PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang besar guna
melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar tersebut diperlukan untuk
membangun kembali perekonomian Indonesia yang tertinggal dari negara-negara maju baik yang
ada di kawasan regional maupun kawasan global. Adapun salah satu sumber dana utama guna
memenuhi kebutuhan dana yang cukup besar dalam melaksanakan pembangunan nasional
tersebut diperoleh melalui kegiatan penanaman modal atau investasi. Mengingat akan begitu
besarnya peran penanaman modal atau investasi bagi pembangunan nasional, maka sudah
sewajarnya penanaman modal atau investasi mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan
menjadi bagian yang penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional. Sebab dengan
adanya kegiatan penanaman modal atau investasi Indonesia dapat mengolah segala potensi
ekonomi yang ada menjadi kekuatan ekonomi riil.
Bagi negara-negara berkembang, untuk bisa mendatangkan investor setidak-tidaknya
dibutuhkan tiga syarat, yaitu pertama, ada economic opportunity (investasi mampu memberi
keuntungan secara ekonomis bagi investor); kedua, political stability (investasi akan sangat
dipengaruhi stabilitas politik); ketiga, legal certainty atau kepastian hukum.
Dari ketiga faktor diatas dapat dikatakan bahwa faktor kepastian hukum (legal certainty)
merupakan faktor yang paling sering dijadikan dasar pertimbangan utama bagi para investor
dalam mengambil keputusan untuk melakukan kegiatan penanaman modal atau investasi di suatu
negara. Hal ini dikarenakan investor mempunyai kepentingan serta tujuan dalam menanamkan
modalnya dan dalam usaha mempertahankan kepentingan serta tujuan tersebut instrumen hukum
adalah alatnya.
Pembangunan instrumen hukum penanamam modal atau investasi di Indonesia
sebenarnya telah dimulai sejak tahun 1967 yakni dengan diundangkannya Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (UU PMA) Negeri (UU PMDN).
Penggairahan iklim penanaman modal atau investasi pun tidak hanya berhenti disitu saja, hal ini
dapat dilihat dari dilengkapi dan di sempurnakannya kedua undang-undang di atas. Adapun
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang PMA telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967
tentang PMA (UU PMA), sedangkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang PMDN
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang PMDN (UU PMDN).
Semenjak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 jo. Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 1970 tentang PMA (UU PMA) dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 jo.
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1970 tentang PMDN (UU PMDN), dapat dikatakan kegiatan
penanaman modal atau investasi di Indonesia cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Di
dalam perkembangan hukum di Indonesia Undang-Undang Penanaman Modal Asing (UU PMA)
dan Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri (UU PMDN) kini tidak berdiri secara
sendiri-sendiri lagi. Pada saat ini pengaturan mengenai penanaman modal atau investasi telah
diatur dalam sebuah undang-undang, yakni Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal (UU PM), yang disahkan pada tanggal 26 April 2007.
Perlu diketahui pula bahwa lahirnya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal juga tidak dapat dipisahkan dari keanggotaan Indonesia di Wold Trade
Organization (WTO), dimana Indonesia telah meratifikasi kesepakatan pendirian WTO melalui
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 yang mewajibkan Indonesia untuk mengharmonisasikan
peraturan perundang-undangan di bidang penanaman modal dengan kesepakatan-kesepakatan
yang ada dalam WTO.
Sejak diundangkan, undang-undang ini telah menimbulkan perbedaan pandangan yang
cukup signifikan dan cenderung bertolak belakang. Pandangan pertama menganggap undangundang ini sangat berpihak kepada investor asing dengan adanya jaminan perlakuan yang sama
antara investor asing dan domestik.
Pandangan ini mengarah kepada suatu pendapat yang menganggap bahwa undang-undang ini
tidak berpihak kepada kepentingan rakyat. Pandangan kedua, menganggap undang-undang ini
merupakan salah satu solusi yang tepat mengatasi problema penanaman modal di Indonesia.
Undang-undang ini juga dikatakan telah disesuaikan dengan perubahan perekonomian global
yang semakin terbuka dan tanpa batas serta telah memenuhi kewajiban internasional Indonesia
dalam berbagai kerjasama internasional.
