Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pneumonia adalah inflamasi pada parenkim paru, yang merupakan
penyebab terbesar mortalitas dan morbilitas pada anak di dunia bersaing dengan
diare sebagai penyebab tersering di Negara berkembang. Dengan perkiraan 146159 juta episode baru per tahun di negara-negara berkembang, pneumonia
diperkirakan menyebabkan sekitar 4 juta kematian di antara anak-anak di seluruh
dunia. Saat ini, kejadian pneumonia di negara maju diperkirakan 0.026 episode
per anak - tahun dibandingkan dengan 0.280 episode per anak - tahun di negaranegara berkembang.1
Di Amerika Serikat dari 1939-1996, angka kematian yang disebabkan
oleh pneumonia pada anak-anak menurun 97%. Ini adalah hipotesis bahwa
penurunan ini disebabkan pengenalan antibiotik, vaksin ,dan perluasan cakupan
asuransi kesehatan untuk anak-anak.1
Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam
bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah
maju. Dari data SEAMIC Health Statistic 2001 influenza dan pneumonia
merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia, nomor 9 di Brunei, nomor 7
di Malaysia, nomor 3 di Singapura, nomor 6 di Thailand dan nomor 3 di Vietnam.
Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat

penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut termasuk pneumonia
dan influenza.2
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun 2001, penyakit
infeksi saluran napas bawah menempati urutan ke-2 sebagai penyebab kematian di
Indonesia. Di SMF Paru RSUP Persahabatan tahun 2001 infeksi juga merupakan
penyakit paru utama, 58 % diantara penderita rawat jalan adalah kasus infeksi dan
11,6 % diantaranya kasus nontuberkulosis, pada penderita rawat inap 58,8 %
kasus infeksi dan 14,6 % diantaranya kasus nontuberkulosis. Di RSUP H. Adam
Malik Medan 53,8 % kasus infeksi dan 28,6 % diantaranya infeksi
nontuberkulosis. Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya didapatkan data sekitar 180
pneumonia komuniti dengan angka kematian antara 20 - 35 %. Pneumonia
komuniti menduduki peringkat keempat dan sepuluh penyakit terbanyak yang
dirawat per tahun.2
Apnea adalah oleh berhentinya aliran udara pernapasan. Lamanya waktu
yang diperlukan untuk memenuhi syarat sebagai acara apnea benar telah berubah
secara dramatis selama beberapa dekade terakhir 2 menit pada tahun 1956. 1
menit pada tahun 1959, 30 detik pada tahun 1970, dan 20 detik atau lebih pendek
jika dikaitkan dengan bradikardia atau sianosis pada tahun 1978. Pengurangan
durasi dalam definisi apnea mengungkapkan keinginan dokter untuk intervensi
awal cukup untuk menghindari konsekuensi sistemik.3,4,5,6
Apnea adalah hasil dari respon meduler yang tidak adekuat dan
mengakibatkan tidak adanya koordinasi otot yang untuk bernafas. Apnea
obstruktif adalah ketika ada obstruksi saluran napas yang menyebabkan jeleknya

proses pertukaran udara. Apneu pada infant didefinisikan oleh American Academy
of Pediatrics sebagai "sebuah episode dari penghentian pernapasan selama 20
detik atau lebih, atau jeda pernapasan pendek terkait dengan bradikardia, sianosis,
pucat, dan / atau ditandai hypotonia." Apnea adalah lebih sering terjadi pada bayi
prematur.6
Acute respiratory distress syndrome (ARDS) adalah salah satu penyakit
paru akut yang memerlukan perawatan di Intensive Care Unit (ICU) dan
mempunyai angka kematian yang tinggi yaitu mencapai 60%. Acute repiratory
distress syndrome (ARDS) disebabkan dari paru (aspirasi, pneumonia) dan dari
luar paru (sepsis, trauma berat). insidensi ARDS di Amerika Serikat sebesar
100.000-150.000 jumlah penduduk per tahun (1996). Dahulu ARDS memiliki
banyak nama lain seperti wet lung, shock lung, leaky-capillary pulmonary edema
dan adult respiratory distress syndr ome. Tidak ada tindakan yang spesifik untuk
mencegah kejadian ARDS meskipun faktor risiko sudah diidentifikasi
sebelumnya.7

Anda mungkin juga menyukai