufakat, arbitrase, alternatif penyelesaian sengketa; dan pengadilan.
Sedangkan dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara Pemerintah dengan
penanam modal asing, para pihak akan menyelesaikan sengketa tersebut melalui arbitrase
internasional yang harus disepakati oleh para pihak.

Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah hukum bisnis
tentangpenanaman modal asing.
Adapun makalah hukum bisnis tentang penanaman modal asing ini telah kami usahakan
semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan bayak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadar sepenuhnya bahwa ada kekurangan
baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada
dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin member saran
dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah hukum bisnis ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah hukum bisnis tentang
penanaman modal asing ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan
inpirasi terhadap pembaca.
Makassar, 11 april 2015

Penyusun

MAKALAH HUKUM BISNIS

PENANAMAN MODAL ASING

DISUSUN OLEH :
ERZA HASAN
INA PANGGOA

1411973

DWI SUJARWO
MUH. NATAS
ANTONIUS NONG DENI
MUH. SATAR
GERY

STIE TRI DHARMA NUSANTARA


MAKASSAR

Anda mungkin juga menyukai