Apabila dipahami secara cermat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal sebenarnya dibangun di atas pendekatan yang sama dengan undang-undang
penanaman msodal di negara sedang berkembang pada umumnya. Dimana selain memberi
kesempatan yang lebih luas kepada investor asing dengan menjamin adanya perlakuan yang
sama antara penanam modal asing (PMA) dan penanam modal dalam negeri (PMDN), undangundang ini juga membuka ruang yang luas bagi pemerintah untuk menetapkan persyaratanpersyaratan tertentu kepada penanaman modal asing (PMA) untuk menjaga kepentingan
nasional.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang sebagaimana telah diuraikan diatas, maka perlu dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Penanaman Modal Dalam Negeri?
2. Apa yang dimaksud dengan Penanaman Modal Asing?
3. Bagaimana Penyelesaian Sengketa Penanaman Modal?
Tujuan Penulisan
1. Agar mahasiswa mengetahui Penanaman Modal Asing
2. Agar mahasiswa mengetahui Penanaman Modal Dalam Negeri
3. Agar mahasiswa mengetahui bentuk Penyelesaian Sengketa Penanaman Modal
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Penanaman Modal Asing
Pengertian penanaman modal asing meliputi penanaman modal asing secara langsung
yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan Undang-undang ini dan yang
digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara
langsung menanggung risiko dari penanaman modal tersebut. perusahaan yang dimaksud dalam
pasal 1 yang dijalankan untuk seluruhnya atau bagian terbesar di Indonesia sebagai kesatuan
perusahaan tersendiri harus berbentuk Badan Hukum menurut Hukum Indonesia dan
berkedudukan di Indonesia
Dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1967 ditegaskan bahwa Pengertian penanaman
modal asing di dalam Undang-undang ini hanyalah meliputi penanaman modal asing secara
langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan Undang-undang ini dan
yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal
secara
langsung
menanggung
risiko
dari
penanaman
modal
tersebut.
Pengertian modal asing dalam Undang-undang ini ialah :
Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan devisa Indonesia, yang
dengan persetujuan Pemerintah digunakan untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia.
Alat-alat untuk perusahaan, termasuk penemuan-penemuan baru milik orang asing dan bahanbahan, yang dimasukkan dari luar ke dalam wilayah Indonesia, selama alat-alat terse-but tidak
dibiayai dari kekayaan devisa Indonesia.
Bagian dari hasil perusahaan yang berdasarkan Undang-undang ini diperkenankan ditransfer,
tetapi dipergunakan untuk membiayai perusahaan di Indonesia.
Adapun modal asing dalam Undang-undang ini tidak hanya berbentuk valuta asing, tetapi
meliputi pula alat-alat perlengkapan tetap yang diperlukan untuk menjalankan perusahaan di
Indonesia, penemuan-penemuan milik orang/badan asing yang dipergunakan dalam perusahaan
di Indonesia dan keuntungan yang boleh ditransfer ke luar negeri tetapi dipergunakan kembali di
Indonesia.
Mengacu pada ketentuan yang terdapat dalam UU Penanaman Modal No. 25 Tahun 2007,
maka yang disebut sebagai Penanaman Modal Asing, harus memenuhi beberapa unsur berikut:
Merupakan kegiatan menanam modal
Untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia
Dilakukan oleh penanam modal asing
Menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal
dalam negeri.
Adapun bentuk penanaman modal ini dapat dilakukan melalui beberapa cara, diantaranya:
Mengambil bagian saham pada saat pendirian Perseroan Terbatas;
kerjasama atas dasar kontrak karya atau dalam bentuk lain dapat dilaksanakan dalam bidangbidang usaha lain yang akan ditentukan oleh pemerintah (pasal 8 Penanaman Modal asing).
TenagaKerja
Menurut pasal 9 UPMA pemilik modal mempunyai wewenang sepenuhnya untuk
menentukan direksi perusahaan-perusahaan di mana modalnya ditanam. Kepada pemilik modal
asing diperkenankan sepenuhnya menetapkan direksi perusahaannya. Hal demikian itu sudah
sewajarnya karena penanaman modal asing ingin menyerahkan pengurusan modal kepada orang
yang dipercayanya. Dalam hal kerjasama antara modal asing dan modal nasional direksi ditetapkan bersama-sama.
Dalam pasal 10 ditegaskan, bahwa perusahaan-perusahaan modal asing wajib memenuhi
kebutuhan akan tenaga kerjanya dengan warganegara Indonesia kecuali dalam hal-hal tersebut
pada pasal 11. Sedangkan dalam pasal 11 UPMA disebutkan bahwa perusahaan-perusahaan
modal asing diizinkan mendatangkan atau menggunakan tenaga-tenaga pimpinan dan tenagatenaga ahli warganegara asing bagi jabatan-jabatan yang belum dapat diisi dengan tenaga kerja
warga negara Indonesia.
Perusahaan-perusahaan modal asing berkewajiban menyeleng-garakan atau menyediakan
fasilitas-fasilitas latihan dan pendidikan di dalam atau di luar negeri secara teratur dan terarah
bagi warganegara Indonesia dengan tujuan agar berangsur-angsur tenaga-tenaga warga negara
asing dapat diganti oleh tenaga-tenaga warga negara Indonesia.
Hak Atas Tanah Penanaman Modal Asing (PMA)
Dalam pasal 14 UPMA disebutkan, bahwa untuk keperluan perusahaan-perusahaan modal
asing dapat diberikan tanah dengan hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai menurut
peraturan perundangan yang berlaku.
Ketentuan pasal 14 ini yang memungkinkan diberikannya tanah kepada perusahaanperusahaan yang bermodal asing bukan saja dengan hak pakai, tetapi juga dengan hak guna
bangunan dan hak guna usaha, merupakan penegasan dari apa yang ditentukan di dalam pasal 55
ayat 2 Undang-undang Pokok Agraria, berhubungan dan pasal 10, 62 dan 64 Ketetapan MPRS
No. XXIII/MPRS/ 1969.
Sesuai dengan ketentuan Undang-undang Pokok Agraria pasal 35, pasal 29 dan pasal 41,
maka hak guna bangunan tersebut dapat diberikan dengan jangka waktu paling lama 30 tahun,
yang meng-ingat keadaan perusahaan dan bangunannya dapat diperpanjang dengan waktu paling
lama 20 tahun. Hak guna usaha dapat diberikan dengan jangka waktu paling lama 25 tahun.
Kepada perusahaan-perusahaan yang berhubungan dengan macam tanaman yang
diusahakannya memerlukan waktu yang lebih lama dapat diberikan hak guna usaha dengan
jangka waktu hak guna usaha tersebut dapat diperpanjang paling lama 25 tahun. Hak pakai
diberikan dengan jangka waktu menurut keperluannya, dengan mengingat pembatasanpembatasan bagi hak guna bangunan dan hak guna usaha tersebut di atas.
b.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Adapun klasifikasi daftar bidang usaha dalam rangka penanaman modal terbagi atas:
Daftar bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal, seperti Perjudian/Kasino,
Peninggalan Sejarah dan Purbakala (candi, keratin, prasasti, pertilasan, bangunan kuno, dll),
Museum Pemerintah, Pemukiman/Lingkungan Adat, Monumen, Objek Ziarah, Pemanfaatan
Koral Alam serta bidang-bidang usaha lain sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Perpres
No.111thn2007.
Daftar bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan (Sebagaimana tercantum dalam Lampiran
II Perpres No.111 Tahun 2007):
Dicadangkan untuk UMKMK
Kemitraan
Kepemilikan modal
Lokasi Tertentu
Perizinan khusus
Modal dalam negeri 100%
Kepemilikan modal serta lokasi
Perizinan khusus dan kepemilikan modal
Modal dalam negeri 100% dan perizinan khusus.
Dasar hukum:
1.
2.
3.
Undang-Undang No. 7 Tahun 1981 tentang Wajib Lapor Ketenaga Kerjaan di Perusahaan.
4.
Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2010 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan
Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.
(lampiran:Daftar Negatif Investasi).
5.
Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 12 Tahun 2009 tentang
Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal
6.
7.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pedoman Penetapan Izin
Gangguan di Daerah.
8.
9.
10.Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 57 Tahun 2009 tentang Klasifikasi Baku
Lapangan Usaha Indonesia.
11.Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 46/M-DAG/PER/9/2009 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 36/MDAG/PER/9/2007 tentang Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan.
12.Peraturan Menteri Keuangan Nomor 63/PMK.04/2011 tentang Registrasi Kepabeanan.
13.Peraturan Menteri Keuangan Nomor 124/PMK.04/2007 tentang Registrasi
Surat dari Instansi Pemerintah Negara yang bersangkutan atau surat yang dikeluarkan
oleh kedutaan besar/kantor perwakilan Negara yang bersangkutan dalam hal pemohon adalah
pemerintah Negara lain
3.
Paspor dalam hal pemohon adalah perseorangan asing
4.
Rekomendasi visa untuk bekerja (dalam hal akan dilakukan pemasukan tenaga kerja
asing)
5.
KTP dalam hal pemohon adalah warga Negara Indonesia
6.
Anggaran dasar dalam hal pemohon adalah badan usaha asing
7.
Akta pendirian dan perubahannya beserta pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM
dalam hal pemohon adalah Badan Usaha Indonesia
8.
Proses dan flow chart uraian kegiatan usaha
9.
Surat kuasa (bila ada); dan
10.
NPWP
Setelah diperolehnya persetujuan PMA dari BKPM, maka persetujuan tersebut selanjutnya
akan diteruskan kepada Notaris dalam rangka perubahan Anggaran Dasar dan pembuatan Akta
Jual beli Saham (bila penanaman modal tersebut dilakukan melalui jual beli saham). Setelah itu,
maka proses selanjutnya adalah permohonan penyampaian persetujuan kepada Menteri Hukum
dan HAM dengan menyertakan semua dokumen pendukung. Setelah mendapatkan
Pengesahan/Persetujuan dari Menteri Hukum dan HAM, maka dilanjutkat dengan permohonan
Izin Usaha Tetap melalui BKPM dengan melampirkan semua dokumen yang diperlukan
sebagaimana tergambar dalam skema dibawah ini:
Sumber:
1.
UU No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal
2.
UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
3.
Perpres No. 76 Tahun 2007 Tentang Kriteria dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha
Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman
Modal.
4.
Perpres No. 77 Tahun 2007 Tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang
Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal
5.
Perpres No. 111 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Perpres No. 77 Tahun 2007 Tentang
Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan di
Bidang Penanaman Modal (revisi: sudah diubah dengan Perpres No. 36 Tahun 2010 sebagai
Perpres terbaru)
6.
Perka BKPM No. 12 Tahun 2009 Tentang Pedoman dan Tata Cara Penanaman Modal
2.
Pengajuan Izin Sementara untuk pendirian Perseroan Terbatas Penanaman Modal Asing (PT
PMA) melalui BPKM dengan terlebih dahulu memperhatikan Perpres No. 36 Tahun
2010 untuk mengetahui apakah bidang usaha PT PMA tersebut terbuka untuk investasi asing,
dan jika terbuka -- berapa besar komposisi penanaman modal asing yang diperbolehkan.
II.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
III.
a.
1.
2.
3.
4.
b.
1.
2.
c.
IV.
Untuk pendirian PT PMA, maka pertama Anda harus mengajukan aplikasi kepada BKPM
untuk pendaftaran penanaman modal, yaitu dengan mengisi formulir aplikasi yang telah
ditentukan dalam Lampiran I Perka BKPM No. 12 Tahun 2009, dan melampirkan dokumendokumen sebagai berikut:
Surat dari instansi pemerintah negara yang bersangkutan atau surat yang dikeluarkan oleh
kedutaan besar/kantor perwakilan negara yang bersangkutan di Indonesia untuk pemohon adalah
pemerintah negara lain
Rekaman paspor yang masih berlaku untuk pemohon adalah perseorangan asing;
Rekaman Anggaran Dasar (Article of Association) dalam Bahasa Inggris atau terjemahannya
dalam Bahasa Indonesia dari penterjemah tersumpah untuk pemohon adalah untuk badan usaha
asing
Rekaman Akta Pendirian perusahaan dan perubahannya beserta pengesahan dari Menteri Hukum
dan HAM untuk pemohon adalah badan usaha Indonesia;
Rekaman NPWP baik untuk pemohon adalah perseorangan Indonesia maupun badan usaha
Indonesia;
Permohonan Pendaftaran ditandatangani di atas meterai cukup oleh seluruh pemohon (bila
perusahaan belum berbadan hukum) atau oleh direksi perusahaan (bila perusahaan
sudah berbadan hukum)
Surat Kuasa asli bermeterai cukup untuk pengurusan permohonan yang tidak dilakukan secara
langsung oleh pemohon/direksi perusahaan;
Ketentuan tentang surat kuasa sebagaimana dimaksud pada butir h diatur dalam Pasal 63
Peraturan ini.
Setelah izin pendaftaran penanaman modal dari BKPM dikeluarkan, selanjutnya Anda perlu
mengajukan permohonan izin prinsip penanaman modal dari BKPM, yaitu izin untuk memulai
kegiatan penanaman modal di bidang usaha yang dapat memperoleh fasilitas fiskal dan dalam
pelaksanaan penanaman modalnya memerlukan fasilitas fiskal (Pasal 1 angka 15 Perka BKPM
No. 12 Tahun 2009). Izin prinsip diajukan dengan mengisi formulir aplikasi yang telah
ditentukan oleh BKPM, dan melampirkan:
Bukti diri pemohon, yaitu:
Pendaftaran bagi badan usaha yang telah melakukan pendaftaran
Rekaman Akta Pendirian perusahaan dan perubahannya
Rekaman Pengesahan Anggaran Dasar Perusahaan dari Menteri Hukum dan HAM
Rekaman Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
Keterangan rencana kegiatan, berupa:
Uraian proses produksi yang mencantumkan jenis bahan0bahan dan dilengkapi dengan diagram
alir (flowchart)
Uraian kegiatan usaha sektor jasa.
Rekomendasi dari instansi pemerintah terkait, bila dipersyaratkan
Setelah izin prinsip keluar dan perusahaan telah siap melakukan kegiatan/berproduksi komersial,
maka perusahaan tersebut wajib memperoleh izin usaha dari BKPM (Pasal 20 Perka BKPM
No. 12 Tahun 2009). Izin usaha didapat dengan mengajukan permohonan pada BKPM, dengan
mengisi formulir aplikasi yang telah ditentukan dan melampirkan dokumen-dokumen sebagai
berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Laporan Hasil Pemeriksaan proyek (LHP), untuk permohonan Izin Usaha atau Izin Usaha
Perluasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1) dan ayat (2) yang kegiatan usahanya
memerlukan fasilitas bea masuk atas impor barang dan bahan
Rekaman akta pendirian dan pengesahan serta akta perubahan dan pengesahan dari Kementerian
Hukum dan HAM
Rekaman Pendaftaran/Izin Prinsip/Izin Prinsip Perluasan/Surat persetujuan Penanaman
Modal/Izin Usaha dan/atau Surat Persetujuan Perluasan Penanaman Modal/Izin Usaha Perluasan
yang dimiliki
Rekaman NPWP
Bukti penguasaan/penggunaan tanah atas nama
1. Rekaman sertifikat Hak Atas Tanah atau akta jual beli tanah oleh PPAT
2. Rekaman perjanjian sewa-menyewa tanah.
Bukti penguasaan/penggunaan gedung/bangunan
1. Rekaman Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
2. Rekaman akta jual beli/perjanjian sewa menyewa gedung/bangunan
Rekaman izin Gangguan (UUG/HO) atau rekaman Surat Izin Tempat Usaha (SITU) bagi
perusahaan yang berlokasi di luar kawasan industri
Rekaman Laporan Kegiatan Penanaman modal (LKPM) periode terakhir
Rekaman persetujuan/pengesahan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) atau
rekaman persetujuan/pengesahan dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya
Pemantauan Lingkungan (UPL)
Persyaratan lain sebagaimana diatur dalam peraturan instansi teknis terkait dan/atau peraturan
daerah setempat
Dalam hal pengurusan pendirian PT PMA tersebut diwakilkan, maka surat kuasa diperlukan. Hal
ini sesuai dengan Pasal 63 ayat (1) Perka BKPM No. 12 Tahun 2009:
Penandatanganan dan pengurusan permohonan penanaman modal ke PTSP BKPM, PTSP
PDPPM, atau PTSP PDKPM dapat dilakukan sendiri oleh pemohon atau pihak lain yang diberi
kuasa oleh pemohon dengan surat kuasa asli bermaterai cukup yang dilengkapi identitas diri
yang jelas dari penerima kuasa
Pengertian surat kuasa diatur dalam Pasal 1792 KUHPerdata:
Pemberian kuasa adalah perjanjian dengan mana seseorang memberikan kekuasaan kepada
orang lain, untuk atas namanya melakukan suatu urusan
Karena ada tiga calon pendiri PT PMA, maka surat kuasa tersebut harus berasal dari ketiga calon
pendiri PT PMA tersebut.
2.
4.
5.
6.
7.
sekalian mengurus Surat PKP (Pengusaha Kena Pajak) pada KPP khusus PMA tersebut. dan
nantinya akan dilakukan survey/tinjau lokasi perusahaan. Waktunya + 12 hari kerja, karena ada
survei dari Kantor Pajak setempat lokasi usaha.
Pembukaan rekening atas nama Perseroan dan menyetorkan modal saham dalam bentuk
uang tunai ke kas Perseroan. Bukti setornya diserahkan kepada Notaris untuk kelengkapan
permohonan pengesahan pada Departemen Kehakiman RI .
Pengajuan pengesahan ke Depkeh, Waktunya + 1,5 bulan.
Setelah keluar pengesahan dari Departemen Kehakiman, dapat diurus Tanda Daftar Perusahaan
(TDP) dan Wajib Daftar perusahaan (WDP) nya waktunya 2 minggu.
Setelah semua selesai, tinggal pengurusan Berita Negara nya waktunya 3 bulan
Setelah semua prosedur dilewati, maka harus dilanjutkan dengan jenis usahanya.Apabila
merupakan industri, maka harus diurus Ijin Lokasi, Undang-Undang gangguan (HO) nya, Surat
Ijin Usaha Industri.
Dalam hal perusahaan tersebut akan memasukkan mesinmesin pabrik, karena berstatus PT PMA,
maka ada subsidi atau keringanan pajakbea masuk atas mesinmesin tersebut. Namun untuk itu, P
Ttersebut harus mengurus Ijin lagi di BKPM,yaitu: Masterlist dan APIS. Setelah itu, pada saat m
esin akan masuk, ybs harus mengurus surat bebas bea,masuknya pada KPPPT PMA, yang
disebut: SKBPPN dan dilanjutkan dengan ijin dari Bea cukai berupa Surat Registrasi Produsen
(SRP) atau Surat Registrasi Importir (SRI).
Setelah perusahaan berjalan beberapa waktu, maka akan dilanjutkan dengan pengurusan
Ijin Usaha Tetap (IUT) pada BKPM.
BAB III
KESIMPULAN
Undang-undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal (UUPM) dalam
ketentuan umum Bab I Pasal 1 ayat (1) mendefinisikan Penanaman Modal sebagai segala bentuk
kegiatan menanam modal, baik oleh penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal
asing untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia. Penanam modal Dalam
Negeri dapat dilakukan oleh perseorangan WNI, badan usaha Negeri, dan/atau pemerintah
Negeri yang melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik Indonesia. Kegiatan
usaha usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau
jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan dan batasan kepemilikan
modal Negeri atas bidang usaha perusahaan diatur didalam Peraturan Presiden No. 36 Tahun
2010 Tentang Perubahan Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka
dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.
Sedangkan Penanaman Modal Asing (PMA) merupakan bentuk investasi dengan jalan
membangun, membeli total atau mengakuisisi perusahaan. Penanaman Modal Asing (PMA)
lebih banyak mempunyai kelebihan diantaranya sifatnya jangka panjang, banyak memberikan
andil dalam alih teknologi, alih keterampilan manajemen, membuka lapangan kerja baru.
Lapangan kerja ini, sangat penting bagi negara sedang berkembang mengingat terbatasnya
kemampuan pemerintah untuk penyediaan lapangan kerja.
Apabila terjadi sengketa antara investor domestik dengan pihak Pemerintah Indonesia
dan masyarakat sekitarnya, hukum yang digunakan adalah hukum Indonesia melalui
musyawarah dan mufakat, arbitrase, alternatif penyelesaian sengketa; dan pengadilan.
Sedangkan dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara Pemerintah dengan
penanam modal asing, para pihak akan menyelesaikan sengketa tersebut melalui arbitrase
internasional yang harus disepakati oleh para pihak.
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah hukum bisnis
tentangpenanaman modal asing.
Adapun makalah hukum bisnis tentang penanaman modal asing ini telah kami usahakan
semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan bayak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadar sepenuhnya bahwa ada kekurangan
baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada
dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin member saran
dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah hukum bisnis ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah hukum bisnis tentang
penanaman modal asing ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan
inpirasi terhadap pembaca.
Makassar, 11 april 2015
Penyusun
DISUSUN OLEH :
ERZA HASAN
INA PANGGOA
1411973
DWI SUJARWO
MUH. NATAS
ANTONIUS NONG DENI
MUH. SATAR
GERY